Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.508 pulau. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sember daya alam
yang melimpah namun sayangnya sumber daya tersebut masih belum bisa
dimanfaatkan dengan baik disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki,
seperti teknologi, sumber daya modal dan sumber daya manusia yang kurang
memadai. Selain itu, masalah yang dihadapi Indonesia sebagai negara
berkembang yang mempunyai wilayah yang sangat luas adalah ketidakmerataan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, diperlukan investor baik dari
dalam negeri maupun luar negeri guna membantu pemerintah dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Perkembangan investasi di Indonesia dewasa ini terus mengalami
peningkatan. Untuk lebih meningkatkan Investor di Indonesia, pemerintah
memberikan fasilitas pajak salah satunya tercantum dalam Pasal 31 A UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak kepada investor
yang melakukan penenaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah tertentu
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat fasilitas
pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka penanaman
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun 2010. Fasilitas ini
dikenal dengan Tax Holiday. Hal itulah pada pembahasan makalah kali ini
penulis tertarik untuk membahas tentang Insentif Pajak yaitu Tax Allowance dan
Tax Holiday.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Insentif Pajak?
2. Apa saja jenis-jenis Insentif Pajak?
3. Apa yang dimaksud dengan Tax Allowance dan Tax Holiday?
4. Bagaimana penerapan Tax Allowance dan Tax Holiday di Indonesia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Selain untuk memenuhi salah satu tugas dari matakuliah English for
Spesific Purpose, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk :
1. Agar mengetahui pengertian dari Insentif Pajak.
2. Agar mengetahui apa saja jenis dari Insentif Pajak.
BAB II
2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Insentif Pajak
Menurut Cascio (1995 : 377), ..an incentive are variable reward,
granded to individuals on groups, that recognize differences in achieving results.
They are designed to stimulate or motivate greater employee effort on
productivity. Dari definisi tersebut insentif dapat diartikan sebagai berikut :
insentif adalah variabel penghargaan yang diberikan kepada individu dalam suatu
kelompok, yang diketahui berdasarkan perbedaan dalam mencapai hasil kerja. Ini
di rancang untuk memberikan rangsangan atau memotivasi karyawan berusaha
meningkatkan produktivitas kerjanya.
Harsono (2004:21) berpendapat, insentif adalah setiap sistem kompensasi
dimana jumlah yang diberikan tergantung pada hasil yang dicapai, yang berarti
menawarkan sesuatu yang berarti menawarkan sesuatu insentif kepada pekerja
untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
insentif merupakan alat untuk mendorong karyawan agar lebih meningkatkan
produktivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Definisi Insentif pajak menurut Suandy (2003) adalah suatu pemberian
fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri untuk aktifitas
tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu. Zee, H.H, stotsky dan Ley
mendefinisikan insentif pajak seperti yang dikutip oleh Alex Easson (2004)
bahwa: A tax incentive can be defined either in statutory or effective terms. In
statutory term, it would be a special tax provision granted to qualified investment
projects (however determined) that represents a statutorily favorable deviation
from a corresponding provision applicable to investment projects in general (i.e.
projects that receive no special tax provision). An implication of this definition is
that any tax provision that is applicable to all investment projects does not
consitute a tax incentive In effective terms, a tax incentive would be a special
tax provision granted to qualified investment project of lowering the effective tax
burden-measured in some way-on those projects, relative to the effective tax
burden that would be borne by investors in the absence of special tax provision.
Insentif pajak merupakan suatu instrumen dari sistem perpajakan yang
dapat dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Beberapa negara di
kawasan Asia saling bersaing dalam memainkan insentif pajak untuk menarik
investasi asing yang diyakini mampu memulihkan sakit ekonomi pasca krisis
ekonomi tahun 1997 dan 1998. Dalam beberapa kasus, insentif pajak diterapkan
sebagai kompensasi dari buruknya iklim investasi dari suatu negara yang antara
lain dicerminkan dari kurangnya infrastruktur, ketidakpastian hukum dan
rumitnya birokrasi (Thuronyi, 1998). Meski pada umumnya kebijakan tax
incentives ini dilakukan oleh negara-negara berkembang, namun bukan berarti
negara majupun tidak melakukannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Viherkentt (1991), Fiscal incentives have traditionally played a central role in
Third World foreign investment policy. Although such incentives are common in
industrialised countries too, they are much widespread in developing countries.
Even at the time when attitudes towards multinationals were most critical, alarge
number of LCDs granted such incentives; however, the increasingly favourable
policies toward foreign investment have also taken the form of more generous
fiscal incentives.
Di Indonesia, fasilitas pajak yang diberikan tercantum dalam Pasal 31 A
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak kepada
investor yang melakukan penanaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah
tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat
fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka
penanaman yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun 2010.
Fasilitas ini dikenal dengan Tax Holiday. Baik Tax Allowance maupun Tax
Holiday sama-sama memberikan keringanan terhadap pembayaran pajak
penghasilan badan, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan negara.
2.2 Jenis Jenis Insentif Pajak
Menurut Thuronyi (1998), jenis insentif pajak secara umum adalah ; tax
holiday, Investment allowance and tax credit, timing differences, dan reduced tax
rates. Masing-masing tipe dipilih sesuai dengan isu yang dihadapi.
1.
Tax holidays
Insentif pajak yang berupa tax holiday merupakan insentif pajak yang
diberikan melalui pembebasan dari pajak penghasilan badan atau corporate
income tax (CIT) dan/atau pengurangan tarif pajak atas CIT. Tax holiday diberikan
dalam periode waktu yang terbatas dan hanya diperbolehkan bagi perusahaan
yang baru didirikan. Jangka waktu efektif dari tax holiday tergantung dari start
awal berlakunya tax holiday. Alternatif titik awal tax holiday antara lain tanggal
perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi, tanggal perusahaan mulai
berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana perusahaan pertama kali
mendapatkan keuntungan, atau tahun dimana perusahaan pertama kali
memperoleh penghasilan kena pajak
Insentif tax holiday sangat berkaitan dengan ketentuan mengenai
penyusutan dan kompensasi kerugian. Dalam beberapa sistem pajak, Wajib Pajak
dapat memilih untuk membebankan biaya penyusutan saat mulai diperolehnya
aktiva atau menunda beberapa tahun sampai dengan kegiatan usaha dimulai dan
memperoleh laba. Jika pembebanan biaya penyusutan dan kompensasi kerugian
dilakukan pada periode waktu tax holiday, maka pemberian insentif tax holiday
tidak menarik bagi investor karena insentif tersebut tidak menguntungkan bagi
investor sebagai Wajib Pajak.
Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah
keuntungan dari segi kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang
harus dibayar pada masa holiday maka baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak
tidak perlu melakukan filing dan audit pajak serta tidak ada biaya administrasi.
Sedangkan kelemahannya antara lain adalah:
1. The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host
country yang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi
yang cukup.
2. Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile
dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax
holiday yang baru jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah
habis. Dengan praktek tersebut, negara host country kehilangan benefit
dari adanya investor tersebut.
investasi baru yang dibuat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk
insentif pajak yang didasarkan pada besarnya investasi. Tax allowance berarti
mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax credit secara
langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain investment
allowance adalah:
a. Investasi yang memenuhi syarat (eligible investment), yaitu bahwa
invsetment allowance diterapkan atas semua bentuk investasi modal atau
dapat pula atas kategori khusus saja, seperti mesin atau peralatan
berteknologi canggih.
b. Jumlah allowance, yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari
investasi tertentu. Di Indonesia, besarnya allowance adalah 30% dari
investasi yang memenuhi syarat.
c. Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimana
investment allowance dapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya
adalah 6 tahun.
Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam
mendefinisikan pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dari allowance
atau kredit pajak, dan perlakuan dari jumlah insentif yang tidak dapat
dipergunakan dalam tahun tersebut dalam hal penghasilan kena pajak tidak
mencukupi. Sedangkan kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengan tax
holiday dilihat dalam perspektif host country adalah biaya maksimal yang muncul
dapat ditentukan dengan mudah; biaya tersebut berhubungan secara langsung
dengan jumlah investasi yang diberikan allowance; serta insentif tersebut tidak
membatasi khusus kepada investor baru tapi juga kepada investor lama yang
meningkatkan investasinya.
4.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Insentif Pajak di Indonesia
Perkembangan investasi di Indonesia dewasa ini terus mengalami
peningkatan. Diagram berikut menunjukkan perkembangan realisasi investasi di
Indonesia sejak Tahun 2011-September 2014
Diagram 1.1
diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga
terdapat fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam
rangka penanaman yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94 Tahun
2010. Fasilitas ini dikenal dengan Tax Holiday. Baik Tax Allowance maupun Tax
Holiday sama-sama memberikan keringanan terhadap pembayaran pajak
penghasilan badan, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan negara.
4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerintah Dalam Memberikan
Insentif Pajak
Dalam memberikan insentif pajak, tentunya pemerintah memiliki tujuan
tertentu untuk meningkatkan perekonomian negara. Berdasarkan IMF Working
Paper tahun 2001, alasan pemberian insentif pajak oleh yurisdiksi perpajakan
adalah sebagai berikut :
1. Industrial Policy, khususnya untuk mendorong gerak majunya industri
tertentu. Bentuk insentif yang ditawarkan yaitu memberikan Tax
Allowance untuk industri yang bergerak dibidang tertentu dan daerah
tertentu atau Tax Holiday bagi industri pioner dibidang tertentu yang
dianggap strategis.
2. The transfer of proprietary knowledge or technology. Diharapkan dengan
adanya investasi maka terjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi
yang nantinya akan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat
sekitarnya.
3. Employement objectives, agar terciptanya lapangan pekerjaan yang baru
seiring dengan bertambahnya industri baru maupun perluasan industri
yang dilakukan perusahaan.
4. Training and human capital development, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. dengan adanya industri baru tentu akan
membutuhkan tenaga kerja lokal, sehingga tenaga kerja tersebut dapat
belajar dan meningkatkan kemampuannya.
5. Economic diversification, dalam hal ekspektasi timbul-tumbuh-tambahnya
sektor-sektor industri baru.
6. Access to overseas market, menstimulasi perdagangan internasional
dengan membuka akses pasar luar negeri.
7. Regional or locational objectivesi untuk mempercepat pertumbuhan
wilayah-wilayah tertentu yang menjadi target pemberian fasilitas (insentif)
pajak yang dimaksud.
10
11
Secara umum, perbedaan antara Tax Allowance dan Tax Holiday dapat
dilihat dari tabel berikut :
12
13
Pendapatan Negara
Investasi
14
Sesuai dengan tujuan utama diberikannya fasilitas Tax Allowance dan Tax
Holiday untuk menarik penanaman modal di Indonesia baik penanaman modal
domestik maupun asing. Namun, efektifitas insentif pajak masih dipertanyakan.
Bagi industri tertentu, fasilitas pajak bukan merupakan faktor utama untuk
menanamkan modalnya di suatu negara. Seperti halnya kasus yang terjadi pada
anak perusahaan Krakatau Steel yang gagal dalam mendapatkan Tax Holiday
namun masih tetap ingin melanjutkan investasinya.
3.
15
Tuntas Masalah Penanaman Modal Asing Rugi. Selain dihadiri para stakeholder
akuntan pajak, Tax Corner kali ini juga dihadiri perwakilan chambers dan
business club dari berbagai kawasan, seperti Amerika, India, Korea, dan Taiwan.
Menurut Sigit, total investasi PMA di tahun 2014 mencapai Rp463 triliun. Dengan
investasi sebesar itu, Indonesia merupakan negara tujuan investasi terbesar ke-19
di dunia dan ketiga di Asia. Namun sayang banyak PMA itu hingga kini mengaku
masih mengalami kerugian. Berdasarkan catatan DJP, dari total PMA rugi
tersebut, hanya sekitar 25 persen PMA yang benar-benar mengalami kerugian,
sedangkan sisanya diduga melakukan penyalahgunaan pajak. Pemerintah sudah
banyak memberikan kemudahan. Selain DJP, ada juga kebijakan dan fasilitas dari
Bea Cukai. Namun itu semua banyak disalahgunakan, keluh sang dirjen.
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan DJP, Edi Slamet Irianto dalam diskusi Tax
Corner menjelaskan, perlu ada kesamaan pemahaman atas kasus PMA rugi itu.
Pasalnya, untuk memasukkan investasi PMA ke dalam negeri, pemerintah telah
mengucurkan fasilitas perpajakan, sehingga diharapkan sebagai kompensasinya
mereka bisa membayar pajak dengan benar.
Ia menyinggung masih banyaknya PMA mengklaim mengalami kerugian setelah
sekian lama beroperasi di Indonesia. Edi mengendus cara itu hanya sebagai akalakalan sebagian PMA tersebut. Padahal, untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia
menjadi negara tujuan favorit investor yang menarik. Kalau mereka melihat kita
menguntungkan, kenapa mereka rugi terus? Ini kondisi yang anomali, kritik dia.
Tujuan kita adalah bukan untuk menghukum dan memenjarakan mereka (PMA)
melalui pajak. Justru yang DJP lakukan adalah atas keinginan masyarakat atas
keadilan pajak yang tertuang dalam UU KUP, jelas dia. Kepentingan DJP
adalah terkait kepatuhan WP PMA. Mereka harus menaati hukum perpajakan
Indonesia. Kami juga sudah melakukan berbagai kajian yang diperlukan untuk
menentukan kewajaran dari proses bisnis para WP PMA tersebut, papar dia.
Suara Pengusaha
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Johnny Darmawan Danusasmita
menuturkan, dalam konteks normatif semua perusahaan didirikan hanya untuk
mencari keuntungan. Tapi kalau faktanya selalu merugi terus memang harus dicari
indikator-indikatornya, apakah mereka bersikap jujur atau tidak. Bisa saja yang
dilakukan oleh PMA itu untuk penghindaran pajak.
Pengusaha itu akan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Mencari celah
hukum. Tapi tidak semua seperti itu. Biasanya, perusahaan itu banyak dibebani
16
dengan target-target. Bisa saja mereka mengaku rugi padahal faktanya tidak sesuai
target, jelas pengusaha akuntan ini.
Jul Saventa Tarigan, praktisi di sektor pertambangan dan pengurus IAI KAPj
mengatakan, pada dasarnya PMA yang mengaku rugi bertahun-tahun itu dapat
dimungkinkan. Kondisi ini terjadi karena adanya extra ordinary proyeksi yang
salah. Namun tetap mesti dilihat bagaimana perusahaan tersebut tetap survive
sekalipun bertahun-tahun merugi. Seharusnya kan kalau bicara sesuai logika,
mereka itu shutdown. Kalau tidak, mungkin saja ada profit shifting dan transfer
pricing, Jul menegaskan.
Untuk itu, ia menyarankan, pihak DJP memang harus memahami siklus bisnis WP
PMA. Dengan mengetahui proses bisnis PMA itu, maka pada akhirnya akan
didapat titik temu soal harga kewajaran antara DJP dan pihak WP. Karena ketika
harga wajar itu menjadi sesuatu yang jelas, maka akan mempermudah kerja
otoritas pajak dalam mengejar pajak PMA, sebut dia. Namun, perlu diingat,
kerugian itu bukan sesuatu yang haram. Namun perlu dicermati indicator yang
menyebabkan mereka rugi, tutupnya.
Wakil Menteri Keuangan/Ketua DPN IAI, Prof. Mardiasmo ketika menutup acara
menyampaikan pandangannya atas kondisi perpajakan PMA di Indonesia.
Menurutnya, pemerintah melihat banyak potensi dari sektor ini yang belum
tergarap optimal. Padahal potensi dari PMA-PMA yang sekarang beroperasi di
Indonesia, harusnya sangat besar dilihat dari dinamika bisnis yang ada. Banyak
PMA yang telah beroperasi puluhan tahun dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di negeri ini.
Upaya optimalisasi seperti ini bisa membantu upaya kita menaikkan tax ratio
Indonesia yang sekarang ini masih berada di bawah angka 12 persen. Dengan tax
ratio sebesar itu, Indonesia masih berada di bawah beberapa negara tetangga
seperti Filipina, Malaysia dan Singapura. Padahal untuk mencapai target pajak
sebesar Rp1294,3 T, otoritas perpajakan harus mengoptimalkan seluruh potensi
yang ada agar target pembangunan bisa terpenuhi. Jangan lupakan aspek
keadilan dalam aspek perpajakan, ujar Mardiasmo. Rakyat Indonesia lah yang
harus menikmati kekayaan negeri ini yang telah dieksplorasi oleh pihak
manapun, tutupnya.
(Tulisan ini telah terbit di Majalah Akuntan Indonesia Edisi Agustus
September 2015)
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
1. Insentif pajak adalah suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada investor luar negeri untuk aktifitas tertentu atau untuk suatu
wilayah tertentu (Suandy ,2003).
2. Insentif Pajak ada 5 jenis,yaitu : Tax Holiday. Tax sparing credit ,
Investment allowances and tax credits, Accelerated depreciation
(timing difference), Tax rate reductions.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerintah Dalam Memberikan
Insentif Pajak adalah Industrial Policy, The transfer of proprietary
knowledge or technology, Employement objectives, Training and
human capital development, Economic diversification, Access to
overseas marke, dan Regional or locational objectivesi.
4. Untuk menarik investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia,
pemerintah meberikan fasilitas (insentif) pajak, diantaranya adalah
pemberian pengurangan basis pengenaan pajak (Tax Allowance) dan
pengurangan atau pembebasan pajak dalam jangka waktu tertentu (Tax
Holiday).
5. Selain untuk meningkatkan investasi, pemberian fasilitas pajak
bertujuan untuk menumbuhkan industri baru, transfer teknologi,
mengurangi pengangguran dengan, mengolah sumber daya alam dan
pemerataan ekonomi didaerah tertentu.
6. Pemberian insentif pajak berdampak kepada berbagai aspek
diantaranya yaitu disatu sisi dapat mengurangi pendapatan negara dari
segi pajak penghasilan badan, sedangkan juga dapat meningkatkan
pendapatan dalam jangka waktu panjang; menarik investasi; dan
menciptakan lapangan kerja baru.
4.2 SARAN
18
itu
pilihan
dalam
memformulasikan
kebijakan
tersebut
harus
mempertimbangkan segi positif dan negatifnya. Segi positif adanya insentif pajak
adalah kemampuan insentif pajak sebagai perangsang terhadap investor untuk
menanamkan modal sehingga dengan banyaknya investasi yang masuk akan
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
yang
sangat
diperlukan
dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi segi negatif adanya insentif pajak
adalah Insentif pajak berpotensi dalam menciptakan adanya korupsi. Pemberian
insentif pajak merupakan suatu kebijakan yang tidak berlaku untuk semua sektor
usaha Wajib Pajak. Dalam menentukan sektor usaha yang diberikan insentif
sangat tergantung kepada pejabat yang berkuasa pada periode tersebut.
Pengalaman kebijakan insentif di Indonesia pada tahun 1996 membuktikan bahwa
insentif pajak diberikan tidak transparan dan hanya kepada pengusaha yang
mempunyai lobby kuat kepada penguasa. Insentif pajak dinilai tidak efektif dan
efisien. Pemberian insentif pajak dinilai tidak efektif karena faktor utama yang
menentukan dalam membuat keputusan investasi bukanlah insentif pajak.
Ketidakefisienan insentif pajak berkaitan dengan perhitungan biaya yang harus
dikorbankan, yaitu hilangnya potensi pajak lebih besar daripada keuntungan yang
diperoleh. Insentif pajak menyebabkan ketidakadilan. Pemberian insentif pajak
tidak diberlakukan kepada semua Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak yang tidak
menikmati insentif merasa diperlakukan tidak adil. Semoga Pemerintah dan
semua Menterinya yang terkait bisaa lebih membuat kebijakan Insentif Pajak yang
lebih baik lagi agar penetapan kebijakan tersebut bena-benar berfungsi dengan
seharusnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan :
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/ 2011 .
Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.011/2014
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 Tentang
Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Sumber lain :
Badan Pusat Statistik. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990,
1995, 2000 dan 2010.
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267
Indonesia Investment Coordinating Board.2014. Domestic And Foreign Direct
Investment Realization In Quarter III And January - September 2014.
20