Sie sind auf Seite 1von 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.508 pulau. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sember daya alam
yang melimpah namun sayangnya sumber daya tersebut masih belum bisa
dimanfaatkan dengan baik disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki,
seperti teknologi, sumber daya modal dan sumber daya manusia yang kurang
memadai. Selain itu, masalah yang dihadapi Indonesia sebagai negara
berkembang yang mempunyai wilayah yang sangat luas adalah ketidakmerataan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, diperlukan investor baik dari
dalam negeri maupun luar negeri guna membantu pemerintah dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Perkembangan investasi di Indonesia dewasa ini terus mengalami
peningkatan. Untuk lebih meningkatkan Investor di Indonesia, pemerintah
memberikan fasilitas pajak salah satunya tercantum dalam Pasal 31 A UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak kepada investor
yang melakukan penenaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah tertentu
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat fasilitas
pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka penanaman
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun 2010. Fasilitas ini
dikenal dengan Tax Holiday. Hal itulah pada pembahasan makalah kali ini
penulis tertarik untuk membahas tentang Insentif Pajak yaitu Tax Allowance dan
Tax Holiday.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Insentif Pajak?
2. Apa saja jenis-jenis Insentif Pajak?
3. Apa yang dimaksud dengan Tax Allowance dan Tax Holiday?
4. Bagaimana penerapan Tax Allowance dan Tax Holiday di Indonesia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Selain untuk memenuhi salah satu tugas dari matakuliah English for
Spesific Purpose, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk :
1. Agar mengetahui pengertian dari Insentif Pajak.
2. Agar mengetahui apa saja jenis dari Insentif Pajak.

3. Agar mengetahui apa itu Tax Allowance dan Tax Holiday.


4. Agar mengetahui bagaimana penerapan Tax Allowance dan Tax Holiday di
Indonesia.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk
kepentingan akademis maupun kepentingan praktis, yaitu :
1. Manfaat Akademis
a. Penulisan makalah ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi
ilmu hukum pada umumnya serta ilmu hukum pajak pada khususnya
mengenai kebijakan pemberian fasilitas pajak berupa tax allowance dan tax
holiday dalam kaitannya dengan fungsi regulerend pajak.
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai ilmu
tentang perpajakan dan segala kebijakannya.
2. Manfaat Praktis
a. Penulisan makalah ini semoga bermanfaat sebagai pengetahuan bagi
lembaga-lembaga pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan fasilitas pajak
penghasilan berupa tax allowance dan tax holiday.
b. penulisan makalah ini semoga dapat bermanfaat sebagai pengetahuan bagi
masyarakat, tentang hukum pajak dan penerapan kebijakan pemberian fasilitas
pajak penghasilan berupa tax allowance dan tax holiday di Indonesia.

BAB II
2

LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Insentif Pajak
Menurut Cascio (1995 : 377), ..an incentive are variable reward,
granded to individuals on groups, that recognize differences in achieving results.
They are designed to stimulate or motivate greater employee effort on
productivity. Dari definisi tersebut insentif dapat diartikan sebagai berikut :
insentif adalah variabel penghargaan yang diberikan kepada individu dalam suatu
kelompok, yang diketahui berdasarkan perbedaan dalam mencapai hasil kerja. Ini
di rancang untuk memberikan rangsangan atau memotivasi karyawan berusaha
meningkatkan produktivitas kerjanya.
Harsono (2004:21) berpendapat, insentif adalah setiap sistem kompensasi
dimana jumlah yang diberikan tergantung pada hasil yang dicapai, yang berarti
menawarkan sesuatu yang berarti menawarkan sesuatu insentif kepada pekerja
untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
insentif merupakan alat untuk mendorong karyawan agar lebih meningkatkan
produktivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Definisi Insentif pajak menurut Suandy (2003) adalah suatu pemberian
fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri untuk aktifitas
tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu. Zee, H.H, stotsky dan Ley
mendefinisikan insentif pajak seperti yang dikutip oleh Alex Easson (2004)
bahwa: A tax incentive can be defined either in statutory or effective terms. In
statutory term, it would be a special tax provision granted to qualified investment
projects (however determined) that represents a statutorily favorable deviation
from a corresponding provision applicable to investment projects in general (i.e.
projects that receive no special tax provision). An implication of this definition is
that any tax provision that is applicable to all investment projects does not
consitute a tax incentive In effective terms, a tax incentive would be a special
tax provision granted to qualified investment project of lowering the effective tax
burden-measured in some way-on those projects, relative to the effective tax
burden that would be borne by investors in the absence of special tax provision.
Insentif pajak merupakan suatu instrumen dari sistem perpajakan yang
dapat dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Beberapa negara di

kawasan Asia saling bersaing dalam memainkan insentif pajak untuk menarik
investasi asing yang diyakini mampu memulihkan sakit ekonomi pasca krisis
ekonomi tahun 1997 dan 1998. Dalam beberapa kasus, insentif pajak diterapkan
sebagai kompensasi dari buruknya iklim investasi dari suatu negara yang antara
lain dicerminkan dari kurangnya infrastruktur, ketidakpastian hukum dan
rumitnya birokrasi (Thuronyi, 1998). Meski pada umumnya kebijakan tax
incentives ini dilakukan oleh negara-negara berkembang, namun bukan berarti
negara majupun tidak melakukannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Viherkentt (1991), Fiscal incentives have traditionally played a central role in
Third World foreign investment policy. Although such incentives are common in
industrialised countries too, they are much widespread in developing countries.
Even at the time when attitudes towards multinationals were most critical, alarge
number of LCDs granted such incentives; however, the increasingly favourable
policies toward foreign investment have also taken the form of more generous
fiscal incentives.
Di Indonesia, fasilitas pajak yang diberikan tercantum dalam Pasal 31 A
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak kepada
investor yang melakukan penanaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah
tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat
fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka
penanaman yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun 2010.
Fasilitas ini dikenal dengan Tax Holiday. Baik Tax Allowance maupun Tax
Holiday sama-sama memberikan keringanan terhadap pembayaran pajak
penghasilan badan, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan negara.
2.2 Jenis Jenis Insentif Pajak
Menurut Thuronyi (1998), jenis insentif pajak secara umum adalah ; tax
holiday, Investment allowance and tax credit, timing differences, dan reduced tax
rates. Masing-masing tipe dipilih sesuai dengan isu yang dihadapi.

1.

Tax holidays

Insentif pajak yang berupa tax holiday merupakan insentif pajak yang
diberikan melalui pembebasan dari pajak penghasilan badan atau corporate
income tax (CIT) dan/atau pengurangan tarif pajak atas CIT. Tax holiday diberikan
dalam periode waktu yang terbatas dan hanya diperbolehkan bagi perusahaan
yang baru didirikan. Jangka waktu efektif dari tax holiday tergantung dari start
awal berlakunya tax holiday. Alternatif titik awal tax holiday antara lain tanggal
perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi, tanggal perusahaan mulai
berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana perusahaan pertama kali
mendapatkan keuntungan, atau tahun dimana perusahaan pertama kali
memperoleh penghasilan kena pajak
Insentif tax holiday sangat berkaitan dengan ketentuan mengenai
penyusutan dan kompensasi kerugian. Dalam beberapa sistem pajak, Wajib Pajak
dapat memilih untuk membebankan biaya penyusutan saat mulai diperolehnya
aktiva atau menunda beberapa tahun sampai dengan kegiatan usaha dimulai dan
memperoleh laba. Jika pembebanan biaya penyusutan dan kompensasi kerugian
dilakukan pada periode waktu tax holiday, maka pemberian insentif tax holiday
tidak menarik bagi investor karena insentif tersebut tidak menguntungkan bagi
investor sebagai Wajib Pajak.
Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah
keuntungan dari segi kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang
harus dibayar pada masa holiday maka baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak
tidak perlu melakukan filing dan audit pajak serta tidak ada biaya administrasi.
Sedangkan kelemahannya antara lain adalah:
1. The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host
country yang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi
yang cukup.
2. Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile
dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax
holiday yang baru jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah
habis. Dengan praktek tersebut, negara host country kehilangan benefit
dari adanya investor tersebut.

3. Tax holiday menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau


manipulasi pajak.
2. Tax sparing credit
Insentif pajak berupa Tax holiday agar efektif harus didukung dengan
ketentuan mengenai tax sparing credit yaitu suatu kredit pajak semu yang
disepakati oleh negara asal investor dimana negara asal investor memperbolehkan
investor mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam penghitungan pajak
global di negara asal investor (the country of resident) walaupun dalam
kenyataannya tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara
sumber memberikan insentif pajak (tax holiday). Insentif pajak berupa tax holiday
yang diberikan oleh negara sumber tidak akan efektif jika di negara asalnya,
investor harus membayar pajak atas keseluruhan penghasilan yang diterima dari
seluruh dunia (world wide income). Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada
periode pemberlakuan tax holiday pada periode waktu tahun 1967 sampai dengan
1983.
3.

Investment allowances and tax credits


Investment allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada

investasi baru yang dibuat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk
insentif pajak yang didasarkan pada besarnya investasi. Tax allowance berarti
mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax credit secara
langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain investment
allowance adalah:
a. Investasi yang memenuhi syarat (eligible investment), yaitu bahwa
invsetment allowance diterapkan atas semua bentuk investasi modal atau
dapat pula atas kategori khusus saja, seperti mesin atau peralatan
berteknologi canggih.
b. Jumlah allowance, yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari
investasi tertentu. Di Indonesia, besarnya allowance adalah 30% dari
investasi yang memenuhi syarat.

c. Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimana
investment allowance dapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya
adalah 6 tahun.
Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam
mendefinisikan pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dari allowance
atau kredit pajak, dan perlakuan dari jumlah insentif yang tidak dapat
dipergunakan dalam tahun tersebut dalam hal penghasilan kena pajak tidak
mencukupi. Sedangkan kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengan tax
holiday dilihat dalam perspektif host country adalah biaya maksimal yang muncul
dapat ditentukan dengan mudah; biaya tersebut berhubungan secara langsung
dengan jumlah investasi yang diberikan allowance; serta insentif tersebut tidak
membatasi khusus kepada investor baru tapi juga kepada investor lama yang
meningkatkan investasinya.
4.

Accelerated depreciation (timing difference)


Perbedaan waktu dapat terjadi dalam hal pembebanan biaya yang

dipercepat atau penangguhan pengakuan penghasilan. Bentuk umum dari


pembebanan biaya yang dipercepat adalah penyusutan, yaitu penyusutan
dibebankan dalam periode waktu yang lebih pendek dari umur ekonomis aktiva
tersebut atau melalui pembebanan khusus di periode tahun pertama. Maksud dari
insentif tipe ini adalah untuk membantu perusahaan memperoleh pengembalian
modalnya (return on investment) lebih cepat. Namun, insentif ini secara
keseluruhan tidak mempengaruhi jumlah pajak yang seharusnya dibayar ke
negara, tetapi hanya menggeser beban pajak ke belakang. Misalnya atas suatu
aktiva yang mempunyai manfaat ekonomis selama 8 tahun, seharusnya dibiayakan
melalui penyusutan selama 8 tahun. Namun dengan kebijakan insentif,
penyusutan tersebut dapat dibebankan lebih pendek, misalnya menjadi 4 tahun.
Namun total biaya penyusutan yang boleh dibebankan tetap sama sesuai dengan
nilai perolehan aktiva tersebut.
5.

Tax rate reductions


Pengurangan tarif pajak secara umum diterapkan atas penghasilan dari

sumber tertentu atau kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu.


7

Misalnya, kepada perusahaan kecil di bidang manufaktur atau pertanian.


Pengurangan tarif ini berbeda dengan tax holiday sebab kewajiban pajak dari
perusahaan tidak dibebaskan secara keseluruhan, dan insentif ini dapat diperluas
pada perusahaan baru termasuk penghasilan dari kegiatan yang telah ada serta
tidak dibatasi pada periode waktu tertentu. Persoalan utama dalam menerapkan
insentif tipe ini adalah dalam mengidentifikasi penghasilan yang memenuhi syarat
dan kriteria perusahaan tertentu. Seringkali dalam membuat definisi atas
penghasilan dan perusahaan tertentu yang berhak mendapatkan insentif
menimbulkan peluang untuk dimanipulasi. Untuk mencegah dimanipulasi,
biasanya dibuat aturan hukum yang ketat sehingga justru mengurangi efektifitas
dari insentif tersebut. Pada pembahasan kali ini,kami hanya befokus untuk
membahas tentang Insentif Pajak Tax Holiday dan Tax Allowance yang berlaku di
Indonesia.

2.2 Dasar Hukum


a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak
kepada investor yang melakukan penanaman modal dibidang usaha tertentu dan
didaerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian
diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015.
b. Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun 2010 tentang fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka penanaman.
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 159/PMK.010/2015
Tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Insentif Pajak di Indonesia
Perkembangan investasi di Indonesia dewasa ini terus mengalami
peningkatan. Diagram berikut menunjukkan perkembangan realisasi investasi di
Indonesia sejak Tahun 2011-September 2014
Diagram 1.1

Sumber : Indonesia Investment Coordinating Board (BKPM).


Diagram tersebut menunjukkan bahwa peningkatan realisasi investasi di
Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dari tahun 2012 ke 2013
investasi domestik mengalami kenaikan sebesar 2,06 % sedangkan investasi dari
luar negeri mengalami kenaikan sebesar 22,71%. Tahun 2014 realisasi investasi
penanaman modal domestik mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni
sebesar 65,88%, sedangkan investasi asing kenaikan nya lebih jumlah kenaikan
lebih sedikt dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,13%.
Untuk meningkatkan investasi di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai cara
untuk menarik investor, salah satunya memberikan Fasilitas (insentif) pajak. Di
Indonesia, fasilitas pajak yang diberikan salah satunya tercantum dalam Pasal 31
A Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak
kepada investor yang melakukan penenaman modal dibidang usaha tertentu dan
didaerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian
9

diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga
terdapat fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam
rangka penanaman yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun
2010. Fasilitas ini dikenal dengan Tax Holiday. Baik Tax Allowance maupun Tax
Holiday sama-sama memberikan keringanan terhadap pembayaran pajak
penghasilan badan, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan negara.
4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerintah Dalam Memberikan
Insentif Pajak
Dalam memberikan insentif pajak, tentunya pemerintah memiliki tujuan
tertentu untuk meningkatkan perekonomian negara. Berdasarkan IMF Working
Paper tahun 2001, alasan pemberian insentif pajak oleh yurisdiksi perpajakan
adalah sebagai berikut :
1. Industrial Policy, khususnya untuk mendorong gerak majunya industri
tertentu. Bentuk insentif yang ditawarkan yaitu memberikan Tax
Allowance untuk industri yang bergerak dibidang tertentu dan daerah
tertentu atau Tax Holiday bagi industri pioner dibidang tertentu yang
dianggap strategis.
2. The transfer of proprietary knowledge or technology. Diharapkan dengan
adanya investasi maka terjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi
yang nantinya akan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat
sekitarnya.
3. Employement objectives, agar terciptanya lapangan pekerjaan yang baru
seiring dengan bertambahnya industri baru maupun perluasan industri
yang dilakukan perusahaan.
4. Training and human capital development, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. dengan adanya industri baru tentu akan
membutuhkan tenaga kerja lokal, sehingga tenaga kerja tersebut dapat
belajar dan meningkatkan kemampuannya.
5. Economic diversification, dalam hal ekspektasi timbul-tumbuh-tambahnya
sektor-sektor industri baru.
6. Access to overseas market, menstimulasi perdagangan internasional
dengan membuka akses pasar luar negeri.
7. Regional or locational objectivesi untuk mempercepat pertumbuhan
wilayah-wilayah tertentu yang menjadi target pemberian fasilitas (insentif)
pajak yang dimaksud.

10

Walaupun secara umum pemberian fasilitas perpajakan sama-sama


bertujuan untuk menarik penanaman modal baik, setiap negara mempunyai
kebijakan insentif masing-masing sesuai dengan tujuanya. Untuk negara
berkembang yang memiliki sumber daya alam yang banyak namun memiliki
keterbatasan dalam teknologi dan sumber daya modal, fasilitas diberikan dengan
tujuan utama meningkatkan pendapatan negara, memenuhi kebutuhan pokok,
menyerap lapangan pekerjaan dan meratakan perekonomian di berbagai daerah
dengan berorientasi pada pengolahan sumber daya alam.
3.3 Tax Allowance dan Tax Holiday
Used in the hopes of increasing the gross domestic product (GDP) in
developing countries, tax holidays are a way in which governments attract foreign
investors. Tax holidays are often put in place in particular industries to help
promote growth. (www.investopedia.com)
A tax holiday is a temporary reduction or elimination of a tax. Programs may be
referred to as tax abatements, tax subsidies, tax holidays, or tax reduction
programs. Governments usually create tax holidays as incentives for business
investment. In developing countries, governments sometimes reduce or eliminate
corporate taxes for the purpose of attracting Foreign Direct Investment or
stimulating
growth
in
selected
industries.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Tax_holiday)
Tax allowance diterjemahkan sebagai keringanan/pengurangan pajak, dan tax
holiday sebagai pembebasan pajak atau tax exemption. Dunia internasional
menggunakan istilah tax holiday, termasuk untuk insentif keringanan pajak. Di
negara maju seperti Amerika Serikat tax holiday bertujuan untuk
menghangatkan ekonomi, yaitu mendorong sisi demand konsumen sehingga
tercipta creeping inflation. Di negara berkembang tax holiday merupakan insentif
untuk direct foreign investment. Stimulus diberikan agar pemilik modal asing mau
menanamkan modal besarnya pada sektor atau wilayah tertentu yang dipandang
pemerintah tidak feasible secara bisnis. Tanpa itu, investor enggan menanamkan
modalnya.
Sesuai dengan tujuannya, tidak ada yang salah dengan tax holiday. Pajak juga
berfungsi sebagai regulerend, mendorong kebijakan pemerintah di sektor lainnya.
Diharapkan insentif pajak tersebut dapat menjadi multiflier effect bagi
pertimbuhan ekonomi yang ujung-ujungnya menjadi tax base juga.
Pada dasarnya, Tax Allowance maupun Tax Holiday merupakan fasilitas
yang diberikan oleh yurisdiksi perpajakan, baik untuk mengurangi jumlah pajak

11

yang harus dibayar perusahaan ataupun membebaskan pengenaan pajak dalam


jangka waktu tertentu.

Secara umum, perbedaan antara Tax Allowance dan Tax Holiday dapat
dilihat dari tabel berikut :

12

1. Dari segi fasilitas


Tax holiday: perusahaan akan dibebaskan dari pajak penghasilan badan selama
10 tahun paling lama dan minimal 5 tahun sejak dimulainya produksi komersial.
Setelah itu perusahaan akan diberikan potongan pajak penghasilan dari pajak
terutang sebanyak 50% selama 2 tahun.
Tax allowance: perusahaan akan diberikan potongan pajak 30% maksimal
dihitung dari besar investasi yang ditanamkan, serta kompensasi kerugian yang
tidak lebih dari 10 tahun.
2. Ketentuan pemberian pengurangan pajak
Tax holiday: tax holiday akan diberikan kepada investor yang memiliki rencana
untuk menanamkan modal minimal sebesar satu triliun rupiah.

13

Tax allowance: pengurangan pajak akan diberikan kepada perusahaan dengan


nilai investasi yang tinggi atau nilai ekspor yang tinggi, bisa menyerap banyak
tenaga kerja, serta memanfaatkan sumber daya lokal yang tinggi.
3. Jenis usaha
Tax holiday: akan diberikan pada perusahaan pioner yang bergerak di bidang
industri pertambangan, industri mesin, dan/atau industri peralatan komunikasi.
Tax allowance: pada dasarnya akan diberikan kepada semua bidang perusahaan
dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.
4. Syarat pemberian pengurangan pajak hasil
Baik tax holiday maupun tax allowance akan diberikan haknya apabila
perusahaan yang akan menerima telah melakukan semua penanaman modalnya di
Indonesia dan telah berproduksi secara komersial.

3.4 Dampak Pemberian Tax Holiday dan Tax Allowance di Indonesia


Tujuan pemerintah memberikan dua kebijakan pajak kepada investor ini
adalah untuk mengundang para investor mau berinvestasi di negaranya untuk
membiayai pembangunan nasional. Meski begitu, pemberian tax holiday dan tax
allowance ini masih menuai kontroversi terutama pada dampak yang diakibatkan
pada negara tersebut. Berikut adalah beberapa dampak yang bisa muncul karena
pemberian pengurangan pajak penghasilan badan :
1.

Pendapatan Negara

Dalam jangka pendek, pemberian fasilitas perpajakan baik Tax Allowance


maupun Tax Holiday akan mengurangi jumlah pajak penghasilan badan, sehingga
pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang. Namun dalam jangka
menengah dan jangka panjang justru akan meningkatkan penghasilan negara
karena modal ang ditanamkan besar sedangkan pengurangan tarif berlaku dalam
jangka pendek. Namun disisi lain, pemberlakuan jangka waktu pemberian fasilitas
dapt berdampak buruk karena penyalahgunaan yang dilakukan oleh perusahaan
yang hanya mengejar insentif pajak terutama Tax Holiday untuk menghindari
pembayaran pajak yang mengakibatkan kebocoran pendapatan negara. Selain itu,
ada perusahaan yang hanya mengejar Tax Holiday dengan mengalihkan
investasinya kenegara lain setelah berakhirnya masa Tax Holiday.
2.

Investasi
14

Sesuai dengan tujuan utama diberikannya fasilitas Tax Allowance dan Tax
Holiday untuk menarik penanaman modal di Indonesia baik penanaman modal
domestik maupun asing. Namun, efektifitas insentif pajak masih dipertanyakan.
Bagi industri tertentu, fasilitas pajak bukan merupakan faktor utama untuk
menanamkan modalnya di suatu negara. Seperti halnya kasus yang terjadi pada
anak perusahaan Krakatau Steel yang gagal dalam mendapatkan Tax Holiday
namun masih tetap ingin melanjutkan investasinya.
3.

Peningkatan lapangan pekerjaan

Dengan meningkatnya meningkatnya industri baru, akan menambah


kebutuhan julah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BKPM, pertambahan jumlah penyerapan
tenaga kerja akibat realisasi penerimaan penanaman modal tahun 2013 mencapai
1.829.950 dan pada tahun 2014 sebanyak 1.430.846 orang. Penurunan jumlah
penyerapan tenaga kerja tersebut sesuai dengan realisasi investasi yang juga turun
pada tahun 2014 sebesar 16% dari tahun sebelumnya yang mencapai 27%. Artinya
jumlah investasi sangat mempengaruhi absorbsi tenaga kerja.
Contoh Kasus Penyalahgunaan Fasilitas Pajak :
Penanaman Modal Asing di Indonesia
Pemerintah sudah memberikan berbagai fasilitas dan keringanan bagi PMA untuk
berinvestasi di Indonesia. Disayangkan banyak PMA yang menghindar dari
kewajiban perpajakannya.
Sekitar 28% dari 18.223 perusahaan PMA yang beroperasi di Indonesia
melaporkan masih mengalami kerugian hingga saat ini. Kerugiannya bervariasi,
mulai dari 1-2 tahun berturut-turut, hingga 3-5 tahun berturut-turut. Sebagai
dampak dari kerugian itu, sekitar 5.068 PMA itu belum membayarkan pajaknya
kepada negara. Padahal sebagian sudah beroperasi cukup lama dengan
menggunakan sumber daya dan fasilitas yang disediakan negara.
Direktur Jenderal Pajak, Sigit Priadi Pramudito mengatakan, pemerintah akan
terus meneliti kerugian PMA-PMA itu. Jika memang terjadi karena operasional,
tidak ada masalah. Namun jika terjadi karena dugaan praktik transfer pricing,
pemerintah akan berlaku tegas kepada para PMA tersebut.
Diskursus itu mengemuka dalam acara Tax Corner yang diselenggarakan IAI
KAPj baru-baru ini di Grha Akuntan, Jakarta. Tax Corner merupakan acara rutin
yang digelar IAI KAPj dalam rangka meningkatkan pemahaman para
stakeholders perpajakan Indonesia. Tax Corner kali ini mengangkat tema Kupas

15

Tuntas Masalah Penanaman Modal Asing Rugi. Selain dihadiri para stakeholder
akuntan pajak, Tax Corner kali ini juga dihadiri perwakilan chambers dan
business club dari berbagai kawasan, seperti Amerika, India, Korea, dan Taiwan.
Menurut Sigit, total investasi PMA di tahun 2014 mencapai Rp463 triliun. Dengan
investasi sebesar itu, Indonesia merupakan negara tujuan investasi terbesar ke-19
di dunia dan ketiga di Asia. Namun sayang banyak PMA itu hingga kini mengaku
masih mengalami kerugian. Berdasarkan catatan DJP, dari total PMA rugi
tersebut, hanya sekitar 25 persen PMA yang benar-benar mengalami kerugian,
sedangkan sisanya diduga melakukan penyalahgunaan pajak. Pemerintah sudah
banyak memberikan kemudahan. Selain DJP, ada juga kebijakan dan fasilitas dari
Bea Cukai. Namun itu semua banyak disalahgunakan, keluh sang dirjen.
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan DJP, Edi Slamet Irianto dalam diskusi Tax
Corner menjelaskan, perlu ada kesamaan pemahaman atas kasus PMA rugi itu.
Pasalnya, untuk memasukkan investasi PMA ke dalam negeri, pemerintah telah
mengucurkan fasilitas perpajakan, sehingga diharapkan sebagai kompensasinya
mereka bisa membayar pajak dengan benar.
Ia menyinggung masih banyaknya PMA mengklaim mengalami kerugian setelah
sekian lama beroperasi di Indonesia. Edi mengendus cara itu hanya sebagai akalakalan sebagian PMA tersebut. Padahal, untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia
menjadi negara tujuan favorit investor yang menarik. Kalau mereka melihat kita
menguntungkan, kenapa mereka rugi terus? Ini kondisi yang anomali, kritik dia.
Tujuan kita adalah bukan untuk menghukum dan memenjarakan mereka (PMA)
melalui pajak. Justru yang DJP lakukan adalah atas keinginan masyarakat atas
keadilan pajak yang tertuang dalam UU KUP, jelas dia. Kepentingan DJP
adalah terkait kepatuhan WP PMA. Mereka harus menaati hukum perpajakan
Indonesia. Kami juga sudah melakukan berbagai kajian yang diperlukan untuk
menentukan kewajaran dari proses bisnis para WP PMA tersebut, papar dia.
Suara Pengusaha
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Johnny Darmawan Danusasmita
menuturkan, dalam konteks normatif semua perusahaan didirikan hanya untuk
mencari keuntungan. Tapi kalau faktanya selalu merugi terus memang harus dicari
indikator-indikatornya, apakah mereka bersikap jujur atau tidak. Bisa saja yang
dilakukan oleh PMA itu untuk penghindaran pajak.
Pengusaha itu akan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Mencari celah
hukum. Tapi tidak semua seperti itu. Biasanya, perusahaan itu banyak dibebani

16

dengan target-target. Bisa saja mereka mengaku rugi padahal faktanya tidak sesuai
target, jelas pengusaha akuntan ini.
Jul Saventa Tarigan, praktisi di sektor pertambangan dan pengurus IAI KAPj
mengatakan, pada dasarnya PMA yang mengaku rugi bertahun-tahun itu dapat
dimungkinkan. Kondisi ini terjadi karena adanya extra ordinary proyeksi yang
salah. Namun tetap mesti dilihat bagaimana perusahaan tersebut tetap survive
sekalipun bertahun-tahun merugi. Seharusnya kan kalau bicara sesuai logika,
mereka itu shutdown. Kalau tidak, mungkin saja ada profit shifting dan transfer
pricing, Jul menegaskan.
Untuk itu, ia menyarankan, pihak DJP memang harus memahami siklus bisnis WP
PMA. Dengan mengetahui proses bisnis PMA itu, maka pada akhirnya akan
didapat titik temu soal harga kewajaran antara DJP dan pihak WP. Karena ketika
harga wajar itu menjadi sesuatu yang jelas, maka akan mempermudah kerja
otoritas pajak dalam mengejar pajak PMA, sebut dia. Namun, perlu diingat,
kerugian itu bukan sesuatu yang haram. Namun perlu dicermati indicator yang
menyebabkan mereka rugi, tutupnya.
Wakil Menteri Keuangan/Ketua DPN IAI, Prof. Mardiasmo ketika menutup acara
menyampaikan pandangannya atas kondisi perpajakan PMA di Indonesia.
Menurutnya, pemerintah melihat banyak potensi dari sektor ini yang belum
tergarap optimal. Padahal potensi dari PMA-PMA yang sekarang beroperasi di
Indonesia, harusnya sangat besar dilihat dari dinamika bisnis yang ada. Banyak
PMA yang telah beroperasi puluhan tahun dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di negeri ini.
Upaya optimalisasi seperti ini bisa membantu upaya kita menaikkan tax ratio
Indonesia yang sekarang ini masih berada di bawah angka 12 persen. Dengan tax
ratio sebesar itu, Indonesia masih berada di bawah beberapa negara tetangga
seperti Filipina, Malaysia dan Singapura. Padahal untuk mencapai target pajak
sebesar Rp1294,3 T, otoritas perpajakan harus mengoptimalkan seluruh potensi
yang ada agar target pembangunan bisa terpenuhi. Jangan lupakan aspek
keadilan dalam aspek perpajakan, ujar Mardiasmo. Rakyat Indonesia lah yang
harus menikmati kekayaan negeri ini yang telah dieksplorasi oleh pihak
manapun, tutupnya.
(Tulisan ini telah terbit di Majalah Akuntan Indonesia Edisi Agustus
September 2015)

17

BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
1. Insentif pajak adalah suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada investor luar negeri untuk aktifitas tertentu atau untuk suatu
wilayah tertentu (Suandy ,2003).
2. Insentif Pajak ada 5 jenis,yaitu : Tax Holiday. Tax sparing credit ,
Investment allowances and tax credits, Accelerated depreciation
(timing difference), Tax rate reductions.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerintah Dalam Memberikan
Insentif Pajak adalah Industrial Policy, The transfer of proprietary
knowledge or technology, Employement objectives, Training and
human capital development, Economic diversification, Access to
overseas marke, dan Regional or locational objectivesi.
4. Untuk menarik investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia,
pemerintah meberikan fasilitas (insentif) pajak, diantaranya adalah
pemberian pengurangan basis pengenaan pajak (Tax Allowance) dan
pengurangan atau pembebasan pajak dalam jangka waktu tertentu (Tax
Holiday).
5. Selain untuk meningkatkan investasi, pemberian fasilitas pajak
bertujuan untuk menumbuhkan industri baru, transfer teknologi,
mengurangi pengangguran dengan, mengolah sumber daya alam dan
pemerataan ekonomi didaerah tertentu.
6. Pemberian insentif pajak berdampak kepada berbagai aspek
diantaranya yaitu disatu sisi dapat mengurangi pendapatan negara dari
segi pajak penghasilan badan, sedangkan juga dapat meningkatkan
pendapatan dalam jangka waktu panjang; menarik investasi; dan
menciptakan lapangan kerja baru.
4.2 SARAN
18

Pemberian insentif pajak merupakan suatu kebijakan pemerintah. Oleh


karena

itu

pilihan

dalam

memformulasikan

kebijakan

tersebut

harus

mempertimbangkan segi positif dan negatifnya. Segi positif adanya insentif pajak
adalah kemampuan insentif pajak sebagai perangsang terhadap investor untuk
menanamkan modal sehingga dengan banyaknya investasi yang masuk akan
meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi

yang

sangat

diperlukan

dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi segi negatif adanya insentif pajak
adalah Insentif pajak berpotensi dalam menciptakan adanya korupsi. Pemberian
insentif pajak merupakan suatu kebijakan yang tidak berlaku untuk semua sektor
usaha Wajib Pajak. Dalam menentukan sektor usaha yang diberikan insentif
sangat tergantung kepada pejabat yang berkuasa pada periode tersebut.
Pengalaman kebijakan insentif di Indonesia pada tahun 1996 membuktikan bahwa
insentif pajak diberikan tidak transparan dan hanya kepada pengusaha yang
mempunyai lobby kuat kepada penguasa. Insentif pajak dinilai tidak efektif dan
efisien. Pemberian insentif pajak dinilai tidak efektif karena faktor utama yang
menentukan dalam membuat keputusan investasi bukanlah insentif pajak.
Ketidakefisienan insentif pajak berkaitan dengan perhitungan biaya yang harus
dikorbankan, yaitu hilangnya potensi pajak lebih besar daripada keuntungan yang
diperoleh. Insentif pajak menyebabkan ketidakadilan. Pemberian insentif pajak
tidak diberlakukan kepada semua Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak yang tidak
menikmati insentif merasa diperlakukan tidak adil. Semoga Pemerintah dan
semua Menterinya yang terkait bisaa lebih membuat kebijakan Insentif Pajak yang
lebih baik lagi agar penetapan kebijakan tersebut bena-benar berfungsi dengan
seharusnya.

19

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan :
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/ 2011 .
Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.011/2014
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 Tentang
Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Sumber lain :
Badan Pusat Statistik. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990,
1995, 2000 dan 2010.
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267
Indonesia Investment Coordinating Board.2014. Domestic And Foreign Direct
Investment Realization In Quarter III And January - September 2014.

20

Das könnte Ihnen auch gefallen