Sie sind auf Seite 1von 33

A.

Pendahuluan
Dengan kemajuan ilmu manusia bisa merasakan kemudahan lainnya
seperti

transportasi,

pemukiman,

pendidikan,

komunikasi

dan

lain

sebagainya. Simgkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia


dalam mencapai tujuan hidupnya.Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu
selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang
sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang
pada

awalnya

untuk

memudahkan

kerja

manusia,

namun

kemudian

dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan


malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti yang terjadi di Bali 6 tahun
yang lalu dan menciptakan senjata kuman yang dipakai sebagai alat untuk
mrmbunuh sesama manusia. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara
proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yaang terjadi adalah
bencana dan malapetaka.
B.

Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai
dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika.

Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak,

Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Nilai sebagai kata benda
konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering
dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau
nilai dia. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai atau dinilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi

adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar. 1[1]
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Dari

definisi

aksiologi

di

atas,

terlihat

dengan

jelas

bahwa

permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah


sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika
dan estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana
dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Jadi, aksiologi
adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi :
1.

Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan

kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.2[2]


2. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian
dan penggalian, serta penerapan ilmu.3[3]
3. Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai
berikut. Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu
teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan
4.

deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.


Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal
utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
1
2
3

penilaian yang membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah


bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
5.

dari sudut indah dan jelek.


Kattsoff mendefinisikan

aksiologi

sebagai

ilmu

pengetahuan

yang

menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang


kefilsafatan.4[4]
C. Objek Kajian Filsafat Aksiologis
Dalam aksiologis dibicarakan tentang kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia dan juga nilai-nilai yang harus dilembagakan pada
setiap dominannya. Aksiologi pada dasarnya bersifat ide dan karena itu ia
abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat ditangkap
dari aspek aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang mengandung
nilai. Karena itu nilai bukan soal benar atau salah karena ia tidak dapat diuji .
Ukurannya sangat subjektif dan objek kajiannya adalah soal apakah suatu
nilai dekehendaki atau tidak. Berbeda dengan fakta yang juga abstrak
namun dapat diuji dan argumentasi rasionaldapat memaksa orang untuk
menerima kebenarannya. Pengukuran benar dan salah dari suatu fakta dapat
dilakukan secara objektif dan empiris.5[5]
Landasan aksiologis ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat
manusia. Persoalan utama yang mengedepan di sini adalah: Apa manfaat
(untuk apa) ilmu bagi manusia? (dalam psikologi, lihat juga The New
Science of Axiological Psychology oleh Leon Pomeory). Dalam konteks ini,
dapat ditambahkan pertanyaan: Sejauh mana pengetahuan ilmiah dapat
digunakan?. Dalam hal ini, persoalannya bukan lagi kebenaran, melainkan
kebaikan.

Secara

epistemologis,

persoalan

ini

berada

di

luar

batas

pengetahuan sains. Menurut Bertens, pertanyaan ini menyangkut etika:


Apakah yang bisa dilakukan berkat perkembangan ilmu pengetahuan, pada
kenyataannya boleh dipraktikkan juga?. Pertanyaan aksiologis ini bukan
4
5

merupakan pertanyaan yang dijawab oleh ilmu itu sendiri, melainkan harus
dijawab oleh manusia di balik ilmu itu. Jawabnya adalah bahwa pengetahuan
ilmiah

harus

dibatasi

penggunaannya,

yakni

sejauh

ditentukan

oleh

kesadaran moral manusia. Namun, jadi, sejauh mana hak kebebasan untuk
meneliti? Hal ini merupakan permasalahan yang pelik.6[6]
Pedoman untuk menguji nilai dipengaruhi oleh psikologi maupun teori
logika. Para hedonis menemukan pedoman mengenai jumlah atu besarnya
kenikmatan yang dirasakan seseorang atau masyarakat sebagai barometer
dari sistem nilai. Kaum Idealis menjadikan sistem objektif mengenai normanorma rasional atau yang paling ideal sebagai kriteria. Dari berbagai corak
aliran ini maka hubungan antara nilai dan fakta dapat diselidiki melalui tiga
hal. Pertama, aliran naturalis potsitivisme yang menyatakan tidak ada kaitan
antara pengalaman manusia dengan sistem nilai. Kedua, objektifisme logis
yang menyatakan bahwa nilai merupakan esensi logis dan substnatif yang
tidak ada kaitannya dengan status atau tindakan eksistensi dalam realitas.
Ketiga, aliran objektif metafisis yang menyatakan nilai adalah norma ideal
yang mengandung unsur integral objektif dan aktif dari kenyataan metafisik. 7
[7]
Dengan demikian dalam filsafat aksiologis pembicaraan utama terkait
erat dengan kaitan ilmu dan moral. Hal ini telah lama menjadi bahan
pembahasan para pemikir antara lain Merton, Popper, Russel, dan pemikira
lainnya. Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan hal
tersebut adalah : apakah itu itu bebas dari sistem nilai ? Ataukah sebaliknya,
apakah itu itu terikat pada sistem nilai?.8[8]
Ternyata pertanyaan tersebut tidak mendapatkan jawaban yang sama
dari para ilmuwan. Ada dua kelompok ilmuwan yang masing-masing punya
6
7
8

pendirian terhadap masalah tersebut. Kelompok pertama menghendai ilmu


harus bersifat netral terhadap sistem nilai. Menurut mereka tugas ilmuwan
adalah menemukan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini selanjutnya dipergunakan
untuk apa, terserah pada yang menggunakannya, ilmuwan tidak ikut
campur. Kelompok kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu
hanya terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya,
bahkan

pemilihan

objek

penelitian,

maka

kegiatan

keilmuan

harus

berlandaskan azas-azas moral.9[9]


Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hatihati
dengan mempertimbangkan tiga dimensi filosofis ilmu. Pandangan Jujun S
mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:10[10]
1.

Untuk mendapatkan pengertian yang benar mengenai kaitan antara ilmu


dan moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-segi yang

2.

lebih terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.


Menafsirkan hakikat ilmu dan moral sebaiknya memperhitungkan faktor
sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan

3.

ilmu dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan.


Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek
penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah
moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan

martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan.


4. Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dalam metoda keilmuan yang
berporoskan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dengan kaidah moral yang
berazaskan menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran,
tanpa

kepentingan

argumentasi an sich.
5.
Secara aksiologis

langsung
ilmu

harus

tertentu

dan

digunakan

berdasarkan

dan

kekuatan

dimanfaatkan

untuk

kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan


dengan
9
10

memperhatikan

kodrat

manusia,

martabat

manusia,

dan

keseimbangan / kelestarian alam. Upaya ilmiah ini dilakukan dengan


penggunaan

dan

pemanfaatan

pengetahuan

ilmiah

secara

komunal

universal.
Ternyata keterkaitan ilmu dengan sistem nilai khususnya moral tidak
cukup bila hanya dibahas dari tinjauan aksilogi semata. Tinjauan ontologis
dan epistemologi diperlukan juga karena azas moral juga mewarnai perilaku
ilmuwan dalam pemilihan objek telaah ilmu maupun dalam menemukan
kebenaran ilmiah.
Dari awal perkembangan ilmu selalu dikaitkan dengan masalah moral.
Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bumi berputar mengelilingi
matahari, yang kemudian diperkuat oleh Galileo (1564- 1642) yang
menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya harus
berakhir di pengadilan inkuisisi. Kondisi ini selama 2 abad mempengaruhi
proses perkembangan berpikir di Eropa. Moral reasioning adalah proses
dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah
sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang
digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten dengan
lainnya.
Moralitas sebagai persoalan penting dalam aksiologi sering juga
dipahami sebagai etika. Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular)
yang berarti a system of moral principles or rules of behavior. atau suatu
sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang
dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral
principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip
moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that
govern or influence a persons behavior. prinsip-prinsip moral yang
dipengaruhi oleh perilaku pribadi.

11

11

[11]

Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam
bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri
pada asal-usul kata ini, maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.12[12] Arti inilah yang menjadi
latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles (384322 SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika secara lebih
detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang
manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.
D. Aksiologi Nilai Kegunaan Ilmu
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah
laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang
bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek
yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran
pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang. Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi,
sains dan teknologi dikembangkan untuk memudahkan hidup manusia agar
lebih mudah dan nyaman.
12

Peradaban manusia berkembang sejalan dengan perkembangan sains


dan teknologi karena itu kita tidak bisa dipungkiri peradaban manusia
berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sain dan teknologi
pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan
mudah.

Perkembangan

ini

baik

dibidang

kesehatan,

pengangkutan,

pemukiman, pendidikan dan komunikasi telah mempermudah kehidupan


manusia.
Sejak dalam tahap-tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan
perang, disamping lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan,
dimana

bukan

lagi

teknologi

yang

berkembang

seiring

dengan

perkembangan dan kebutuhan manusia, namun sebaliknya manusialah yang


akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi.
Menghadapi kenyataan ini ilmu yang pada hakikatnya mempelajari
alam sebagai mana adanya mulai mempertanyakan hal yang bersifat
seharusnya, untuk apa sebenarnya ilmu itu harus digunakan? Dimana
batasnya? Kearah mana ilmu akan berkembang? Kemudian bagaimana
dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia.
Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologinya merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas
dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan? Memang
mempelajari teknologi seperti bom atom, manusia bisa memanfaatkan
wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi
dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa mausia
pada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.
Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada
esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakan
untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? Dihadapkan dengan
masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak ini para ilmuan terbagi kedalam golongan pendapat yaitu golongan
pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-

nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologi.

Sebaliknya golongan

kedua bahwa netralisasi terhadap nilai- nilai hanyalah terbatas pada


metavisis keilmuan sedangkan dalam penggunaanya ilmu berlandaskan
pada moral golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal
yakni: Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia
yang

telah

dibuktikan

dengan

adanya

dua

perang

dunia

yang

mempergunakan teknologi- teknologi keilmuan.


Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuan
telah

mengetahui

apa

yang

mungkin

terjadi

apabila

adanya

penyalahgunaan.Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang


paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan tehnik perubahan
sosial. Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa
ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu
sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumatri yaitu bahwa
pengetahuan adalah kekuasaan apakah kekuasaan itu merupakan berkat
atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi
malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan
bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki
sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung
pada pemilik dalam menggunakannya.13[13]
E. Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah
dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan
apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
13

manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu,


bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,
karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak
mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau
untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat
filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1.

Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia


pemikiran.
mendukung

Jika

seseorang

suatu

ide

hendak

yang

ikut

membentuk

membentuk

suatu

dunia

dunia,

atau

atau

ikut

hendak

menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem


politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan
2.

mempelajari teori-teori filsafat ilmu.


Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini
semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk

petunjuk dalam menjalani kehidupan.


3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini
kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar
dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak
cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang
paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu
biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.14[14]
F. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu

14

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.


Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya,
bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung
pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi
penilaian;

kesadaran

manusia

menjadi

tolak

ukur

penilaian.

Dengan

demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang


dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada
suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.15[15]
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum
dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif.
Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan
anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus
melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam
menentukan topik penelitian. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya
tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil
dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat pada nilai subjektif.16[16]
G. Beberapa Penjelasan Aksiologi
1. Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan
kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah
manusia mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral
mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas
maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan

15
16

metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral


berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari
objek yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Sokrates minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa
ilmuan memiliki landasan moral, jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir
dalam prostitusi intelektual.
2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan
saja karena ia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat
secara langsung dengan di masyarakat yang yang lebih penting adalah
karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup
manusia.
Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah
konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering
dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan
para ilmuanlah yang memberikannya nilai.
3. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang

ilmuan

secara

moral

tidak

akam

membiarkan

hasil

penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang


mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh
berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan.
Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas
putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk
membuat bom atom oleh pemerintah negaranya.
Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya,
apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi
yang akan terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh
memutar balikkan temuannya jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun

atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata


hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian
4. Revolusi Genetik
Revolusi Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan
manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai
objek penelaah itu sendiri. Hal ini buka berarti bahwa sebelumnya tidak
pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu
saja banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi.
Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain,
kita

tidak

lagi

menelaah

organ-organ

manusia

dalam

upaya

untuk

menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kita, melainkan


manusia

itu

sendiri

sekarang

menjadi

objek

penelaah

yang

akan

menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan


teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan ini berdasarkan
kepada asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan
dengan itikad baik untuk keluhuruan manusia.17[17]
H. Kesimpulan
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontologi,
epistemologi dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat
yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang
benar

dari

ilmu

tersebut.Contohnya

:Membangun

Filsafat

Teknologi

Pendidikan perlu menelusuri dari aspek : Ontologi eksistensi (keberadaan)


dan

essensi

(keberartian)

Pendidikan.Epistemologi metode
kebenaran

yang

ilmu-lmu
digunakan

ilmu-ilmu Teknologi Pendidikan.Aksiologi

untuk

Teknologi
membuktikan

manfaat dari ilmu

Teknologi Pendidikan. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan


pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan
penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia.
17

Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan


sebaik-baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi
aksiologi keilmuwan
Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan
dengan baik, memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita
tergetar, terharu, tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia
makna yang tak terjangkau kasat mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi
kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan
kelakuan kita.
http://khaidiralibatubara.blogspot.co.id/2015/09/aksiologi-sains.html

AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena
kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas pengetahuan
(value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai. Sekarang
mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai? Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis,
epistomologis dan aksiologi, Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat

dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan


bencana.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian aksiologi?
2. Apa fungsi aksiologi ?
3. Apa saja pendekatan pendekatan dalam aksiologi?
4. Apa kaitan aksiologi dengan filsafat ilmu?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian aksiologi
2. Untuk mengetahui fungsi aksiologi
3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam aksiologi
4. Untuk mengetahui kaitan aksiologi dengan filsafat ilmu

BAB II
AKSIOLOGI ILMU
A. Pengertian Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi ilmu
(nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi meliputi
nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu sebagaimana
kehidupan kita yang menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan
kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu,
aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan
ilmu kedalam praksis.18[1] Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai
khususnya etika.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :
1.

Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika

2.

Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan

3.

Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka
lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia,
18

dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik
dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan
norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi adalah
bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan
salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.19[2]
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab
dengan tiga macam cara yaitu:
1. Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang
ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya
tergantung dari pengalaman.
2. Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan
dapat diketahui melalui akal.
3. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

B. Fungsi Aksiologi
Aksiologi ilmu pengetahuan sebagai strategi untuk mengantisipasi perkembangan dan
teknologi (IPTEK) tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi
antara lain :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang hakiki.
2. Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak mengubah kodrat manusia,
dan tidak merendahkan martabat manusia.
19

3.

Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf hidup yang
memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan keseimbangan alam lewat
pemanfaatan ilmu.20[3]
C. Pendekatan-Pendekatan dalam Aksiologi
Pendekatan-pendekatan dalam aksiologi dapat dijawab dengan tiga macam cara, yaitu :

1. Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai merupaka
reaksi-reaksi yang diberkan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung pada
pengalaman-pengalaman mereka.
2. Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi ontologi namun tidak
terdapat dalam ruang dan waktu.
3. Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.21[4]
D. Hubungan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu
Kaitan Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek
atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek
yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan
dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.
Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang
atau tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan
diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang
membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektifitasnya.
20
21

Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang
bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia
hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik.
Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif .

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi
ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Kaitan Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek
atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di
pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
nilai.

B. Saran
Seorang pendidik hendaknya tahu akan pentingya hakekat nilai yang akan diajarkan
kepada para anak didiknya, sehingga anak didik mengetahui etika keilmuan yang bermoral
dalam ilmu yang dipelajarinya.
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan semangat untuk mengkaji dan
membuat makalah yang semakin baik. Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang
sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.
http://zudi-pranata.blogspot.co.id/2014/01/filsafat-ilmu-aksiologi.html

BABI
PENDAHULUAN
A.LatarBelakangMasalah
TasawufadalahsalahsatucabangilmuIslamyangmenekankandimensiatauaspek
spiritualdariIslam.Spiritualitasinidapatmengambilbentukyangberanekadidalamnya.Dalam
kaitannyadenganmanusia,tasawuflebihmenekankanaspekrohaniahnya(esoteris)ketimbang
aspek jasmaniahnya (eksoteris). Dalam aspek kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan
akhirat, ketimbang kehidupan dunia yang fana. Sedangkan dalam kaitannya pemahaman
keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik ketimbang eksoterik. Tasawuf lebih
menekankanpenafsiranbatiniketimbangpenafisranlahiriah.
Mengapatasawuflebihmenekankanspiritualitasdalamberbagaiaspeknya?Inikarena
para ahli tasawuf, yang kita sebut sufi, mempercayai keutamaan spirit ketimbang jasad,
mempercayaiduniaspiritualketimbangduniamaterial.Secaraontologismerekapercayabahwa
duniaspirituallebihhakikidanrealdibandingdenganduniajasmani.Bahkansebabterakhirdari

segalayangada ini,yang kita sebutTuhan,jugabersifat spiritual.Karena iturealitas sejati


bersifatspiritual,bukansepertiyangdibayangkankaummaterialisbahwayangrealadalahyang
bersifatmaterial.BegitunyatastatusontologisTuhanyangspiritualtersebut,sehinggapara
sufi berkeyakinan bahwa Dialah satusatunya Realitas Sejati; Dialah asal atau awwal dan
sekaligus tempat kembali. Hanya kepadaNya lah para sufi mengorientasikan jiwa mereka,
karenaDialahbuahkerinduanmereka,dankepadaNyalahmerekaakanberpulanguntukselama
lamanya.
Dalam sejarahdan perkembangannnya,tasawuf di zaman Rasulullah SAW, secara
teoribelumtampak,bahkanbisakitakatakanbelumada.Namumamalanamalanyangkemudian
dilakukanolehpara sufi sampaisaat ini semuanyaberasaldari cara hidup Rasulullah, para
sahabatdansampaiparatabiin.
Sebelumtasawufmunculkepermukaan,yangmunculterlebihdahuluadalahpraktek
zuhud.Zuhudinilahyangmerupakancikalbakaldarimunculnyatasawuf.Padaperkembangan
selanjutnya yaitupadaabadke3dabke4H.mulailahkajiankajiantentangtasawuf.Dalam
kajiantersebutterdapatduakecenderunganparatokohtasawuf.Yaitupertamacenderungpada
kajiantasawufyangbersifatakhlaknyangdidasarkanpadaalQurandansunnah(tasawufsunni
) dan kedua, cenderung pada kajian tasawuf filsafat. Dimana pada tasawuf yang berlatang
belakangfilasafatinibanyakberbaurdengankajianfilsafatmetafisik.
Darisedikitlatarbelakangmasalahdiatasinilahpenulisinginmencobamembahasatau
mengkajitentangtentangtasawuf,modeltasawufyangpertamayaitu:tasawufsunni.
B.RumusanMasalah
Berangkatdarilatarbelakangmasalahyangpenulissampaikanpadamakalahini,kami
mencobainginmembahastentang
1.Ontologitasawufsunni
2.Epistemologitasawufsunni
3.Aksiologitasawufsunni.
4.Kesimpulan

C.TujuanPenulisanMakalah
Ada beberapa tujuan yang ingin kami dapatkan dalam penulisan makalah ini, di
antaranyaaialah;
1.Untukmemenuhitugasmatakuliahfilsafatilmu.
2.Inginmengetahuilebihmendalamkeberadaantasawuf,terutamatasawufsunni.
3. Ingin mengetahui nilai apa yang terdapat pada dunia tasawuf, yang bisa membawa atau
mempengaruhi para pengikutnya begitu baik dan tunduk atas aturanaturan yang telah
ditentukan.

BABII
PEMBAHASANSTRUKTURTASAWUFSUNNI.
A.OntologiTasawufSunni.
MengawalipembahasanpadababIIini,kamiinginmengemukakanpengertiantasawuf
dari beberapa tokoh sufi atau ilmuan yang mengkaji tentang disiplin ilmu tasawuf, baik

kajiannyatentangtasawuffalsafimaupuntasawufsunni.Dalamhaliniakankamisampaikan
pengertiantasawufbaiksecaraetimologimaupunsecaraterminologi.
Definisitasawufsecaraetimologi/bahasa:
1.AbuarRahmanalBiruni(w.440H/1048M.dalamkitabnyaTahqiqmalilhindiminmaqulah
menyatakanbahwatasawufsecaraetimologiberasaldaribahasaYunanisufyangberarti
pecintahikmah.kemudianistilahinidinisbatkankepadaahlshuffahatauorangorangyang
timggaldibangkubangkuyangterbuatdaribatuberandamesjidpadamasaRasulullah.[1]
2. Prof. Dr. Harun Nasution, menyebutkan bahwa asalusul kata altasawuf dan alsufi, ialah
berasaldarikatasufyaituwol.Yangdimaksudbukanlahwoldalamartimodern,wolyang
dipakai orangorang kaya, tetapi wol primitif dan kasar yang dipakai di zaman dahulu oleh
orangorangmiskindiTimurTengah.Dizamanitupakaiankemewahanialahsutra.[2]
3.DidalamEnsiklopediIslamdisebutkanadatujuhversimengartikanasalusulkatatasawauf.Ada
yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Saff yang artinya barisan dalam shalat
berjamaah.Adayangmengatakannbahwatasawufberasaldarikata Saufanah ;yaitusejenis
buahbuahankecilyangberbuluyangbanyaktumbuhdigurunpasir.Adapulayangmengatakan
tasawufberasaldarikata Suffah yangartinyapelanayangbiasadipakaibantaltidurolehpara
sahabatNabiSAWdisampingmasjidNabisaw.PendapatlainmengatakanbahwaTasawuf
merujukpadakataSafwahyangberartisesuatuyangterpilih.Adapulayangmerujukpadakata
Safa yang berati bersih. Ada yang mengatakan dari bahasa Yunani yaitu Theosophi (theo=
Tuhan,Sophos=hikmah.Jugaadayangmengatakanberasalkata Suf yangartinyawolatau
kainbulukasar.[3]
Itulahbeberapadefinisitasawufsacaraterminologiyangdapatkamikemukakandalam
makalahini.Selanjutnyadefinisitasawufsecaraterminologiialah:
1. Menurut Muhammad Zaki Ibrahim, tasawuf adalah : jalan menuju kedekatan kepada Allah
SWT. dengancaramelepaskandiridarisegalasesuatuyangrendahdanhinadanberpegang
teguhkepadaSunnahRasulullahSAW.[4]
2BisyrbinHaris,iamengatakanbahwasufiialahorangyangsucihatinyamenghadapAllahSWT.

3. SahlatTustari,iamengatakanbahwasufi ialahorangyangbersihdarikekeruhan,penuh
denganrenungan,putushubungandenganmanusiadalammenghadapAllahSWT.danbaginya
tiadabedaantarahargaemasdanpasir.
4. AlJunaidalBagdadi(w.289H),iamengatakatanbahwatasawufialahmembersihkanhati
darisifatyangmenyamaibinatangdanmelepaskanakhlakyangfitri,menekansifatbasyariah
(kemanusiaan),menjauhihawanafsu,memberikantempatbagisifatsifatkerohanian,berpegang
padailmukebenaran,mengamalkansesuatuyanglebihutamaatasdasarkeabadiannya,memberi
nasihatkepadaumat,benarbenarmenepatijanjiterhadapAllahSWT,danmengikutisyariat
RasulullahSAW.
5.AbuQasimAbdulKarimalQusyairi,iamemberikandefinisibahwatasawufialahmenjabarkan
ajaranajaranalQurandanSunnah,berjuangmengendalikannafsu,menjauhiperbuatanbidah,
mengendalikansyahwat,danmenghindarisikapmeringanringankanibadah.
6.AbuYazidalBustami,iasecaralebihluasmengatakanbahwaartitasawufialahmencakuptiga
aspek.Yaitu1.Takhalli(melepaskandiridariperangaiyangtercela),2.Tahalli(menghiasidiri
denganakhlakyangterpuji),dan3.Tajalli(mendekatkandirikepadaTuhan).[5]
7. AsySyekh Muhammad Amin AlKurdy mengatakan : tasawauf adalah suatu ilmu yang
dengannyadapat diketahuihal ihwal kebaikan dankeburukanjiwa,cara membersihkandari
(sifatsifat)yangburukdanmengisinyadengansifatsifatyangterpuji,caramelakukansuluk,
melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (laranganNya) menuju kepada
(perintahNya).[6]
8 Dr. Syekh H. Jalaluddin, yang kita dapati dalam Bukunya Seribu Satu wasiat terakhir,
mengatakan:
Sif^e<qN1hp8Sinp=s}8qRehp8
Artinya:berkekalanmemperhambakandirilahirdanbathinkepadaAllahsertaberkekalan
hadirhatibesertaAllah.[7]
9. ImamAlGhazalimengatakanbahwatasawufsejatinyaadalah:menjernihkanhatidarinoda,
dosadantipumuslihatnafsu,dengansenantiasamendekatkandirikepadaAllahSWTdanselalu
merasamembutuhkaniNya.[8]
10.Dr.AbdulHalimmemberikankomentarnya,bahwatasawufmerupakanwasilahwathariqah
atau sarana dan jalan, sekaligus juga ghayah atau tujuan. Sarana dan jalannya berupa

mujahadahdenganberupayamenbersihkandanmensucikanhatidarisegalanoda,dosadantipu
dayanafdsudantujuannyaadalahmusyahadahataumarifatkepadaAllahSWT.[9]
11.MenurutProf.Dr,K.H.SaidAgilSiraj,dalamsebuahpengantarbukuyangberjudulMengurai
tasawuf,IrfandanKebatinan,yangditulisolehMuhsinLabib,iamengatakantasawufadalah
ajarandankeyakinanbahwamanusiasenantiasainginmeraihkesuciandiridandambauntuk
berdekatandenganDiaYangMahasuci.UntukbisaberdialogdenganYangMahasuci,maka
manusialebihduluharusmensucikandiri:mulaidaripenyucianhati,pikiran,tuturkatadan
perilaku serta harta. Lebih lanjut ia menyampaikan pendapatnya seorang sufi besar yang
bernamaSirriasSiqtimengatakan:seorangsufiadalahorangyanghatinyatidaktercemari
olehselainYangMahasuci,danhidupmyadiarahkandemimenghadapiridhadankodratIalahi.
[10]
Sedangkanintidaritasawufsunniadalahtasawufyangsegalaamalanamalandantata
caranya sesuai dengan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat
sahabatnyaberdasrkanalQurandanAlSunnah.
1.PandanganKaumSufiTantangTuhan
Sebagaisebuahsistemspiritual,tasawuf tentumemilikibasisfilosofis.Basistersebut
tidaklaindaripadabasisatauprinsipbagiseluruhyangadadialamsemestaini,yaituTuhan.
Tuhanadalahbasisontologisbagisegalasesuatu,yangtanpaNya,segalayangadainiakan
kehilanganpijakannya.ParasufimenyebutprinsipinisebagaiKebenaran(alHaqq).Disebut
alHaqq, karena Dialah satusatunya yang ada dalam arti yang sesungguhnya, yang mutlak,
sementarayanglainbersifatnisbiataumajazi.
ParasufimenggambarkanTuhansebagaisebuahprinsipyangmenyeluruhdanparipurna.
Dariasudutpandangwaktu,Dialahasaldantempatkembalisegalayangada.Darisudutruang,
DiaadalahyangLahirdanyangBatin,yakniyangimanendanyangtransenden.Dankonsep
RealitasyangparipurnainisepenuhnyadidasarkanpadaayatalQuran,tepatnyasurahalHadid
ayat:3.
Artinya;DialahyangawaldanyangAkhir,yangLahirdanyangBatin.

EsensidarisebuahsistemmistisimeadalahperasaandekatdenganTuhan.Danperasaan
dekat ini dinyatakan dalam perasaan sufi akan kehadiran Tuhan di mana pun ia berada.
KehadiranTuhaniarasakanbaikdalamdirinyamaupundialamyangmengelilinginya.Tentang
kedekatandankehadiranTuhandimanamanaini,parasufimenemukanbasisbasisnyadalam
alQuransendiri,yaitudalamsurahalBaqarahayat115.
Artinya;DankepunyaanAllahlahtimurdanbarat,makakemanapunkamumenghadap
disitulahwajahAllah.SesungguhnyaAllahMahaLuas(rahmatNya)lagiMahaMengetahui.
Artinya; Dan apabila hambahambaKu bertanya kepadamu tentang Aku , maka
(jawablah),bahwasanyaAkuadalahdekat.Akumengabulkanpermohonanorangorangyang
berdoa.(alBaqarahayat:186)
Artinya;DanKamilebihdekatkepadanyadaripadauratlehernya,(Q.SurahQafayat:
16.
Dalamhalcintaatau Mahabbah sebagaibasiskonseptualsufiadalahsurahAliImran
ayat31, secarahipotetikmenyatakankemungkinanterjadinyacintatimbalbalikantaraTuhan
danhambaNya.
Artinya; Katakanlah jika kamu benarbenar mencintai Allah, ikutilah aku,niscaya
Allahmengasihidanmengampunidosadosamu.AllahMahaPengampunlagiMahaPenyayang.
DisampingalQuran,haditshaditsNabijugamemberibasisyangsamasamakuatnyaterhadap
konsepkonseptertentuparasufi.Diantaranyaialahhaditsyangmenyatakanbarangsiapa
mengenaldirinya,makaiaakanmengenalTuhannya.Haditsinitalahdiambilolehparasufi
sebagaibasismakrifat,yaknipengetahuansejatiyangdiperolehsecaralangsungdarisumbernya
sendiri.
Jugahaditsqudsiyangartinya:maimunahr.a.berkata:NabiSAW.Bersabda:Allah
taala berfirman Tidak ada cara yang dapat mendekatkan hambaKu kepadaKu seperti
melaksanakan fardhufardhuKu, dan sesungguhnya ia mendekatkan diri kepadaKu dengan
melakukan halhal yang sunnah sehingga cintalah Aku kepadanya. Dan sesudah Aku
mencintainya Aku menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, tangan yang dengannya ia
memukul,lidahyangdengannyaiaberkata,danhatinyayangdengannyaiaberfikir.Bilaia
memintakepadaKu,AkumemberidanbilaiaberdoaAkumenerimadoanya.(H.R.IbnAssunni
).[11]

2.PandanganKaumSufiTentangHakikat
Kaum sufi berpendapat bahwa, syariat adalah cara formal untuk melaksnakan
peribadatan kepada Allah, yang dirujuki oleh alQuran sebagai tujuan penciptaan manusia.
Seangkan hakekat yakni tasawuf, adalah seperti yang diisyaratkan dalam definisi ihsan:
Engkau beribadah seakanakan melihat Tuhan, dan seandainya engkau tiadak melihatNya,
niscaya Dia melihatmu, merupakan pelengkap dari ibadah tersebut. Oleh karena itu, antara
syariatdanhakekatatautarekatseharusnyatidakbolehdipisahkantanpamenimbulkanmasalah.
Syariat yang dilakukan tanpa memperhatikan unsur hakekat adlah seperti sebuah
bangunankosongdanbelumdihias.Sedangkanhakekattanpasyariatakansepertihiassanyang
tanpadihias.sehinggaakanmenjadibarangtumpukanyangacak.Oalehkarenaitusepatutnyalah
aspekpentingdariagamakitaitutidakdihayatisecaraterpisah,tetapidilaksanakansebagaidua
halyangsalingmelengkapi,danharusdiperlakukansecaraseimbang.Penekananyangberat
sebelahpadasalahsatuaspekdarikeduanyahanyaakanmelahirkanahliahlieksoterikformal
(alhzhahir),yangtidakbisamengapresiasikandimensispirirtualdariibadahformalmeraka,
atau kalau tidak, ahl esoterik yang sama sekali meningglkan ibadahibadah formal yang
merupakankewajibanbagisetiapsetiapindividumuslim.
SebenarnyaahltokohtasawufsunnisepertialGhazalidalamkaryanyautamanya,Ihya
UlumalDin,alGhazalibukanhanyamembicarakankeutamaankeutamaanspiritualitasIslam
dan nilainilainya yang luhur, tetapi bahkan dalam kitab itu, selain membahas aspekaspek
formal ibadah, seperti thaharah, salat, zakat, puasa dan haji beliau juga membahas aspek
spiritualdaribabbabitu.[12]
Tarekatdanhakekatadalahsambungmenyambungantarasatusamalain.Olehkarenaitu
pelaksanaanagamaIslam,tidaksempurnajikatidakmengerjakanempathal.Yaknisyariat,
tarekat,hakekatdanMarifat.Makaapabilasyariatmerupakanperaturan,tarekatmerupakan
pelaksanaan,makahakekatmerupakantujuanpokokyaknipengenalanTuhanyangsebenarnya.
Umpamanyadalammasalahbersuciatauthaharahmenurutsyariat bersihdiridengan
air.Menuruttarekatbersihdirilahirdanbathindarihawanafsu.Menuruthakekatberesihahti
dariselainAllah.SeumpamauntukmencapaimarifatterhadapAllah.Dengancontohshalat,
menurutsyariatbilasewseworangshalatwajibmenghadapkiblat,karenaadaayatalQuran

menyebutkanhadapkanlahmukamukeMasjidilHaram(kabah)diMekah.Menuruttarekat,
hatiwajibmenghadapAllahberdasarkankarenaadafirmanAllahyangmenganjurkannya
SembahlahAku.Menuruthakekat,bahwakitamenyembahAllahseolaholahAllahituterlihat.
Karena memang ada hadits yang menjadi dasarnya. Engkau beribadah seakanakan melihat
Tuhan,danseandainyaengkautiadakmelihatNya,niscayaDiamelihatmu.Menurutmarifat,
ialahmengenalAllahuntuksiapadipersembahkanamalibadahituyangdengankhusyuseorang
hamba Allah dalam shalat merasa berhadapan dengan Allah. Karena memang Allah
menganjurkan kepada kita dalam bershalat untuk mengingat Allah. Bershalatlah untuk
mengingatAku.[13]

B.EpistemologiTasawufSunni.
Kalaudiatastelahkamisampaikantentangontologitasawufsunni,makadalamsubbab
ini kami sampaikan tentang epistemologi tasawuf sunni. Sebagaimana kita ketahui bahwa
tasawufterbagimenjadidua,yaitutasawuffalsafidantasawussunni.Dimanakeduatasawufini
hinggakinimasiheksissampaisaatini.
Tasawufmonistik,yaitutasawufyangdidasarkanpadakonsepwahdatulwujud,alhulul
danalittihad,yangkinidikenaldengantasawuffalsafi.Tasawufinidikaitkandengantokoh
tokoh besar seperti AbuYazid alBustami, alHallaj, Ibn Arabi, Ibn Masarra, Ibn Sabin,
SuhrawardialMaqtul,MullaSadra,SayidHaidarAmulidanlainnya.[14]
Ajarantasawufyangsepertiiniumumnyamemadukanvisimistisdanrasional,Banyak
ungkapandanterminologifilsafatdigunakandalamtasawufini.Percampuraninitidaklepasdari
pertemuanajaranajaranYunani,Persia,IndiadanKristen.Tasawufyangdemikianinisangat
esoterik,cenderungsamardanhanyadipahamiolehparapenempuhjalannya.Kebanyakansufi
aliraninimenguasaipemikiranfilsafatYunanisepertiyangdigagasolehSocrates,Plato,dan
sebaginya.Tokohtokohnya antara lain, asSuhrawardi, Ibn Masarra, Ibn Arabi ( yang
mengenalkankonseppantheismeataukesatuanwujud),IbnSabin.Konseppenyatuanmakhluk
denganTuhaninijugatertuangdalamkaryasastraparasufi.Diantaranyaadalahdalamkarya
IbnalFaridh,JalaluddinRumi,dansebagainya.[15]

Tasawuf Dualistik, yaitau tasawuf yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan
teologiAsyariyahdanSyariah,yangdisebutdengantasawufsunni.Tasawufsunniberusaha
mengintegrasikandanmendamaikantasawufdengansyariahsejakpertengahankeduaabadke3
Hatauke9M.DiantaratokohtokohituialahAbuSaidalKharraj,AbualQasimMuhammad
alKalabadzidanAbualQasimAbdulKarimalQusyairi.Usahausahamembanguntasawuf
yangberaromasyariatdanberbasispadakalamsunnimencapaikematangandankeberhasilandi
tanganAbuHamidalGhazali(w.505H/1111M).[16]
MeskipunalGhazalidianggapsebagaipahlawandanpendiritasawufsunnidansangat
diagungkanolehparapenganutnyaahlusunah,alGhazalitidakmendpatlegimitasidalamtarikat
tarikatyangbertebarandalamduniaahlusunnah.Paraanggotatarikatlebihmengagungkanpara
syaikhdanparagurumereka.
Namun,tasawufsunnisangatlahseragam,karenadalamkenyataannyamunculberagam
mazhab dan pola tasawuf. Tasawuf sunni setidaktidaknya ada dua ragam: 1. Tasawuf
terlembagakandenganpolapembaiatan(tarikat)yangjugadisebuttasawufamali.2.Tasawuf
tidakterlembagakanyangcenderunglonggarkarenaiahanyaberupaajaranajaranmoral,seperti
ajaranalGhazalidanalHaddadyangjugaseringdisebutdengantasawufakhlaqi.[17]
Klasifikasi tasawuf falsafi dan tasawuf sunni ini, seakanakan menghakimi bahwa
tasawufyangbersumberdarialQurandanSunnahadalahyangbenar,dandengandemikian
yangbenarbenarIslamiadalahtasawufsunni.Menurutklasifikasiini,tasawuffalsafiadalah
tasawufyangmenyimpangdarialQurandansunnahsertamembawabidahdanajaranajaran
sesat. Dan karena itu, tidak sesuai ajaran Islam. Tentu saja para pendukung tasawuffalsafi
menolaktuduhanbahwatasawufmerekamenyimpangdarialqurandansunnah.
Apapunyangtelahterjadi,MistisimedalamIslamapakahitualiranFalsafiatausunni,
yangmerupakanlapisesoterisagama,dapatdijadikansebagaititiktemudanruangsejukbagi
seluruhumatIslam,baikpenganuttasawuffalsafiatausunni.
MetodologiDalamTasawuf
1.Takhalli.
Takhalliyaitupengosongandiridarisifatterceladanegoisme.JugaberartiPengosongan
ataupenceraian.Atauusahamengosongkandiridarisikapketergantunganterhadapkelezatan

hidupduniawi.Haliniakandapatdicapaidenganjalanmenjauhkandiridarikemaksiatandalam
segalabentuknyadanberusahamenundukkandoronganhawanafsu.
2.Tahalli.
Tahalliyaitumenghiasidiridengansifatterpuji.Melakukansegalahalyangdiperintahkan
olehAllah,mengisisegalaaktifitasyangdapatmendekatkandirikepadaAllah.Denganrajin
beribadahbaikyangwajibmaupunyangsunnah,berakhlakulkarimah.
3.Tajalli.
Tajalliadalahiluminasi(pencerahan)zatTuhanketikamenampakkandiridalamwujud
yangdapadikenal.Menurutparasufi,tajalliTuhaninimerupakantingkatanpengalamanrohani
tertinggi, yang yang hanya dapat dicapai orang yang telah melampaui Takhalli dan
Tahalli.
C.AksiologiTasawufSunni.

Setelahsedikitmengetahuikeberadaanontologidanepistemolgidaripadataswaufsunni,
makakiranyakitadapatsedikitpunyagambarantentangaksiologidaritasawufsunni.
Nilainilayangterkandungdalamtasawufsunnidiantaranyaialahdalamhalberibadah
harus betulbetul ikhlas, dan mencari ridhaNya, harus menjadi contoh dan selalu berada di
depansebagaimanashalatmengambilbarisanyangpertama.
Dalammenatahati,tasawufakandapatmengantarkanhatiyangkotormenjadijernihdan
bersih,sehinggatiadalainsegalabentukibadahnyaakanmampumengantarkansufimenjadi
makrifatullah.
TatacaramendekatkandirikepadaAllah,makaseorangsufiharusbetulbetulmahabbah
ataucintakepadaAllahdengancaramelakukanseluruhyangwajibdanjugamemperbanyak
ibadahsunnah.Karenabilasudahdemikianapayangialakukansematamataatasbimbingandan
petunjukAllahSWT.
Tasawufyangbenar,sejatidanlurusatausufiyangtelahmelakukanibadahdenganlurus
danistiqomah,akan dapatmencapaisebagaitingkatanihsandiatasdariduatingkatanyang

lainnyayaitutingkatanIslamdanIman.TingkatanIhsanialahyangditunjukkanolehhadits
shahihIhsanituialahkamuberibadahkepadaAllah,seolaholahkamumelihatNya.Kalaupun
kamutidakmelihatNya,namunsesungguhnyaDiamelihatmu.[18]
Islamadalahpenyerahandirisecarazahir,Imanadalahkeyakinanbatin.SedangkanIhsan
adalah pencapaian dua hakekat zahir dan batin. Hal itu karena ilmu semestinya diamalkan.
SedangkanuntukmencapaikesempurnaanderajatIhsan,amalitusemestinyadilakukandengan
ikhlas.Ikhlasialahseoranghambadenganilmuatauamalnyatidakdimaksudkanuntukyang
lain,tapihanyabagiAllahAzzawaJalla.
Bilaseseorangdalamkehidupandanbermasyarkat,tasawufataumistisismeselaluberada
padadirinya,makadalamkeadaanbagaimanapuniatidakakanberanaimelanggaraturanAllah.
KarenakapanpundalamkondisiapapunAllahselalumengawasinya.Umatislamakansemakin
mampu meningkatkan etos kerja dengan baik manakala dalam kehidupan bekerja dengan
sungguhsungguhdanmengamalkantarekatatautasawuf.

BABIII
KESIMPULAN
Daribahsanmakalahinidapatkamisimpulkansebagaiberikut:
1.Tasawufialah,ajaran(cara)untukmengenaldanmendekatkandirikepadaAllah,dengancara
berusahakerasmenjauhisifatsifatburuk(tercela)danlaranganlaranganNya,selalumenghiasi

diri dengan akhlak yang terpuji dan dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
menjalankanperintahperintahNyauntukmencarikeridhaanNya,agarmemperolehhubungan
langsungsecarasadardenganNya.Ataubahasamudah,singkatdansimpelnyaadalahTaqwa.
2.TokohyangmengintegrasikantasawufdansyariahadalahalGhazali.Didalamtasawufsunni
adaduaragamyaitu:
a.Tasawufterlembagakandenganpolapembaiatan(tarikat)yangjugadisebuttasawufamali.
b. Tasawuftidakterlembagakanyangcenderunglonggarkarenaiahanyaberupaajaranajaran
moral,sepertiajaranalGhazalidanalHaddadyangjugaseringdisebutdengantasawufakhlaqi.
3.Seorangsufiyangsudahistiqamahdalamberibadahakanmengantarkandirinyayangihsan.

DAFTARKEPUSTAKAAN

AbuddinNata,Prof.Dr.H.AkhlakTasawuf,Jakarta:P.T.RajaGrafindoPersada,1996.
AlQurandanterjemahnya

AdeArmando,dkk,EnsiklopediIslamUntukPelajar6,Jakarta:P.T.IchtiarBaruVanHoeve,2001
DewanRedaksi,EnsiklopediIslam6,Jakarta:P.T.IchtiarBaruVanHoeve,1994
HarunNasution,Prof.DR.IslamDitinjauDariBerbagaiAspeknya1,Jakarta:UIPress,1978.
HarunNasution,Prof.DR.IslamDitinjauDariBerbagaiAspeknya2,Jakarta:UIPress,1978.
Djamaluddin Ahmad alBuny, Menyelami Samudra Bashirah Shufiyah Jejak Pengabdian Sufi
MenapakJalanMarifah,Yogyakarta:MitraPustaka,2002
KharisudinAqib,DR.M.Ag.,InabahJalanKembalidariNarkoba,Stres&KehampaanJiwa.
Surabaya:BinaIlmu,2005
MustafaZahri,Dr.KunciMemahamiIlmuTasawuf,Suarabaya:BinaIlmu,1976
Mustafa,H.A.AkhlakTasawuf,Bandung:PenerbitPustakaSetia,2005
MuhsinLabib,MenguraiTasawuf,Irfan&Kebatinan,Jakarta:Lentera,2004.
SayyidNurbinSayyidAli,TasawufSyarIKritikatasKritik,Jakarta:PenerbitHikmah,2003.
MuhammadTajuddinBinAlmanawiAlhaddadi,AlAhaditsulQudsiyah,Surabaya:PT.BinaIlmu,
t.t.
MuhammadZakiIbrahim,TasawufSalafi,Bandung:Hikmah,2002
http://mbahshol.blogspot.co.id/2011/11/tasawufsunnidalamfilsafatilmu.html

Das könnte Ihnen auch gefallen