Sie sind auf Seite 1von 3

AKUNTANSI SOSIAL

Dewasa ini banyak sekali perkembangan yang terjadi, tak hanya teknologi, ilmu dan
pengetahuan pun juga ikut menunjukkan perkembangannya. Dalam ilmu akuntansi,
perkembangan ditunjukkan dengan semakin banyaknya bidang kajian baru yang menjadi
turunan dari akuntansi, salah satunya adalah akuntansi sosial. Sejauh ini, beberapa sumber
mendefinisikan akuntansi sosial sebagai penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap
konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah
dan wirausahawan.
Berkembangnya akuntansi sosial dimulai tahun 1900, para ekonom telah mencoba
untuk memasukkan manfaat sosial dan biaya sosial dalam model-model teori ekonomi mikro
neo klasik. Beberapa gerakan massa pada tahun 1960-an,terutama yang ditujukan untuk
membuat pemerintah dan bisnis lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki
andil dalam memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat sosial. Pada tahun 1960-an juga
terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih banyak orang menyadari
dampak dari industrialisasi pada kualitas udara, tanah dan air. Undang-undang pun disahkan
untuk melindungi sumber daya alam ini dan mengendalikan pembuangan limbah beracun.
Konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an,sehingga menimbulkan gerakan hak-hak
konsumen. Kelompok-kelompok konsumen berusaha untuk membuat para pelaku bisnis dan
produk-produk mereka lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen.
Walaupun perkembangan akuntansi sosial lebih dahulu berkembang di barat, bukan
berarti Indonesia tidak merasakan permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang pernah
melanda Indonesia salah satunya adalah krisis ekonomi yang mengakibatkan timbulnya
berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi, seperti tingkat suku
bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan sangat
rentan terhadap masalah-masalah sosial.
Lalu bagaimana tanggapan dari pihak pihak yang terkait dalam menanggapi
permasalahan sosial yang terjadi? Banyak perusahaan dan asosiasi industri justru
melawannya melalui ketidakpatuhan, dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa
beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan
memiliki dampak ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi
undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya. Sedangkan bagi akuntan, dengan di
berlakukannya undang-undang yang menetapkan program-program sosial pemerintah, merasa
bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian mereka untuk mengukur efektivitas dari
program tersebut. Para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung
jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan yang akan tertarik
dengan data-data ini.
Karena akuntansi sosial telah menjadi bagian dari kajian ilmu akuntansi, maka
mulailah dikaji untuk akuntansi manfaat dan biaya sosial. Menurut Pigou, biaya sosial terdiri
atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa memperdulikan siapa yang
membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen di sebut sebagai biaya pribadi, selisih
antara biaya sosial dan biaya pribadi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan
yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut
tidak membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Ketika akuntan mengukur manfaat
pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka
bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional.
Sedangkan
mengenai
teori
akuntansi sosial, berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu kontrak sosial
K.V. Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas
biaya dan manfaat sosial. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak
tidak tertulis untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Untuk menentukan

biaya dan manfaat sosial dapat dilakukan dengan memeriksa proses distribusi dan produksi
perusahaan individual guna mengidentifikasikan bagaimana kerugian dan kontribusi serta
menentukan bagaimana hal itu terjadi.jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi di
periksa mungkin ditemukan produk sampingan yang negatif diciptakan bersama-sama dengan
produk yang berguna. pada titik ini dalam proses produksi biaya sosial, seperti polusi udara
dan air. Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian
serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung.
Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung. Untuk mengukur
suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan
dampak. Dalam beberapa peristiwa, waktu mengambil andil dalam menghasilkan biaya sosial
dalam jangka beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran,
penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya
diberikan bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek. Sedangkan yang menjadi
dampaknya adalah fisik, ekonomi, psikologis dan sosial.
Dalam pelaporan kinerja sosial, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Dimulai dari audit sosial yang mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang
regular. Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan denga membuat para manajer menyadari
konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka. Yang kedua adalah dalam laporan sosial,
Linowes kedalam tiga kategori, yaitu hubungan dengan manusia, hubungan dengan
lingkungan dan hubungan dengan produk. Selain itu, Ralph Estes mengembangkan suatu
model yang menggunakan perspektif pigou mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia
menghitung manfaat sosial sebagai seluruh konstribusi kepada masyarakat yang berasal dari
operasi perusahaan (misalnya : lapangan kerja yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan
lingkungan). Biaya sosial meliputi seluruh biaya operasi perusahaan yang kemudian
dikurangkan dari manfaat sosial untuk memperoleh manfaat atau biaya neto. Selanjutnya
dalam pengungkapan dalam laporan tahunan, beberapa riset menyimpulkan bahwa
pengungkapan sosial oleh perusahan-perusahaan di Indonesia relatif masih sangat rendah.
Hal ini diduga disebabkan perusahaan belum memanfaatkan laporan tahunan sebagai media
komunikasi antara dan pemangku kepentingan.kemungkinan lain bahwa perusahan
memanfaatkan laporan tahunan sebagai laporan kepada pemegang saham dan kreditor atau
sebagai informasi bagi calon investor. Perusahaan-perusahaan Eropa sudah mempelopori
pengungkapan informasi sosial, baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan.
Beberapa pos yang terlibat dalam laporan tersebut adalah : laporan kerja, gaji dan perubahan
sosial, kesehatan dan jaminan kerja, kondisi kerja lainnya, pelatihan, hubungan industri dan
pengaturan sosial lainnya yang berbentuk relevan.
Riset dalam akuntasi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek
yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai menyurvei pengguna
potensial dari data akuntansi sosial. Akan tetapi, riset akademis saat ini terutama berkaitan
dengan kegunaan dari data akuntansi sosial bagi investor. Studi mengenai kegunaan informasi
sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu survey atas investor
potensial dan pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Walaupun dimensi-dimensi akuntansi sosial masih banyak menyimpan berbagai
permasalahan, namun hal tersebut bukan merupakan alas an utama untuk tidak meneruskan
pencarian-pencarian penting untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Aspek keprilakuan terutama oleh pihak investor, akan sangat menentukan perkembangan
akuntansi sosial dimasa akan datang. Terlepas dari itu semua, akuntansi sosial telah menjadi
salah satu cabang akuntansi yang mencoba menguraikan dampak dari berdirinya suatu entitas
bisnis baik bagi lingkungan internalnya maupun eksternalnya. Banyak pihak yang meyakini

bahwa tidak hanya aspek-aspek keuangan, namun juga aspek seperti politik, budaya, dan
kondisi ekonomi makro sangat berperan dalam mendukung entitas bisnis.
(Sumber : Arfan Ikhsan Lubis dalam buku Akuntansi Keperilakuan Edisi 2)
Contoh Kasus :
PT. Inti Indorayon Utama saat ini telah berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari
(PT TPL). PT ini berdiri pada tahun 1983 di Porsea Kabupaten Toba Sumatra Utara.
Sebenanrnya dari awal pendirian saja PT ini sudah menuai banyak protes khususnya dari
warga setempat dan Walhi karena dianggap tidak peduli akan lingkungan. Namun PT ini
dapat terus beroperasi setelah adanya negosiasi yang alot, tentu PT TPL mengeluarkan uang
yang tidak sedikit untuk memuluskan hasratnya.
PT TPL sendiri telah memiliki Amdal. Namun Amdal yang dimiliki PT TPL yang
telah berkoar bahwa tidak ada kerusakan lingkungan ataupun pencemaran lingkungan di
daerah Porsea patut dipertanyakan keabsahannya. Amdal yang dimiliki PT TPL tidak
independen, sehingga hasil penelitiannya bisa dinilai tidak objektif. Lebih-lebih hasil
penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian dari Walhi atau badan Amdal lain.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan PT TPL menurut BPPT 1989 adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kekotoran air di Sosorpasir mencapai 12.000 bakteri cloriform/mil
2. Pembabatan hutan lindung (1992)
3. Perusakan ruas jalan akibat truk pengangkutan kayu gelondongan (1993)
4. Bencana tanah longsor akibat pembabatan 50.000 Ha menelan 13 korban jiwa serta
merusak 30 Ha sawah dan 6 Ha ladang.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut diatas tentu dipicu dari sikap serakah manusia yang ingin
mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal yang paling sedikit. Akhirnya
eksploitasi alam secara besar-besaran tanpa memikirkan dampaknya menjadi jawaban
mereka.
Komentar :
Menurut kelompok kami, kasus PT TPL sangat mewakili tentang aplikasi dari
akuntansi sosial dalam permasalahan yang nyata. Seperti yang kita lihat, sudah banyak sekali
kerugian yang dibuat PT TPL. Jangka waktu terjadinya pun juga tidak main main hampir
lebih dari 20 tahun tanpa penyelesaian. Tentunya kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi
perusahaan lain, yang mungkin pernah tersangkut kasus sosial ataupun perusahaan lain.
Betapa pentingnya lingkungan dalam kaitannya mendukung usaha yang dilakukan. Karena
jika lingkungan sosial sudah tidak bisa searah dengan perusahaan, saling merugikan, tentunya
sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Bukan lai keuntungan besar yang didapat, justru
malah kerugian besar besaran yang diterima. Walaupun dampaknya tidak dapat dirasakan
secara langsung, alangkah lebih baiknya juka mampu diantisipasi mulai saat ini.
(sumber : http://satriasheva7.blogspot.co.id/2008/11/kasus-pt-inti-indorayon-utama.html)

Das könnte Ihnen auch gefallen