Sie sind auf Seite 1von 11

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENDOCARDITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


ENDOCARDITIS

1.

PENGERTIAN

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. (Wajan Yuni Udjianti,
keperawatan kardiovaskuler hal,126)
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah
mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokard dan katub yang sehat,
misalnya penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik.
Perjalanan penyakit ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada
virulensi mikroorganisme dan daya tahan penderita. Infeksi subakut
hampir selalu berakibat fatal, sedangkan hiperakut/akut secara klinis tidak
pernah ada, karena penderita meninggal terlebih dahulu yang disebabkan
karena sepsis. Endokarditis kronik hampir tidak dapat dibuat diagnosanya,
karena gejalanya tidak khas (buku saku KMB burner & suddart)

2.

ETIOLOGI
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu
mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum
ditemukan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh
strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans
50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber
infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu
stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut.
Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram
negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Faktor Predisposisi dan Faktor Pencetus

Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung


dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub
jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post
operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan
fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub

aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah


penyakit jantung bawaan tanpa cianosis, dengan deformitas katub dan
tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai
faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat
imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis
hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit
ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik
intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain
pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik
ginekologik dan radang saluran pernapasan.

3.

PATOFISIOLOGI

Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu
juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah
dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah
sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis
dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga
memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan
menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen
dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi
dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses
miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae
maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran
katub.
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari
endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi.
Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur
biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar
pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak,
limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila
emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal,
glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan
nyeri tekan.

4.

MANIFESTASI KLINIS

Endokarditis infektif akut lebih sering terjadi pada jantung normal.


Penyakit timbul
mendadak. Tanda-tanda infeksi lebih menonjol seperti panas yang
tinggi dan menggigil,
jarang ditemukan jari tabuh dan janeway lesions (bercak
kemerahan pada telapak tangan dan kaki). Terdapat tanda-

tanda pada mata


berupa ptekia kanjungtiva, perdarahan retina, kebutaan, tanda-tanda end
oftalmitis dan panoftalmitis.
Emboli
biasanya lebih sering terjadi dan umumnya menyangkut pada arteri yang l
ebih besar sehingga menimbulkan infark atau abses paru dan sebagainya.
Bising jantung baru atau perubahan bising jantung dapat terjadi.
Endokarditis infektif subakut hampir selalu mengenai jantung
abnormal. Gejala timbul
lebih kurang 2 minggu setelah masa inkubasi. Keluhan umum yang sering
dirasa adalah
demam tidak terlalu tinggi, letih, lesu, banyak keringat malam, nafsu
makan berkurang,
berat badan menurun, sakit kepala dan sakit sendi.
Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralisis, sakit dada,
hematuria, sakit perut, buta mendadak, sakit pada jari tangan dan sakit
pada kulit.
Demam berlangsung terus-menerus, remiten, intemiten atau
sama sekali tidak teratur,
dengan puncak panas 38 40oC dan
terjadi pada sore atau malam hari. Sering disertai menggigil
pada suhu badan yang tinggi, diikuti keringat banyak. Anemia,
pembesaran hati
dan limfa dapat terjadi. Gejala emboli dan vaskuler dapat terjadi berupa
ptekia pada
mukusa tenggorokan, mata dan juga pada semua
bagian kulit, terutama pada dada. Bagian tengah ptekia
biasanya lebih pucat dan dapat terjadi
pada retina yang disebut Roths spot.
Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan dan kaki berbentuk linear
berupa bercak
kemerahan, disebut splinter hemorrhage. Lesi yang lebih spesifik (ada
yang mengatakan
patognomonik) adalah Oslers nodes, yaitu penonjolan
kulit berwarna kebiruan/kemerahan
yang memiliki sifat khas berupa rasa nyeri, terdapat pada kulit tangan
(tenar dan hipotenar)
dan kaki, terutama pada ujung jari. Emboli
besar dapat menimbulkan gangguan syaraf
sentral dan psikiatri, IMA, aneurisma mikotik, sesak
nafas, glomerulonefritis, gagal ginjal,
serta infark ginjal. Tanda-tanda kelainan jantung

penting untuk menentukan adanya


kelainan katub dan kelainan bawaan. Tanda yang lain adalah sesak nafas,
takikardi,
aritmia, sianosis atau jari tabuh. Pada stadium akhir terjadi gagal jantung
dan lebih sering
terjadi pada insufisiensi mitral dan aorta.

5.

PENGOBATAN

Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang
diperkirakan sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila
penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif terhadpa penicillin G ,
diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral
untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral
penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5
gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous fecalis (post
operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama
dengan gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin
G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3
dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6
- 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6
minggu. Bila kuman resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV)
atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin 12 gr/hari atau vankomisin
0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah 4
minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan
aminoglikosid : gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari, gentamisin sering
dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari , ampisilin dan
karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2
mg/kgB per hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat
dipakai sendiri atua kombinasi. Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak
dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan tindakan bedah.
Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit
lain yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan
elektrolit, dan intake yang cukup .
Pencegahan
Faktor predisposisi sebaiknya diobati (gigi yang rusak, karies,selulitis
dan abses).
6.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : kelelahan, kelemahan.

Tanda : tachy cardi, penurunan takanan darah, dispnea dengan


aktivitas.

SIRKULASI
Gejala : riwayat demam reumatik, penyakit jantung congenital, IM,
bedah jantung (CABG/penggantian katup/bypass kardiopulmonal lama,
palpitasi, jatuh pingsan).
Tanda : takikardia, distritmia.
o Perpindahan TIM (titik impuls maksimal) kiri dan inferior (pembesaran
jantung).
o Friction rub pericardia, (biasanya intermiten, terdengar di batas sterna
kiri).
o Murmor aortic, mitra, stenosis/insufisiensitrikuspid, perubahan dalam
murmur yang mendahului, disfungsi otot papilar.
o Irama gallop(S3/S4). Bunyi jantung normal pada awal perikarditis akut.
o Edema, DVJ (GJK)
o Petekie (konjungtiva, membrane mukosa).
o Hemoragi splinter (punggung kuku).
o Nodus Osler (jari/ibu jari)
o Lesi Janeway (telapak tangan, telapak kaki).

ELIMINASI
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal, penurunan frekuensi/jumlah
urin.
Tanda : urine pakat gelap

NYERI/KETIDAK NYAMANAN
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam)
diperberat oleh inspirasi, batuk, garakan menelan, berbaring, hilang
dengan duduk, bersandar ke depan (perikarditis). Tidak hilang dengan
nitrogliserin.
Nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis).
Tanda : perilaku distraksi misalnya gelisah.

PERNAPASAN
Gejala : napas pendek, napas pendek kronis memburuk pada malam
hari
(miokarditis).
Tanda : dispnea, dispneanokturnal, Batuk, Takipnea, krekels dan ronki.
Pernapasan dangkal.

KEAMANAN
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis, trauma dada,
penyakit)
o

Keganasan/iradiasi torakal, dalam penanganan gigi, pemeriksaan

Endoskopik terhadap system GI/GU.

Penurunan system imun misalnya program terapi imunosupresi.

SLE, atau penyakit kolagen lain.

Tanda : demam.
(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)

B. Diagnosa Keperawatan
. Nyeri berhubungan dengan efek-efek sistemik dari infeksi.
Intervensi

Rasional

MANDIRI:
1. Selidiki keluhan nyeri dada.
Perhatikan petunjuk nonverbal dari
ketidaknyamanan.
2. Berikan lingkungan yang tenang
dan tindakan kenyamanan, misal:
perubahan posisi, gosokkan
punggung, penggunaan kompres
hangat/dingin.
3. Berikan aktivitas hiburan yang
tepat.
KOLABORATIF:

1. Nyeri dada dapat dan mungkin


tidak menyertai endokarditis
tergantung adatidaknya iskemia.
2. Tindakan ini dapat menurunkan
ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien
3. Mengarahkan kembali
perhatian,memberikan distraksi
dalam tingkat aktivitas individu
1. Dapat menghilangkan
nyeri,menurunkan respons inflamasi
2. Memaksimalkan ketersediaan O2
untuk menurunkan beban kerja

1. Berikan obat-obatan sesuai


indikasi.

jantung dan mencegah iskemia

2. Berikan O2 suplemen sesuai


indikasi.
(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)

Resiko terhadap penurunan curah jantung b/d gangguan pada katup


jantung dan endotelium
Intervensi

Rasional

MANDIRI:
1. Pantau frekuensi/irama,bunyi
jantung

2. Berikan tindakan kenyamanan


misalnya gosokan punggung,posisi
semi fowler dan hiburan

1. Takikardi dan distrimia dapat


terjadi saat jantung berupaya
untuk meningkatkan
curahnya,berespons pada
deman,hipoksia dan iskemia
2. Meningkatkan relaksasi dan
mengarahkan kembali perhatian

KOLABORATIF:
1.

Berikan obat sesuai indikasi


1.meningkatkan kontraksi
ventrikel

(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)


Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
Intervensi

Rasional

MANDIRI:
1. Kaji adanya dehidrasi, diaforesis,
turgor kulit jelek, membran mukosa
kering.
2. Ukur suhu tubuh 4 8 jam.
3. Pantau masukan dan haluaran
cairan setiap 8 jam.
4. Pantau sisi IV adanya kemerahan
dan bengkak, ganti tempat setiap
24 jam.
KOLABORATIF:
1. Berikan antibiotik antipiretik
sesuai pesanan, pastikan obat
diberikan sesuai pada waktunya..

1. Peningkatan panas
menyebabkan pengeluaran cairan
melalui evavorasi
2. Menunjang diagnose lebih lanjut
3. Mengetahui keseseimbangan
cairan saat peningkatan suhu
4. Mencegah terjadinya phlebitis

1. Membantu menurunkan suhu


tubuh karena proses infeksi

(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)

Resiko gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan embolisasi


Intervensi

Rasional

MANDIRI:
1.
Kaji adanya tanda embolisasi
setiap shift, laporkan adanya tanda
embolisasi pada dokter dengan
segera.
2.
Lakukan pemeriksaan
neurologis setiap shift atau sesuai
kondisi klien.
3.
Instruksikan klien tentang
perlunya meneruskan
antikoagulan, jika dipesankan
untuk mencegah periode embolik
lanjut.
4.
Dorong latihan aktif dengan
rentang gerak sesuai toleransi

1.
Adanya Emboli menyebabkan
penyumbatan aliran darah
sehingga terjadi hipoksia jaringan
2.
Membantu penegakkan
diagnose selanjutnya.
3.
Mengurangi pembentukan
embolisme karena pembekuan selsel darah
4.
Meningkatkan sirkulasi perifer
dan aliran balik vena untuk
mengurangi pembentukan emboli
dan thrombus

1.
Digunakan secara profilaksis
untuk pasien tirah baring

KOLABORATIF:
1.

Berikan terapi antikoagulan.

(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)

c. EVALUASI
1. Nyeri berhubungan dengan efek-efek sistemik dari infeksi.
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
pengalih sesuai indikasi untuk situasi individual.
Mengidentifikasi metide yang memberi penghilangan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan faktor biologi (demam, infeksi).
Status nutrisi dipertahankan/ diperbaiki.
Pencapaian perbaikan berat badan sesuai usia, jenis kelamin.

Klien mengungkapkan nafsu makan meningkat.


3. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
Proses inflamasi telah hilang.

Kulit lembab dan kering.

4. Potensial perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan


dengan embolisasi
Perfusi jaringan serebral dipertahankan.
Klien sadar dan berorientasi.
Tidak ada tanda-tanda embolisasi.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
tentang proses penyakit.
Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan
pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.
Mengidentifikasi /melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan
perilaku untuk mencegah terulangnya / terjadinya komplikasi.
(kutipan: marlynn E doenges,RENPRA edisi 3 halaman 129-130)

PENUTUP

Kesimpulan
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.mempunyai cirri yang
hamper sama dengan perikarditis dan myocarditis.diagnosa
keperawatannya dapat di tegakkan melalui pemeriksaan fisik dan
diagnostic.penyakit ini dapat di obati dengan pengobatan medis seperti
antibiotic dan antipiretik sesuai indikasi dan bakteri penyebabnya.

Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat
mengerti konsep medis pada pasien endokarditis dan paham bagaimana

patofisiologi yang terjadi. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan


tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Marlynn E doenges,2002,rencana asuhan keperawatan:Jakarta,EGC


Wajan yuni udjiyanti,2010,keperawatan kardivaskuler,Jakarta,salemba
medika
Http://httpyasirblogspot.com/2009/09/askep/endokarditis.html

Das könnte Ihnen auch gefallen