Sie sind auf Seite 1von 1

addicted

minggu, 4 desember 2016

29

GO NATIONAL:
Reza Andrea dan
LEGO Mindstorm
karyanya. Krea
sinya tersebut
mengantarkan
hobinya begitu
diperhitungkan di
level nasional.

Satukan LEGO dan Pemahaman Robotika


Reza Andrea tak
peduli jarum jam dinding merangkak ke
pukul tiga dini hari.
Sejak senja menepi,
matanya terus bergulat nanar di kediaman. Jari tangan pun
terampil menyusun
rangkaian LEGO hingga berbentuk kendaraan tempur ala film
favoritnya, Star Wars.

AGI bertemu malam,


malam bertemu pagi
lagi. Terhitung hampir
empat hari penuh
Reza bergulat dengan hobi yang
dilakoni sejak 2012 tersebut. Dia
tengah membangun sebuah karya
LEGO Mindstorm untuk diikutkan lomba bertajuk Mecha X Minifig Contest, lomba desain LEGO
paling bergengsi se-Indonesia.
Karya yang diciptakan Reza
terinspirasi dari film favoritnya
sejak duduk di bangku kelas dua
SMP pada 2002. Film Star Wars
menyumbang andil besar dalam
bauran ide yang mengantarkan
karya Reza sebagai nominasi pemenang kategori L. Adapun kategori L merupakan kategori yang
dikhususkan karya desain LEGO
Mindstorm berukuran besar.
Ada kategori S, M, dan L. Nah,
karya yang saya buat masuk di
kategori L itu, terang Reza saat
ditemui Kaltim Post di ruang

BISA GERAK: Menggabungkan part-part LEGO dengan pengetahuan robotikanya, membuat LEGO Mindstorm karya Reza dapat
bergerak sesuai sistem yang diprogram.
kerjanya, Selasa (29/12) petang.
Kompetisi bertajuk Mecha X Minifig Contest mewajibkan setiap
peserta membuat desain bauran
LEGO Mindstorm digabungkan
LEGO Minifigures dan LEGO
Technic. Umumnya, minifigures
itu menjadi pilot dalam karya
yang dibuat.
Masuknya Reza sebagai nominasi pemenang bukan tanpa sebab. Kendati 11 lawannya memiliki desain tak kalah menarik, Reza
jauh unggul dalam satu hal. Dia
menggabungkan part-part LEGO
dengan pengetahuan robotikanya.
Walhasil, desain Reza dapat
bergerak dengan sistem yang
diprogram. Peserta lain kesulitan membangun karya robot
dari part-part LEGO, tapi
saya berhasil. Ya, jadi
modal optimis untuk
menang, tuturnya,

lantas terkekeh.
Untuk membangun karyanya
itu, Reza merogoh kocek hingga
lebih Rp 6 juta. Masing-masing
sekitar Rp 4 juta untuk LEGO
Mindstorms, Rp 1 juta untuk
LEGO Technic, dan Rp 1 juta
untuk LEGO Minifigures dan
lainnya.
Kompetisi tersebut berlangsung sejak Oktober hingga awal
November. Dan, pengumuman
pemenang pada 4 Desember hari
ini. Reza yang telah bertolak
ke Jakarta optimistis karyanya
membawa harum nama Kaltim di
ajang tersebut. Lebih-lebih, dalam
kompetisi tersebut, dia satu-satunya peserta asal Timur Borneo.
(*/mrd/bby/k11)

BAURAN:
Susunan
LEGO dibentuknya menjadi
kendaraan
tempur ala Star
Wars. Lengkap
dengan LEGO
Minifigures
dan LEGO
Technic dari
film legendaris
tersebut.

FOTO-FOTO: FATZERIN/KP

Ajar Robotika
Lewat LEGO
LARUT:
Reza kerap
lupa waktu
jika sudah
asyik
dengan
robot
LEGO-nya
itu.

Pengantin Muda, Rela Tak Sentuh Istri


AKRAB dengan LEGO dirasakan Reza Andrea sejak 2012. Masa
awal dia berkenalan adalah saat
mengikuti pelatihan robotika di Jakarta sebagai wakil Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan
Komputer (STMIK) Widya Cipta
Dharma Samarinda. Pada pelatihan tersebut, Reza satu dari empat
orang perwakilan kampusnya.
Ya, mulai dari sana jadi
semakin tertarik robot LEGO,
kenang dia. Adapun LEGO Mindstorm pertama dimiliki Reza
ialah NXT 2.0. Menurutnya, part
LEGO Mindstorm tersebut terbilang mudah dipelajari maupun
diajarkan.
Berhubung LEGO berukuran
kecil, tak jarang dia kehilangan
part yang dibutuhkan. Terlebih,
bila salah satu dari part LEGO
yang berpasangan hilang, karyanya tak bisa proporsional. Ya,
karena kecil jadi gampang hilang.
Sering saat istri menyapu, diamdiam saya perhatikan siapa tahu
ada part LEGO ikut tersapu,
ujarnya, kemudian tertawa.
Untuk membangun LEGO
Mindstorm yang diikutkan
kompetisi, selain mesti begadang
hingga empat hari, Reza pun rela
tak menyentuh sang istri. Padahal, bila dihitung-hitung, dia dan
istri masih termasuk pasangan
pengantin muda.
Sampai sekarang, istri suka
mengomel karena saya begadang
bangun ginian. Ya, enggak marah

TELITI: LEGO yang berukuran kecil menuntut pemiliknya berhatihati agar tak satu pun perangkat terlupa atau hilang.
karena hobinya, tapi karena
begadangnya, terang dia yang
asli Samarinda. Tentangan pun
tak dia dapat dari kedua orangtua.
Hanya, orangtuanya sesekali bertanya karena kamar tidur Reza
kian penuh koleksi LEGO dan
action figures.
Seluruh koleksinya itu tak
ada yang Reza beli langsung di
Samarinda. Dia lebih memilih
membeli secara lewat forum online. Bila membeli secara online,
menurutnya, harga bisa jauh
lebih murah. Tentu itu siasat agar
tetap hemat menjalankan hobi.
Bila dihitung, selama ini dia telah

membelanjakan Rp 8 juta uang


pribadinya untuk melayani hasrat
tersebut.
Kecintaan kepada LEGO lebih
utama tumbuh karena dengan itu
dia dapat membantu mahasiswanya memahami materi perkuliahan.
Bila ditanya hingga kapan intim dengan hobinya itu, Reza tegas menjawab tak akan pernah berhenti.
Hanya kepikiran kalau nanti
anak saya sudah lahir, bisa-bisa
rebutan LEGO dengan saya,
selorohnya. Diprediksi, istri Reza
melahirkan anak pertamanya
pada Februari tahun depan. (*/
mrd/bby/k11)

BILA sebagian besar kolektor LEGO menjadikan koleksinya sekadar pajangan dan objek
foto, Reza Andrea tak demikian. Dia yang juga
dosen jurusan Teknik Informatika di Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
(STMIK) Widya Cipta Dharma Samarinda menjadikan hobinya mengoleksi dan merangkai
LEGO sebagai media mengajar.
Ya, mungkin beda visi. Visi saya lebih
mulia, mencerdaskan anak bangsa, tutur
Reza, lantas tersenyum. Robot dengan part-part
LEGO dia kembangkan agar peserta didiknya
lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Menurutnya, bila dibandingkan robot
handmade, robot yang dia buat dari kumpulan
LEGO Mindstorm, Technic, dan Minifigures
itu bisa menarik perhatian mahasiswanya.
Walhasil, dari ketertarikan itu, mahasiswa pun
lebih gampang mengaplikasikan materi yang
disampaikan Reza.
Bila menggunakan robot handmade, dianggapnya sebagian mahasiswa kurang mudah
memahami. Sebab, segala halnya dilakukan
sendiri. Termasuk menyolder dan menciptakan
sirkuit robotika agar dapat bergerak.
Selain itu, robot dengan part-part LEGO
jauh lebih aman dari kemungkinan kerusakan.
Bila terbanting, robot masih bisa disatukan
kembali. Berbeda dengan robot handmade yang
mudah hancur bila terbanting.
Untuk perawatan pun tanpa kesulitan berarti. Selama part-part LEGO Mindstorm tak
terkena air, dia tak takut karyanya itu mengalami kerusakan. Enggak sering dibersihkan.
Paling cuma mengelap saja kalau seandainya
berdebu, kata pria 27 tahun itu.
Karena materi yang disampaikan Reza lebih
mudah dipahami, pihak kampus pun tak segan
turut membantu pendanaan robot yang dia
ciptakan. Reza tak menganggap tanggung jawab
tambahan di balik hobi yang dia lakoni. Jadi
makin semangat karena hobi dibiayai tempat
kerja, imbuh dia.
Namun demikian, ada pula mahasiswa
mempertanyakan hobi Reza tersebut. Pertanyaan pun tak jauh dari anggapan Reza yang
dewasa gemar bermain LEGO identik dengan
anak-anak. Ya, saya enggak masalah karena
memang benar. Hal terpenting, pelajaran yang
saya sampaikan dapat diterima mahasiswa. Untuk apa jadi dosen galak kalau mahasiswanya
enggak paham materi dosen? jelas dia, kemudian terkekeh.
Metode mengajar yang dia terapkan kepada
mahasiswanya terbilang unik dan berbeda
daripada dosen lain. Mengajar sambil makan es krim juga cepat tersebar. Ya, dosen lain
maklum saja, kata dia, kemudian terkekeh.
(*/mrd/bby/k11)

MUDAH DICERNA: Sebagai dosen, Reza merasa nyaman mengajarkan mahasiswanya dengan robot yang
dia buat dari kumpulan LEGO Mindstorm, Technic,
dan Minifigures.

AWET: Membuat robot dari LEGO, tak perlu khawatir


bila terbanting karena bisa disatukan kembali.

Das könnte Ihnen auch gefallen