Sie sind auf Seite 1von 18

Oedema di bagian tubuh yang mana dulu?

kalau oedema anasarka (Seluruh


tubuh) : koreksi BBnya 25-30%, Tubuh ekstremitas bawah 10-15%, ekstremitas
atas 10-15%,. cara perhitungan BB dengan oedema dikurangi koreksi BB
jika pasien memiliki oedema pada wajah, tangan, kaki (anasarka = 30%),
memiliki BB saat ini (BB dengan oedema = 68 kg),. maka BB aktual pasien = BB
saat ini (koreksi BB) = 68 Kg (68kgx30%) = 47,6 kg. Jadi BB aktual saat ini
tanpa oedmea = 47,6 kg.

Rumus Berat badan yang Disesuaikan (adjusted body weight) :


BB disesuaikan = [(BB aktual BB ideal) x 0,25] + BB ideal.
BB disesuaikan ini, biasanya digunakan untuk pasien yang obese, dan ini digunakan sebagai
dasar untuk menghitung kebutuhan energi basal,..
Kalau mau menggunakan BB aktual untuk menghitung kebutuhan energi juga bisa, pastikan
bahwa status gizi memang normal, jika status gizi kurang/lebih, anda bisa gunakan berat
badan ideal/BBI..
satu hal yg perlu kita tau mb,. ada bnyak cara untuk menghitung kebutuhan energi.. Nah
dalam kasus ini saya menggunakan perkeni,. dg menggunakan BBaktual, padahal status gizi
obes,.. akan tetapi di akhir perhitungan saya menggunakan koreksi BB.. Atau sebenarnya bisa
saja, mb pakai BBadjustment di awal dikalikan dg kebuthan basal, tapi saat di akhir tidak
perlu penggunaaan bb yang dikoreksi

Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT (NCP)


KASUS
Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan
tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal
dengan pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat
dirawat kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsy
pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien
mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras
seperti kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 Kg, dan
TB 163 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 4052 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800 10600/mm3),
trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan
protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi
88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat,
bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih
sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34
gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS : Energi 1700 kalori, protein
68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.
Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) !

PENYELESAIAN KASUS
A. Gambaran Umum Pasien
Nama

: Tn. I

Usia

: 60 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Suku Bangsa

: Jawa

Pekerjaan

: Petani

Ruang/Kelas

: Dahlia/III

Hari Perawatan

: 5 (hari kelima)

Diagnosis Medis

: Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar


1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi
telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan kurang.
Motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan diet/makanan RS terasa

hambar dan membosankan. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS
didapatkan Energi 1090 kal, Protein : 34 gram, lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Energi (Kal)

Protein (g)

Lemak (g)

KH (g)

Asupan Makan

1090

34

20,3

166,5

Standar Makanan RS

1700

68

54

320

% Tingkat Konsumsi

64,1

50

37,6

52

Kategori Tingkat Konsumsi

Kurang

Kurang

Kurang

Kurang

Penilaian :
Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena
alasan diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%, Protein : 50 %,
Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan makan : Kurang,
berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh
pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang
normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar 80% dari standar makanan RS, dan
jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan
makan yang kurang).

Biokimia

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien


Jenis Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal

Keterangan

Hb

9,1 g/dl

13,5-17,5 g/dl

Anemia

Haematokrit

27%

40-52%

Eritrosit

3,32 jt/UL

4,5 6,5 jt/UL

Anemia

Albumin

2,5 g/dl

3,5-5 g/dl

Hipoalbuminemia

Protein Total

4,8 g/dl

6,3 -8,2 g/dl

Penilaian :

Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.

Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) 10% = 56,7 Kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2

Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB
Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2
18,5-22,9 kg/m2

: BB kurang
: normal,

23

: BB lebih

23-24,9 kg/m2

: at risk (dengan resiko)

25-29,9 kg/m2
30 kg/m2

: obese I,
: obese II

Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik
Jenis Pemeriksaan
1. Tekanan darah2.
Nadi

Hasil
110/70 mmHg84
x/menit

Nilai Rujukan
120/80 mmHg80100x/menit

3. Suhu

370C

36-37,2 0C

4. Respirasi

28 x/menit

19-36 x/menit

Penilaian :

Keterangan
HipotensiNormal
Normal
Normal

Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien tampak
kurus, dan lemah).

Riwayat Personal

Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil
panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti
1/3 distal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS
Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis
Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB
tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran
kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.
Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.2.1 Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan
kurang (E) ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH
52%, (rata-rata tingkat konsumsi makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai
dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).
NC.1.4 Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai
dengan rasa nyeri di perut (S/S).
NC.3.1 BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malnutrisi
(E) ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E)
ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan ratarata hanya 51% (S/S).
3. INTERVENSI GIZI

Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
2. Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan
asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.
3. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga
keluhan nyeri perut berkurang
4. Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi
penurunan BB yang drastis.
5. Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)
Macam Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering timbul.
Syarat :
1. Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan
basal, aktifitas dan faktor stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan
basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
1. Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu
meningkatkan kadar albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
1. Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi dan
cadangan energi tubuh terbesar.
Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.
1. Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang
sedang menjalani perawatan.
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
1. Vitamin A diberikan sebesar,.. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya

1. Vitamin C diberikan sebesar.. untuk meningkatkan imunitas tubuh.


Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk
1. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x
makan utama, 2X selingan, dan 3 kali enteral.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :
BEE

= 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)

= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) (6,8 x 60)


= 66 + 657,6 + 815 408 kal
= 1130,6 kal
TEE

= 1130,6 kal x AF x IF

= 1130,6 kal x 1,2 x 1.3


= 1763,7 kal
Keterangan : BEE (Basal Energy Expenditure)
TEE (Total Energy Expenditure)
AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest
IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi
Protein (gram) = 2 g/Kg BB
= 2 g x 48 kg
= 96 gram
% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%
1763,7 kal
= 21,7%
Lemak = 20% x TEE
= 20% x 1763,7 kalori
= 352,74 kalori

Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram


% Karbohidrat = 100 % (% protein + % lemak)
= 100 % (21,7% + 20%)
= 100% 41,7%
= 58,3 %
Karbohidrat (kal)

= 58,3% x TEE

= 58,3 % x 1763,7 kalori


= 1028,24 kalori
Karbohidrat (g)

= 1028,24 kalori : 4 kal/gram

= 257,1 gram
Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)
Vitamin A

: 600 RE

Vitamin D

: 15 ug

Vitamin E

: 15 mg

Vitamin K

: 65 ug

Tiamin

: 1 mg

Riboflavin

: 1,3 mg

Niasin

: 16 mg

Asam Folat

: 400 ug

Piridoksin

: 1,7 mg

Vitamin B12

: 2,4 ug

Vitamin C

: 90 mg

Kalsium

: 800 mg

Fosfor

: 600 mg

Magnesium : 300 mg

Besi

: 13 mg

Yodium

Seng

: 13,4 mg

Selenium

Mangan

: 2,3 mg

Fluor

: 150 ug
: 30 ug
: 3 mg

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter

Target

Pelaksanaan

Asupan Makan

Asupan makan mencapai 100% dari kebutuhan

Setiap hari

Antropometri

BB naik dan status gizi normal

Akhir Perawatan

Biokimia

Hb, albumin, Protein Total

Hari kedua pengamatan

kasus
Fisik Kljnis

Pucat dan lemah berkurang, TD, nadi, respirasi,


Setiap hari
suhu normal

Keluhan

Nyeri perut berkurang/hilang

Setiap hari

Sikap dan
Perilaku

Mengubah perilaku terhadap diet RS (mau


menerima diet RS)

Setiap hari

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit,

Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan


Gizi Terstandar (PAGT)
A. Gambaran Umum Pasien
Nama
Umur

: Ny. S S
: 51 th

No RM
Ruang
Tanggal
Sex
: Perempuan
Masuk
Pekerjaan : Guru Sd Tanggal Kasus
Pendidikan : S1
Alamat
Diagnosa
Agama
: Islam
Medis

: 2. 37. 23. 97
: Boegenvile C1 K2
: 18 Oktober 2008
: 20 Oktober 2008
: Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd
:
cholelithiasis DM II

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang
merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum
pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan
pasien sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah
yang berlebih.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil
recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97
gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Implementasi

Energi (kal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

KH (gr)

Asupan oral

1130

28,97

30,57

222,05

Infus D 10%

200

-50

Aminofusin Hepar 5%

100

25

Total asupan

1430

53,97

30,57

272,05

Standar RS

1582

59,8

46,2

255

% Asupan

90,5

90,2

66

106,7

Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %,
Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub
Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai
standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu
menghabiskan makanan sebesar 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi
makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang
kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa
sederhana (sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang
berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem

metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas
terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin
adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama
insulin ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau
jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam
tubuh dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh).
Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes
Melitus.
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 8 jam. Pasien rutin
melakukan senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur
pasien sekitar 6 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan
urin/darah
Na (serum)
K (serum)
Cl (serum)
TP
Albumin
AST
ALT
BUN
Creatinin
Uric Acid
GDS
GD 2 JPP
HBA1C
T BIL
D TIL
WBC
RBC
Pemeriksaan
urin/darah
HGB
HCT
MCV
MCH
RDW
PLT
MPV
PCT

Satuan/Nilai
Awal Masuk
Normal
RS18-10-2008
136 145 mmol 138,8
3,10 5,00 mmol 3,10
98 107 mmol
109,5
6,40 8,30 g/dL 6,98
3,50 5,00 g/dL 2,10
10 -42 U/L
377
10 40 U/L
180
7,0 18,0 mg/dL 11,1
0,6 1,30 mg/dL 1,16
2,6- 7,2 mg/dL
5,9
70 -120 mg/dL
211
80 140 mg/dL
<6,5
0,20- 1,00 mg/dL 11,21
0,00 0,30 mg/dL 4,89
4,8 -10,83/UL
5,5
6
4,2 5.4 10 /UL 3,69
Satuan/Nilai
Awal Masuk
Normal
RS18-10-2008
12 16 g/dL
12,0
37 47 %
34,9
81 99 fL
94,4
27,0 31,0 pg
32,4
11,5 15,5 %
23,4
3
130 400 10 /UL 150
7,4 10,4 fL
8,6
0,000 0,990 % 0,128

Awal Kasus2010-2008

140
241
10,8

Awal Kasus2010-2008

Keterangan
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Rendah
Keterangan
Normal
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Normal

Prot
Bil
Uro
Blod

+
+2
+2
+2

Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali


dengan multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C
meningkat)
Antropometri
BB

= 64 kg,

TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm

Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan.


BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I
yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2
18,5-22,9 kg/m2
23
23-24,9 kg/m2
25-29,9 kg/m2
30 kg/m2

: BB kurang
: normal,
: BB lebih
: at risk (dengan resiko)
: obese I,
: obese II

Fisik Klinis
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan

Satuan / nilai normal Awal kasus

Keadaan Umum

Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh

Tensi

120/80 mmHg

110/70 mmHg

Nadi

60 100 x/mnt

70 x/menit

Suhu

36 37 C

Afebris

Respirasi

20 24 x/mnt

16 x/menit

Keluhan Utama

: Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan

Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi,
keadaan umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal
bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna
seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat,
tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-),
nyeri perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke
RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan
kuning (+), mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat
obat dan terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan
membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat
urdafalk 21 tablet (Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien
menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih
kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan,
BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh
dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan :
Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien
disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT 324,
Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk
menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing
(-), BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah
menderita sakit kuning

Terapi Medis

:
Interaksi dengan zat
gizi

Jenis Obat/ tindakan

Fungsi

Inf. D10%Aminufusin
Hepar (1:1 20tpm)

Tambahan asupan karbohidratTambahan asupan asam amino


Sebagai terapi jangka pendek ulkus
Gangguan GI, sakit
duodenal dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit

Inj. OMZ 1A/12j


Inj. SNMC 2A(hari I
III)1A(hari IV-V)
HP Pro 2 x 1

Antiinflamasi hati
Suplemen untuk hati

2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
(E) ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi,
G2JPP tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).
NI.5.4
Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran
empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah
menjalani diet rendah lemak (S/S).
NI.5.1
Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin
(E) ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
1. Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar
glukosa darah, dan mencegah kenaikan berat badan
2. Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
3. Meningkatkan kadar albumin darah
Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)
Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
1. Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan
basal, jenis kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk
memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat

badan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien
dalam keadaan lemah. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang,
jagung.
2. Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan
kadar albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
3. Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu
menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4. Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan
BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
5. Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat
waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat
pergerakan di usus halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB
pasien.
6. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x
makan utama, 2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan
jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan
rumus PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr.
H. Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif
rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan
kebutuhan energy dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006.
Catatan :
Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :
1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria.
Kebutuhan basal untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan
kebutuhan kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59
tahun, sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi
20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.

Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan
pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :
Kebutuhan Energi Basal ()

= 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori

Koreksi Usia (51 th)

= 1600 kalori x 5% = 80 kalori

Aktifitas (istirahat)

= 1600 kalori x 10% = 160 kalori

Komplikasi (P. Hati)

= 1600 kalori x 20% = 320 kalori

Koreksi Berat Badan

= 1600 kalori x 20% = 320 kalori

Total kebutuhan energi

= Energi basal Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi K. Berat Badan


= 1600 kalori 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori 320 kalori
= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)
Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram
% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%

Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram
% Karbohidrat = 100 % (% protein + % lemak) = 100 % (19,6% + 20%) = 60,4 %
Karbohidrat (kal)
1026,8kalori

= 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori =

Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram


Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.
Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.
Penyusunan Menu
Makan pagi (06.30):
Nasi Tim
Telur Mata Sapi
Tempe bumbu Bali
Cah Sawi Hijau Wortel
Selingan (09.30)
Pepaya
Makan Siang (12.30)
Nasi Tim
Pepes Ikan
Tahu Bacem
Sayur Asem
Selingan II (15.30)
Bika Pisang
Makan Sore (18.30)
Nasi Tim

Basho Daging
Cap Cay Sayur
Selingan III ( 21.30)
Apel Hijau

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter

Target

Pelaksanaan

Asupan Makan

asupan makan tetap normal

Setiap hari

Antropometri

BB normal dan status gizi normal

akhir Perawatan

Biokimia

Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C

hari ketiga pengamatan kasus

Fisik Kljnis

Lemah berkurang,

Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit,

Das könnte Ihnen auch gefallen