Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
I. Tujuan Umum :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dermatologis, dan clinical
test (uji kulit) secara sistematis dan benar sesuai dengan daftar penyakit
sistem integumen 4A SKDI 2012
II. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari
pemeriksaan
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dermatologis
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan status dermatologis dengan tepat dan
menghubungkannya dengan gejala klinis pasien
4. Mahasiswa mampu menentukan dan melakukan (uji kulit) yang relevan
dengan gejala klinis pasien
I.
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia yang terdiri atas :
1
histopatologis,
Pergunakan jari-jari tangan untuk memeriksa lesi. Sarung tangan dispossible dapat
digunakan untuk melindungi pemeriksa ketika malakukan pemeriksaan luka
Pada palpasi periksa kelembaban kulit, temperatur, tekstur, turgor, dan lesi kulit
(kelainan/kerusakan kulit)
DESKRIPSI STATUS DERMATOLOGIS
Setelah melakukan inspeksi dan palpasi, maka tentukan deskripsi status dermatologis
berdasarkan TERMINOLOGI lesi kulit, (tipe lesi, morfologi lesi, ukuran, jumlah, susunan,
konfigurasi, dan distribusi lesi).
Terminologi lesi kulit
Definisi lesi (bahasa latin) artinya cedera. Lesi merupakan keadaan abnormal pada tubuh
disebabkan proses trauma (fisik, kimiawi, elektris) ; infeksi; kelainan metabolisme, dan
autoimun.
a. Lokasi atau Regio :
Merupakan tempat terdapatnya lesi, ditentukan berdasarkan lokasi anatomi tubuh
manusia, contohnya regio frontalis, regio aksilaris, regio sternalis, regio umbilikalis
b. Tipe lesi :
Lesi ditentukan berdasarkan : letaknya terhadap permukaan kulit dan berdasakan
perjalanan penyakit
Berdasarkan letaknya terhadap permukaan kulit
Tabel 1. Kelompok lesi berdasarkan letaknya terhadap permukaan kulit
Lebih tinggi
Lebih
rendah
Sama rata
Perubahan
permukaan
Berisi
cairan
Pembuluh darah
Papula
Erosi
Makula
Skuama
Vesikel
Purpura
Plak
Ulkus
Skar
atrofi
Patch
Krusta
Bula
Telangiektasis
Ekskoriasi
Pustula
Infark
Kista
Fisura
Abses
Wheal/Urtika
Likenifikasi
Nodul
Skar Hipertrofi
kulit atau
membran mukosa
berupa perubahan
warna tanpa
perubahan konsistensi, tidak dapat dipalpasi, bentuknya bervariasi, ukuran kurang dari
0,5 cm, dan batasnya bisa berbeda dengan kulit normal (sirkumskripta/berbatas tegas)
atau samar dengan kulit sekitarnya (difus/tidak tegas).
4
2. Patch
Makula dengan ukuran yang lebih dari 0,5 cm
Lesi primer yang lebih tinggi dari permukaan kulit
1. Papula
Bentuk peninggian kulit yang padat, ukuran kurang dari 0,5 cm. Lesi padat tersebut
disebabkan oleh infiltrat sel radang atau massa padat lainnya di epidermis atau dermis.
2. Plak
Merupakan peninggian kulit yang berbentuk padat dengan diameter lebih dari 0,5 cm,
mempunyai luas permukaan yang relatif lebih besar dibanding tingginya. Plak juga
bisa terbentuk akibat perluasan dan gabungan dari papul-papul
3. Nodula
Lesi yang menonjol, berbentuk padat, diameter lebih dari 0,5 cm. Nodul bisa terletak
di epidermis, dermis, dan subkutan
4. Urtika atau Wheal
Peninggian kulit yang datar karena edema
timbulnya cepat, hilang setelah beberapa jam, pori-pori melebar, warna pucat.
Lesi primer yang berisi cairan
Vesikel
Peninggian kulit berisi cairan dengan ukuran kurang dari 0,5 cm, dapat pecah
menjadi erosi, dapat bergabung (konfluen) menjadi bula
Bula
Peninggian kulit berisi cairan dengan ukuran lebih dari 0,5 cm
Pustula
Peninggian kulit berisi nanah dengan ukuran kurang dari 0,5cm
Lesi sekunder : kelainan kulit yang dapat timbul selama perjalanan penyakit, dihasilkan
akibat proses eksternal (garukan, infeksi, manipulasi infeksi, ataupun proses penyembuhan
lesi primer)
Lesi sekunder akibat perubahan permukaan kulit
1. Skuama
Pengelupasan dari stratum korneum. Partikel epidermal dapat kering atau berminyak,
tipis ataupun tebal dan dilapisi massa keratin. Warnanya bervariasi : putih keabuabuan kuning atau coklat.
5
2. Krusta
Cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit. Cairan tersebut bisa berasal dari
serum, darah dan eksudat purulen. Warna krusta berbeda-beda, tergantung dari cairan
yang keluar, warna kekuningan bila berasal dari serum,
kehitaman bila berasal dari darah, dan kuning kehijauan berasal dari pus.
3. Ekskoriasi
Hilangnya jaringan sampai stratum papilare di dermis. Secara klinis tampak adanya
bintik perdarahan di kulit. Garukan dapat menghasilkan lesi yang panjang, paralel dan
menyilang serta dapat menimbulkan krusta kehitaman
4. Fisura
Hilangnya kontinuitas (kesinambungan) kulit sehingga kulit pecah (diskontinuitas)
tanpa kehilangan jaringan.
5. Likenifikasi
Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas, disebabkan penebalan epidermis
disertai perubahan kolagen pada dermis bagian superfisial.
Lesi sekunder yang lebih tinggi dari permukaan kulit
1. Sikatrik atau skar hipertrofi
Pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak mengandung jaringan ikat
untuk mengganti jaringan yang rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis yang
lebih dalam, bila membesar disebut skar hipertrofi. Skar
hipertrofi
biasanya
berbentuk papula keras, plak, atau nodul. Bila tumbuh sangat berlebihan, disebut
keloid. Berbeda dengan skar hipertrofi, keloid dapat meluas melampaui daerah luka
awal.
dan isi. Bentuk ulkus dapat bulat, lonjong, atau tidak beraturan. Sekitar ulkus dapat
tenang atau terdapat tanda inflamasi akut/kronis (biasanya hiperpigmentasi). Tepi ulkus
bisa datar atau tinggi. Pengerasan karena sebukan sel radang di sekitar ulkus, akan
teraba keras (indurasi), misalnya pada ulkus durum (sifilis stadium I). Rasa nyeri pada
perabaan (dolent) dapat dirasakan pada ulkus mole (chancroid).
3. Sikatriks atau skar atrofi
Pembentukan jaringan baru yang sifatnya sedikit mengandung jaringan ikat dalam
mengganti jaringan yang rusak dinamakan skar atrofi.
4. Kista
Rongga berkapsul yang berisi cairan atau bahan-bahan semisolid (sel dan produknya
seperti keratin), yang bisa terletak di epidermis, dermis & subkutan.
Jenis Morfologi
Berdasarkan pengelompokan penyakit (klinis), maka jenis morfologi dapat dibedakan
berdasarkan lesi yang terlihat, yaitu monomorf atau polimorf.
1. Monomorf : Kelainan kulit terdiri atas satu jenis morfologi. Penyakit terdiri atas satu jenis
lesi saja, misalnya folikulitis, moluskum kontagiosum, miliaria, dan psioriasis gutata.
2. Polimorf : Kelainan kulit yang terdiri atas bermacam-macam morfologi, dapat terlihat
makula eritematous, papul, vesikel, erosi kusta. Lesi polimorfi dapat ditemukan misalnya
pada dermatitis atopik, dermatitis kontak alergika, dan akne vulgaris.
CONTOH
MAKULA
DAN
PATCH
PITYRIASIS VERSIKOLOR
VITILIGO
PAPUL
AMILOIDOSIS KUTIS
PLAQUE
Regio Fasialis
Tamplak plak eritematosa, multipel dengan distribusi simetris
NODUL
Regio fasialis
Tampak nodul eritematus, multipel, diameter bervariasi 1-3 cm, anestesi
positip dan penebalan cuping telinga. Lesi tersebar diskret, distribusi regional
URTIKARIA
WHEAL /
URTIKA
Regio thorakalis
Tampak urtika yang tersebar, berwarna kemerahan, besar dan bentuknya
bervariasi, jumlah multipel, distribusi regional
HERPES ZOSTER
VESIKEL
MILIARIA KRISTALINA
10
POMPHOLIX
VARICELLA
PEMFIGOID BULOSA
11
IMPETIGO BULOSA
BULLA
Regio thorakalis
Terdapat vesikula, bula berdinding tipis di atas kulit yang eritematus, berisi
pus, hipopion, tersebar diskret dengan distribusi generalisata
PUSTULA
FOLIKULITIS
PSORIASIS VULGARIS
SKUAMA
12
TINEA KORPORIS
DERMATITIS SEBOROIK
13
PITYRIASIS ROSEA
IMPETIGO KRUSTOSA
14
KRUSTA
Regio fasialis
Tampak vesikula, bula berdinding tipis mudah pecah di atas kulit eritematus.
Di beberapa tempat terdapat erosi berwarna kemerahan dan krusta berwarna
kuning kecoklatan seperti madu. Lesi multipel, tersebar distribusi regional
EKSKORIASI
EROSI
LIKENIFIKASI
15
SKAR
SKAR HIPERTROFI
FISURA
SKAR ATROFI
TINEA PEDIS
JUMLAH LESI :
1. Soliter (tunggal) : Hanya ada satu lesi
2. Multipel (lebih dari satu) : Banyak lesi berjumlah lebih dari 3 atau berjumlah banyak.
16
SUSUNAN LESI
Lesi-lesi ganda dapat tersusun berkelompok/clustered (herpetiformis, zosteriform) dan
tersebar/scattered (diskret, diseminata).
Lesi berkelompok (cluster) :
1. Herpetiforme : Beberapa vesikel bergerombol disatu tempat menyerupai lesi herpes
Contohnya dermatitis herpetiformis (Duhring disease), herpes simpleks
2. Zosteriforme : Lesi kulit yang berjalan mengikuti dermatom dan unilateral
Lesi tersebar (scattered)
1. Diskret : Bila lesi tersebar satu persatu. Contohnya pada varisela
2. Diseminata : Penjalaran dari satu lesi ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran diseminata
dapat ditemukan, misalnya pada dermatitis kontak alergika autosensitisasi, ataupun pada
id reaction ; dimana awalnya terdapat satu lesi kemudian menyebar ke bagian tubuh lain
Tabel 3. Susunan (tatanan) lesi-lesi ganda
SUSUNAN
BERKELOMPOK (CLUSTER)
HERPES SIMPLEKS
HERPETIFORME
DERMATITIS HERPETIFORMIS
17
ZOSTERIFORME
HERPES ZOSTER
TERSEBAR (SCATTERED)
VARICELLA
DISKRET
DERMATITIS KONTAK
AUTOSENSITISASI
18
KONFIGURASI LESI
1. Anular /Sirsinar : berbentuk cincin; yang menunjukkan bahwa pinggir lesi berbeda
dengan bagian tengah, lebih tinggi, bersisik, atau berbeda warnanya (misalnya granuloma
annulare, tinea corporis, eritema annulare sentrifugum).
19
URTIKARIA
21
TINEA KORPORIS
PITYRIASIS ROSEA
22
ARCUATA / ARSINAR
TINEA KORPORIS
TINEA KORPORIS
POLISIKLIK
23
LINEAR
RETIKULER
LIVIDO RETIKULER
SERPIGINOSA
KONFLUEN
TINEA KORPORIS
POLISIKLIK
25
KORIMBIFORMIS
KANDIDIASIS KUTIS
DISTRIBUSI
1. Regional : Bila lesi terbatas; hanya ditemukan di satu tempat saja.
2. Unilateral : Lesi hanya ditemukan di satu sisi badan. Misalnya pada herpes zoster
ditemukan lesi pada satu dermatomal saja, misalnya di torakal 4-5 sinistra.
3. Bilateral : Bila lesi tersebar dikedua sisi tubuh, kanan dan kiri, tidak persis baik letak
maupun ukurannya. Misalnya pada dermatitis herpetiformis (Duhring disease), Morbus
Hansen tipe lepromatosa, tinea kruris.
4. Simetris : Bila lesi tersebar dikedua sisi tubuh (kanan dan kiri), letaknya satu sisi lesi dan
sisi lainnya di tempat yang persis sama; termasuk bentuk dan ukurannya, misalnya pada
dermatitis atopik fase infantil dapat ditemukan makula eritematosa di kedua pipi kiri dan
kanan sama, dermatitis kontak alergik akibat kontak sandal jepit.
26
5. Generalisata : Bila lesi tersebar ditemukan di setiap bagian tubuh, yaitu di skalp, wajah,
ekstremitas, abdomen, punggung. Umumnya meliputi 50-90% luas permukaan tubuh.
Penyebaran generalisata dapat ditemukan pada sindrom Stevens Johnson, Varisela, dan
eritroderma.
6. Universal : Bila lesi ditemukan tersebar hampir diseluruh tubuh (>90 -100%), hampir
tidak ada kulit yang sehat. Misalnya ditemukan pada vitiligo universal, penyakit leiner,
bayi kolodion, dan lamellar ichtyosis.
DISTRIBUSI
REGIONAL
TINEA KORPORIS
HERPES ZOSTER
27
BILATERAL
TINEA KRURIS
SIMETRIS
DERMATITIS ATOPIK
PSORIASIS VULGARIS
28
ERITRODERMA
GENERALISATA
UNIVERSAL
VITILIGO
APLIKASI KLINIS
Pada prakteknya, dalam membuat status dermatologis harus disusun secara sistematis
1. Catat lokasi lesi (ada di regio mana)
29
2. Deskripsi lesi yang ditemukan sebutkan tipe lesi tersebut, misalnya makula, papul,
plak, vesikel, bula, nodul, ulkus dan seterusnya. Dalam mendeskripsikan tipe lesi
primer dan sekunder harus disebutkan berurutan, dan lebih dahulu tentukan lesi
dominan yang terlihat. Tipe lesi dapat ditentukan dengan cara inspeksi dan palpasi
lesi terlebih dahulu
3. Khusus untuk makula dan patch harus mendeskripsikan:
Warna (misalnya sama dengan warna kulit, makula eritematosa, makula
hiperpigmentasi, makula kecoklatan)
Batas (tegas /sirkumskripta, atau tidak tegas /difus).
Contoh lesi berbatas tegas adalah :
30
31
32
a) Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot rileks
sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon
b) Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba
saraf Ulnaris didalam sulkus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolang tulang siku
olkranon dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis)
c) Dibedakan dari tendon dengan cara meraba ke proksimal, jika tendon akan menjadi
otot, bila saraf , akan tetap teraba seperti kabel
d) Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri ke atas dengan halus
sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah tampak kesakitan atau tidak
e) Kemudian dengan prosedur yang sama untuk memriksa saraf ulnaris kiri (tangan kiri
pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba saraf
ulnaris kiri penderita tersebut)
f) Kesimpulan : Apakah ada penebalan/pembesaran N. Ulnaris D/S,Apakah ada nyeri
atau tidak pada saraf, neuritis atau tidak
33
(caput fibula), setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba saraf
paraneous 1 cm ke arah belakang
d) Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan dan kiri
sambil melihat mimik/reaksi penderita
e) Kesimpulan :Apakah ada penebalan/pembesaran N. Peroneus communis D/S, Apakah
ada nyeri atau tidak pada saraf
34
Gambar 7. Tes raba dengan ujung kapas yang disentuhkan pada lesi
35
hand, maka tangan pemeriksa menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai lengkungan
jarinya.
d) Jelaskan pada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil memperagakan
dengan sentuhan ringan dari ujung ballpoint pada lengannya dan satau atau dua titik
pada telapak tangannnya,
e) Bila penderita merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut
dengan jari tangan yang lain
f) Tes diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif
g) Penderita diminta menutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari tangan yang
diperiksa
h) Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh,
i) Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)
j) Penyimpangan letak titik yang ditolerir 2,5 cm
36
2.
Gambar 10. Tes rasa nyeri dengan ujung jarum suntik yang disentuhkan pada lesi
Kesimpulan nila rasa (+) V dan Bila (-) X
III.Pemeriksaan suhu
a) Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,
b) Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,
c) Tangan yang akan diperiksa diletakkan dia tas meja/paha pasien atau bertumpu pada
tangan kiri pemeriksa,
d) Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan
menyentuhkan ujung tabung reaksi yang berisi air panas (sebaiknya 40 oC) dan air
dingin (20oC) pada daerah kulit yang normal, untuk memastikan bahwa orang yang
diperiksa dapat membedakan panas dan dingin,
e) Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung
tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai,
38
f) Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa
tabung yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah tersebut
terganggu.
Kedua
Ketiga
Pada penderita dermatitis atopik, garis merah yang terjadi tidak segera disusul dengan daerah
kemerahan tetapi malah disusul warna putih pucat selama 2-3 menit.
40
Pemeriksaan secara diaskopi, yaitu cara memeriksa dengan menekan lesi kulit
menggunakan benda transparan, misalnya kaca obyek atau spatel plastik, digunakan untuk
membedakan antara eritema (akibat vasodilatasi) dengan purpura (akibat ekstravasasi
eritrosit); juga warna apple jelly (kekuningan) dapat terlihat pada lupus vulgaris
Bila terdapat kemerahan lakukan tes diaskopi
Gambar 16. Purpura pada henoch shcoenlein purpura dapat ditentukan dengan tes diaskopi
Gambar 17. Nikolskys sign (Nikolskys sign type ) pada pemfigus vulgaris, steven johnsons
syndrome dan toxic epidermal necrolysis , staphylococcal scalded skin syndrome
2. Cara kedua dengan menekan bula maka bula akan meluas karena cairan di dalamnya
mengalami tekanan disebut dengan Nikolskys sign type 2 / asboe hansen sign
Gambar 18.
memeriksa
memeriksa
infeksi
jamur
dan
bakteri
pada
kulit
superfisial,
menggambarkan derajat pigmentasi antara kulit normal dengan kulit yang ada lesinya,
menentukan area kulit hipopigmentasi atau amelanosit.
Alat :Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya. Prinsip kerja : Sinar Wood diarahkan ke
lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolik organisme penyebab,
sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu. Cara
kerja : Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin. Obat
topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat
memberikan hasil positif palsu. Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya
agar perbedaan warna lebih kontras. Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa 1015cm, Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.
Interpretasi :
42
43
PENUTUP
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kulit perlu dipahami dan dikuasai morfologi
serta terminologi baku, kemudian dilatihkan pada aplikasi klinis. Anamnesis sangat penting
membantu mencari etio-patogenesis penyakit. Melakukan inspeksi dan palpasi kulit
hendaknya dilakukan secara sistematik, dengan menggunakan terminologi yang telah umum
dipakai secara nasional maupun internasional.
Filosofi : Untuk membaca kata, seseorang harus mengenal huruf; untuk membaca
kulit, seseorang harus mengenal lesi-lesi pokok. Untuk memahami sebuah paragraf,
seseorang harus mengetahui bagaimana kata-kata dirangkai; untuk mengetahui diagnosis
banding, seseorang harus mengetahui lesi-lesi pokok apa yang ada, bagaimana mereka
berkembang, dan bagaimana mereka tertata dan tersebar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Garg A, Levin NA, Bernhard JD. Structur of skin lesion and fundamentals od clinical
diagnosis. In: Goldsmith LA, Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 8th ed.
Hill;2012.p.27-57.
2. Leung DMY, Eichenfield LF, Boguniewick M. Atopic dermatitis In: Goldsmith LA,
Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatricks Dermatology in
44
5. James WD, Berger TG, dan Elston DM.Seborrheic Dermatitis. Dalam: Andrews
Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 11th ed. Saunders Elsevier, 2011: 10:
188-189.
6. Shear NH, Knowles SR. Cutaneous reaction to drug. In: Goldsmith LA, Katz IS,
Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K editors.
SKOR
0 1 2 3
I.
45
Banda Aceh,2014
Instruktur
Keterangan Skor
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, dengan banyak perbaikan ( lebih dari 50 %)
2 = Dilakukan, dengansedikit perbaikan (kurang dari 50%)
3 = Dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan :
(Skor/ yang didapat / Skor Total) x 100% = ......%
46
47