Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
29
GO NATIONAL:
Reza Andrea dan
LEGO Mindstorm
karyanya. Krea
sinya tersebut
mengantarkan
hobinya begitu
diperhitungkan di
level nasional.
BISA GERAK: Menggabungkan part-part LEGO dengan pengetahuan robotikanya, membuat LEGO Mindstorm karya Reza dapat
bergerak sesuai sistem yang diprogram.
kerjanya, Selasa (29/12) petang.
Kompetisi bertajuk Mecha X Minifig Contest mewajibkan setiap
peserta membuat desain bauran
LEGO Mindstorm digabungkan
LEGO Minifigures dan LEGO
Technic. Umumnya, minifigures
itu menjadi pilot dalam karya
yang dibuat.
Masuknya Reza sebagai nominasi pemenang bukan tanpa sebab. Kendati 11 lawannya memiliki desain tak kalah menarik, Reza
jauh unggul dalam satu hal. Dia
menggabungkan part-part LEGO
dengan pengetahuan robotikanya.
Walhasil, desain Reza dapat
bergerak dengan sistem yang
diprogram. Peserta lain kesulitan membangun karya robot
dari part-part LEGO, tapi
saya berhasil. Ya, jadi
modal optimis untuk
menang, tuturnya,
lantas terkekeh.
Untuk membangun karyanya
itu, Reza merogoh kocek hingga
lebih Rp 6 juta. Masing-masing
sekitar Rp 4 juta untuk LEGO
Mindstorms, Rp 1 juta untuk
LEGO Technic, dan Rp 1 juta
untuk LEGO Minifigures dan
lainnya.
Kompetisi tersebut berlangsung sejak Oktober hingga awal
November. Dan, pengumuman
pemenang pada 4 Desember hari
ini. Reza yang telah bertolak
ke Jakarta optimistis karyanya
membawa harum nama Kaltim di
ajang tersebut. Lebih-lebih, dalam
kompetisi tersebut, dia satu-satunya peserta asal Timur Borneo.
(*/mrd/bby/k11)
BAURAN:
Susunan
LEGO dibentuknya menjadi
kendaraan
tempur ala Star
Wars. Lengkap
dengan LEGO
Minifigures
dan LEGO
Technic dari
film legendaris
tersebut.
FOTO-FOTO: FATZERIN/KP
Ajar Robotika
Lewat LEGO
LARUT:
Reza kerap
lupa waktu
jika sudah
asyik
dengan
robot
LEGO-nya
itu.
TELITI: LEGO yang berukuran kecil menuntut pemiliknya berhatihati agar tak satu pun perangkat terlupa atau hilang.
karena hobinya, tapi karena
begadangnya, terang dia yang
asli Samarinda. Tentangan pun
tak dia dapat dari kedua orangtua.
Hanya, orangtuanya sesekali bertanya karena kamar tidur Reza
kian penuh koleksi LEGO dan
action figures.
Seluruh koleksinya itu tak
ada yang Reza beli langsung di
Samarinda. Dia lebih memilih
membeli secara lewat forum online. Bila membeli secara online,
menurutnya, harga bisa jauh
lebih murah. Tentu itu siasat agar
tetap hemat menjalankan hobi.
Bila dihitung, selama ini dia telah
BILA sebagian besar kolektor LEGO menjadikan koleksinya sekadar pajangan dan objek
foto, Reza Andrea tak demikian. Dia yang juga
dosen jurusan Teknik Informatika di Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
(STMIK) Widya Cipta Dharma Samarinda menjadikan hobinya mengoleksi dan merangkai
LEGO sebagai media mengajar.
Ya, mungkin beda visi. Visi saya lebih
mulia, mencerdaskan anak bangsa, tutur
Reza, lantas tersenyum. Robot dengan part-part
LEGO dia kembangkan agar peserta didiknya
lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Menurutnya, bila dibandingkan robot
handmade, robot yang dia buat dari kumpulan
LEGO Mindstorm, Technic, dan Minifigures
itu bisa menarik perhatian mahasiswanya.
Walhasil, dari ketertarikan itu, mahasiswa pun
lebih gampang mengaplikasikan materi yang
disampaikan Reza.
Bila menggunakan robot handmade, dianggapnya sebagian mahasiswa kurang mudah
memahami. Sebab, segala halnya dilakukan
sendiri. Termasuk menyolder dan menciptakan
sirkuit robotika agar dapat bergerak.
Selain itu, robot dengan part-part LEGO
jauh lebih aman dari kemungkinan kerusakan.
Bila terbanting, robot masih bisa disatukan
kembali. Berbeda dengan robot handmade yang
mudah hancur bila terbanting.
Untuk perawatan pun tanpa kesulitan berarti. Selama part-part LEGO Mindstorm tak
terkena air, dia tak takut karyanya itu mengalami kerusakan. Enggak sering dibersihkan.
Paling cuma mengelap saja kalau seandainya
berdebu, kata pria 27 tahun itu.
Karena materi yang disampaikan Reza lebih
mudah dipahami, pihak kampus pun tak segan
turut membantu pendanaan robot yang dia
ciptakan. Reza tak menganggap tanggung jawab
tambahan di balik hobi yang dia lakoni. Jadi
makin semangat karena hobi dibiayai tempat
kerja, imbuh dia.
Namun demikian, ada pula mahasiswa
mempertanyakan hobi Reza tersebut. Pertanyaan pun tak jauh dari anggapan Reza yang
dewasa gemar bermain LEGO identik dengan
anak-anak. Ya, saya enggak masalah karena
memang benar. Hal terpenting, pelajaran yang
saya sampaikan dapat diterima mahasiswa. Untuk apa jadi dosen galak kalau mahasiswanya
enggak paham materi dosen? jelas dia, kemudian terkekeh.
Metode mengajar yang dia terapkan kepada
mahasiswanya terbilang unik dan berbeda
daripada dosen lain. Mengajar sambil makan es krim juga cepat tersebar. Ya, dosen lain
maklum saja, kata dia, kemudian terkekeh.
(*/mrd/bby/k11)
MUDAH DICERNA: Sebagai dosen, Reza merasa nyaman mengajarkan mahasiswanya dengan robot yang
dia buat dari kumpulan LEGO Mindstorm, Technic,
dan Minifigures.