Sie sind auf Seite 1von 130

TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

Di susun Oleh :
Kelompok 1:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Adisty Dwi Treasa


Apriani Tasyari
Debi Pratiwi
Delva Eliusantia
Desti Suryanti
Dewi Wulandari
Dwi Siti Rahma
Dwita Oktaria
Eka Zameliana
Fatiah Rahmi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
T.A. 2014/2015

1. Konsep dasar asuhan neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah


a. Pengertian
1) Neonatus
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur
orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa
perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu
menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang
paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi
semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system
pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi
terhadap neonatus.
2) Bayi
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar,
2002). Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun,
dengan pembagian sebagai berikut: a.Masa neonatal, yaitu usia 0 28 hari
1)Masa neonatal dini, yaitu usia 0 7 hari 2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8
28 hari b.Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari 1 tahun Bayi merupakan
manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang
pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan
terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal
(kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).
3) Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima
tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010),

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun).
4) Prasekolah
Pengertian anak pra sekolah menurut Biechler dan Snowman (1993)
adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Usia tersebut
mereka biasanya mengikuti program pendidikan pra sekolah
Yang dimaksudkan dengan anak prasekolah adalah mereka yang
herusia aniara 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman (1993). Mereka
biasanya mengikuti program prasekolah dan kinderganten.

Sedangkan di

Indonesia. umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3


bulan 5 tahun) dan Kelompok bertnain (usia 3 tahun). sedangkan pada usia 46 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak.
b. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah
Masa neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
badan lahir 2.500-4000 gram. Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia.
Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah
membutuhkan perawatan dari orang lain.
Bayi Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan
telah mampu hidup di luar kandungan. Periode neonatal adalah periode yang
sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat
seumur hidup,bahkan kematian .misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi
baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat
selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan
keterlambatan tumbuh kembang. Proses Adaptasi fisiologi yang dilakukan bayi
baru lahir perlu diketahui dengan lebih baik oleh tenaga Kesehatan khususnya

bidan yang bertanggung jawab terhada ibu dan bayi baru lahir, saat lahir, bayi
baru lahir harus beradapatasi dengan keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar rahim, kemampuan adaptasi
fisiologi bayi baru lahir disebut juga Homeostasis
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas
dan status gizi. Kemampuan Homeostasis pada neonatus kurang bulan
tergantung masa gestasi. Matriks otak belum sempurna sehingga mudah terjadi
perdarahan intrakranial.
1) Adaptasi sistem pernafasan
Proses Pernafasan Pertama
Nafas aktif pertama merangkai peristiwa-peristiwa tanpa gangguan
yang membantu sirkulasi perubahan janin menjadi sirkulasi dewasa,
mengosongkan paru dan caira menetapkan volume paru neonatus dan
karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan arteri
pulmonalis. Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut,
banyak bayi baru lahir mega-megap dan bahkan menangis saat itu, oleh karena
itu pengisapan mulut dan hidung dengan sebuah suction dari karet tidak
diperlukan. Alat penghisap baru digunakan apabila usaha nafas bayi baru lahir
ber kurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas. Stimulasi
fisik yang perlu dilakukan untuk membantu proses pernafasan awal adalah
dengan melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap punggung bayi,
mengeringkan badan bayi dan menjentikkan dengan lembut telapak kaki bayi.
Jangan lakukan stimulasi fisik yang berlebihan pada bayi baru lahir.

2) Adaptasi sistem sirkulasi peredaran darah.


Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Tindakan ini meniadakan suplay oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya
reaksi-reaksi dalam paru sebagai respons terhadap tarikan nafas pertama.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen keseluruh

jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar yaitu
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan oarta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.
Dua peristiwa yang merobah sistem pembuluh darah :
a) Pada saat tali pusat di potong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan

atrium

kanan

menurun,

tekanan

atrium

menurun

karenabekurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.hal ini


menyebabkanpenurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenisasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kananoksiga pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sestem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium
kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foraman kanan ini dan penurunan
pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
3) Adaptasi suhu
Bayi baru lahir memiliki kecenderung menjadi cepat stres karena
perubahan lingkungan dan bayi harus beradaptasi dengan suhu lingkungan
yang cenderung dingin diluar. Terdapat empat mekanisme kemungkinan
hilangnya panas dari bayi baru lahir kelingkungannya, yaitu
a) Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda disekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi.
b) Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang
bergerak
c) Radiasi, panas dipancarkan dari tubuh bayi, keluar tubuhnya ke lingkunan
yang lebih dingin

d) Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan kepada kecepatan


dan kelembaban udara.
4) Perubahan sistem pencernaan
Pada saat janin masih dalam kandungan melakukan kebiatan
menghisap dan menekan pada usia kehamilan atermm sedangkan refleks
gumoh dan batuk baru terbentuk pada sat persalinan. Reflek menghisap dan
menelan ASI sudah dapat dilakukan bayi saat bayi diberikan kepada ibunya
untuk menyusu. Reflek ini terjadi akibat adanya sentuhan pada langit-langit
mulut bayi yang memicu bayi untuk menghisap serta adanya kerja peristaltik
lidah dan rahang yang memeras air susu dan payudara ke kerongkonganbayi
sehingga memicu refleks menelan. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan
menelan dan mencerna makanan selain ASI masih terbatas. Kemampuan sistem
pencernaan untuk mencerna protein, lemak dan karbohidrat belum efektif.
Hubungan oesofagus bawah dan lambung belum sempurna , sehingga sering
menimbulkan terjadinya gumoh pada bayi baru lahir, apabila mendapatkan ASI
yang terlalu banyak, lebih dari kapasitas lambung.
5) Perubahan sistem imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belum matang , sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imun yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia
ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan
istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan
stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.
Istilah ini sudah sering di dengar dan di pahami oleh semua orang tua, karena
mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit
yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak
adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan
interpretesi orang tua atau siapapun.

Karakteristik Anak Balita :


Anak usia 1-5 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanandari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju
pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih
lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Olehkarena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
2. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian BBL Normal
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran.


Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 42

minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir

2500 gram sampai 4000 gram.


Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

b. Tanda tanda BBL Normal ( Kebugaran )


Berat badan 2500 4000 gram
Panjang badan 48 52 cm
Lingkar dada 30 38 cm
Lingkar kepala 33 35 cm
Frekuensi jantung 120 160 kali/menit
Pernafasan 60 40 kali/menit
Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
Kuku agak panjang dan lemas
Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minor.
Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik


Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
Reflek graps atau menggenggan sudah baik
Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklata.

Reflek Reflek Fisiologis


1) Mata
a) Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba tiba atau
pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup,
jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b) Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus
sepanjang hidup.
c) Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2) Mulut dan tenggorokan
a) Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa
bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b) Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau
masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek
ini harus menetap sepanjang hidup.
c) Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai
menghisap, harus hilang pada usia kira kira 3 -4 bulan
d) Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan
mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
f) Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini


harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3) Ekstrimitas
a) Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
b) Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan
menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks
dorso fleksi
.
c. Kebutuhan Bayi Baru Lahir
1) Kebersihan Jalan Nafas
Segera setelah bayi lahir secara cepat nilai pernafasannya dan lakukan
pembersihan jalan nafas. Meskipun pengisapan segera setelah lahir adalah
praktik umum, pembersihan sekresi sederhana dari wajah bayi sama efektifnya.
Keuntungan potensial dari pengisapan adalah mengurangi aspirasi
sekresi dan mengurangi kesempatan infeksi pada saluran pernapasan. Namun
kerugiannya meliputi aritmia jantung, spasme laring, dan vasospasme arteri
pulmonal. Pernafasan normalnya mulai secara spontan. Bila tidak penggosokan
perlahan punggung bayi terutama efektif dalam merangsang pernapasan bayi
dengan warna dan tonus baik.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera
menangis.
- Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan
otak. Sangat peting membersihan jalan nafas, sehingga upaya bayi

bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir ( masuknya lendir ke


paru-paru).
e) Alat pengisap lendir mulut (DeLee) atau alat pengisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap di tempat.
f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
g) Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.
h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
- Bantuan untuk memulai pernafasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat.
i) Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan pemompaan bila
setelah 1 menit bayi tak bernafas.

2) Pemotongan Tali Pusat


Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan. Sebab
semasa dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan
dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia
tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah
dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi
maka saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat. Tali pusat normal
berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut /
mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari. (Muslihatun, 2010)
Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm, dengan rentang panjang antara
30-100 cm, rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin yang rudimeter, sisa-sisa
omfalo mesenterikus, dilapisi membrane mucus yang tipis, selebihnya terisi
oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang di sebut
whartor. Setelah tali pusat lahir segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali
pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi. Karena itu tali pusat harus
segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersabut oklusi
serta tidak perdarahan.
a) Fungsi Tali Pusat

Tali pusat pada janin berfungsi sebagai Saluran yang menghubungkan


plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen,
makanan, dan antibodi dari ibu yang sebelumnya di terima terlebih dahulu oleh
plasenta melalui vena umbilikalis.pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea
dan gas karbondioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilikalis.
(Kusuma, 2009).
b) Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat
Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat yaitu :
Mengeringkan bayi anda dengan membungkus kepala dan badannya

kecuali tali pusat.


Menjepit tali dengan klem, dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut
tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke 2 dengan jarak 2 cm dari

klem.
Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri
(jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2

klem.
Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari umbilicus dengan simpul
mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua
kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu

memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0.5%.


Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya pada ibu
Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Ganti sarung
tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan

pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat.

c) Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi
local. Perlu perawatan tali pusat sejak manejemen aktif kala III pada saaat
menolong kelahiran bayi.sisa tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan
terbuka dan di tutupi kain bersih secara longgar. (Muslihatun, 2010)

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi
tali pusat. (Susan, 2005)
Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya marupakan
tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat
selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan air
bersaih dan menggunakan sabun. Sudah banyak penelitian yang dilakukan
untuk meneliti bahan yang digunakan untuk merawat tali pusat. Perawatan tali
pusat secara medis menggunakan bahan anti septik yang meliputi alcohol 70%
atau anti mikrobial seperti povidon iodin 10% (Betadine), klorheksidin, lodium
Tinsor ,dan lain-lain yang disebut sebagai cara moderen. Sedangkan perawatan
talipusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak Ghee (India), atau
colostrum air susu ibu. (Sodikin, 2011, h.57)
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada Neonatus yang
penting dalam perawatan talipusat adalah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih dengan cara:
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas bersih,
Kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih

atau steril.
Popok atau celana bayi harus diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali

pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin.


Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membuat trekan
tali pusat. (Prawiroharjo, 2009)

d) Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat


Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke

puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.
Mengoleskan alkohol atau povidon iodin masih di perkenankan, tetapi tidak
dikompraskan karena menyebabkan tali pusat basah/ lembab.
Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan air

bersih.
Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan/

berbau.
Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang
dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir (Wiknjosastro, 2008)

3) Menjaga Kehangatan Tubuh


Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Suhu bayi harus dicatat.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko
tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau
tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam
ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat
rentan terhadap terjadinya
Menurut Gardner (1979), Pengeringan bayi yang segera dan
mempertahankan kontak kulit dengan kulit ibunya membantu termoregulasi
(kemampuan bayi dalam berespons pada stress dingin dengan terjadinya
mekanisme kehilangan panas). Riset menunjukkan bahwa kontak kulit dengan
kulit dipilih untuk menggunakan kehangatan untuk mempertahankan
lingkungan termal netral bagi bayi baru lahir. Selimut basah harus diganti
segera dengan selimut yang kering, aliran udara harus dihilangkan dan kepala
bayi harus tetap tertutup. Permukaan apapun yang kontak dengan kulit bayi
harus dalam keadaan hangat.

Mekanisme kehilangan panas


a) Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, contohnya meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda benda tersebut
c) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, contohnya ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung)
(Dewi, 2005)
Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a) Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. Kondisi bayi
dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu
yang

terbuka

akan

mempercepat

terjadinya

penguapan

yang

akan

mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan

mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal


hipotermi.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus
segera dikeringkan dan di bungkus dengan kain kering kemudian di letakan
telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c) Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (6) jam setelah lahir.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan
menangis kuat bisa di mandikan 24 jam setelah kelahiran dengan tetap
menggunakan air hangat.
(Dewi, 2005)
Cara menjaga kehangatan tubuh bayi yaitu:

Bersihkan dan keringkan bayi


Tempatkan bayi diatas perut ibu

Selimuti bayi dengan kain baru yang kering dan bersih, pastikan bahwa
kepala bayi telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya

panas tubuh
Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15
menit
- apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi
- apabila suhu bayi kurang dari 36,5o C, segera hangatkan bayi tersebut

4) Bonding Attachment
a) Pengertian bounding attachment menurut beberapa ahli,antara lain:
- Klausa dan kennel ( 1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata,
baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama
-

segera setelah lahir.


Nelson ( 1986): bounding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik
fisik

antara

orang

tua

dan

bayi

segera

setelah

lahir,

sedangkan attachment adalah ikatan yang terjalin diantara individu yang


meliputi pencurahan perhatian, yaitu hubungan emosi dan fisik yang
-

akrab.
Bennet dan Brown (1999): bounding adalah terjadinya hubungan orang
tua dan bayi sejak awal kehidupan,sedangkan attachment adalah

pencurahan kasih saying di antara individu.


Brozelton ( dalam Bobak,1995): permulaan saling mengikat antara
orang-orang seperti antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak

pada pertemuan pertama.


Parmi ( 2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu

proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
Perry ( 2002): bounding adalah proses pembentukan attachment atau
membangun ikatan , sedangkan attachment adalah suatu ikatan khusus
yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam

hubungan orang tua dan bayi.


Subroto ( cit Lestari, 2002):sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Jadi bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara

orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih sayang dan
pencurahan perhatian yang saling tarik menarik.

Selain itu,pengertian bounding attachment adalah suatu proses sebagai


hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai serta memberi keduanya pementuan emosional dan saling
membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dan bayinya ini diawali dengan kasih
sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.
Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan
psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
b) Tahap-Tahap Bounding Attachment :
- Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
Bounding (keterikatan)
Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu

lain.
Adapun interaksi yang menyenangkan, misalnya :
- Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.
- Sentuhan pada pipi.
- Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya
gerakan muka bayi kearah muka ibu atau kearah payudara sehingga
bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat
-

putingnya, dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin.


Tatap mata bayi dan ibu.
Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan

saling memiliki antara ibu dan bayi.


- Tangis bayi.
c) Keuntungan Bounding Attachment :
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap
sosial.
- Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
d) Hambatan Bounding Attachment :
- Kurangnya support sistem.
- Ibu dengan resiko (ibu sakit).
- Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
- Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
5) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a) Pentingnya kontak kulit dan IMD

Inisiasi Menyusui Dini sangatlah penting karena mendatangkan


manfaat yang sangat banyak bagi si bayi khususnya. Beberapa hal penting yang
didapatkan dari IMD antara lain:
- Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan
-

(hypotermia).
Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi
lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi

pemakaian energi.
Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit
ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit
ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit

dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.


Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya

bayi tidur dalam waktu yang lama.


Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal
dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu

pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.


Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui

ekslusif dan akan lebih lama disusui.


Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu
dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang

pengeluaran hormon oksitosin.


Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar.
Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi
kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum
daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang
kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi,
penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi.
Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi

yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.


Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk
pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat

kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman


batin bagi ketiganya yang amat indah.
b) Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Departemen Kesehatan (2007) kontak kulit dengan kulit
mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1) Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk bayi.
- Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
- Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan
bisa diperkirakan :
Menstabilkan pernapasan.
Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik.
Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan

efektif.
Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya

dengan lebih cepat).


Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.
Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi

sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.


Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih

cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.


Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama
beberapa jam pertama hidupnya.

2) Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk ibu.


- Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
- Oksitosin
Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih

rendah.
Merangsang pengeluaran kolostrum.
Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi.
Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat placenta lahir dan

prosedur pasca persalinan lainnya.


- Prolaktin
Meningkatkan produksi ASI.
Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi oksitosin.

Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu.
Menunda ovulasi.

3) Keuntungan menyusu dini untuk bayi.


Menurut Ambarwati (2009) keuntungan IMD bagi bayi meliputi :
-

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera

keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.


Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada

bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.


Meningkatkan kecerdasan.
Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas.
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
Mencegah kehilangan panas.
Merangsang kolostrum segera keluar.

6) Pemberian Vit.K, Zalf mata, Identitas


a) Vitamin
K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan
darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang amsih steril,
bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari
pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI secara eksklusive juga
beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak
bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh
karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap
pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk
meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya biasa secara
parental, 0,5 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24
jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg
apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi
dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir
kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Intervensi keperawatan:

Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1


eri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
Observasi bayi secara rutin
Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari
keempat

b) Tetes / zalf mata


Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya
masalah, kadang-kadang perlu juga memberikan obat-obatan tertentu sebagai
tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin diberikan adalah:
- Vitamin K
- Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1%
atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat
diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin.
Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes /zalf mata diberikan pada kedua
belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari konjungtiva kelopak bawah
mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes.
Intervensi keperawatan:
-

Jaga kebersihan mata bayi


Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena
terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan
attachment karena mengaburkan pandangan bayi (menghalangi eye

contact)
Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat

c) Identifikasi bayi
Identifikasi byai segera lakukan segera setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Tanda pengenal bayi bisa
menggunakan cap jari atau telapak kaki. Tanda pengenal bayi umumnya
menggunakan secarik kertas putih atau berwarna merah/biru tergantung jenis

kelamin dan ditulis nama (bayi nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, unit.
Setelah itu kertas dimasukkan dalam kantong plastik dengan pita diikatkan
pada pergelangan tangan ibu, pengikatan pita hanya dapat dilepas atau
digunting. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomer identifikasi.
7) Rawat Gabung
a) Pengertian
Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan dimana
ibu dan bayi dirawat dalam satu unit. Di Indonesia, persalinan 80% terjadi di
rumah dan bayinya langsung dirawat gabung. Dalam pelaksanaanya, bayi harus
selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini
bukan suatu hal yang baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin,
sistem perawatan dalam satu ruangan sudah difungsikan kembali.
b) Tujuan Rawat Gabung
Walaupun rawat gabung seperti terlihat biasa, akan tetapi ada tujuan
tertentu dibuatnya rawat gabung, yaitu :
1) Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam
proses persalinan, ibu akan sangat bahagia bila dekat dengan bayinya. Ibu
dapat membelai-belai bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium, dan
memperhatikan bayinya yang tidur di sampingnya. Hubungan kedua makhluk
ini sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama
setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu,
kelembutan, dan kasih saying ibu (bonding effect).
2) Penggunaan air susu ibu
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat
dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan
sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar
adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi

akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari
pertama dan adsorpsi usus juga sangat terbatas.
3) Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi disatukan, infeksi
silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi
silang. Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi
dari ibu. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan
melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap
oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yamg tinggi. Kekebalan
ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare.
4) Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Ibu
memerlukan pendidikan kesehatan terutama mengenai teknik menyusui,
memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara, dan nasehat
makanan yang baik. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur,
menggendong bayi, dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi
sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
c) Manfaat Rawat Gabung
Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek
dan sesuai tujuanya adalah sebagai berikut :
1) Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat
(bonding). Rasa aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain (basic trust)
merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya.
2) Aspek Fisiologis
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih
sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI
dan reflex oksitosin yang membantu pengeluaran ASI mempercepat involusi

rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga dipergunakan sebagai metode


Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6
bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara eksklusif.
3) Aspek Fisik
Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi
menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat
rangsangan dari isapan bayi.
4) Aspek Ekonomi
Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini
mungkin sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan
peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan
ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi
sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat.
5) Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai
pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali
perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang
di anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan
bagi keluarga.
6) Aspek Medis
Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak
terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di
samping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan
cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi
d) Syarat Rawat Gabung
Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin di kamar bersalin
dan di bangsal perawatan pasca persalinan. Meskipun demikian penyuluhan
tentang manfaat dan pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama
kali memeriksakan kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal.

Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu
yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat / kriteria sebagai berikut :
-

Lahir spontan dengan presentasi kepala.


Berat badan bayi saat lahir 2500 - 4000 gram.
Umur kehamilan 36 - 42 minggu.
Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7).
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi
cukup sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dan

sebagainya.
Bayi yang lahir dengan sektio sesarea dengan anestesia umum, rawat
gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak
mengantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap

disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.


Ibu dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

e) Kontra Indikasi Rawat Gabung


(1) Pihak Ibu
Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik
Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara
tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung
klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui. Penilaian akan hal ini harus
dilakukan dengan hati-hati.
Eklampsia dan preeklampsia berat
Keadaan ibu yang tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk
mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sementara
sehingga ibu belum sadar betul.Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan
diberikan pada bayi.
Penyakit infeksi akut dan aktif
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkolosis paru
yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis
keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak
perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau
tidak.
Karsinoma payudara

Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai


ASI-nya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila
menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum si bayi.
Psikosis
Penderita psikosis tidak dapat dikontrol keadaan jiwanya.
Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.
(2) Pihak Bayi
Bayi kejang
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi yang
tidak memungkinkan untuk disusui karena ditakutkan adanya bahaya
aspirasi saat disusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak
memungkinkan bayi untuk disusui oleh ibunya.
Bayi yang sakit berat
Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain
yang memerlukan perawatan intensif tertentu tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
Bayi yang memerlukan observasi ketat atau terapi khusus
Selama observasi, rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah
keadaan membaik bayi boleh dirawat gabung kembali. Ini yang disebut
rawat gabung tidak langsung.
Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah)
Refleks menghisap dan reflex lain pada bayi kondisi seperti ini
belum baik sehingga tidak mungkin menyusus dan dirawat gabung.
Cacat bawaan
Diperlukan persiapan mental ibu untuk menerima keadaan bahwa
bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa bayi merupakan kontra
indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioschisis, palatischisis, bahkan
labiopalatoschisis masih memungkinkan untuk disusui, tetapi dengan
menggunakan sonde agar tidak aspirasi.
Kelainan metabolic dimana bayi tidak dapat menerima ASI
f) Pelaksanaan Rawat Gabung
Sebagai pedoman penatalaksanaan rawat gabung telah disusun tata
kerja sebagai berikut :
(1) Di Poliklinik Kebidanan

Memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung.


Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu

hamil, nifas, perawatan bayi, dan lain lain.


Mendemonstrasikan pemutaran film, slide mengenai cara cara merawat
payudara, memandikan bayi, merawat tali pusat, Keluarga Berencana,

dan sebagainya.
Mengadakan ceramah, tanya jawab dan motivasi Keluarga Berencana.
Menyelenggarakan senam hamil dan nifas.
Membantu ibu ibu yang mempunyai masalah masalah dalam hal

kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan.


Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas,

hambatan dan lain lain.


(2) Di Kamar Bersalin
- Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabug dilakukan perawatan
-

bayi baru lahir seperti biasa.


Kriteria yang diambil sebagai syarat untuk dirawat bersama ibunya
adalah :

o Nilai APGAR lebih dari 7.


o Berat badan lebih dari 2500 gr, kurang dari 4000 gr.
o Kehamilan lebih dari 36 minggu, kurang dari 42 minggu.
o Lahir spontan, presentasi kepala.
o Tanpa infeksi intrapartum.
o Ibu sehat.
Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya

untuk meragsang pengeluaran ASI.


Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung

terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik.


Mengisi status P3-ASI secara lengkap dan benar.
Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam

berapa bayi disusukan kepada ibunya.


- Persiapan agar bayi dan ibunya dapat bersama sama ke ruangan.
(3) Di Ruangan Perawatan.
- Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping
-

tempat tidur ibu.


Waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain.
Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali
keadaan keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada

dokter jaga.
Bayi boleh menyusu sewaktu bayi menginginkan.

Bayi tidak boleh diberi susu dari botol.


Bila ASI masih kurang, boleh ditambahkan air putih atau susu foemula

dengan sendok.
Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk

merawat payudaranya.
Keadaan bayi sehari hari dicatat dalam status P3 ASI.
Bila bayi sakit atau perlu diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke

ruang perawatan bayi baru lahir.


Bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara
cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan

makanan ibu menyusui.


Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk
memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian.

Status P3 ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow up.


(4) Di Ruang Follow Up
- Pemeriksaan di ruang follow up meliputi pemeriksaan bayi dan
-

keadaan ASI.
Aktivitas di ruang follow up meliputi :
Menimbang berat bayi.
Anamnesis makanan bayi dan keluhan yang timbul.
Mengecek keadaan ASI.
Memberi nasihat mengeni makanan bayi, cara menyusukan bayi dan

makanan ibu yang menyusukan.


Memberikan peraturan makanan bayi.
Pemeriksaan bayi oleh dokter anak.
Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter.

g) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung


Keberhasilan rawat gabung yang mendukung peningkatan penggunaan
ASI dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sosial-budaya, ekonomi,
tatalaksana rumahsakit, sikap petugas, pengetahuan ibu, lingkungan keluarga,
adanya kelompok pendukung peningkatan penggunaan ASI (KP-ASI) dan
peraturan tentang peningkatan ASI atau pemasaran susu formula.
(1) Peranan sosial budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan
pengaruh kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya

masyarakat. Memberi susu formula dianggap modern karena memberi ibu


kedudukan yang sama dengan dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan
akan mengendornya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.
Bagi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita
karir atau isteri seorang pejabat yang selalu dituntun mendampingi kegiatan
suami, hal ini dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.
Sebagian ibu tersebut pada umumnya berasal dari golongan menengah-atas
cenderung untuk memilih susu formula daripada menyusui bayinya. Jika
tidak mungkin membagi waktu, seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak
menyusui saja yang boleh dibebani tugas sampingan di luar rumah. Dalam
hal ini peranan suami atau instansi di mana suami bekerja sebaiknya
memahami betul peranan ASI bagi perkembangan bayi.
Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula
dapat mempengaruhi ibu untuk enggan memberikan ASI nya. Apalagi iklan
yang menyesatkan seolah-olah dengan teknologi yang supercanggih dapat
membuat susu formula sebaik dan semutu susu ibu, atau bahkan lebih baik
daripada susu ibu. Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi dalam
susu formula dibanding dalam ASI bukan jaminan bahwa susu tersebut
sebaik susu ibu apalagi lebih baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan
adanya zat antibodi spesifik dalam ASI menjamin ASI tetap lebih unggul
dibanding susu formula.
(2) Faktor ekonomi
Seperti disebutkan di atas, beberapa wanita memilih bekerja di luar
rumah. Bagi wanita karir, hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi,
melainkan karena status, prestise, atau memang dirinya dibutuhkan. Pada
sebagian kasus lain, ibu bekerja di luar rumah semata karena tekanan
ekonomi, di mana penghasilan suami dirasa belum dapat mencukupi
kebutuhan keluarga. Gaji pegawai negeri yang relatif rendah dapat dipakai
sebagai alasan utama istri ikut membantu mencari nafkah dengan bekerja di
luar rumah. Memang tidak ada yang perlu disalahkan dalam masalah ini.
Dengan bekerja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh
dengan bayinya. Akhirnya ibu cenderung memberikan susu formula dengan

botol. Bila bayi telah mengenal dot/botol maka ia akan cenderung memilih
botol. Dengan demikian frekuensi penyusuan akan berkurang dan
menyebabkan produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu
untuk menghentikan pemberian ASI, tidak jarang terjadi sewaktu masa
cutinya belum habis. Ibu perlu didukung untuk memberi ASI penuh pada
bayinya dan tetap berusaha untuk menyusui ketika ibu telah kembali
bekerja.
Motivasi untuk tetap memberikan ASI meskipun ibu harus berpisah
dengan bayinya adalah faktor utama dalam keberhasilan ibu untuk
mempertahankan penyusuannya. Pendirian tempat penitipan bayi dekat / di
tempat ibu bekerja merupakan hal yang sangat penting.
(3) Peranan tatalaksana rumah sakit / rumah bersalin
Peranan tatalaksana atau kebijakan rumah sakit / rumah bersalin
sangat penting mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan
melahirkan di pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Tatalaksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan
menyusui harus dihindari, seperti :
- Bayi dipuasakan beberapa hari, padahal reflex isap bayi paling kuat
adalah pada jam-jam pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini
akan

mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat

produksi ASI.
Memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus

sehingga bayi enggan menetek.


Memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya sarana rawat gabung

menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya nir-jadwal.


Menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan jika pertambahan
berat badan tidak sesuai dengan harapan maka bayi diberi susu formula.
Hal ini dapat menimbulkan rasa kuatir pada ibu yang memperngaruhi

produksi ASI.
Penggunaan obat-obatan selama proses persalinan, seperti obat penenang,
atau preparat ergot, yang dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa
sakit akibat episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu
pemberian ASI.

Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat


ibu salah sangka dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan
lebih baik daripada ASI. Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik
laktasi yang berfungsi sebagai tempat ibu berkonsultasi bila mengalami
kesulitan dalam menyusui.Tidak kalah pentingnya ialah sikap dan
pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun tatalaksana rumah sakit
sudah baik bila sikap dan pengetahuan petugas masih belum optimal

maka hasilnya tidak akan memuaskan.


(4) Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri
Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah :
-

Keadaan gizi ibu


Kebutuhan tambahan kalori dan nutrien diperlukan sejak hamil.

Sebagian kalori ditimbun untuk persiapan produksi ASI. Seorang ibu hamil
dan menyusui perlu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan
seimbang agar kuantitas dan kualitas ASI terpenuhi. Dengan demikian
diharapkan bayi dapat tumbuh kembang secara optimal selama 4 bulan
pertama hanya dengan ASI (menyusui secara eksklusif).
- Pengalaman / sikap ibu terhadap menyusui
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan
dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang
laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui di masa lalu akan
mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam
hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh
rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanakkanak, pengetahuan tentang ASI, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan
dan nilai yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang
positif terhadap masalah menyusui.
- Keadaan emosi
Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis akan
mempengaruhi produksii ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan
kuliah, ujian, dsb., tidak jarang mengalami ASI nya tidak dapat keluar.
Sebaliknya, suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh
dukungan dari anggota keluarga yang lain (terutama suami), akan membantu

menunjang keberhasilan menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan


berpengaruh ke arah positif, atau sebaliknya.
- Keadaan payudara
Besar kecil dan bentuk payudara tidak mempengaruhi produksi
ASI. Tidak ada jaminan bahwa payudara besar akan menghasilkan lebih
banyak ASI atau payudara kecil menghasilkan lebih sedikit. Produksi ASI
lebih banyak ditentukan oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan puting dan
faktor emosi. Sehubungan dengan payudara, yang penting mendapat
perhatian adalah keadaan puting. Puting harus disiapkan agar lentur dan
menjulur, sehingga mudah ditangkap oleh mulut bayi. Dengan puting yang
baik, puting tidak mudah lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan
produksi ASI menjadi lebih baik juga.
- Peran masyarakat dan pemerintah
Keberhasilan laktasi merupakan

proses

belajar-mengajar.

Diperlukan kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatann yang


secara sukarela memberikan bimbingan untuk peningkatan penggunaan ASI.
Kelompok ini dapat diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI), yang
dapat memanfaatkan kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok
ASI.
(5) Kebijakan-kebijakan pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI
- Inpres no.14 / 1975
Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan bahwa
salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan
penggunaan ASI.
- Permenkes no.240 / 1985
Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan kalimatkalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa produk tersebut
setara atau lebih baik mutunya daripada ASI.
- Permenkes no.76 / 1975
Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk
mencantumkan pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi,
dengan warna tulisan merah dan cukup mencolok.
- Melarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua
sarana pelayanan kesehatan.

Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan

dan menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.


Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah

maupun swasta.
Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI
sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada

masyarakat luas.
Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara

nasional pada peringatan Hari Ibu ke-62 (22 Desember 1990).


Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusui di semua
rumah sakit, rumah bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur.

h) Kesulitan Rawat Gabung


Walaupun telah digalakkan rawat gabung di setiap tempat persalinan,
ternyata masih terdapat kesulitan dalam pelaksanaannya yaitu :
o Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih
takut
o menerima rawat gabung.
o Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan
kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
o Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-keadaan
dimana ASI sangat sedikit, yaitu ibu yang mengalami tindakan operatif
dan belum pulih kesadarannya.
i) Metode Kanguru (Kangaroo Care)
Bayi yang lahir prematur, biasanya memiliki berat badan di bawah
rata-rata bayi yang lahir normal. Untuk merawat bayi prematur, ada beberapa
metode yang dapat dilakukan, diantaranya adalah metode kanguru. Metode
kanguru atau perawatan bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983, memang
sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah
baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah.
Pada metode ini, si bayi digendong lekat ke dada layaknya induk
kanguru memasukkan anaknya ke dalam kantung. Metode kanguru mampu
memenuhi kebutuhan bayi prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi

yang mirip dengan rahim ibu. Dengan begini maka si bayi mendapatkan
peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.
Metode kanguru ini tidak hanya dapat membuat bayi prematur jadi
mudah beradaptasi dengan dunia luar, tetapi juga bermanfaat bagi si ibu yang
sedang memproduksi ASI. Beberapa manfaat lainnya antara lain adalah
meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak, menstabilkan suhu tubuh, denyut
jantung, serta pernafasan bayi. Belum lagi juga metode ala binatang khas
Australia ini juga dapat memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi, termasuk
mengurangi lama menangis si bayi. Selain itu juga karena dapat
mempersingkat masa rawat di rumah sakit, maka resiko terinfeksi selama rawat
inap di rumah sakit pun berkurang.
Untuk metode kanguru, seorang bayi juga harus memiliki kriteria
tertentu, karena tidak semua bayi prematur dengan berat badan kurang. Metode
ini biasanya dilakukan pada bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2000
gram. Selain itu juga si bayi tidak mempunyai kelainan ataupun penyakit
bawaan. Perkembangan bayi selama dalam inkubator pun harus memiliki
catatan yang baik, dengan refleks dan koordinasi isap yang tidak bermasalah.

Gambar 2.2 Metode Kangguru Saat Perawatan di Rumah Sakit

Gambar 2.3 Metode Kangguru Setelah Perawatan


Tabel 2.1 Langkah Langkah Pelaksanaan Teknik Kanguru
No.

Langkah Langkah

1.

Bungkus buah hati Anda dengan pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah
dihangatkan lebih dahulu.

2.

Taruh ia di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit dan pastikan kepala
bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.

3.

Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di
dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.

4.

Bisa juga bila ibu mengenakan baju yang longgar, lalu posisikan si bayi di antara
belahan payudara. Tangkupkan baju dan ikatkan selendang agar bayi tidak jatuh
dan nyaman posisinya (tidak melorot).

5.

Dapat juga digunakan handuk ataupun kain gendongan yang lebar untuk
menyokong tubuh bayi agar menempel erat di dada ibu. Ini akan membuat ibu
juga dapat beraktivitas dengan bebas.

6.

Pada waktu tidur, ibu dapat memposisikan diri setengah duduk, bisa juga dengan
meletakkan bantal di belakang punggung.

7.

Jika ibu lelah, metode kanguru ini juga bisa digantikan oleh orang lain, asal
terlebih dulu diajari posisinya untuk menghindari bayi salah posisi.

8) Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap
komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna (Sudarti dan
Endang, 2010)
Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari 8,1
jutakematian bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian neonatal. Sekitar
60% diantarnya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari serta
kematian bayi berumur lebih dari 7 hari akibat gangguan prinatal. Sekitar 42%

kematian neonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonatrum, sepsis,


meningitis, pneumonia dandiare. Pada kematian neonatal disebabkan oleh
karena infeksi, dua pertiganya dengan proses persalinan.
Pencegahan infeksi merupakan penata laksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai
berikut :
- Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
denganabayi.
- Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum di
mandikan.
- Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting dan benang tali
pusat telah didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah
menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
- Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
- Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
- Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan
mandi setiap hari ( puting susu tidak boleh disabun)
- Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air
bersih, hangat dan gunakan sabun setiap hari.

- Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan


orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Upaya ini yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya infeksi pada
bayi baru lahir diantaranya adalah :
a) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi
atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah tali pusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalair
dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kering dan di bungkus
dengan kasa tipis yang steril dan kering.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus
yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat
yang harus di waspadai antara lain kulit seklitar tali pusat berwarna kemerahan,
ada pus / nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke
dokter jika pada tali pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keluar
cairan, tampak merah atau bau busuk.
b) Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi
pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga
menyebabkan terjadi kolonisaimikroorganisme yang ada di kulit dan saluran
pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cendrung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu.
c) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua
mata segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang
telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir,
berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin

1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata
bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai
merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep
mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam setelah lahir,
merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata
bayi baru lahir.
d) Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus di
berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosisi pertama tetesan polio
di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud
pemberian

imunisasi

polio

secara

dini

adalah

untuk

meningkatkan

perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional,


meskipun pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah resiko tinggi,
pemberian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.
c. Adaptasi Fisiologis Neonatus terhadap Kehidupan diluar Uterus
b. Adaptasi Sistem Pernapasan
Adaptasi utama ke kehidupan luar uterus yang diperlukan neonatus
adalah kemampuan untuk bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai
faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal. Dalam
mempersiapkan tuntutan pada sistem pernapasan yang begitu hebat pada saat
kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat bergerak dalam uterus.
1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.

Paru-paru fetal harus dikembangkan secara cukup untuk menghasilkan


surfactan, suatu kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan
dalam alveoli dan mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Surfaktan
dihasilkan oleh sel-sel paru tipe II, yang mulai memproduksi fosfolipid dalam
jumlah sedikit pada minggu ke 24-26 kehamilan. Sekresi surfaktan paru
menjadi lebih banyak setelah kehamilan minggu ke 35-36, sehingga
pengembangan paru-paru berhasil dan mencegah kolaps atau atelektasis selama
fase ekspirasi saat bernapas.
Vaskuler bed paru harus dikembangkan dan berada dekat dengan
jaringan paru supaya bisa terjadi pertukaran gas. Akhirnya bayi baru lahir harus
memiliki sistem saraf pusat yang utuh untuk memulai dan mengkoordinir usaha
pernapasan.
2) Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah
maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang
tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan
menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus
yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan
cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini
meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari
mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju
pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis (Myles, 2009).
a) Perubahan Pernafasan Intrauterine
Gerakan nafas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu
dan pada 34 minggu secara reguler gerak nafas ialah 40-60/menit dan di antara
jeda adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli,
sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerakan nafas janin
dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar glukosa.
Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi nafas. Pada aterm
normal, gerak nafas akan berkurang dan dapat apnea selama 2 jam.

Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I dan
II. Sel tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting untuk
fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utama ialah sfingomielin dan
lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol
akan memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu.
Pada kondisi tertentu, misalnya diabetes, produksi surfaktan ini kurang; juga
pada pretrem ternyata dapat dirangsang untuk meningkat dengan cara
pemberian kortikosteroid pada ibunya. Steroid dan faktor pertumbuhan terbukti
merangsang pematangan paru melalui suatu penekanan protein yang sama
(HoxB5)11. Pemeriksaan kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara
untuk mengukur tingkat kematangan paru, di mana rasio L/S > 2 menandakan
paru sudah matang.
Tidak saja fosfolipid yang berperan pada proses pematangan selular.
Ternyata gerakan nafas juga merangsang gen untuk aktif mematangkan sel
alveoli. (Sarwono, Prawirohardjo., (2010,) Hal 161 ).
Janin dalam kandungan sudah mengadakan

gerakan-gerakan

pernafasan, namun air ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru-parunya.


Pusat pernapasan ini di pengaruhi oleh kadar O2 dan CO2 di dalam tubuh
janin. Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi plasenter (pengaliran darah antara
uterus dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi utero-plasenter
sehingga satu rasi oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang
tidak sempurna, eklampsia dan sebagainya, maka dapatlah gangguan dalam
keseimbangan asam dan basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat
melumpuhkan pusat pernafasan janin.
Pada permukaan paru-paru yang telah matur ditemukan lipoprotein
yang berfungsi untuk mengurangi tahanan pada permukaan alveoli dan
memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas pertama pada
janin. Ketika partus, uterus berkontraksi dalam keadaan ini darah didalam
sirkulasi utero plasenter seolah-olah diperas ke dalam vena umbilicus dan
sirkulasi janin sehingga jantung janin terutama serambi kanan berdilatasi.
Akibatnya apabila diperhatikan bunyi jantung janin segera setelah kontraksi

uterus hilang akan terdengar terlambat. Dalam keadaan ini fisiologi bukan
patologi.
b)Perubahan Pernafasan Ekstrauterin
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru.
3) Awal adanya pernapasan
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat
dilingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi
mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk
mencapai

hal

ini

serangkaian

fungsi

adaptif

dikembangkan

untuk

mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke


lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :
a) Rangsangan kimia
Fetus mengalami asfiksia sementara. Ini akibat terganggunya aliran
darah plasenta selama kontraksi uterus, penekanan, dan pemotongan tali pusat
saat lahir. Chemoreceptor di arteri carotis dan aorta dirangsang oleh tekanan
arterial oksigen (PaO2) yang menurun, dan peningkatan tekanan arterial CO2
(PaCO2), dan penurunan pH arterial di bawah 7.35. Impuls yang dicetuskan
oleh chemoreseptor ini merangsang pusat pernapasan di medula.
b) Rangsangan sensori
Neonatus diserang dengan berbagai macam rangsangan selama
persalinan dan kelahiran. Bahkan ketika rangsangan taktil, visual, auditory, dan
olfaktori dikurangi, seperti lingkungan yang tenang, gabungan efek-efek tetap
menghasilkan permulaan pernapasan.
c) Rangsangan thermal
Tampaknya dingin merupakan rangsang yang kuat untuk mulai
bernapas pada neonatus. Ketika bayi baru lahir hangat, basah pada tubuh
dilepaskan dengan cara evaporasi yang dapat menyebabkan temperatur kulit
dengan cepat menurun. Reseptor thermal, khususnya pada muka dan paru,

melepaskan impuls ke medula, mencetuskan pernapasan yang pertama.


Terpapar terhadap dingin dapat menyebabkan menurunnya temperatur pusat
dan berakibat pada depresi pernapasan dan asidosis.
d) Rangsangan mekanika
Selama melewati jalan lahir, kurang lebih 30% dari cairan paru-paru
fetal dalam jalan napas dan alveoli terperas keluar. Jumlah cairan tersebut
kurang lebih 30 ml dari cairan trachea dipaksa keluar lewat orofarink sebelum
lahir. Selama kelahiran pervagina, begitu dada dilahirkan, terjadi recoil
(penciutan) dinding paru, sehingga udara dikeluarkan. Bayi yang dilahirkan
dengan cecarea tidak mengalami penekanan pada thorax dan bisa menderita
karena distres pernapasan sementara yang disebabkan oleh cairan paru fetal.
4) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
5) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paruparu basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas

yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di
paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
6) Faktor-faktor yang menghambat bernapas pertama kali
Beberapa faktor yang menghambat usaha-usaha neonatus mengambil
napas pertama kali, meliputi tegangan permukaan alveolar, viskositas cairan
paru, dan komplians paru. Diafragma harus turun dengan kuat untuk
menimbulkan tekanan negatif yang cukup kuat dalam thorak agar bisa
mengatasi daya ini (tekanan 40-80 cm H2O). Udara kemudian masuk ke
dalam, mengembangkan paru-paru, menurunkan tegangan permukaan, dan
mendorong cairan yang masih tertinggal keluar melalui kapiler paru dan sistem
limfatik. Fungsi kapasitas residual paru dibuat sehingga kantung alveolar tetap
menggelembung sebahagian saat ekspirasi. Kemudian, pernapasan selanjutnya
perlu sedikit saja usaha dan menurunkan tekanan (6-8 cm H2O).
Vaskuler bed paru, yang menguncup selama kehidupan fetal, harus
dilatasi sekarang agar dapat terjadi perfusi jaringan paru yang cukup dan
pertukaran gas yang efektif. Saat pertama kali bernapas, terjadi dilatasi arteri
pulmonal akibat meningkatnya tekanan oksigen alveolar (PaO2), menurunnya
pH arterial, dan meningkatnya kadar bradikinin darah yang merupakan suatu
vasoaktif peptide protein. Tahanan vaskuler paru menurun, membiarkan aliran
darah lebih besar melalui pembuluh darah paru. Ini meningkatkan perfusi paru
yang mempermudah pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hypoxemia yang
menetap dan asidosis menciutkan arteri paru; ini menurunkan perfusi pulmonal
dan dapat membahayakan adaptasi kritis pulmonal bayi baru lahir, yang
mengakibatkan terjadinya distress pernapasan.
c. Adaptasi Kardiovaskuler
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua
pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada
saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna
mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk

direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh


penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan
menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan
resistensi vaskular paru, hampir semua curah jantung dikirim menuju paru.
Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru meningkatkan tekanan
di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir bersamaan, tekanan di atrium
kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati tali pusat.
Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari
pertama kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel , pembukaan dapat
kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis,
yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya
menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra atrial,
meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi yang sempurna tidak
pernah terjadi.
Penutupan foramen ovale. Begitu arteri pulmonal dilatasi sebagai
respon terhadap oksigenasi jaringan paru, tahanan vaskuler paru menurun dan
tekanan pada sisi kanan jantung menurun. Akibatnya terjadi penutupan
foramen ovale dalam beberapa jam setelah lahir. Penutupan yang permanen
dari bypass ini tidak komplit untuk beberapa bulan, sehingga bisa terjadi shunt
darah kanan ke kiri selama saat ini, dan ini dianggap sebagai murmur
nonpatologi bila terdengar pada beberapa neonatus.
Penutupan duktus arteriosus (Duktus arteriosus adalah suatu
pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang
mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang
membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah
yang normal pada janin).
Duktus arteriosus sensitif terhadap perubahan pada tekanan oksigen
arterial. Begitu kadar oksigen naik pada saat pertama kali bernapas, duktus
arteriosus menciut. Penutupan secara fungsional terjadi dalam 15 jam setelah
lahir, dan penutupan permanent dicapai dalam jangka 3 minggu. Hypoxemia

mengakibatkan duktusnya tetap paten dan terjadi shunt darah melalui sirkulasi
bypass fetal ini.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen
ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar .Perubahan dramatis yang terjadi pada system
kardiovaskuler neonatus dikarenakan pengkleman tali pusat dan permulaan
bernapas.
d. Adaptasi Sistem Termogulasi
1) Identifikasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami Stress Dingin atau Cold Stress terutama karena perubahan
lingkungan dari dalam rahim ke dunia luar yang jauh lebih dingin.
Secara fisiologis, tubuh bayi akan menggunakan timbunan lemak
coklat (Brown Fat) untuk menghasilkan panas. Namun cadangan lemak coklat
ini akan habis dan bayi akan mudah mengalami hipoglisemia, hipoksia dan
asidosis. Suhu dingin mengakibatkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Untuk itu, pencegahan kehilangan panas sangatlah diperlukan.
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
induknya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan
induk sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya
sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya.
Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh
dengan massanya. Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan
perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh
hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang
dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang
dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah
kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit.

Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak
bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak
mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas
melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua
tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua
panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
2) Mekanisme Kehilangan Panas Pada Neonatus
Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik selama beberapa
saat. Karena hipotalamus bayi masih belum matur, dan bayi masih rentan
terhadap hipotermia, terutama jika terpapar dingin atau aliran udara dingin, saat
basah, sulit bergerak bebas, atau saat kekurangan nutrisi. Bayi memasuki
suasana yang jauh lebih dingin dari pada saat kelahiran, dengan suhu kamar
bersalin 210 C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7 0
C. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru
lahir meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir, berbagai tingkat insulasi
lemak subkutan, dan derajat fleksi otot.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat amnion menguap
dari kulit. Setiap milimeter penguapan tersebut memindahkan 500 kalori panas
(Rutter 1992). Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Contoh: Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat
proses konduksi.
b) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin.
Contoh: Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika
ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 0 C dan
sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka.
Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli

resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi udara sekitar


bayi.
c) Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat bayi tidak segera
dikeringkan.
Contoh: Kehilangan panas terjadi karena meguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Karena itu
bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera
mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat
untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.
d) Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang di
tempatkan dekat benda yang mempunyai tempratur tubuh lebih rendah dari
tempratur tubuh bayi.
Contoh: Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini
meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan
tubuh bayi.
Upaya Mencegah Kehilangan Panas :
- Keringkan bayi secara seksama
- Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat
- Tutupi kepala bayi
- Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
- Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

Gambar mekanisme kehilangan panas pada bayi

3) Bayi Rentan Kehilangan Panas


Pada dasarnya turunnya suhu tubuh ini dapat terjadi akibat penurunan
produksi panas, peningkatan panas yang hilang atau gangguan pada pengatur
suhu tubuh termoregulasi). Ahli kesehatan anak menerangkan bahwa
penurunan produksi panas dapat berhubungan dengan sistem endokrin, seperti
gangguan hormon tiroid atau pituitary. Peningkatan panas yang hilang dapat
terjadi akibat berpindahnya panas tubuh ke lingkungan sekitar. Sedangkan
gangguan termoregulasi dapat terjadi akibat gangguan di hipotalamus yaitu
suatu bagian otak yang Salah Satu fungsinya mengatur suhu tubuh.
Thermoregulasi, kemampuan neonatus menghasilkan panas dan
mempertahankan suhu tubuh normal, merupakan fungsi vital metabolik yang
diperantarai oleh sistem neuroendokrin. Neonatus sangat rentan terhadap
hilangnya panas karena gabungan sifat anatomi yang unik dan faktor
lingkungan sekeliling kelahiran.
4)
-

Faktor-faktor penyumbang pelepasan panas


Permukaan tubuh yang luas dalam hubungannya dengan berat badan.
Kurang jaringan lemak untuk insulasi (penahan panas)
Kulit tipis
Pembuluh darah yang terpapar dengan permukaan kulit.

5) Adaptasi endokrin dan metabolic


Sistem endokrin adalah

sistem

utama

yang

mengkoordinir

penyesuaian bayi baru lahir ke kehidupan luar uterus. Sintesis dan pelepasan
hormon oleh kelenjar endokrin mendukung fungsi metabolik utama dan
merupakan pengantara respon terhadap stressor internal dan eksternal.
Kegiatan endokrin dikaitkan dengan sistem saraf dalam suatu susunan putaran
feedback yang komplek.
a) Reaksi neonatal terhadap hipotermi. Bayi bereaksi terhadap stres dingin
dalam beberapa cara :
b) Vasokonstriksi pembuluh darah.
c) Produksi panas terjadi melalui peningkatan kecepatan metabolik dan
aktifitas otot.
d) Non-shivering thermogenesis merupakan cara utama penghasil panas pada
neonatus. Ketika temperature kulit mulai turun, reseptor thermal

mengirimkan impuls ke sistem saraf pusat. Sistem saraf simpatik dirangsang


dan norepinephrin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan bertempat di ujung
saraf pada jenis jaringan lemak khusus yang disebut lemak coklat. Lemak
ini sangat tebal, merupakan jaringan adiposa yang banyak pembuluh darah
yang dimetabolisme untuk menghasilkan panas. Lemak ini hanya ditemukan
pada bayi terletak di intraskapula, leher, dada, dan aksila, dan di sekitar
ginjal dan kelenjar adrenal.
Walaupun thermogenesis nonshivering dan peningkatan kecepatan
metabolisme merupakan cara yang efektif dalam menghasilkan panas pada
neonatus, keduanya mengakibatkan tuntutan oksigen dan glukose meningkat.
Neonatus full term yang sehat tidak sulit memenuhi tuntutan awal ini dengan
meningkatkan kecepatan bernapas dan melepaskan simpanan glukose di hati.
Pada stres dingin yang lama atau pada neonatus yang kurang sehat atau
preterm, sumber lemak coklat dan simpanan glukose berkurang, yang dapat
mengakibatkan penurunan produksi surfaktan dan meningkatkan tahanan
vaskuler paru. Bayi-bayi ini harus bergantung pada sumber panas eksternal
untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Respon neonatal terhadap hyperthermia. Bayi baru lahir akan bereaksi
terhadap peningkatan suhu tubuh dengan melebarkan pembuluh darah untuk
melepaskan panas. Kelenjar keringat kurang aktif dibanding orang dewasa,
tetapi pada bayi cukup bulan mampu berkeringat dan mungkin melepaskan
panas lewat evaporasi. Kecepatan metabolik, konsumsi oksigen, dan insensible
water loss (IWL) meningkat secara bermakna saat hypertermi pada bayi baru
lahir.
e. Adaptasi Sistem Metabolik
1) Identifikasi
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2
jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk

menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).


Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain

terutama

lemak

(glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang
bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam
hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran.
Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam
keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan
beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan distress janin merupakan resiko utama, karena simpanan
energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
2) Metabolisme karbohidrat.
Bayi baru lahir menyimpan glukosa dalam hati sebagai glikogen.
Glukosa adalah sumber energi utama jam-jam pertama (3-4 jam) setelah lahir
sebelum mulai menyusui. Selama level glukosa turun, terjadi glikogenolisis
dan glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah untuk mempertahankan level
glukosa darah kira-kira 60 mg/dl. Simpanan glikogen dengan cepat bisa turun
bila adanya stresor seperti asfiksia atau hipotermi, akibatnya terjadi
hypoglikemia. Hypoglikemia diartikan sebagai kadar glukose darah kurang
dari 30 mg/dl selama 72 jam pertama kehidupan.
3) Adaptasi hepatik.
Perkembangan normal jaringan hepar dan duktus empedu penting
supaya hepar berfungsi saat lahir. Walaupun hati neonatus tidak matang, namun
tetap mampu menjalankan fungsi vital yang meliputi metabolisme karbohidrat,

menghasilkan faktor-faktor pembekuan, konyugasi bilirubin, dan menyimpan


besi.
a) Koagulasi darah
Faktor pembekuan merupakan elemen penting dalam proses
homeostasis.

Faktor

pembekuan

ibu

tidak

menembus

plasenta.

Ketidakmatangan hati saat lahir menyebabkan hati kurang mensintesis faktor


pembekuan untuk sementara dan waktu pembekuan darah pada neonatus
memanjang. Keempat faktor (II,VII,IX, dan X) digiatkan di bawah pengaruh
vitamin K yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus. Tetapi, karena saluran
pencernaan steril sampai lahir dan flora normal usus tidak dibuat sampai
neonatus mulai minum susu, kadar vitamin K tetap rendah sampai kurang lebih
hari ke 8 setelah lahir. Oleh karena itu, bayi baru lahir berada pada resiko
khusus terjadi gangguan perdarahan antara hari ke 2 dan ke 5 kehidupannya
yang dikenal dengan penyakit hemolitik. Untuk alasan inilah maka pada bayi
baru lahir diberikan vitamin K prophylaksis untuk melindunginya terhadap
terjadinya perdarahan.
b) Konjugasi billirubin.
Indirect bilirubin (larut dalam lemak) merupakan hasil pemecahan dari
sel darah merah. Dia diubah oleh enzym hati, glucuronyl tranferase, ke dalam
bentuk yang larut dalam air (direct billirubin) yang dapat diekskresi ke dalam
urine dan feces. Pada bayi baru lahir, karena hati tidak matang, kemampuan
konyugasi billirubin indirect terbatas. Ditambah lagi dengan sel darah merah
yang tinggi pada neonatus dan peningkatan hemolisis akibat dari usia harapan
hidup sel darah merah fetal yang lebih pendek, menyebabkan bayi baru lahir
sering tampak kuning fisiologi antara 48 dan 72 jam setelah lahir. Kadar serum
bilirubin berkisar antara 4-12mg/dl pada usia 3 hari; rata-rata peningkatan
kadar serum 6 mg/dl diikuti dengan penurunan yang cepat ke 3 mg/dl pada hari
ke 5 kehidupan.
Konsekuensi yang lebih serius pada kadar bilirubin inderect yang
tinggi dapat terjadi akumulasi di jaringan otak, suatu keadaan yang disebut
kernicterus, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen otak dan retardasi.
Untuk alasan inilah, kadar bilirubin neonatus dimonitor secara ketat. Jika perlu,

diambil langkah untuk mempermudah konversi dari bilirubin indirect ke


bilirubin direct, yang kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
c) Simpanan besi
Neonatus dilahirkan dengan penumpukan simpanan besi selama
kehidupan fetal. Jika intake besi ibu tidak cukuip, bayi akan kekurangan besi
untuk menghasilkan sel darah merah sampai kurang lebih usia 3-5 bulan.
Begitu sel darah merah lysis setelah lahir, besi disiklus kembali dan disimpan
dalam hati sampai diperlukan untuk produksi sel darah merah yang baru. Jika
intake besi ibu kurang selama hamil, tambahan besi harus diberikan pada bayi
seperti obat atau formula iron-fortified selama tahun pertama kehidupan.
f. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Walaupun secara struktur dan fungsional belum matang, saluran
pencernaan mampu mencerna dan menyerap susu ibu dan mengubah susu sapi
serta membuang hasil sampah. Mulut dibentuk untuk mempermudah menyusui.
Langit-langit keras yang melengkung, otot pengisapan yang kuat dalam mulut
dan rahang, dan lapisan lemak pada pipi membantu bayi baru lahir menjepit
putting susu dan memeras areola mamae selama menyusui. Taste bud
bertempat terutama pada ujung lidah dapat membedakan antara manis dan
asam. Kelenjar ludah tidak matang dan produksi air ludah kurang.
Kemampuan lambung terbatas pada hari pertama kehidupan kurang
lebih 40-60 ml. Karena perut mudah kembung, kapasitas ditingkatkan saat
makanan diperkenalkan dan mencapai 90 ml pada banyak bayi usia 3-4 hari.
Pepsinogen ada dan mulai mencerna susu saat masuk lambung. Waktu
pengosongan lambung kurang lebih 2-4 jam. Sphinchter cardiak tidak matang
dan terjadi sedikit regurgitasi susu setelah menyususi merupakan hal yang
umum pada bayi baru lahir.
Saluran intestinal neonatus secara proporsional lebih panjang dari
orang dewasa dan mempunyai permukaan pernyerapan yang besar. Enzymenzym yang penting untuk pencernaan sudah ada pada bayi baru lahir. Lemak
dicerna dan diserap kurang efektif karena jumlah lipase pankreas tidak cukup.
Lemak dalam air susu lebih mudah dicerna dari pada yang ada dalam susu sapi
karena dalam air susu ibu ada lipase.
1) Perubahan Sistem Gastrointestinal Intrauterine

Perkembangan dapat dilihat di atas 12 minggu di mana akan nyata


pada pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun
amilase baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan
akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang ditelan
akan menghasilkan mekonium di dalam usus. Mekonium ini akan tetap
tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stres, akan tampak
cairan amnion bercampur mekonium. (Sarwono, Prawirohardjo., (2010,) Hal
161 ).
2) Perubahan Sistem Gastrointestinal Ekstrauterin
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat
lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh
pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang
dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi
ASI on demand.
g. Perubahan Sistem Imunitas
Reaksi bayi terhadap infeksi saat lahir terbatas. Fagositosis tampaknya
terbatas pada neonatus dan kadar antibody khususnya IgM rendah, mungkin
bertanggungjawab terhadap keterpaparan bayi terhadap infeksi gram positif.
Fetus mampu mensintesis imunoglobulin tertentu dalam jumlah kecil pada usia
kehamilan 20 minggu (IgM, IgG, dan IgE), dan kekebalan pasif didapat untuk
melawan berbagai penyakit bakterial dan virus dimana ibu sudah membuat
antibody, termasuk diphteria, poliomyelitis, tetanus, measles, dan mump. Ini
dicapai dengan memasukkan IgG menyebrangi placenta pada trimester ketiga.
IgM adalah imunoglobin yang paling banyak. Antibody ini tidak
menembus plasenta, dan kadar yang meningkat pada bayi baru lahir bisa
menunjukkan

tanggapan

fetal

terhadap

infeksi

intrauterin

seperti

toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus (CMV), atau herpes. Infeksi ini sering


disebut sebagai infeksi TORCH. Bayi yang lahir dengan salah satu infeksi
TORCH bisa menunjukkan tanda-tanda infeksi kronik intrauterin (otak kecil,
retadartion, dan hepatomegali) dan terus mengidap virus selama beberapa
bulan.
IgA tidak bisa menembus pertahanan placenta dalam jumlah yang
cukup besar. Antibody jenis ini tidak secara normal dihasilkan dalam uterus,
tetapi peningkatan kadar IgA ditemukan pada neonatus dengan infeksi CMV.
IgA disekresi dalam kolostrum, dan riset menunjukkan bahwa IgA memberi
kekebalan pasif pada infeksi gastrointestinal dan pernapasan tertentu pada bayi
yang menyusui.
1) Perubahan Sistem Imunitas Intrauterine
Pada kehamilan minggu ke-8 telah ada gejala terjadinya kekebalan
dengan adanya limfosit-limfosit disekitar tempat timus kelak. Dengan semakin
tuanya usia kehamilan jumlah limfosit dalam darah perifer meningkat dan
mulai terbentuk pula folikel-folikel limfe. Jumlah lomfosit-limfosit limfe yang
terbanyak terdapat pada akhir kehamilan misalnya di limfa memperlihatkan
jaringan warna merah.
Tuanya kehamilan juga ditemukan sarang selimfoit yang makin lama
makin besar. Penangkis humoral dibentuk oleh sel limfoit, terdiri dari pasangan
polipeptin simetrik. Gama-G ditemukan pada orang dewasa, sedikit pada janin
akhir kehamilan dan dibentuk pada bulan kedua sesudah bayi lahir. GamaGlabulin berasal dari ibu yang disalurkan melalui palsenta dengan cara
pinositosis disebut kekebalan pasif.
Penyaluran gama-G imunoglobin dari ibu ke janin tidak selalu
menguntungkan bagi janin, pada Rh resus isoimunisasi. Gama-G imunoglobin
ibu melintasi plasenta dan merusak eritrosit janin mengasilkan eritroblastosis
retails. Janin mengandung unsur ayahnya dan tempat implantasi plasenta.
Dikenal sebagai allograft rejection.
Pembentukan benda penangkis ditemukan pada kehamilan 5 bulan.
Produksi

gama-M

imunoglobin

meningkat

setelah

bayi

lahir.

Kelemahan bayi baru lahir adalah hanya dilindungi oleh gama-G imunoglobin
ibu hingga terbatas kadarnya dan kurang gama-A imunoglobin.

2) Perubahan Sistem Imunitas Ekstrauterin


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
- perlindungan oleh kulit membran mukosa
- fungsi saringan saluran napas
- pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
- perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL sesel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan
balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali
terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu,
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan
menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini
infeksi menjadi sangat penting.
d. Asuhan Bayi Baru Lahir bermasalah
a. Pengertian bayi baru lahir bermasalah
Bayi baru lahir dikatakan bermasalah adalah bayi baru lahir dengan
kondisi yang mengalami komplikasi saat dilahirkan. Bayi yang memiliki
kondisi yang bermasalah pada tubuhnya sangat perlu dilakukan tindakan segera
agar mendapatkan perawatan yang intensif.
Bayi baru lahir dengan masalah:
1) Masalah/kondisi akur perlu tindakan segera dalam 1 jam kelahiran (oleh
tenaga dokamar bersalin:
Tidak bernafas

Sesak nafas
Sianosis sentral (kulit biru)
Bayi berat lahir rendah (BBLR)<2500 gr
Letargis
Hipotermia/stess dingin (suhu aksila <36,5oC
kejang
2) Kondisi perlu tindakan awal:
Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
Potensial sifilia (ibu dengan gejala atau serologis positif)
3) Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera
(oleh tenaga dikamar bersalin):
Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah

kelahiran bayi
Rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai untuk bayi
baru lahir.

b. Masalah yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir


1) Asfiksia
a) Pengertian asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir
dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang
mungkin timbul.
b) Penyebab
Penyebab secara umum dikarnakan adanya gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir.
Menurut Toweil (1966), penyebab kegagalan pernafasan pada bayi:
Faktor ibu
Hipoksia
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Gravit empat atau lebih
Sosial ekonomi rendah

Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin,


misalnya: hipertensi. Hipotensi. Gangguan kontraksi uterus dan lain-

lain.
Faktor Plasenta
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tidak menempel
Solustion plasenta
Perdarahan plasenta
Faktor non Plasenta
Premature
IUGR
Gemelli
Tali pusat menumbung
Kelainan kongenitalia
Faktor persalinan
Partus lama
Partus tindakan
c) Gejala dan tanda
Pernafasan cuping hidung
Pernafasan cepat
Nadi cepat
Sianosis
Nilai Apgar kurang dari 6
Untuk menentukan tingkat asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia
berat, sedang(normal), dapat dipakai penilaian apgar.
2) BBLR
a) Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram.
Dahulu bayi baru lahir yang yang berat badan lahir kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada
kongres European Perinatal Madicine II di London (1970) telah disusun
definisi sebagai berikut:
- Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
-

(259 hari)
Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)

Bayi lebih bulan: bayi dengan kehamilan mulai 42 minggu atau lebih dari
294 hari atau lebih
Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah

dapat dibagi menjadi 2 golongan : prematuritas dan dismaturitas.


Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan atau sesuaimasa
kehamilan (NKB-SMK)

b) Penyebab
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) Faktor ibu
penyakit
- Toksemia Gravidarum
- Perdarahan antepartum
- Trauma fisik dan psikologis
- Nefritis akut
- Diabetes mellitus
Usia ibu
- Usia < 20 tahun
- Usia >35 tahun
- Multi gravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Keadaan sosial
- Golongan sosial ekonomi rendah
- Perkawinan yang tidak sah
Sebab lain:
a. Ibu yang perokok
b. Ibu peminum alkohol
c. Ibu pecandu narkotika
(2) Faktor janin
Hidramion
Kehamilan Ganda
Kelainan kromosom

(3) Faktoe lingkungan


Tempat tinggal dataran tinggi
Radiasi
Zat-zat racun
Karakteristik(keadaan yang dijumpai)
c) Penatalaksana
(1) Membersihkan jalan napas ( caranya lihat pada perawatan bayi normal)
(2) Memptong tali pusat dan perawatan tali pusat
(3) Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil/minyak
(4) Memberikan obat matta
(5) Membungkus bayi dengan kain hangat
(6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat lahir rendah
(7) Memperhatikan suhu tubuh bayi:
Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
Menidurkan bayi kedalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yan pingirannya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air hangat. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri, tutupnya ada disebelah atas agar airnya tidak
tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas
atau botol-botol ini pun harus dalam keadaan terbungkus, dapat
menggunakan hanuk atau kain yang trbal. Bila air panas nya sudah
dingin, ganti airnya dengan air panas kembali.
Suhu lingkungan bayi harus dijaga:
- Kamar dapat masuk sianr matahari dipagi hari
- Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi.
Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mrncegah terjadi
evaporasi
(8) Pemberian nutrisi yang adekuat
Apabila daya isap belum baik, bayi dicobak untuk menetek sedikit demi
sedikit
Apabila bayi belum bisa menyusui dengan pemberian ASI bisa diberikan
melalui sendok atau pipet
Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang
selang penduga atau sonde fooding
(9) Mengajari ibu atau orang tua cara:
Membersihkan jalan nafas

Mempertahankan suhu tubuh


Mencegah terjadinya infeksi
Perawatan bayi sehari-hari
- Memandikan
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI esklusif
(10)
Menjelaskan pada ibu
Pemberian ASI
Makanan bergizi bagi ibu
Mengikuti program KB segera mungkin
(11) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan
atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk kerumah sakit.
Berikan penjelasan pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk kerumah
sakit.
3) Ikterus

a) Pengertian
Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu
minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan puncaknya di hari ke 5-7,
kemudian akan menurun pada hari ke 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10
mg/ddl pada bayi atterm dan < 12 mg/dl pada bayi prematur. Keadaan ini
masih dalam batas normal.
Ikterik dibagi menjadi 2 :
kterik Fisiologis : ikterik yang timbul pada hari kedua dan ketiga,tidak
mempunyai

dasar

patologis,

kadar

tidak

melampaui

kadar

yang

membahayakan. Dikatakan ikterik fisiologis apabila sesudah pengamatan


dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukan dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi kern icterus (suatu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).
Ikterik Patologis : ikterik yang mempunyai dasar patologis, kadar bilirubin
mencapai hiperbilirubinemia.
b) Penyebab
Kurangnya enzim glukoronil transferase,

Pemberian minum, terutama ASI yang kurang,


Gangguan fungsi hati/ kerja hati yang bertambah berat, missal akibat

inkompatibilitas Rhesus/ ABO hati belum matang.


c) Patofisiologi
Peningkatan B. indirek karena pemecahan sel darah merah sebelum
waktunya, fungsi hati belum matang.
Asupan kalori dan cairan kurang
Kadar normal bilirubin indirek adalah kurang lebih 5 mg%
d) komplikasi
Berpotensi patologi jika :

Timbul 24 jam pertama


Kadar B.Indirek lebih dari 12,5 mg% pada bayi cukup bulan dan lebih

dari 10 mg% pada bayi premature.


Peningkatan kadar bilirubin lebih dari 5 mg %/ hari.
e) Penatalaksanaan
Pemberian ASI yang adekuat
anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap

2-3 jam
Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9

pagi
Pemberian terapi sinar matahari sehingga bilirubin diubah menajdi
isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan tubuh karena
mudah larut dalam air.

4) Tetanus Neonatorum
a) Pengertian
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi
baru lahir (neonatus)
b) Penyebab
Penyebab tetanus neonatorum adalah basil klostridium tetani. Basil ini
memiliki sifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat
mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak
leukosit dan merupakan Tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.
c) Gejala klinis

Masa tunas biasanya 3-10 hari, kadang-kadang sampai beberapa


minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan
ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam
48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
Pada penyakit tetanus ini perjalan penyakit lebih cepat dan berat.
Anamnasis sangat spesifik yaitu:
- Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat mengisap)
- Mulut mencucut seperti mulut ikan
- Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
- Kaku kukuk sampai opistotonus
- Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang
- Suhu meningkat
- Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka
rhesus sardonilus
Ekstremitas biasanya terulur dan kaku
Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadng

menangis.
d) Penatalaksanan
- Pembersihan saluran pernafasan agar tidak tersumbat dan harus dalam
-

keadaan bersih
Pakaian bayi dikendorkan atau dibuka
Mengatasi kejang dengan cara nmemasukkan tongue spatel atau sendok
yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit oleh
giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang

menutupi saluran pernapasan


Ruangan dan lingkungan harus tenang
Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit

dengan menggunakan pipet (kalau bayi tidak mau menetek)


Perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa
anaknya harus dirujuk kerumah sakit karena tidak mengalami

perubahan.
5) Infeksi prenatal
a) Pengertian
Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada
prenatal, internatal atau postnatal.
b) Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh beberapa bakteri: Escherichia Coli,


Pseudomonas Pyocyaneus, Kleibsella, Staphylococcus Aurcus, Coccus
Gonococcus.
(1) Infeksi anternatal
Pada masa antenatal kuman masuk ketubuh janin melalui sirkulasi ibu
ke plasenta dan selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus masuk ke janin,
misalnya:
- Virus: Rubella, Poliomyelitis, Variola, Vaccinia, Coxsackie, Cytomegalic
Inclusion
- Spirochaeta, ialah Treponema palidum (lues)
- Bakteri Exchericia Coli dan Listeria Monocytoganes
(2) Infeksi intranatal
Infeksi intranatal lebih sering terjadi dengan cara mikro organism dari
vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Pecah
ketuban lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu
pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina (touche). Infeksi
dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari
vagina misalnya blennorhoe.
(3) Infeksi pascanatal
Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir
lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak
steril, tindakan yang tidak antiseptik, atau dapat juga terjadi akibat infeksi
silang, misalnya tetanus neonatorum, omfalitis, dan lain-lain.
c) Gejala
Gelaja umum pada bayi yang mengalami infeksi prenatal :
- Bayi malas minum
- Gelisah mungkin juga terjadi letargis
- Frekuensi pernapasan meningkat
- Berat badan menurun
- Pergerakan kurang
- Muntah
- Diare
- Sklerema, edema
- Perdarahan, ikterus dan kejang
- Suhu tubuh dapat normal, hipotermi, dan hipertermi
d) Penatalaksanaan

Mengatur posisi tidut/semi fowler agar sesak berkurang


Apabila suhu tinggu lakukan kompres dingin
Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur

miring ke kiri atau kanan


Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
Rujuk segera kerumah sakit, jelaskan kepada keluarga bahwa anaknya
perlu dirujuk untuk perawatan selanjutnya.

6) RDS (Respirasi Distress Syndrom)


a) Pengertian
Sindrom gangguan pernapasan ialah kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnu atau hipernu, dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali permenit
sianosis, rintihan dan ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada
inspirasi.
b) Penyebab
Sindrom gangguan pernapasan dapat disebakann karena:
(1) Obstruksi saluran pernapasan bagian atas
- Atresia esophagus
- Atresia koana bilateral
(2) Kelaina parenkim paru
- Penyakit membran hialin
- Perdarahan paru
(3) Kelainan diluar paru
- Penumo thoraks
- Hernia diafragmatika
(4) Kelainan lain diluar paru
- Asidosis,hipoglikemi
- Adanya perdarahan
c) Tanda/gejala
Sering disertai riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat
janin pada akhir kehamilan. Adapun tanda dan gejalany adanya:
- Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
- Pernapasan cepat/hiperpnu atau dispnu dengan frekuensi pernafasan lebih
-

dari 60 kali permenit


Retraksi interkosta, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi
Sianosis
Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat respirasi
Takikardia (170x/menit)

d) Penatalaksanaan

Bersihkan jalan napas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa

steril
Pertahankan suhu tubuh banyi dengan membungkus bayi dengan kain

hangat
Atur posisi tidur bayi, kepala ekstenssi agar bayi dapat bernafas dengan

leluasa
Apabila terjadi apnu lakukan nafas buatan mouth to mouth (dari mulut ke

mulut)
Longgarkan pakaian bayi
Beri penjelasan keluarga bahwa bayi harus dirujuk kerumah sakit
Jika tidak ada perubahan pada bayi segera rujuk ke rumah sakit

7) Hypoglikema
a) Pengertian
Konsentrasi glukosa darah bayi lebih rendah dibandingkan konsentrasi
rata-rata pada populasi bayi dengan umur dan berat badan yang sama (30 mg%
pada bayi yag cukup bulan, <20mg% pada bayi BBLR).
Pada bayi aterm dengan berat badan lebih dari 2500 gr, hipoglikemi
didefinisikan sebagai konsentrasi glukosa plasma yang kurang dari 35 mg/dl,
dalam 72 jam pertama dan kemudian menjadi 45 mg/dl, pada bayi dengan berat
badan lahir rendah angka tersebut kurang dari 25 mg/dl.
Terdapat 4 kelompok bayi neonatal yang secara patofisiologis
mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemi, yaitu:
- Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus
- Bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin mengalami malnutrisi
-

intrauterin
Bayi yang sangat imatur atau yang sedang sakit
Pada bayi yang menderita penyakit genetik atau kelainan metabolisme
primer seperti galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen dan lain-

lain.
Frekuensi keseluruhan hipoglikemia adalah 2-3/1000 kelahiran hidup.
b) Tanda/gejala
Berdasarkan urutan frekuensi gejala, maka berturut-turut dapat
ditemukan:
- Gerakan gelisah (jlteriness) atau tremor
- Episode sanosis
- Apatis

Kejang
Episode apnue/takpnu intermiten
Suara tangis yang lemah
Lemah
Letargis
Kesulitan makan
Memutar-mutar bola mata
Keringat banyak
Pucat mendadak
Hipotermia
Henti jantung (cardiac arrest)
Payah jantung
Gejala-gejala ini dapat terjadi berkisar mulai dari beberapa jam

sampai 1 minggu setelah kelahiran bila bayi baru lahir, sedangkan untuk anak
sama saja.
c) Penatalaksanaan
(1) Beri air gula kira-kira 30cc x pemberian dan observasi keadaan
(2) Pertahankan suhu tubung dengan cara membungkus bayi dengan kain
(3)
(4)
(5)

hangat, jauhkan dari hal-hal yang dapat menyerap panas bayi


Segera beri AS
Observasi keadaan bayi:
Tanda-tanda vital: suhu, nadi dan pernapasan
Warna kulit
Reflek
Dan semua gejala yang diatas
Bila tidak ada perubahan selama 24 jam dalam gejala-gejala tersebut
segera rujuk kerumah sakit.

8) Kelainan Jantung Bawaan


a) Pengertian
Merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawah sejak dalam
kandungan sampai dengan lahir. Sesuai dengan jenisnya:
- Tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah ventrikel kiri dan kanan
-

(VSN)
Dalam kandungan ductud arteriosus terbuka, setelah lahir 72 jam

menutup (PDA)
- Terdapat celah (defect) antara kedua atrium (ASD)
b) Penyebab
- Gangguan antomi
- Gangguan physiologi
c) Tanda/gejala

(1) VSD
- Cyanosis
- Pertumbuhan terganggu
- Cenderung infeksi saluran pernapasan
- Kesulitan makan
- Dyspnu tidak ada, kecuali sudah latihan lama dan intensif
(2) PDA
- Pertumbuhan badan normal
- Ujung-ujung jari hipertemi
- Pada celah kecil, nadi normal
- Adanya perbedaan tekanan sistol dan diastol terlalu jauh ( 50 mmHg)
- Riwayat kehamilan sering diemukan dengan Rubella
(3) ASD
- Pada celah (defect kecil, biasanya tanpa keluhan)
- Pada celah besar, cepat terjadi payah jantung
d) Penatalaksanaan
(1) VSD
- Meningkatkan gizi
- Kurangi aktifitas fisik tingkatkan istrahat
- Observasi tanda-tanda vita (S, N, P)
- Rujuk kerumah sakit untuk tindakan selanjutnya
(2) PDA
- Observasi tanda-tanda vital
- Pemenuhan nutrisi(makanan lunak, porsi kecil tapi sering)
- Banyak minum
- Perhatikan muntah, cyanosis (pucat)
- Bila memungkinkan yang paling baik operasi pada usia 5 tahun
(3)
-

(persiapan pre op dan perawatan post op)


ASD
Penyuluhan kesehatan
Bebaskan jalan nafas
Bila memungkinkan operasi (persiapan pre op dan pertawatan post op)

9) Bibir Sumbing (Labio Palato Schizis)

a) Pengertian

Adalah kelainan bawaan berupa bibir belah atau palatum belah akibat
dari kegagalan proses penutupan maxilla dan premaxilla selama masa embrio.
b) Masalah yang mungkin terjadi:
- Sulit makan atau minum
- Aspirasi
c) Penatalaksanaan
Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memperhatikan:
- Posisi bayi jangan terlentang tapi kepala bayi harus ditegakkan sedikit
- Berikan makanan atau minuman dengan menggunakan sendok atau pipet
- Jaga jangan sampai makanan tertelan ke paru-paru (aspirasi)
Untuk selanjutnya rujuk bayi untuk penanganan lebih lanjut.
10) Atresia Ani
a) Pengertian
Merupakan suatu kelainan bawaan dimanan tidak ada lubang tetap
pada anus.
b) Tanda dan gejala
- Kembung yang progresif
- Kadang-kadang disertai: muntah-muntah pada umur 24-48 jam
- Urin bercampur mekonium
c) Penatalaksanaan
- Lakukan colok dubur untuk mengetahui secara pasti keadaan anus
- Segera rujuk kerumah sakit untuk penanganan selanjutnya.
11) Hirschprung
a) Pengertian
Suatu kelainan bawaan yaitu tidak terbentuknya sel ganglion
parasimpatis dari pelksus mesentruktus atau aurbarchi pada kolon bagian distal.

b) Tanda atau gejala


- Mekonium keluar setelah lebih dari 24 jam
- Distensi abdomen kembung
- Muntah berwarna hijau
- Bila dubur dicolok, faces keluar menyemprot
c) Penatalaksanaan

Untuk mengurangi distensi abdomen, dubur dicolok saja supaya faces

dapat keluar
Apabila terjadi muntah, lakukan perawatan muntah agar tidak terjadi

aspirasi
Selanjutnya bayi segera rujuk ke rumah sakit

12) Hernia Diafragmatika


a) Pengertian
Merupakan kelainan bawaan dimana tidak terbentuknya sebagian
diafragma sebagian sisa perut masuk kedalam rongga thoraks.
b) Tanda atau gejala
- Sesak napas
- Retraksi sela iga
- Pucat/biru
- Suara napas tidak terdengar pada paru-paru
- Terdengar bising usus pada daerah dada
- muntah
c) penatalaksanaan
- letakkan bayi pada posisi fowler (seni fowler)
- awasi bayi jangan sampai muntah. Bila muntah cegah jangan sampai
-

aspirasi, posisi bayi ditegakkan.


Rujuk bayi kerumah sakit untuk penenangan selanjutnya.

13) Bayi Lahir Kembar


a) Pengertian
Bayi lahir kembar yaitu bayi yang dilahirkan lebih dari 1, biasa
kembar 2 atau 3. Pada umumnya bayi lahir kembar salahb satu tergolong
BBLR dapat juga dua-duanya atau tiga-tiganya.
b) Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada bayi lahir kembar pada prinsipnya
seperti bayi lahir normal biasa, tetapi pada kasus ini agak ditekankan atau lebih
diperhatikan atau dikhususkan seperti perawatan BBLR.
14) Stomatitis
a) Pengertian
Radang pada mulut (bibir atau lidah)

b) Penyebab
- Candida albicans (moniliasis)
- hygiene
c) Tanda dan Gejala
Timbulnya bercak putih pada lidah,bibiir dan selaput lendir mulut.
Dapat dibedakan dengan sisa susu, jika sisa susu bila diangkat mudah tetapi
pada stomatitis sukar dan dapat menyebabkan berdarah.
d) Perawatan
- Berikan nutrisi yang baik dan cukup, jangan berikan yang merangsang
-

(pedas)
Berikan makanan yang mudah dicerna
Jangan mengorek-ngorek mulut bayi
Untuk memelihara kebersihan mulut lebih baik beri teh setiap habis

minum susu
Bawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
lukannya.

15) Diare
a) Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari,
disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum,
1999).

b) Penyebab
- Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat
dilahirkan Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang
-

mengalami diare, hygiene dan sanitasi yang buruk


Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi,

terapi antibiotik)
c) Patofisiologi
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan diare adalah :
-

Gangguan ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari

usus sehingga timbul diare.


Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan
dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi
dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus

sehingga timbul diare.


Gangguan molititas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus


untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.tetapi
apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik
usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebiham di

dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.


Pathogenesis diare akut
Maksudnya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung.


Jasad renik tersebut akan berkembang baik(multiplikasi) didalam usus

halus.
Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik)
Akibat toksin tersebut akan terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare
d) Komplikasi
- Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan
-

demam)
Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
Penurunan berat badan dan malnutrisi
Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan

alkali dalam tubuh)


e) Penatalaksanaan
- Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
- Terapi rehidrasi
- Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman
-

penyebabnya
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk

mencegah penularan
Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental
feses

16) Bisul
a) Pengertian
Bisul adalah suatu peradangan pada kulit yang biasanya mengenai
folikel rambut dan disebabkan oleh kuman staphylococcus aureus.

b) Jenis-jenis bisul
- Folikulitis
- Furunkel
- Furunkel losis
- Karbunkel
- Abses multiple
- Hidra adenitis
- Skrofulo derma
c) Tanda dan gejala
- Gatal
- Nyeri
- Berbentuk kerucut dan bermata
- Berbentuk kubah
- Dema
d) Penyebab
- Faktor kebersihan
- Daerah tropis
- Menurunnya daya tahan tubuh
e) Penanganannya
Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan
badan maupun lingkungan bermainnya. Bila sudah timbul keluhan seperti
gatal-gatal, jangan dianggap remeh, bisa jadi itu adalah gejala awal timbulnya
bisul. Kalau ada benjolan, jangan dipencet-pencet apalagi kalau tangan/benda
yang digunakan untuk memencet tidak bersih. Aktivitas ini bisa memperparah
keadaan.
Jangan sembarangan menggunakan antibiotik untuk mengobati bisul
walaupun bentuknya hanya berupa krim, karena antibiotik bisa menimbulkan
kekebalan/resistensi. Perhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan
berpengaruh terhadap daya tahan tubuhnya.
17) Muntah dan Gumoh

a) Pengertian Muntah

Muntah atau emesis adalah keadaan dimana dikeluarkannya isi


lambung secara ekspulsif atau keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh
isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung.
Usaha untuk mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot
perut.
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering kali dijumpai dan
dapat terjadi pada berbagai gangguan. Dalam beberapa jam pertama setelah
lahir, bayi mungkin muntah lendir, bahkan kadang-kadang disertai sedikit
darah.
Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian makanan pertama,
suatu keadaan yang mungkin disebabkan adanya iritasi mukosa lambung oleh
sejumlah benda yang tertelan selama proses kelahiran, jika muntahnya menetap
pembilasan lambung dengan larutan garam fisiologis akan dapat menolongnya.
Refluks gastroesofagus adalah kembalinya isi lambung kedalam
esofagus tanpa terlihat adanya usaha dari anak
Regurgitasi adalah bila bahan dari lambung tersebut dikeluarkan
melalui mulut
Secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan antara muntah, refluks
dan regurgitasi. Muntah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeluarkan racun yang tertelan.
(1) Penyebab muntah
- kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia
esophagus, atresia/stenosis, hirschprung, tekanan intracranial yang tinggi,
-

cara memberi makan/minum yang salah


pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi ( infeksi
traktus urinarius akut, hepatitis, perotonitis, dll)

Perlu anamnesa yang teliti :


- Pola pemberian makan
- Berat badan lahir
- Jumlah yang dimuntahkan, frekuensi
- Disertai diare, batuk atau panas
- Terjadi sebelum/sesudah makan
- Menyemprot/proyektil atau tidak
(2) Sifat muntah
- Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus

Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke

duodenum)
Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya
timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak

proyektil.
Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran

empedu
Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial

tinggi atau obstruksi usus


(3) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila
didapatkan gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti
obstruksi usus halus, atresia esophagus dan lain-lain. Selain dengan
pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba
memasukan kateter kedalam lambung. Diagnosis harus dapat segera dibuat
sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan kemungkinan terjadinya
aspirasi pneumonia.
Muntah (kelainan

bedah)

adalah

gangguan

passage

gastrointestinal dengan tanda-tanda muntah, perut membuncit, kegagalan


evakuasi mekonium (pada BBL).
Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan bedah
- Muntah hijau (gangguan pada empedu)
- Muntah proyektil (menyemprot)
- Muntah persisten
- Muntah bercampur darah
- Muntah disertai penurunan berat badan
(4) Komplikasi pada muntah
- Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan
-

dehidrasi
Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan

ketosis
Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan

(syok)
Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut,
perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi dan timbul
perdarahan.

(5)
-

Penatalaksanaan muntah
Utamakan penyebabnya
Berikan suasana tenang dan nyaman
Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati
Kaji sifat muntah
Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi dan instruksi

dokter)
Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah (pada anak
tidak rutin digunakan) :
o Metoklopramid
o Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral)
o Anti histamin
o Prometazin
o Kolinergik
o Klorpromazin
o 5-HT-reseptor antagonis
o Bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah

sakit/ yang berwenang


b) Pengertian gumoh/regurgitasi
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya
hanya sedikit.
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal
terutama pada bayi dibawah usia 6 bulan
(1) Penyebab

Anak/bayi yang sudah kenyang

Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung

Posisi botol yang tidak pas

Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap

Akibat kebanyakan makan

Kegagalan mengeluarkan udara

(2) Diagnosis
Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau
kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya
diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang
lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan
kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun,
penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa
diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau
sesudah makan.
Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan emghindari konflik
emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi
tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks
gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.
(3) Penatalaksanaan gumoh
o Kaji penyebab gumoh
o Gumoh yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal pada bayi
yang umurnya

dibawah 6 bulan,

dengan memperbaiki teknik

menyusui/memberikan susu.
o Saat memberikan ASI/PASI kepala bayi ditinggikan
o Botol tegak lurus/miring jangan ada udara yang terisap
o Bayi/anak yang menyusui pada ibu harus dengan bibir yang mencakup
rapat puting susu ibu
o Sendawakan bayi setelah minum ASI/PASI
o Bila bayi sudah sendawa bayi dimiringkan kesebelah kanan, karena
bagian terluas lambung ada dibawah sehingga makanan turun kedasar
lambung ynag luas
o Bila bayi tidur dengan posisi tengkurap, kepala dimiringkan ke kanan
18) Bercak Mongol
a) Pengertian
Bercak mongol atau tanda lahir yaitu kelainan kulit yang dapat timbul
sejak lahir atau muncul beberapa waktu kemudian.
b) Penyebab
Tanda lahir atau bercak mongol terjadi karena terperangkapnya sel
melanosit (pigmen) dibelakang tubuh bayi pada saat pembentukan sistem
syaraf. Biasanya berwarna biru atau hitam abu-abu seperti mirip tanda lebam.
c) Patofisiologi

tanda lahir tidak berbahaya, akan menghilang setelah beberapa bulan


atau bisa juga menetap hingga dewasa.
d) penatalaksanaan
Karena bercak mongol tidak berbahaya sehingga tidak perlu diberikan
pengobatan, cukup dengan tindakan konservatif saja. Namun bila dewasa telah
dewasa pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetik bisa dianjurkan
pengobatan dengan sinar laser.
19) Diaper Rash (ruam popok)
a) Pengertian
Diafer rush (ruam popok) adanya keluhan bintik merah pada kelaimn
dan bokong pada bayi yang mengenakan pampers di sebut diakibatkan oleh
gesekan-gesekan kulit dengan pampers.
Salah satu penyakit kulit yang kerap menimpa bayi dan balita adalah
eksim popok (diaper rush). Penyakit ini menurutnya, terutama disebabkan oleh
belum sempurnanya fungsi kulit bayi. Akibatnya sekitar 50% bayi yang
menggunakan diapers pernah menderita eksim popok dan kebanyakan bayi
yang menderita ruam, umumnya berumur 3-12 bln.
b) Penyebab
- Kebersihan kulit yang tidak terjaga
- Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
- Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
- Akibat menceret
- Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen.
- Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci tangan
dan dibilas sampai bersih dan dikeringkan
20) Etiologi
Kulit bayi tipis dari orang dewasa, sehingga zat-zat dari luar sangat
mudah meresap ke dalam kulit. Berfungsi sebagai pelindung. Kulit berperan
sangat penting dan memerlukan peralatan khusus. Perawatannya tergantung
pada jenis kulitnya. Kulit orang dewasa misalnya berbeda dari kulit anak-anak
apalagi bayi.

Banyak yang mengatakan bahwa kulit bayi sangat lembut dan halus.
Memang benar demikian friksi pada kulit bayi kerap terjadi. Di samping friksi
antara kulit juga terjadi antara kulit dengan produk-produk yang menempel
pada tubuh bayi seperti pakaian atau popok. Bila dalam keadaan lembab maka
gesekan ini mengiritasi kulit sehingga fungsi kulit sebagai pelindung tubuh
menurun. Contoh turunnya fungsi kulit bayi adalah bintil-bintil kemerahmerahan pada pipi atau dahi karena keringat. Penggunaan popok kerap
menimbulkan masalah kulit bayi, yaitu ruam popok (diaper ruish) pada bayi
atau anak yang mempunyai kulit sensitif. Iritasi bisa terjadi karena urin.
a) Tanda dan Gejala.
- Iritasi pada kulit

yang

terkena

muncul

sebagai

crytaema

Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan,
perut bawah paha atas.
- Keadaan lebih parah terdapat : pencipta, crythamatosa.
b) Penatalaksanaan
- Daerah yang terkena diaper rush, tidak boleh terkena air dan harus
-

dibiarkan terbuka dan tetap kering


Untuk membersihkan kulit yang iritasi dan menggunakan kapas yang

mengandung minyak.
Segera dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau berak.
Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit/daerah yang iritasi.
Usaha memberikan makanan TKTP
Memperhatikan kebersihan kulit dan membersihkan kulit secara

keseluruhan
Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya.
Pakaian/celana yang basah oleh air kencing harus direndam di dalam air

di campur acidum boricun.


Tinja pada kulitnya, karena itu popok modern (popok) lebih baik dipakai
secara bergantian dengan popok tradisional. Dengan demikian kulit bayi
dapat diistirahatkan dari bersinggungan secara ketat dengan urin atau
tinja. Kecil kemerahan, lecet, dan kulit tampak merah dan basah. Ini
karena urin dan tajam, terutama pada bayi atau anak yang mempunyai
riwayat alergi pada keluarga. Iritasi memudahkan terjadinya infeksi
bakteri/jamur.

21) Obstipasi

a) Pengertian
Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam
pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang
menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.
b) Tanda dan gejala
- Sering menangis
- Susah tidur
- Gelisah
- Perut kembung
- Kadang-kadang muntah
c) Penyebab
- penyaluran makanan yang kurang baik
- Kemungkinan adanya gangguan pada usus
- Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar
d) Penatalaksanaan
- Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang
-

banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.


Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila

diperlukan saja.
Peningkatan intake cairan
Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan
usus.

22) Milia

Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan
pipi bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar sebasea
(minyak) pada kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan
sendirinya. Basuh wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari penggunaan
krim, lotion ataupun vaselin.
23) Miliariasis/Sudamina/Liken Tropikus/Biang Keringat

a) Pengertian
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang
tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau
gesekan pakaian dan juga kepala.
b) Penyebab
-

Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat

Aktivitas yang berlebihan

Setelah menderita demam atau panas

Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan


edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum
korneum

c) Patofisiologi
Dengan diawali tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga
pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya keringat ini ditandai dengan adanya
vesikel miliar di muara kelenjar keringat, lalu disusul dengan timbulnya radang
dan odem akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi
oleh stratum korneum.
d) Bentuk miliariasis
(1) Miliaria kristalina

Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih


disertai kulit kemerahan

Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang


tertutup pakaian

Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus

Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal

Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang


berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang
menyerap keringat.

(2) Miliaria rubra


-

Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas

Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau


berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih

Staphylococcus juga diduga memiliki peranan

Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum


sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di
epidermis

Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,


menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat
diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%

(3) Miliaria profunda


-

Timbul setelah miliaria rubra

Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm

Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas

Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel

Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini
jarang ditemui

Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang


pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang

Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi


suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio
calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3%
dalam alkohol

e) Penatalaksanaan
-

Perawatan kulit yang benar

Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang


sudah timbul.

Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau
bedak kocok setelah mandi

Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk


memperparah sumbatan kelenjar

Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik

Menjaga kebersihan bayi

Mengupayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan


yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering.

Menggunakan

pakaian

yang

menyerap

keringat

dan

tidak

terlalusempit.

Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor dengan pakaian bersih
dan kering.

Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,


sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)

24) Kotoran pada mata bayi/belekan


Mata bayi baru lahir tidak selalu nampak bersih, terkadang
mengeluarkan kotoran berwarna putih dan berselaput, mirip seperti belekan.
Kondisi seperti ini mengakibatkan keadaan yang tidak nyaman bagi bayi,
menghambat aliran air mata bayi, bayi kesulitan membuka matanya dan lain
sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti: infeksi
jalan lahir dan ada yang menyumbat pada saluran air mata bayi.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
diantaranya adalah; bersihkan mata bayi dengan mengggunakan kapas dan air
hangat, jangan gunakan boorwater atau cairan pembersih mata lainnya.
Konsultasikan

dengan

dokter

anak

anda,

apabila

dianjurkan

untuk

menggunakan obat tetes mata, lakukanlah dengan benar dan jangan terlalu
sering meneteskan obat tetes mata pada mata bayi anda.

25) Demam

Demam bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu tanda sistem pertahanan


tubuh yang sedang aktif bekerja. Demam pada bayi baru lahir dikarenakan oleh
beberapa sebab, diantaranya adalah: adanya infeksi, perubahan suhu menjadi
tubuh bayi anda kedinginan dan menjadi demam.
Ukur suhu tubuh bayi anda dengan termometer, jika kurang dari 37
derajat celcius cukup susui dengan ASI sesering mungkin untuk menurunkan
demamnya. Bila lebih dari 38 derajat celcius, anda dapat mengompresnya
dengan air hangat, pakailah pakaian yang tipis, hindari selimut tebal dan
bedong yang berlapis-lapis, jika telapak kakinya dingin pakaikan kaos kaki.
Jika panasnya tidak kunjung turun bawalah ke dokter. Jangan berikan obat
penurun panas tanpa rekomendasi dari dokter.

26) Kejang

Kejang dapat ditemui pada bayi baru lahir yang menandakan adanya
suatu penyakit pada sistem syaraf pusat (SSP), kelainan metabolik dan adanya
penyakit lainnya. Kejang pada bayi sulit dikenali dan dibedakan antara gerakan
reflek bayi (gerakan refleks moro) dengan kejang itu sendiri. Kejang sering
dikenal dengan sebutan step.
Ciri-ciri bayi kejang adalah: gigi terkatup kuat, muntah-muntah, bayi
terkadang berhenti bernafas sejenak, tidak sadarkan diri, bola mata bergerak
berputar-putar dengan cepat, gerakan yang ekstrim seperti gerakan berenang,
gerakan mengayuh dan lain sebagainya.
Pertolongan pertama mengatasi bayi kejang adalah: menjaga jalan
nafas agar bayi dapat bernafas bebas dengan cara membersihkan lendir
disekitar mulut, hidung dan nasofaring. Letakan bayi dalam tempat sejuk,
kompres dengan air hangat di dahi, ketiak atau lipatan paha jika suhu badan
bayi tinggi. Miringkan badan bayi agar tidak tertelan muntahannya sendiri.
Segera pergi ke dokter untuk menghindari gangguan fungsi otak.
27) Trauma lahir
Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena proses
persalinan/kelahiran:
Caput Succedancum
a) Pengertian

Caput succedancum adalah pembekakkan pada suatu tempat dikepala


karena adanya timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose diluar
periostinum
b) Etiologi
Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir
- Partus lama
- Persalinan dengan vacum ekstraksi
c) Gejala/tanda
- Adanya udem dikepala
- Pada perabaan teraba lembut dan lunak
- Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak
- Batas tidak jelas
- Biasanya mengjilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan
d) Penatalaksanaan
(1) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal
(2) Awasi keadaan umum bayi
(3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar
matahari
(4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan
tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjoloan
(5)
(6)

tidak meluas
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
Perawatan tali pusat
Oersonal hygiene yang baik
Memberikan penyuluhan kepala orang tua tentang:
Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan

menghilang 2-3 hari


Perawatan bayi sehari-hari
Manfaat dan cara pemberian ASI

25) Cephal hermatoma


a) Pengertian
ialah pembekakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang
disebabkan perdarahan sub periostinum
b) Etiologi
Karena adanya:
Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala sewaktu persalinan
Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek
Partus dengan tindakan:
- Forceps
- Vakum ekstraksi
c) Gejala/tanda

- Kepala bengkak dan merah


- Batasnya jelas
- Pada perabaan mula-mula keras lambat laun lunak
- Menghilang pada waktu beberapa minggu
d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sama dengan caput succedaneum hanya lebih hatihati lagi jangan sering diangkat dari tempat tidur. Cairan tersebut akan hilang
terabsobsi dengan sendirinya dalam 1 minggu.
26) Perdarahan intra cranial
a) Pengertian
Perdarahan intracranial adalah perdarahan yang terjadi pada tengkorak.
b) Etiologi
- Kelahiran sungsang
- Partus presipitatus
- Kepala janin lebih besar dari pintu bawah panggul
- Persalinan lama
- Penggunaan cunam tidak tepat
- Kelahiran prematurus
c) Tanda/gejala
- Tonus otot jelek, lateragis dan somnolensia
- Pergerakan tidak normal
- Reflek moro menurun atau tidak ada
- Pernapasan tidak teratur, apnu, pucat, sianosis
- Twitching pada otot, kejang-kejang
d) Penatalaksanaan
- Atur posisi bayi, agar bayi dapat bernafas dengan leluasa
- Berikan ASI, kalau tidak mau menetek ASI berikan dengan pipet sedikit
-

demi sedikit
Pergerakan dibatasi jangan diangkat-angkat untuk mengurangi perdarahan
Perawatan muntah, perhatikan oral hygiene, tidur kepala bayi miring kekiri

atau kanan
Perawatan kejang dengan cara nmemasukkan tongue spatel atau sendok
yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit oleh
giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi

saluran pernapasan
Selanjutnya rujuk kerumah sakit jika bayi tidak mengalami perubahan

27) Frakture clavicula


a) Pengertian

Patahnya tulang clavicula pada saat proses persalinan biasanya


kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada
presentase bokong
b) Tanda /gejala
- Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang
mengalami gangguan
- Bayi rewel karena kesakitan
- Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit ditempat yang sakit
c) Penatalaksanaan
- Jangan banyak digerakkan
- Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit
- Rawat bayi dengan hati-hati
- Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara
mengajarkan ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur dengan sendok
-

atau pipet)
Rujuk kerumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya jika bayi tidak
mengalami perubahan

28) Brachial palsi


a) Pengertian
Kelumpuhan pada pleksus brachial.
b) Penyebab
- Tarikkan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu pada
-

presentasi kepala
Apabila lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau

terjadi tarikkan yang berlebihan pada bahu


c) Gejala
- Gangguan motorik lengan atas
- Lengan atas dalam kedudukan ekstensi dan abduksi
- Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
- Reflek moro negatif
- Hipereksiensi dan fleksi pada jari-jari
- Reflek meraih dengan lengan tidak ada
- Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan.
d) Penatalaksanaan
- Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah
-

terjadinya kontraktur
Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya

o Caranya: letakkan lengan bayi yang lumpuh disamping kepalanya


yaitu dengan memasang perban pada pergelangan tangan bayi,
-

kemudian dipenitikan dengan bantal/seprei disamping kepalanya


Rujuk kerumah sakit dan beri penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk kerumah sakit karena tidak mengalami perubahan.

c. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1). Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka
2) Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3) Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan
4) Langkah-Langkah Resusitasi
-

Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi


dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.

Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.

Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.

Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.

Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama


6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit

jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.
Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
o Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
o Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 60 x / menit.
o Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.

100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.

60 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.

60 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai
kompresi jantung.

< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.

Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara

kompresi jantung :
a
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain

mengelilingi tubuh bayi.


b
Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan

belakang tubuh bayi.


7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV

sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat

epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IV.


10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan

obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3 5 menit.

12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan
dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

5) Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif,

kedua

faktor

utama

yang

perlu

dilakukan

adalah

1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi


dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi
atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan
intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minumum antara lain :
- Alat pemanas siap pakai Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
6) Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
- Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
-

harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.


Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang

harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama

sebagai suatu tim yang terkoordinasi.


Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan

berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.

e. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa

neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan


berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka
terjadilah awal proses fisiologik
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu
meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup
yang kecil.
a. Asfiksia BBL
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa
CO2 meningkat) dan asidosis.
Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang
dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan
Diagnosis
Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis

Detak jantung

Tidak ada

< 100 x/menit

>100x/menit

Pernafasan

Tidak ada

Tak teratur

Tangis kuat

Menyeringai

Batuk/bersin

Refleks

saat Tidak ada

jalan

nafas

dibersihkan
Tonus otot

Lunglai

Fleksi

ekstrimitas Fleksi kuat gerak aktif

(lemah)
Warna kulit

Biru pucat

Tubuh

merah Merah seluruh tubuh

ekstrimitas biru
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Penatalaksanaan
Resusitasi
Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.

Asistolik.

Dosis :

0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)


Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
Dosis :

Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat :
Indikasi :

Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.


Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan


hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)


Cara :

Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak


diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.

Efek samping :

Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat


merusak fungsi miokardium dan otak.

Nalokson :
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus
adekuat dan stabil.
Indikasi :

Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan


narkotik 4 jam sebelum persalinan.

Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with
drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)


Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
b. BBLR
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (4).

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,


morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR
yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7%
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b) Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <>
d) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain :
Hipotermia
Hipoglikemia
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat nafas
Paten duktus arteriosus
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
-

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir
bayi dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang .

Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
-

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
-

Berat badan

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan).

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):
-

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.


Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.


USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

Penatalaksanaan/ terapi

Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
-

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat


lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

Diatetik
-

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks


menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang

menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):


Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.


Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat

badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):


1) Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu

lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.


Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.

- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama


Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
2) Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang


dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada
resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan
minum

dengan

pipa

lambung.

Lanjutkan

dengan

pemberian

menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk


atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu)


Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.


Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan IV secara perlahan.


Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk

atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

3) Berat lahir 1250-1499 gram


- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila


bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih

tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan intravena secara perlahan.


Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.


4) Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan

kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.


Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan


cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal (3):

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan


suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat

fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.


Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;

hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)


Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga

lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
1) Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2

minggu
2) Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama


(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk

bayi dengan berat lahir <1500>


Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

Pemantauan setelah pulang


Diperlukan

pemantauan

setelah

pulang

untuk

mengetahui

perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya


komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Hitung umur koreksi

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan

Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif


adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali


selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk

pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu


Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin

yang dikandung dengan baik


Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun)


Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan

status gizi ibu selama hamil.


c. Hipotermia
Prinsip Dasar
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5 oC 37,5oC (suhu ketiak).
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36 oC atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32oC 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu
tubuh < 32oC. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC. Di
samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut
dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
Radiasi
dari objek ke panas bayi
Contoh: timbangan bayi dingin tanpa alas
Evaporasi
karena penguapan cairan yang melekat ke kulit

Contoh:ait ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat


dikerigkan
panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yng melekat di

Konduksi

tubuh
Konveksi

Penilaian hipotermia bayi baru lahir


Gejala hipotermia bayi baru lahir:
Bayi tidak mau minum/menetek
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Tubuh bayi teraba dingin
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi

contoh:pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti


penguapan dari tubuh ke udara
Contoh:angin di sekitar tubuh bayi baru lahir

mengeras (sklerema)
Tanda-tanda hipotermia sedang (stres dingin):

Aktivitas bekurang, letargis


Tangisan lemah
Kulit berarna tidak rata (curtis marmorata)
Kemampuan menghisap lemah
Kaki teraba dingin
Tanda-tanda hipotermia berat (cedera ringan):

Sama dengan hipotermia sedang


Bibir dan kuku kebiruan
Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Banyi jantung melambat
Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia:

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang


Bagian tubuh lainnya pucat
Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)
Penanganan hipotermia bayi baru lahir:

Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal.


Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di

dalam inkubator atau melalui penyiraman lampu


Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang
adalah mengahgatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan
telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di
dalam satu pakaian (merupkan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai
Metoda

Kanguru.

Sebaiknya

ibu

menggunakan

pakaian

longgar

berkancing depan.
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan

ibu. Lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat.


Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus
diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap,
diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

raPrinsip dasar metoda kanguru:


Prinsip dasar metoda kanguru ini adalah mengganti perawata BBLR dalam
inkubator dengan metoda kanguru. Ibu diidentikkan sebagai kanguru yang
dapat mendekap bayinya secara seksama, dengan tujuan mempertahankan suhu
bayi secara optimal (36,5 37,5oC). Suhu yang optimal ini diperoleh dengan
adanya kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibunya secara kontinu.
Ibu berfungsi sebagai Host atau indung bagi bayi. Posisi bayi dalam kantung
kanguru adalah tegak/vertikal pada siang hari ketika ibu berdiri atau duduk da
tengkurap/miring pada malam hari ketika ibu berbaring/tidur.

d. Sindroma Gawat Napas


Sindrom gawat nafas ( respiratory distress syndroma, RDS ) adalah:
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan
frekuensi pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan

retraksi didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat

inspirasi. ( Ngatisyah.2005 hal 23 )


Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i
atau kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari
gejala tambahan gangguan nafas sebagai berikut:

Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )

Ada tarikan dinding dada

Merintih

Apnea ( nafas berhenti lebih dari 20 detik ) ( PONED,2004 )

Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral
pada foto thorak, tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti
secara klinik adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan paru akut
dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom
gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan
200, menyokong suatu RDS .

Etiologi

Kelainan paru: pneumonia


Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium
Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Aspiksia, perdarahan otak
Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik
Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia

diafragmatika
Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin

Bila menurut masa gestasi penyebab gangguan nafas adalah :

Pada bayi kurang bulan


-

penyakit membran hialin

pneumonia

asfiksia

kelainan atau malformasi congenital

Pada bayi cukup bulan


-Sindrom Aspirasi Mekonium
-pneumonia
-asidosis
-kelainan atau malformasi kongenital
Gangguan traktus respiratorius:

Hyaline Membrane Disease(HMD),

Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi ( bayi prematur )

Transient Tachypnoe of the Newborn(TTN),

Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi caesar karena dadanya tidak
mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran
cairan dari dalam paru.

Infeksi(Pneumonia),
Sindroma Aspirasi,
Hipoplasia Paru,
Hipertensi pulmonal,
Kelainan kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin

syndrome),
Pleural Effusion,
Kelumpuhan saraf frenikus,
Luar traktus respiratoris:
kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP

Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan
perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan

asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90%


fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan
tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi
dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang
progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen,
menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan
bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah
jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada
bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal
Displasia (BPD).
Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah
sebagai berikut :
- Takhipneu (> 60 kali/menit)
- Pernafasan dangkal
- Mendengkur
- Sianosis

- Pucat
- Kelelahan
- Apneu dan pernafasan tidak teratur
- Penurunan suhu tubuh
- Retraksi suprasternal dan substernal
- Pernafasan cuping hidung
Klasifikasi
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
- Gangguan nafas berat
- Gangguan nafas sedang
- Gangguan nafas ringan
Tabel 1. Klasifikasi Gangguan Nafas
Klasifikasi

Frekuensi

nafas
Gangguan nafas berat
60
menit
90
menit

Gejala tambahan

kali/Dengan sianosis sentral dan tarikan dinding


dada atau merintih saat ekspirasi
kali/Dengan sianosis sentral atau tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi
Dengan

Gangguan

nafas

sedang

atau

tanpa

gejala

lain

dari

60-90

gangguan nafas
Dengan tarikan dinding dada atau merintih

kali/

saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral

menit

Tanpa tarikan dinding dada atau merintih

> 90 kali/saat ekspirasi atau sianosis sentral


Gangguan
ringan

nafas

menit
60-90

Tanpa tarikan dinding dada atau merintih

kali/

saat ekspirasi atau sianosis sentral

menit

Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),
pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping
hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit
bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal
kemudian dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan
pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan
dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
Penilaian fungsi respirasi meliputi:
-

Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi.

Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha


kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok, diare,
dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal
kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada
hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya
keadaan klinik.
-

Mekanika usaha pernafasan


Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung,

retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan
penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi
memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
-

Warna kulit/membran mukosa


Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat

berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:
-

Frekuensi jantung dan tekanan darah

Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress,


ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
-

Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume

dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba pada satu
sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah
pada daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat dengan
adanya bercak, pucat dan sianosis. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat
dilakukan dengan cara:
1. Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
2. Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitas
dibandingkan jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama
5 detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat
akan menghilang 2-3 detik.
-

Perfusi pada otak dan respirasi


Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi

agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan
kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan darah, urine, dan
glukosa darah ( untuk mengetahui hipoglikemia ). Kalsim serum ( untuk
menentukan hipokalsemia ), analisis gas darah arteri dengan PaO 2 kurang dari
50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg, peningkatan kadar kalium darah,
pemeriksaan sinar-X menunjukkan adanya atelektasis, lesitin/spingomielin
rasio 2 :1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur, pemeriksaan dekstrostik
dan fosfatidigliserol meningkat pada usia kehamilan 33 minggu.

Penatalaksanaan

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan


untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
- Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekwat.
- Mempertahankan keseimbangan asam basa.
- Mempertahankan suhu lingkungan netral.
- Mempertahankan perfusi jaringan adekwat.
- Mencegah hipotermia.
- Mempertahankan cairan dan elektrolit adekwat.

Penatalaksanaan secara umum :


Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa

5%
o Pantau selalu tanda vital
o Jaga patensi jalan nafas
o Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
- Jika bayi mengalami apneu
o Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
o Lakukan penilaian lanjut
- Bila terjadi kejang potong kejang
- Segera periksa kadar gula darah
- Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas.

Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:


Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan

pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tacypnea of the
Newborn (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi
tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal
dari infeksi sistemik.

Gangguan nafas sedang

o Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih
-

sesak dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup


Bayi jangan diberi minukm
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
o Suhu aksiler <> 39C
o Air ketuban bercampur mekonium
o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban

pecah dini (> 18 jam)


Bila suhu aksiler 34- 36,5 C atau 37,5-39C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
o Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
o Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.
o Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2
jam
o Apabila

bayi

tidak

menunjukan

perbaikan

atau

tanda-tanda

perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis


o Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi
O2secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2
jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara pemberian minum
o Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan.
Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3
hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit
bayi dapat dipulangkan
o Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
o Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala
sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani
gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
o Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.

o Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan


napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60
kali/menit.
e. Kejang Neonatus
Prinsip Dasar
Kejag pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya
berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan
karena ketidaknyamanan organisasi korteks pada bayi baru lahir dapat berupa
tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot
hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak
menentu (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip-ngedip
paroksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomena oral dan
bukal), bahkan apneu.
Oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi,
seringkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum
berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru
lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Etiologi

Komplikasi perinatal
Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam

pertama kelahiran
Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi

bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat


- Perdarahan intrakranial
Kelainan metabolisme
- Hipoglikemia
- Hipokalsemia
- Hipomagnesemia
- Hiponatremia
- Hipernatremia
- Hiperbilirubinemia
- Letergantunga piridoksin

Kelainan metabolisme asam amino


Infeksi
- Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH
- Ketergantungan obat
- Polisitemia
- Penyebab yang tidak diketahui (3-25%)
Penilaian
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan

urutan sebagai berikut.

Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat


persalinan dan kelahiran
- Riwayat kehamilan
o Bayi kecil untuk masa kehamilan
o Bayi kurang bulan
o Ibu tidak disuntik toksoid tetanus
o Ibu menderita diabetes melitus
- Riwayat persalinan
o Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor

vakum)
o Persalinan presisipatus
o Gawat janin
- Riwayat kelahiran
o Trauma lahir
o Lahir asfiksia
o Pemotongan tali pusar dengan alat
Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
- Kesadaran (normal, apatis, samolen, sopor, koma)
- Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia)
- Tanda-tanda infeksi lainnya
Penilaian kejang
- Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata
paroksismal, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya
apnu yang episode, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor,

jitterness, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku.


- Lama kejang
- Apakah pernah terjadi sebelumnya
Pemeriksaan laboratorium

Punksi lumbal
Punksi subdural
Gula darah
Kadar kalsium (Ca++)
Kadar magnesium
Kultur darah
TORCH

Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang:

Tidak di dapatkan kelainan pandang dan pergerakan mata


Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan
Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik
Biasanya menghilang apabila dilakukan flesi pasif
Pada umumnya disebabkan oleh hipokalsemia, hipoglikemia, hipoksiishkemik, enselofati, drug withdrawal

Tabel kelainan disik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
KELAINAN FISIK
Kejang dengan kondisi:

Biru, gagal nafas


Trauma lahir pada kepala bayi
Mikrosefali
Perut buncit
Hepatosplenomegali
Mulut mecucu

DIAGNOSIS BANDING

Anoksia susunan saraf pusat


Perdarahan otak
Cacat bawaan
Sepsis
Sepsis
tetanus

Penanganan
Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:

Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang


(misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitorin/Dilantin)
Menjaga jalan nafas tetap bebas
(perhatikan ABCD resusitasi)
Mencari faktor penyebab kejang
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik
yang ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium)
Mengobati penyebab kejang

(mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)


Penanganan kejang pada bayi baru lahir

Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak

kedinginan. Suhu byi dipertahankan 36,5o 37oC


Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir di

seputar mulut, hidung sampai nasofaring


Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat

bantu balon yang sungkup, diberi O2 dengan kecepatan 2 lt/menit


Dilakukan pemasangan infus IV di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki
atau kepala. Bila bayi di duga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes

mellitus, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikalis


Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang Diazepam 0,5 mg/kg
suposituria/i.m. setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah

luminal (fenobarbital) 30 mg i.m/i.v


Nilai kondisi bayi delama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
Bila kejag sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan

kecepatan 60 ml/kgbb/hari
Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor
penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran)
- Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes
-

melitus
Apakah kemungkinan bayi prematur
Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan

narkotika
Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium

untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya:


- Darah tepi
- Elektrolit darah
- Gula darah
- Kimia darah (kalsium, magnesium)
- Kultur darah
- Pemeriksaan TORCH, dan lain-lain
Bila ada kecurigaan kearah sepsis, digunakan pemeriksaan fugsi lumbal
Obat diberikan sesuai hasil penilaian ulang
Apabila kejag masih berulang, Diazepam dapat diberikan lagi sampai 2kali

Bila masih kejang terus, diberi Fenitonin (Dilantin) dalam dosis 15


mg/kgbb sebagai bolus i.v diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb i.v setiap

12 jam
Untuk hipoglikemia (hasil kalsium darah , 8 mg%) diberi Kalsium

glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit


- Apabila belum teratasi juga, diberi Piridoksin 25-50 mg i.v
f. Ikterus (Hiperbilirubin)
Ikterus adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat
pewarnaan jaringan oleh bilirubin ( Hellen Farrer ,Perawatan Maternitas )
Ikterus adalah menguningnya sklera ,kulit,jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh ( IKA jilid 1 )
Ikterus

adalah

meningginya

kadar

bilirubin

dalam

jaringan

ekstravaskuler sehingga kulit ,konjungtiva ,mukosa dan alat tubuh lainnya


berwarna kuning.Ikterus neonatorum adalh keadaan ikterus yang terjadi pada
bayi baru lahir yang disebut juga hiperbilirubinemia ( Ngastiyah ,Perawatan
anak sakit )
Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit ,konjungtiva dan mikosa
yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah .Disebut dengan
hiperbilirbinemia jika apabila didapatkan kadar bilirubin dalam darah > 5 mg
% ( 85 mikromol / L ) ( PONED )
Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas normal
pada hari ke 2-3 dan menghilang pada ahri ke10
Etiologi
Adapun penyebab timbulnya ikterus atau jaundice adalah :

Kurangnya protein Y dan Z ,enzim glukoronil tranferase yang belum

cukup jumlahnya ( ikterus fisiologis )


Produksi bilirubin yang berlebihan misalnya pada pemecahan darah
( hemolisis ) yang berlebihan pada incompabilitas ( ketidaksesuaian )

darah bayi dengan ibunya


Gangguan dalam proses uptake da konjugasi akibat dari gangguan fungsi
liver

Ganguan proses tranportasi karena kurangnya albumin yang meningkat

bilirubin
Gangguan ekskresi yang terjadim akibat sumbatan liver karena infeksi
atau kerusakan sel liver

Klasifikasi
Ada 2 macam iktersu neonatorum :
1) Ikterus Fisiologis
Ikterus yang timbul pada hari ke 2-3
Tidak mempunyai dasar patologis
Kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau tidak

mempunyai potensi menjadi kern ikterus


Tidak menyebabkan morbiditas pada bayi
Ikterus tampak jelas pada hari ke 5 dan 6 dan menghlang pada hari ke

10
Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah :
Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir
Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg % atau lebih setiap

24 jam
Ikterus yang disertai :
- Berat lahir kurang dari 2000 gram
- Masa gestasi kurang dari 36 minggu
- Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada neonatus
- Infeksi
- Trauma lahir pada kepala
- Hipoglikemia
- Hiperosmolaritas darah
- Proses hemolisis
- Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari

atau 14 hari
2) Ikterus Patologis
Penyalit hemolitik ,isoantibodi,karena ketidakcocokan golongan darah

ibu dan anak seperti rhesus antagonis ABO dan sebagainya


Kelainan dalam sel darah merah seperti defisiensi G-6PD ( glukosa

pspat dehidrokinase ) ,talasemia


Hemolisis : Hematoma ,polisitemia ,perdarahan karena trauma lahir,
Infeksi :septisemia,meningitis ,infeksi saluran kemih,toksoplasmosis,
sifilis,rubella da hepatis

Kelainan metabolik : hipoglikemia


Obat batan yang menggantikan bilirubin dengan albumin seperti
sulfonamid salisilat,sodium benzoat ,gentamicin.

Tanda dan gejala


1) Ikterus Fisiologis:
Warna kuning timbul pada hari ke 2 dan 3 serta tampak jelas pada hari

ke 5 dan ke 6 serta menghilang pada hari ke 10 .


Bayi tampak biasa ,minum baik dan pertambahan berat badan biasa
Kadar bilirubin serum pada bayi kurang dari 12 mg /dl dan pada BBLR

10 mg /dl dan akan hilang pada hari ke14


2) Ikterus Patologis
Timbul kuning pada 24 jam pertama kehidupan
Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih
Tinja berwarna pucat
Kuning sampai lutut dan siku
Serum bilirubin total lebih dari 12,5 mg /dl pada bayi cukup bulan dan

lebih dari 10 pada bayi kurang bulan ( BBLR )


Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24 jam
Ikterus diserai dengan proses hemolisis ( Inkompatibilitas darah )
Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg

/dl atau 3 mg/dl/hari


Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan
dan lebih dari 14 ahri pada bayi kurang bulan ( BBLR )

Manifestasi Klinis
Pengamatan ikterus dilakukan dengan sinar matahari .Bayi baru lahir
akan tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira kira 6 mg/dl .Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan derajat kuning pada BBL
menurut kramer adalah dengan jari telumjuk ditekankan pada tempat tempat
yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung ,dada ,lutut.Tempat yang
ditekan akan tampak pucat
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kern ikterus yaitu suatu perusakan
otak akibat perlengketan bilirubin inbdirec pada otak terutama pada korpus
striatum da talalmus.Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat berupa :

Mata berputar
Letargi
Kejang
Tidak mau menghisap
Malas minum
Tonus otot meningkat
Leher kaku dan epistotonus
Spasme otot
Ketulian pada nada tinggi ,gangguan bicara ,retardasi mental
Derajat Ikterus Menurut KRAMER ( 1969 )

Derajat Ikterus Daerah Ikterus

Perkiraan

1
2
3
4
5

Bilirubin
6,6 mg %
9,9 mg %
13,2 mg %
16.3 mg %
> 16,5 mg %

Kepala dan leher


Pusat leher
Pusat paha
Lengan + tungkai
Tangan + kaki

kadar

Patofisiologi
Kurang lebih 80-85% biirubin berasal dari penghancuran eritrosit
yang tua..Sisanya 15-20 % bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda
karena proses eritropuesisyang infektif disumsum tulang , hasil metabolisme
protein yang mengandung heme lain seperti sitokrom P 450 hepatik ,katalase
peroksidase ,mioglobin otot dan enzim yang mengandng heme dengan
distribusi luas.
Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari
keempat

mekanisme

ini

,yaitu

over

produksi

,penurunan

ambilan

hepatic,,penurunan konjugasi hepatic,penurunan ekskresi bilirubin kedalam


empedu akibat disfungsi intrahepatik atau mekanik ekstrahepatik

Over Produksi
Peningkkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah

yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi
bilirubin .Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling
sering akibat intravaskuler seperti kelainan auto imun ,mikroangiopati ,atau

hemoglobinopatiatau akibat resorbsi hematom yang besar..Ikterus yang timbul


yaitu ikterus hemolitik.
Konjugasi dan tranfer bilirubin berlangsung normal ,tetapi suplai
bilirubi tidak terkonjugasi melampaui kemamapuan sel hati ..Akibatnya
bilirubin tak terkonjugasi meningkat dalam darah.Karena bilirubin tak
terkonjugasi tidak larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan dalam urine
dan tidak terjadi bilirubinemia .Tetapi pembentukan urobilirubin meningkat
yang mengakibatkan peningkatkan ekskresi dalam urine dan feses
Beberapa penyebab ikterus hemolitik ,hemoglobin abnormal ( cikle
sel anemia) .Kelainan eritrosit ( sferositosis herediter ) ,antibody serum ( Rh
.Inkompatibilitas trasfuse ),Obat obatan .

Penurunan Ambilan Hepatik


Pengambilan

bilirubin

tak

terkonjugasi

dilakuka

dengan

memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima.Beberapa


bat obatan seperti asam flavaspidat ,novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini

Penurunan konjugasi Hepatik


Terjadinya konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin

tak terkonjugasi .Hal ini disebabakan oleh defisiensi enzim glukoronil


trasperase

Penurunan Bilirubin kedalam empedu


Hal ini terjadi akibat disfungsi intrahepatik dan ekstra hepatik

tergantung

ekskresi

bilirubin

terkonjugasi

oleh

hepatosit

yang

aan

menimbulkan masuknya kembali bilirubin kedalam sirkulasi sistemik sehingga


timbul hiperbilirubinemia
Komplikasi
Terjadi kern ikterus atau ensefalopati biliaris.Kern Ikterus adalah
kerusakan otak akibat perleketan bilirubin indirek pada otak terutama pada
korpus striatum ,talamus,nukleus subtalamus hipokampus ,nukleus merah
didasar ventrikel IV

Gejala kern ikterus dapat segera terlihat pada neonatus gejala ini
mungkin sangat ringan dan hanaya memperlihatkan gangguan imunn letargi
dan hipotonia
Sealnjutnya

bayi

ungkin

kejang

,spastik

dan

ditemukan

opistotonus.Pad stadium lanjut mungkin didapatkan adanya asetosis disertai


gangguan pendengaran dan retardasi mental dihari kemudian.Oleh karena
itu,pada penderita hiperbilirubinemiadilakukan pemeriksaan berkala, baik
dalam hal pertumbuhan fisik dan motorik ataupun perkembangsn mental serta
ketajaman pendengaran.
Penatalaksanaan
1) Ikterus Fisiologis
Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi

biasanaya sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
Lakukan asuhan dasar pada bayi
Beri minum bayi sesuai kebutuhan dan kalori yang cukup
Perhatikan frekwensi BAB
Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan atau kedinginan
Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
Mencegah Mencegah terjadinya infeksi
Jika bayi dapat menghisap ,anjurkan ibu untuk menyusui secara dini

dan ASI eklusif lebih sering minimal setiap 2 jam


Jika bayi tidak dapat menyusu beriakn ASI melalui pipa nasogastrik

atau dengan gelas dan sendok


Jaga bayi agar tetap hangat
Ikterus fisisologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat
dirawat jalan dengan nasehat untuk ku njungan ulang setelah tujuh
hari .Jika bayi tetap kuning selama 7 hari maka
- Lakukan penilaian lengkap
- Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus tanyakan apakah
-

kencing sehari semalam atau apakah sering buang air besar


Tindakan
Jika didapatkan klasifikasi lakukan tindakan

o
lanjut

Jika tetap didapatkan klasifikasi ikterus

o
fisiologis :

Disertai kencing 6 kali sehari semalam atau BAB sering


ajari ibu cara menyinari bayi dan kunjungan ulang setelah 14 hari
Disertai kencing 6 kali sehari semalan dan BAB kurang
lakukan penilaian ulang pemberian ASI.
Jika kuning menghilang pujilah ibu
2) Ikterus Patologis
Cegah agar gula darah tidak turun
Jika anak masih bisa menetek mintalah pada ibu untuk menetekkan

anakanya
Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan
ASI atau susu pengganti ,Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air

gula 30-50 cc sebelum dirujuk


Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas

yang berisi 200 cc air masak


Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula

melalaui pipa ansogastrik ,jika tidak rujuk segera


Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama

kehidupan
Rujuk segera.
Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan

membutuhkan pemeriksaan labor lanjut


Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi
dibawah sinar matahari pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit

telentang dan 15 menit telungkup


Cegah kontak kdengan keluarga yang sakt dan cegah trjadiny ainfeksi

Langkah promotif dan Preventif

Menghindari pengguanana obat obatan pada ibu hamil yang berakibat


menimbulkan

ikterus

sulfa,antimalaria,nitrofurantio

,aspirin,

novobiosin oksitosin )

Penanaganan keadaadn ynag berakibat BBLR

Penanaganan infeksi maternal ,KPD secara tepat dan cepat

Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat

Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif

Mengatasi Hiperbilirubinemia

Mempercepat proses konjugasi


Dengan pemberian fenobarbital .Obat ini bekerja sebagai enzim

inducer.sehingga konjugasi dapat dipercepat .Pengobatan dengan cara ini


tidak begitu efektif danmembutuhka waktu 48 jam baru terjadi penurunan
bilirubin yang berarti.Mungkin ini akan lebih bermamafaat apabila
diberiakn pada ibu yang akan melahirkan 2 hari kedepan

Membuka Substrat yang urang untuk Tranformasi dan konjugasi


Contohnya ialah pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang

bebas .Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 15-20


ml/kgBB.albumin dapat segera diberiakn sebelum trasfornasi tukar
dikerjakan oleh karen aalbumin akan mempercepat keluarnya bilirubin di
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang dikatnya lebih mudah
dikeluarkan dengan trasfusi tukar .Pemberian glukosa perlu unruk
konjugasi hepar sehingga berfungsi sebagai sumber energi

Melakakuakn dekompensasi bilirubin denga fototerapi


Walaupun foto terapi dapat menurunkan kadar bilirubin dengan

cepat ,cara ini tidak dapat mengagantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat.Fototerapai dapat diguanakan untuk pra dan pasca tranfusi
tukar

Tranfusi tukar
Pada umumnya trasfusi tukar dilakukan pada :

Pada semua keadaan denga keadaan bilirubin indirek

Kenaiakan kadar bilirubin inbdirek yang cepat yaitu 0,3 -1


mg %/jam

Anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung

Bayi dengan kadar Haemoglobin

Tatalaksana Ikterus Neonatorum :

Tentukan jenis ikters ( Fisologis atau Patologis )

Jika patologis ukur kadar bilirubin .


Jika TSB > 5 mg /dl diatas kurva yang sesuai atau jika kadar TSB >25
mg/dl.Gejala

akute

bilirubin:

Meningkatnya

ketegangana

otot,meregangnya bayi denagn posisi seperti busur ,demam,tangisan


dengan nada tinggi

Terapi sinar dilakukan berdasarkan kadar bilirubin ,usia gestasi ,saat


bayii lahir,usia bayi saat ikterik,

ASI tetap diberikan .Pemberaian ASI atau susu formula setiap 2-3
jam .TSB > 25mg/dl ulangi pengukura dalam 2-3jam.TSB >20-25
ulangi pengukuran dalam 3-4 jam .TSB

Jika kadar bilirubin <13-14>

Terapi sinar dimulai jika ikterus berat

Tentukan apakah bayi memeiliki faktor risiko berikut :Berat lahir

Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan haemoglubin
tentukan golongan darh bayi dan lakukan tes Comb:

Bila kadar bilirubin serum dibawah nilai dibutuhkannya


terapi sinar ,hentikan terapi sinar

Bila kadar bilirubin serum berada atau diatas nilai


dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bial faktor rhesus dan golongan darah ABO bukan


erupakan penyenbab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD
dikeluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

Tentuakn diagnosis banding

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 2002. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga


Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
http://sirwandasugiarto.blogspot.com/2011/12/kumpulan-askeb.html
Sarwono, Prawirohardjo., (2010), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

sarwono Prawirohardjo.
Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehata Masyarakat,

(2004), Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen


-

Kesehatan
Aprilia Nuruh Baety. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan.

Yogjakarta: Graha Ilmu.


Wulanda, Febri Ayu. 2012, Biologi Reproduksi, Jakarta :Salemba Mediaka
Varney, Helen, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakrta: EGC
pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../endokrinologi_kehamilan.pdf (Download

Sabtu, 24-11-2012 pukul 18.00 )


Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dna neonatal, Sarwono

2009
http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayi-barulahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disini-beriberi-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-76406/

Das könnte Ihnen auch gefallen