Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.
Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman
dan suara. Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital,
ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial
yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan
koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan
yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah
membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke
batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber
lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa
mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi
yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh
bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan
seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh
karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat
memutus mata rantai dari penularannya. Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye )
merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak
mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan
sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh dikata masyarakat kita
sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis
yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.
B.
1.
Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum yaitu untuk
mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan tentang
Konjungtivitis.
2.
Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proses
perjalanan penyakit dari pembuatan makalah seperti konsep teori sampai dengan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien penderita konjungtivitis.
A.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
Anatomi Dan Fisiologi
Organ eksternal oculi atau yang sering disebut dengan organ pada mata terdiri dari:
1.
Palpebrae
2.
Conjungtiva
3.
Apparatus lacrimalis
4.
Dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang konjungtivitis, dan arti
konjungtivitis itu sendiri merupakan mukosa tipis, transparan, yang melapisi bulbi hingga
permukaan balakang palpebra.
Jenis dari conjungtiva adalah :
1.
conjungtiva palpebralis
2.
conjungtiva bulbi
3.
conjungtiva fornix.
( Sumber: Handout dari dr. Teddy Nugroho Mata Ajar Sistem Persepsi Sensori ).
B.
Definisi
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. ( Sumber: www.komunitas
dudungnet.com )
C.
Etiologi
Klasifikasi
udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan
konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik
(misal terhadap kucing)
5). Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan
konjungtivitis gonore ). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada
bayi yang baru lahir. ( Sumber: www.dhetective.com ).
E.
Patofisiologi
F.
Patways
G.
Manifestasi Klinik
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas
pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus
dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi
tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada
konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea
Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif.
Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis,
kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif
dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya
benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi
kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati,
demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
Konjungtivitis Alergi
a.
Mata Gatal
b.
Panas
c.
Mata berair
d.
Mata merah
e.
Kelopak mata bengkak
Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore ).
Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut:
ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO
merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum
memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
perdarahan subkonjungtiva. ( Sumber: http//dhetective.blogspot ).
H.
Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul biasanya adalah:
Ulkus kornea dan menurut beberapa ahli komplikasi ini lebih cepat timbul pada
orang dewasa dari pada bayi (pada bayi komplikasi ulkus kornea timbul sesudah minggu
pertama) ulkus kornea dapat mengalami perforasi dengan berakibat timbulnya
endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu setiap penderita konjungtuvitis gonoreika perlu sekali untuk
diperiksa keadaan korneanya. Berhubung bahaya timbulnya komplikasi yang dapat
A.
BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan Keperawatan
( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta )
D.
Manajemen Diet
Penyakit Mata:
a.
Infeksi
- Konjungtivitis bakteri/virus, keratitis, ulkus kornea, endoftalmitis, neuritis, retinitis
b.
Non Infeksi
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
setelah
kontak
(jabat
tangan,
( sumber: www.komunitasdudungnet.com )
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A.
Pengkajian
1). Biodata yang meliputi: Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur,
jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
penanggung jawab.
2). Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat itu.
3). RPS ( riwayat penyakit sekarang ) biasanya berisi tentang penyakit yang dialami
klien
4). RPK ( riwayat penyakit keluarga ) biasanya diambil dari penyakit yang pernah
diderita oleh keuarga pasien.
5). RPD ( riwayat penyakit dahulu ) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah :
- Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
- Neurosensori
Gejala :
Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), kehilangan bertahap penglihatan
perifer.
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair.
Nyeri tiba-tiba/berat, menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
B.
Diagnosa keperawatan
1.
Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada
konjungtiva.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Organ eksternal oculi atau yang sering disebut dengan organ pada mata terdiri dari:
Palpebrae
Conjungtiva
Apparatus lacrimalis
Musculi eksternal bulbi
Dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang konjungtivitis, dan arti konjungtivitis itu
sendiri merupakan mukosa tipis, transparan, yang melapisi bulbi hingga permukaan balakang
palpebra.
Jenis dari conjungtiva adalah :
conjungtiva palpebralis
Bagian dalam palpebra
Sebagian besar melekat pada tarsus
Permukaan licin + sedikit papillae (epitel silindris dari sel goblet=mucin)
conjungtiva bulbi
Peralihan dari conjungtiva bulbi dengan conjungtiva palpebra
Merupakan lipatan-lipatan besar >> Kemosis (edema conjungtiva
Lebih banyak pembuluh darah
Muara glandula lacrimalis dan accesorius
conjungtiva fomix
Bagian yang menutupi bulbus oculi
Berhubungan secara longgar dengan capsula tenon dan sclera dengan perantaraan episclera
Melanjutkan diri menjadi epitel kornea
Pada daerah cantus internus, lipatan berbentuk bulan sabit (plica semilunaris = lipatan tebal,
mudah bergerak, dan lunak) yang merupakan Rudamentary Nictating Membrane.
Di sudut nasal, di canthus internus ada lipatan disebut plica semilunaris. Juga disitu menuju
benjolan menyerupai epidermoid yang disebut caruncula.
Histologis lapisan konjungtiva adalah epitel konjungtiva terdiri atas epitel superficial
mengandung sel goblet yang memproduksi mucin. Epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini
mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjungtiva yang terdiri atas lapisan
adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat.
Yang padat adalah tarsus dan ditempat lain jaringan longgar. Kelenjar yang ada di konjungtiva
terdiri kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Pembuluh darah
yang ada di konjungtiva adalah a.siliaris anterior dan a. palpebralis. Konjungtiva mengandung
banyak pembuluh limfe. Inervasi syaraf di palpebra oleh percabangan n. oftalmikus cabang N.V.
Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks atas. Air
mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan lekukan di
belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah
menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis.
Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain.
Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini
menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa
elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini
dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat
tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata.
Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya
beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus
menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang
mengelilingi kornea. Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus
yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra.
B. Definisi
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid
1 tahun 2001 ).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon
alergi. (Corwin, 2001).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan
ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001,Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. III, EGC, Jakarta )
Jadi menurut kelompok Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan
pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh
mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh
dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.
C. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
Konjungtivitis akut bacterial
Adalah bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphylococ, pneumococ,
gonococ, haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil morax axenfeld.
- konjungtivitis blenore: Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Tanda tanda blenore adalah sebagai berikut:
a) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
d) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
e) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.
-
konjungtivitis gonore: suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret purulen yang
disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae.
konjungtivitis difteri: Radang konjungtiva ini disebabkan bakteri difteri yang memberikan
gambaran yang khas berupa terbentuknya membran pada konjungtiva tarsal. Pengobatan
konjungtivitis difteri adalah dengan memberi penisillin disertai dengan antitoksin difteri.
D. Klasifikasi
1) Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
2) Konjungtivitis bakteri hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
3) Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24 - 48 jam.
4) Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein
hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan
antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata
rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
5) Konjungtivitis blenore
Konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ). Blenore neonatorum
merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
E. Patofisiologi
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens
perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel
dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma
konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel
radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang
menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau
gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan silier berarti kornea terkena.
F. Manifestasi klinis
Secara umum manifestasinya adalah :
- Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
- Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
- Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
- Mata berair
- Mata terasa nyeri
- Mata terasa gatal
- Pandangan kabur
- Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Menurut klasifikasi manifestasinya adalah :
1) Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada
awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan
berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup
terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.
Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.
2) Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain
meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata
bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit
untuk terapi topikal dan sistemik.
3) Konjungtivitis Alergi
a) Mata gatal
b) Panas
c) Mata berair
d) Mata merah
e) Kelopak mata bengkak.
f) Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma.
g) Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
4) Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda asing
pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa
terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi
saluran napas atas.
5) Konjungtivitis blenore
Tanda tanda blenore adalah sebagai berikut:
a) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
d) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
e) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.
G. Diagnosa Banding Konjungtivitis
Konjungtivitis
Keratitis
Uveitis Anterior
Glaukoma
Akut
Kongestif
letak
Menurun perlahan,
tergantung letak
Menurun mendadak
radang
Visus
Normal
Tergantung
infiltrat
Hiperemi
konjungtiva
Perikornea
siliar
Mix injeksi
Epifora,
fotofobia
Sekret
Banyak
Palpebra
Normal
Normal
normal
Edema
Kornea
Jernih
Bercak infiltrat
Gumpalan sel
radang
COA
Cukup
Cukup
Dangkal
H. Aquous
Normal
Normal
Iris
Normal
Normal
Kadang edema
(bombans)
Kripta menghilang
karena edema
Pupil
Normal
Normal
miosis
Mid midriasis
(d:5mm)
Lensa
Normal
Normal
Sel radang
menempel
Keruh
Viral
Bakteri
Alergi
Gatal
Minim
Minim
Hebat
Hiperemia
Profuse
Sedang
Sedang
Eksudasi
Minim
Menguncur
Minim
Adenopati
preurikular
Lazim
Jarang
Tidak ada
Pewarnaan kerokan
Monosit
& eksudat
Bakteri, PMN
Eosinofil
Sakit tenggorokan
Kadang
Kadang
Tak pernah
Lakrimasi
++
H. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
- Pemeriksaan Sitologi melalui pewarnaan gram atau giemsa.
Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur
penyebab konjungtivitis
2. Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea
dapat menimbulkan kemunduran visus.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan
gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan
pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek,
dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan air,
dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang
intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa
proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk
membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang
meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang
tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan biru metilen sehingga akan
terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).
I.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering
sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun tanpa pengobatan. Karena konjungtivitis
bakterial sangat menular di antara anggota keluarga dan teman sekolah, diperlukan teknik
mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi individu yang terinfeksi. Anggota
keluarga tidak boleh tertukar bantal atau seprai.
Konjungtivitis yang juga berhubungan dengan otitis media diobati dengan antibiotik sistemik.
Kompres hangat pada mata dapat mengeluarkan rabas.
Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat. Teknik mencuci tangan yang baik
diperlukan untuk mencegah penularan.
Konjungtivitas alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin. Antihistamin atau
tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan untuk mengurangi gatal dan inflamasi.
Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda asing, diikuti dengan
penggunaan obat antibakteri.
2)
a)
b)
a)
b)
c)
d)
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti
gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll. selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan
hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata
untuk tidur atau salep mata 45 kali sehari.
Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Penatalaksanaan keperawatan:
Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik. Sekret
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap jam.
Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan terisolasi
Medika mentosa:
Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 20.000 unti /ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin
setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut turut negatif.
3) Konjungtivitis alergi
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada
kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai
sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang
ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada
konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.
a.
Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul
musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres
dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang
mungkin ada pada permukaan okuler.
b. Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul
musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan
antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai
termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat
yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam
bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja
lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor
tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega
jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan
inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika
diperlukan tambahan efek anti-peradangan.
c.
Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan
dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk
konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis
harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika
memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka
panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder,
peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru
seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal
dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua
dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi
berat atau konjungtivitis vernal.
4) Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan
topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki
gejala.
5) Konjungtivitis blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topikal mata
dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
a) Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam
pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda tanda perbaikan.
b) Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian
obat tidak akan efektif.
c) Kadang kadang perlu diberikan bersama sama dengan tetrasiklin untuk infeksi chlamydia
yang banyak terjadi.
J. Pencegahan
a) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
c) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d) Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e) Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f) Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g) Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.
h) Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.
K. Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1.
glaukoma
2.
katarak
3.
ablasi retina
4.
5.
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti
ekstropin, trikiasis
komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6.
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lamakelamaan orang bisa menjadi buta
7.
mat
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit mata seperti ini sebelumnya
C. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan sekarang
: 50 kg
2. Berat badan sebelum sakit
: 51 kg
3. Tinggi badan
: 155 cm
4. Tekanan darah
: 110/70 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
5. Nadi
: 92 x/menit (normal: 60-100 x/menit)
6. Frekuensi nafas
: 23 x/menit (normal: 12-24 x/menit)
7. Suhu tubuh
: 38,5oC (normal: 36-37,5o C)
D. Pemeriksaan Fisik
1.Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:
2. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arah limbus.
3. Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata lengket
saat bangun tidur.
b.Berair/encer pada infeksi virus.
4. dema konjungtiva
5. Blefarospasme
6. Lakrimasi
7. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
8. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo
membrane pada infeksi pneumokok. Kadang kadang disertai perdarahan
subkonjungtiva kecil kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang
biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
9. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena
jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. DATA FOKUS
Data subjektif
Data kasus :
Pasien mengatakan sudah 1 minggu
Data Tambahan :
Pasien mengatakan nyeri dibagian
mata
Pasien mengatakan penglihatan
tidak jelas
Sudah 3 hari
Pasien mengatakan malu dengan
perubahan di bagian kelopak
matanya
Pasien mengatakan cemas dengan kondisi
penyakitnya.
2. ANALISA DATA
No
Data fokus
DS:
1.
Pasien mengatakan penglihatan
Data objektif
Data kasus :
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya eksedut
purulenta
Ada pengambilan secret untuk dilakukan
pemeriksaan kultur dan sitologik.
Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)
Data tambahan :
Pemeriksaan visus :15/20 ( normalnya 20/20).
Skala nyeri saat di palpasi 5
P : nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di konjungtiva
S : nyeri sedang
T : nyeri saat mengedip
Klien telihat gelisah
Klien tampak cemas
Adanya pembengkakan di bagian konjungtiva
Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti
beludru karena ada edema dan infiltrasi).
Klien tampak pucat
KU: compos mestis
Capilari refil 2 detik
Pasien terlihat lemas
Turgor kulit pasien tidak elastic
Kulit pasien kering dan terasa panas
Pasien
selalu
bertanya-tanya
tentang
penyakitnya.
Mukosa mulut kering
Problem
Gangguan
persepsi
Etiologi
Penglihatan
yang terganggu
tidak jelas
Pasien mengtakan adanya penumpukan
secret di dalam kornea mata
Pasien mengatakan suliut membuka
matanya pada sewaktu bangun tidur
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Adanya pembengkakan
konjungtiva
Pemeriksaan visus :
( normalnya 20/20).
di
bagian
do
:15/20
2.
3.
sensori
Resiko injury
Proses peradangan
Nyeri
Adanya
konjungtiva
DS:
Pasien mengatakan sudah 1 minggu
matanya merah ,kering dan seperti
kelilipan.
Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
eksedut purulenta
Ada pengambilan secret untuk dilakukan
pemeriksaan kultur dan sitologik.
Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)
DS:
Pasien mengatakan nyeri dibagian
peradangan
4.
mata
Pasien mengatakan sudah 1 minggu
matanya merah ,kering dan seperti
kelilipan.
Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
Pasien mengatakan sulit membuka
matanya pada sewaktu bangun tidur
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Skala nyeri saat di palpasi 5
P : nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di konjungtiva
S : nyeri sedang
T : 5 detik
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
eksedut purulenta
Ada pengambilan secret untuk dilakukan
pemeriksaan kultur dan sitologik.
Konjungtiva palpebra (merah, kasar
seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi).
Adanya pembengkakan di bagian
konjungtiva
DS:
Pasien mengatakan badanya panas
Sudah 3 hari
Pasien mengeluh pusing
Pasien mengeluh menggigil
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Hipertermi
Proses
konjungtiva
peradangan
5.
6.
Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
RR : 23 x/menit
Pasien selalu bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
Klien telihat gelisah
Klien tampak cemas
DS:
Pasien mengatakan sudah 1 minggu
matanya merah ,kering dan seperti
kelilipan.
Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
DO:
TTV
TD : 110/70 mmHg,
N : 92 x/menit,
suhu : 38,5 0 C
Gangguan
konsep diri
RR : 23 x/menit
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
eksedut purulenta
Ada pengambilan secret untuk dilakukan
pemeriksaan kultur dan sitologik.
Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
1
2
3
4
5
6
Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori b.d penglihatan yang terganggu
Resiko injury b.d proses peradangan
Nyeri b.d adanya peradangan konjungtiva/ edema
Hipertermi b.d proses peradangan /konjungtivitis
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
Gangguan konsep diri b.d adanya perubahan pada kelopak mata/ bengkak
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.
Setelah
dilakukan
asuhan 1. Kaji ketajaman penglihatan pasien
keperawatan masalah gangguan Rasional: untuk mengkaji sejauh mana pasien
persepsi sensori dapat teratasi dapat melihat
dengan kriteria hasil :
2. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat
Pasien dapat melihat dengan baik klien untuk tinggal bersama klien
Pasien
tidak
mengalami Rasional: Megawasi dan membimbing selama
kerusakan pada saat melihat
pengobatan berlangsung.
Bengkak berkurang
Setelah
dilakukan
keperawatan
masalah
injury
dapat
kriteria hasil :
3.
teratasi
Setelah
dilakukan
asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan
keperawatan masalah nyeri dapat intensitas (skala 1-10).
teratasi dengan kriteria hasil :
Rasional: Membantu mengevaluasi derajat
nyeri berkurang atau terkontrol.
ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.
Skala nyeri 0-1
Rasional:Menurunkan
ketegangan
otot,
menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan
lecet
karena sehingga
menurunkan
ketidaknyamanan.
nyeri
dan
Penyembuhan area mata yang 4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak
telah mengalami iritasi.
dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.
Berkurangnya kemerahan.
posisi
kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
(analgesik).
4.
Setelah
dilakukan
asuhan 1.Pantau input dan output
keperawatan
masalah
suhu Rasional: Untuk mengetahui balance cairan
meningkat dapat teratasi dengan pasien
kriteria hasil:
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam
Suhu tubuh dalam rentang normal Rasional: Untuk mengetahui perkembangan
klien
(36,50 c-37,50c)
3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum
Pasien tampak rileks
Rasional: Untuk menurunkan panas tubuh dan
mengganti cairan tubuh yang hilang
Ttv dalam rentang normal
4. anjurkan untuk memakai pakaian yang
Td: 120/80 mmhg
menyerap keringat
Rasional:
saat tubuh demam maka akan banyak
N; 80 x/menit
mengeluarkan keringat, dengan memakai
S; 37,50c
pakaian yang menyerap keringat, keringat akan
terserap dan pasien merasa nyaman
Rr: 23x/menit
5.
atur suhu ruangan sesuai kondisi pasien
Pasien terlihat lebih segar
Rasional: agar pasien merasa nyaman
Kulit pasien lembab
Kolaborasi
Turgor kulit elastic
Kolaborasi dengan pemberian antipiretik
5.
Setelah
dilakukan
asuhan .kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
keperawatan masalah ansietas Rasional: Bermanfaat dalam penentuan
dapat teratasi dengan kriteria intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan
hasil :
klien.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
klien menyatakan
Rasional: Meningkatkan pemahaman klien
pemahaman
tentang
proses tentang proses penyakitnya.
penyakitnya.
3.Beri dukungan moril berupa doa terhadap
pasien.
Klien dapat
Rasional: Memberikan perasaan tenang kepada
menggambarkan ansietas dan pola klien.
kopingnya.
4. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
Menggunakan mekanisme koping mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk pasien
yang efektif.
menerima situasi yang nyata, mengklarifikasi
kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5. Identifikasi sumber atau orang yang
menolong.
Rasional: Memberi penelitian bahwa pasien
tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
6.
Setelah
dilakukan
asuhan1.
keperawatan masalah gangguan
konsep diri dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
Klien dapat menghargai situasi2.
dengan cara
penyimpangan.
realistis
Klien dapat
tanpa
3.
mengungkapkan dan
mendemonstrasikan peningkatan
perasaan yang positif.
Klien merasa lebih percayta diri
dengan kondisiya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
2.
http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-Dan-PatofisiologiKonjungtivitis
3.
https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/Highlights
4.
Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
5.
American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd ed.
San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2003
6.
Buku saku dasar patologis penyakit, robbins & cotran, edisi 7, EGC: Jakarta, 2008.
7.
http://www.4shared.com/document/4iB3gm3a/Konjungtivitis.htm
ASKEP KONJUNGTIVITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat
perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan,
pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Mata adalah organ penglihatan.
Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks
serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk
menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki
hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi
gerakan mata.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis.
Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa
yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas
korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah
satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang
lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang
dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa
ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan
terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau
dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka
kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata
rantai dari penularannya.
1.2
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum yaitu untuk
mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan tentang
Konjungtivitis.
2.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara khusus adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Untuk mengetahui
Konjungtivitis.
1.3
tentang
intervensi
dan
rasional
asuhan
keperawatan
Manfaat
a.
Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam berbagai proses
pembelajaran
b.
Bagi Pembaca
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Konjungtiva
2)
3)
Histologi Konjungtiva:
Stroma konjungtiva
dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa
(profundus).
Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung
struktur semacam
folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid
tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan
mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan
mengapa kemudian menjadi folikuler.
Lapisan fibrosa
tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang
umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak
sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus
dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang
banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Riordan-Eva, 2000).
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen
ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan
nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu,
terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya
jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA (Sihota, 2007). Pada
konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu (Kanski,
2003):
1.
Penghasil musin
a.
Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.
b.
c.
2.
Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan
sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar
Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena
suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang
rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata
bukan merupakan medium yang baik (Sihota, 2007).
2.2
Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan. (Effendi, 2008).
2.3
1.
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.
2.
3.
Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
4.
Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga
dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah
terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering
dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh
alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan
pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat
atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).
Gonore
Chlamydia
2.4
: 1 3 hari
: 5 12 hari
Patofisiologi
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan
mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi
infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada
epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva
( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel
radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini
kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata
pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini
merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah
yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris
atau badan silier berarti kornea terkena.
2.5
Manifestasi klinis
Secara umum manifestasinya adalah :
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
Mata berair
Mata terasa nyeri
Mata terasa gatal
Pandangan kabur
Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
3. Konjungtivitis Alergi
a. Mata gatal
b. Panas
c. Mata berair
d. Mata merah
e. Kelopak mata bengkak.
f.
Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema,
atau asma.
g. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan
basofil.
4. Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya
benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat
menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai
adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
5. Konjungtivitis blenore
Tanda tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c.
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari.
e.
2.6
Keratitis
Uveitis Anterior
Glaukoma
Kongestif Akut
Menurun
mendadak
Visus
Normal
Tergantung letak
infiltrat
Menurun
perlahan,
tergantung letak
radang
Hiperemi
konjungtiva
Perikornea
siliar
Mix injeksi
Epifora,
fotofobia
Sekret
Banyak
Palpebra
Normal
Normal
normal
Edema
Kornea
Jernih
Bercak infiltrat
Gumpalan sel
radang
Edema, suram
(tidak bening), halo
(+)
COA
Cukup
Cukup
dangkal
Kental
H. Aquous
Normal
Normal
Iris
Normal
Normal
Kadang edema
(bombans)
Kripta menghilang
karena edema
Pupil
Normal
Normal
miosis
Mid midriasis
(d:5mm)
Lensa
Normal
Normal
Sel radang
menempel
Keruh
Viral
Bakteri
Alergi
Gatal
Minim
Minim
Hebat
Hiperemia
Profuse
Sedang
Sedang
Eksudasi
Minim
Menguncur
Minim
Adenopati
preurikular
Lazim
Jarang
Tidak ada
Pewarnaan
kerokan &
eksudat
Monosit
Bakteri, PMN
Eosinofil
Sakit
tenggorokan
Kadang
Kadang
Tak pernah
Lakrimasi
++
2.7
Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
2.8
Penatalaksanaan
a.
b.
Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan
sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan
garam fisiologik setiap jam.
Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000
20.000 unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
b.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep
penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
c.
d.
3)
Konjungtivitis alergi
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan
sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang.
Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak
dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus
yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel
limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea. 3
a.
Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah
yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata
artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan beragam
alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.
b.
Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah
yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast
cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga
dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering
dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal
mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan
mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast
cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat
digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor
tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan
tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat
menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga
digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek antiperadangan.
c.
Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan
dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang.
Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak
sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus
berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi
dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin
topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika
memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa
resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat,
infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.
Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih
sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek
tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid.
Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat
atau konjungtivitis vernal.
4) Konjungtivitis viral
Beberapa
pasien
mengalami
perbaikan
gejala
setelah
pemberian
antihistamin/dekongestan topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres hangat atau
dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap
setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda
tanda perbaikan.
b.
Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.
c.
Kadang kadang perlu diberikan bersama sama dengan tetrasiklin untuk infeksi
chlamydia yang banyak terjadi.
2.9
Pencegahan
a.
b.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit
c.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d.
Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e.
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f.
g.
h.
2.9.1
Komplikasi Konjungtivitis
glaukoma
2.
katarak
3.
ablasi retina
4.
5.
6.
7.
2.9.2 Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya dapat sembuh
dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh 10-14 hari. Bila diobati,
sembuh dalam 1-3 hari. Konjungtivitis karena staphilokokus sering menjadi kronis.
Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung
jawab.
2.
a)
Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva,
purulen / Gonoblenorroe.
b)
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah
meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur
tentu keluhan timbul.
c)
3.
4.
Pemeriksaan fisik.
Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arah
limbus.
Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata
lengket saat bangun tidur.
b.
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6)
Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi).
7)
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena
jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus.
2.9.4
Diagnosa keperawatan
1.
Rencana tindakan
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
R/ untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
2. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
R/ Berguna dalam intervensi selanjutnya.
3. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang
R/ Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
4. Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan larutan salin
selama kurang lebih 3 menit.
R/ melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.
5.
Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap
pengusap hanya dipakai satu kali.
R/ membersihkan palpebra dari eksudat
meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
6.
tanpa
menimbulkan
nyeri
dan
R/ mata yang
mikroorganisme.
7.
tertutup
merupakan
media
yang
baik
bagi
pertumbuhan
8.
Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau
mengurangi penggunaan tata rias hingga semua gejala konjungtivitis hilang. Bantu
klien mengidentifikasi sumber alergen yang lain. Tekankan pentingnya kacamata
pelindung bagi klien yang bekerja dengan bahan kimia iritan.
R/mengurangi ekspose alergen atau iritan.
9.
Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan lien cara
menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau
salep mata.
R/mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat mata.
Intervensi :
a.
b.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.
d.
e.
f.
3.
b.
Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
4.
Ansietas berhubungan
penyakitnya
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
proses
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
yang
nyata,
5.
Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
dari
Beritahu klien mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan bantal dengan
anggota keluarga yang lain. Klien sebaiknya menggunakan tisu, bukan saputangan
dan tisu ini harus dibuang setelah pemakaian satu kali saja.
R/ Meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
5)
Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak sembarangan
dengan mata.
R/ Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada orang lain.
6)
7)
sesudah
melakukan
Beritahu klien untuk menggunakan tetes atau salep mata dengan benar tanpa
menyentuhkan ujung botol pada mata/bulu mata klien.
R/ Prinsip higienis perlu ditekankan pada klien untuk mencegah replikasi kuman
sehinggaa penyebaran infeksi dapat dicegah.
9)
6.
c. Mengungkapkan keinginan
mencegah cedera.
untuk
melakukan
tindakan
pengamanan
untuk
Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 1998
2.
http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-DanPatofisiologi-Konjungtivitis
3.
https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/Highli
ghts
4.
Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
5.
American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology;
2003
6.
Buku saku dasar patologis penyakit, robbins & cotran, edisi 7, EGC: Jakarta,
2008.
7.
http://www.4shared.com/document/4iB3gm3a/Konjungtivitis.htm
8.
Sirajuddin, Junaedi. Bagian Mata FKUH. Konjungtivitis.
9.
http://media.mansmed.com/details.php?image_id=41
akalah Konjungtivitis
14 DESEMBER 2013 | RIEZKHYAMALIA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat
terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat
sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan
dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen
antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan
terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang
terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan
ciriary dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya
penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma,
katarak, maupun ablasi retina.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2. Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5. Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7. Bagaimna penatalaksanaanya?
8. Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
1. Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas KDPK
yang berjudul Konjungtivitis. Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.
1. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini di awali dengan kata pengantar, daftar isi, BAB I
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah,
sistematika penulisan, BAB II pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi
tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, BAB III penutup yang berisi
kesimpulan, saran, dan di akhiri dengan daftar pustaka.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut
mata merah. (Suzzane, 2001)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink
eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
1. ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti:
Bakteri
Klamidia
Virus
Jamur
Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi
(pada reaksi alergi).
1. PATOFISIOLOGI
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme
yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga
berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
1. MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda
asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora
(keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan
menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi
fibrin.
1. KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS
a.
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling
sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim
tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan
serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan
serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah
kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau
asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga
berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini adalah konjungtivitis
yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria
gonorhe.
1. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan.
1. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
1. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore
neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan oftalmoskop
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
1. PENATALAKSANAAN
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis
karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena
jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan
terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis
karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05
%) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian
bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil
pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan
tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur
atau salep mata 4-5 kali sehari.
medika menstosa :
1. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.
1. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut
mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti:
Bakteri
Klamidia
Virus
Jamur
Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi
(pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda
konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Brunner &
Suddart, 2000 )
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau
peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata
dan permukaan bagian dalam kelopak mata.Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata
berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata
rusak.Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.(Effendi, 2008).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi.
(Corwin, 2001).
Konjungtivitis adalah keradangan blateral konjungtiva yang beruang menurutmusim dengan
gambaran spesifik hipertrofi papilerdi daerah tartus dan limbus (Soewono,1993:39)
Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia (Anonim, 2009).
B. Anatomi Fisiologi
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak
mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian
jernih di tengah-tengah mata (kornea). 3 Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan
berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola
mata)
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
C. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal :
1) Bisa bersifat infeksius
- Bakteri
- Klamida
- Virus
- Jamur
- Parasit
2) Imunologis (alergi)
3) Iritatif
- Bahan kimia
- Suhu
- Listrik
- Radiasi (mis. akibat sinar ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit
sistemik.
Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya
toksis atau kimia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
D.
1.
2.
3.
4.
5.
Manifestasi Klinis
Nyeri
Hiperemia (kemerahan)
Edema
Pengeluaran air mata
Gatal
6.
7.
8.
9.
E. Klasifikasi
1. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, dan Moraxella catarrhalis.Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui
kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada
awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan
berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup
terutama saat bangun tidur pagi hari.Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.Dapat
ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
Sering disertai urethritis.Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain
meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata
bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri.Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan Gram pada sekret.Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit
untuk terapi topikal dan sistemik.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah
keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda
asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak.Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan
bisa terjadi nyeri periorbital.Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan
infeksi saluran napas atas.
4. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein
hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan
antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata
rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin..Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing).
Tanda dan gejalanya :
a. Mata gatal
b. Panas
c. Mata berair
d. Mata merah
e. Kelopak mata bengkak.
f. Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma.
g. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a. Gonococ
b. Chlamydia ( inklusion blenore )
c. Staphylococus
Masa inkubasi bervariasi antara 3 6 hari
Gonore
: 1 3 hari
Chlamydia
: 5 12 hari
a.
b.
c.
d.
e.
F. Komplikasi Konjungtivitis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan
pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
glaukoma
katarak
ablasi retina
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti
ekstropin, trikiasis
komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lamakelamaan orang bisa menjadi buta
komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan.
G. Penatalaksanaan
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti
gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll.selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan
hasil
yang
baik,
dihentikan
dan
menunggu
hasil
pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik
spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 45 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Penatalaksanaan keperawatan:
a. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik. Sekret
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap jam.
b. Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan terisolasi
Medika mentosa:
a. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 20.000 unti /ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.
b. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin
setiap 1 jam selama 3 hari.
c. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
d. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut turut negatif.
3. Konjungtivitis alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa Kompres dingin dan menghindarkan penyebab
pencetus penyakit.Dokter biasanya memberikan obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor
dan pemberian Astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah. Rasa sakit dapat
dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan
salin(garam fisiologis). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan
karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan
topikal.Tersedia bebas di pasaran.Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki
gejala.
5. Konjungtivitis blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topikal mata
dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
a. Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam
pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda tanda perbaikan.
b. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian
obat tidak akan efektif.
c. Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan
mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan kapas
atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin
1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang
ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam
setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi
baru lahir.
H. Pencegahan
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
5. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
6. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
7. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.
I.
Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya dapat sembuh dengan
sendirinya.Tanpa pengobatan biasanya sembuh 10-14 hari.Bila diobati, sembuh dalam 1-3
hari.Konjungtivitis karena staphilokokus sering menjadi kronis.
J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia
konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
K. PATOFISIOLOGI
lihat Pathway konjungtivitis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur jenis kelamin, hubungan dengan klien, status perkawinan, agama, suku
bangsa, alamat.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata,
epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar
ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
b. Pemeriksaan fisik Khusus
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arah limbus.
2) Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata lengket saat
bangun tidur.
b. Berair/encer pada infeksi virus.
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada
infeksi pneumokok. Kadang kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil kecil baik di
konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat
sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.
B.
1.
2.
3.
4.
Diagnosa keperawatan
Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakitnya
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu
Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.
C. Rencana Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
Tujuan : nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang, dan klien tidak merasa kesakitan
KH
: Nyeri berkurang atau terkontrol
INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh
klien.
2. Ajarkan klien metode distraksi
selama nyeri, seperti nafas dalam
dan teratur.
RASIONAL
Untuk menentukan pilihan intervensi
yang tepat.
Berguna dalam intervensi selanjutnya.
Merupakan suatu cara pemenuhan
rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa
kebisingan.
Menghilangkan
nyeri,karena
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam memblokir saraf penghantar nyeri
pemberian analgesik.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakitnya
Tujuan : suhu tubuh klien dapat kembali dalam rentang normal
KH
: Klien mengetahui batas normal suhu tubuh
Klien mampu mengatasi hipertermi
INTERVENSI
RASIONAL
Dapat memberikan gambaran
umum keadaan klien
1. M
mematuhi progam
dilaksanakan.
terapi
yang
telah
untuk
mempercepat
penyembuhan
dalam
1)
3)
a.
b.
c.
d.
e.
Kesimpulan
Jadi, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal :
Bisa bersifat infeksius seperti oleh, bakteri, klamida, virus, jamur dan parasit.
2) Imunologis (alergi)
Iritatif seperti, bahan kimia, suhu, listrik dan radiasi (mis. akibat sinar ultraviolet) atau
berhubungan dengan penyakit sistemik.
Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukkan penyebabnya
toksis atau kimia.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, konjungtivitis
terbagi menjadi beberapa tipe antara lain;
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis Alergi
dan Konjungtivitis blenore.
Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan pada pasien konjungtivitis tergantung dari penyebab
dan tipe yang diderita.
Saran
Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan keperawatan Pada Klien dengan
Konjungtivitis, pembaca bisa mencari bahan Keperawatan Medikal Bedah yang membahas
mengenai konjungtivitis disitus-situs internet dan buku-buku Keperawatan Medikal Bedah yang
membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis.
DAFTAR PUSTAKA
proses
Istiqomah, Indriana N. (2004). Klien dengan Gangguan Penglihatan. Edisi 3.Jakarta : EGC
Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah volume 3,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kunjungtivitis GO