Sie sind auf Seite 1von 33

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek pabrik pabrik rokok PT. Gudang Jember Tbk. ini dimaksudkan untuk
mendukung dan memperlancar proyek pengembangan potensi pabrik rokok yang
berada di wilayah Kecamatan Ajung Kabupaten Jember. Hal ini sesuai dengan
rencana produksi rokok besar-besaran yang berada dalam wilayah pertanian
tembakau yang diperuntukan sebagai kawasan industri rokok. Sehingga
keberadaan

kegiatan

tersebut

diharapkan

dapat

memacu

pertumbuhan

pembangunan dan perkembangan wilayah Kabupaten Jember.


Dampak penting yang diperkirakan akan timbul setelah pelaksanaan proyek
ini dapat terjadi pada berbagai komponen lingkungan yang meliputi komponen
fisika-kimia, biologi serta sosial ekonomi, sosial budaya dan kesejahteraan
masyarakat. Dampak yang diperoleh dapat berupa dampak positif maupun negatif
baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dalam skala ruang dan waktu yang
berbeda sesuai dengan tahapan pelaksanaan proyek.
Dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi dapat diminimalkan atau
diperkecil melalui pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berupa
tindakan atau upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak penting yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif dan
pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup yang berupa tindakan pemantauan
terhadap perubahan komponen atau parameter lingkungan hidup sebagai dampak
penting yang akan timbul sebagai akibat pelaksanaan proyek.
Guna melaksanakan pengelolaan lingkungan yang baik sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang diharapkan, diperlukan pedoman atau petunjuk pelaksanaan
sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan berupa
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan
bagian dokumen AMDAL proyek pabrik rokok PT. Gudang Jember Tbk. yang
wajib disusun dan dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pelaksanaan
pengelolaan lingkungan kawasan wisata pantai. Pelaksanaan RKL juga diperlukan
bagi pihak lain yang berkepentingan antara lain:

Institusi Pemerintah sebagai perencana kegiatan pelaksana dan pengawas


pembangunan serta pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pabrik rokok
dan sekitarnya.

Masyarakat di sekitar lokasi pabrik rokok terutama yang akan terkena


dampak penting.

Pemerhati lingkungan termasuk LSM, pakar dan masyarakat umum


lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL


Tidak semua proyek atau rencana kegiatan wajib dilengkapi dengan
AMDAL. Daftar kegiatan yang wajib dilengkapi studi AMDAL dapat dilihat
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KepMen LH) No. 17 Tahun
2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan AMDAL atau dapat juga diperoleh dari kantor Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH) atau pemerintah daerah yang bersangkutan. Apabila rencana
kegiatan mendapat izin dan melanjutkan pelaksanaan kegiatan, pemrakarsa
diwajibkan melakukan hal-hal yang telah tertera dalam:

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) untuk mengendalikan


dampak

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk memantau


dampak
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,

mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang


bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana
suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasardasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
1.3 Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup
1.3.1 Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk:

Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta


pemborosan sumber daya alam secara lebih luas.

Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di


sekitarnya.

Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan


hidup.

Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

1.3.2 Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk:

Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya


proporsi aspek ekonomis, teknis dan lingkungan.

Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).

Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.

Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan


dengan masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang
saling merugikan.

Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

1.3.3 Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk:

Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu
kegiatan sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat
memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut.

Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya


pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga
kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.

Terlibat

dalam

proses

pengambilan

keputusan

terhadap

rencana

pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan


mereka.
1.4. Kedudukan RKL dalam AMDAL
Menurut Suratmo, (1999) kedudukan RKL dalam AMDAL dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan.

2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang


sederhana, dan dampaknya terhadap lingkungan adalah kecil.
3. Penanganan dampak dimulai dan pemilihan alternatif.
4. Penanganan dampak memerlukan biaya.
5. Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan ditapak
positif oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan upaya pengelolaan
dampak positif.
1.5. Peraturan Perundang-undangan
Dalam penyempurnaan Studi AMDAL, beberapa peraturan-peraturan yang
digunakan sebagai acuan adalah peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh
Pemerintah RI untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
diantaranya :
1. Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang-undang RI No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan
4. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
Kep-02/MENKLH/I/1998 Tentang Pedoman Penentuan Baku Mutu
Lingkungan
5. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL
6. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
Kep-13/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Penyusunan Keanggotaan
dan Tata Kerja Komisi AMDAL
7. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL

8. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

No.

Kep-

39/MENLH/08/1996 Tentang Jenis Kegiatan Yang Harus Dilengkapi


Dengan AMDAL
9. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Penentuan Dampak Penting
10. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. 299/II/1996 Tentang Pedoman Teknia

Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL


11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu
Menteri Negara Lingkungan Hidup
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu.
Pasal 1
1. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
2. Industri rokok dan/atau cerutu adalah usaha dan/atau kegiatan di
bidang pengolahan tembakau dan/atau bahan campuran lainnya
menjadi rokok dan/atau cerutu.
3. Proses primer basah adalah proses pengolahan cengkeh dan/atau
tembakau yang menggunakan air dalam proses perendaman.
4. Proses primer kering adalah proses pengolahan cengkeh dan/atau
tembakau yang menggunakan steam untuk melembabkan olahan
cengkeh dan/atau tembakau.
5. Proses sekunder adalah proses lanjutan dari proses primer pada
produksi rokok dan/atau cerutu yang antara lain meliputi proses
pelintingan, pengepakan sampai proses akhir.
6. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari limbah
domestik industri rokok dan/atau cerutu seperti limbah yang

berasal dari MCK dan penggunaan air lainnya yang diperuntukkan


untuk karyawan industri tersebut.
7. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
8. Laut adalah ruang wilayah lautan yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional.
9. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
10. Mutu air limbah adalah kondisi kualitas air limbah yang diukur
dan diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
11. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur

pencemar yang

ditenggang

keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas


ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
12. Pemanfaatan kembali adalah penggunaan kembali air limbah
industri rokok dan/atau cerutu yang telah diproses di instalasi
pengolahan air limbah dan/atau instalasi lainnya untuk proses
produksi dan/atau proses pendukung produksi.
13. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih di outlet instalasi
pengolahan air limbah dan/atau outlet instalasi pengolah air limbah
industri rokok dan/atau cerutu lainnya dan/atau inlet pemanfaatan
yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan
baku mutu air limbah.
14. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses
produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi
sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak
berfungsinya peralatan tersebut.

15. Keadaan darurat adalah keadaan tidak berfungsinya peralatan


proses produksi dan/atau instalasi pengelolaan air limbah tidak
beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam,
kebakaran, dan/atau huru-hara.
16. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur
pencemar dalam air limbah

yang

diperbolehkan dibuang ke

sumber air.
17. Menteri

adalah

menteri

yang

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.


Pasal 2
(1) Baku mutu air limbah bagi industri rokok dan/atau cerutu terbagi
dalam empat kategori yang meliputi:
a. Kategori I, sumber air limbah yang berasal dari proses primer

basah dan sumber air limbah yang berasal dari proses sekunder,
termasuk sumber air limbah yang hanya berasal dari proses primer
basah
b. Kategori II, air limbah industri kategori I digabung dengan air

limbah domestik
c. Kategori III, sumber air limbah yang berasal dari proses primer

kering dan/atau sumber air limbah yang berasal dari proses


sekunder, termasuk industri cerutu dan industri rokok tanpa
cengkeh, dan
d. Kategori IV, air limbah industri kategori III digabung dengan air

limbah domestik
(2)

Baku mutu air limbah bagi industri rokok dan/atau cerutu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan kadar


maksimum.
Pasal 3
Baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri ini setiap saat tidak boleh dilampaui.

Pasal 4
(1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan:
a) baku mutu air limbah bagi industri rokok dan/atau cerutu dengan
ketentuan sama atau lebih ketat daripada baku mutu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini; dan/atau
b) parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri

ini setelah mendapat

persetujuan Menteri.
(2)

Menteri dapat menyetujui atau menolak parameter tambahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan


puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan instansi teknis terkait.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Menteri tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui.
(4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Baku mutu air limbah dan/atau penambahan parameter sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi.
Pasal 5
Dalam hal pemerintah daerah provinsi menetapkan baku mutu air limbah
bagi industri rokok dan/atau cerutu lebih ketat dari baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberlakukan baku mutu air
limbah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.
Pasal 6
Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari
industri rokok dan/atau cerutu mensyaratkan baku mutu air limbah lebih
ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 4 ayat (1), diberlakukan baku mutu air

limbah

bagi

industri rokok dan/atau cerutu sebagaimana

yang

dipersyaratkan oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL.


Pasal 7
Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi industri
rokok dan/atau cerutu mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat
daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1), Pasal 4 ayat (1), atau Pasal 6 diberlakukan baku mutu air limbah
berdasarkan hasil kajian.
Pasal 8
a. Penanggung jawab industri rokok dan/atau cerutu wajib:
b. memenuhi baku mutu air limbah
c. melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang
dibuang tidak melampaui baku mutu air limbah
d. menggunakan sistem saluran air limbah kedap air sehingga tidak
terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;
e. memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet instalasi
pengolahan air limbah dan outlet instalasi pengolahan air limbah
serta inlet pemanfaatan kembali apabila air limbah yang dihasilkan
dimanfaatkan kembali;
f. melakukan pencatatan debit harian

air limbah baik untuk air

limbah yang dibuang ke sumber air dan/atau laut, dan/atau yang


dimanfaatkan kembali;
g. melakukan pencatatan pH harian air limbah; tidak melakukan
pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah;
h. melakukan pencatatan jumlah

bahan baku dan produk harian

senyatanya;
i. memisahkan saluran pembuangan

air limbah dengan saluran

limpasan air hujan;


j. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
k. memeriksakan kadar parameter

air limbah ini secara berkala

paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di laboratorium

yang

terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Negara

Lingkungan Hidup
l. menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH harian,
penggunaan bahan baku, jumlah produk harian, dan

kadar

parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf e, huruf


f, huruf h, dan huruf k secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 3 (tiga) bulan kepada bupati/walikota dengan tembusan
kepada gubernur dan Menteri serta instansi lain yang terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
m. melaporkan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada
gubernur dan Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/atau
keadaan darurat yang

mengakibatkan

baku mutu air limbah

dilampaui serta rincian upaya penanganannya paling lambat 2 X


24 jam.
Pasal 9
(1)

Bupati/walikota wajib mencantumkan baku mutu air limbah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 6,
atau Pasal 7 serta kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ke
dalam persyaratan izin pembuangan air limbah bagi industri rokok
dan/atau cerutu yang membuang air limbahnya ke sumber air.
(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri untuk
memberikan izin pembuangan air limbah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006
tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke
Laut wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 6, atau Pasal 7 serta
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ke dalam persyaratan izin
pembuangan air limbah bagi industri rokok dan/atau cerutu yang
membuang air limbahnya ke laut.

Pasal 10
a. Apabila baku mutu air limbah bagi industri rokok dan/atau cerutu
telah
b. ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini:
c. lebih ketat atau sama dengan baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap
berlaku;
d. lebih longgar dari baku mutu air limbah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Menteri ini, wajib disesuaikan dengan baku mutu
air limbah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri ini
paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri
ini.
1.6. Identitas Pemrakarsa
Nama Proyek
Pekerjaan

: Pabrik Rokok PT. Gudang Jember Tbk.


: Penyusunan Dokumen KA-ANDAL,

Pemimpin Proyek
Penanggung Jawab AMDAL
Lokasi Proyek

ANDAL, RKL dan RPL


: Drs. Imron Rosyidi
: Dra. Retno Wimbaningrum S.Si, M.Si
: Desa Klompangan Kecamatan Ajung,
Kabupaten Jember

1.7. Identitas Penyusun AMDAL


Penanggungjawab Proyek
Ketua Tim Ahli
Ahli Hidro-Oseanografi
Ahli Kimia-Fisika
Ahli Biologi
Ahli SosEkBudKesmas

:
:
:
:
:
:

Prof. Sudarmadji Ph.D


Dr. Teguh
Dr. Dwi Setyati
Dr.rer.nat. Kartika Senjarini
Dra. Mahriani
Dr. Hari Sulistyowati S.Si M.Sc

BAB 2. PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Pengelolaan lingkungan kegiatan proyek industri rokok untuk produksi
rokok ini dilaksanakan dengan menggunakan salah satu atau berbagai pendekatan
pengelolaan lingkungan hidup. Pendekatan pengelolaan lingkungan hidup untuk
menangani setiap dampak besar dan penting yang telah diprediksikan dalam Studi
ANDAL ditentukan dan dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara
lain: .

Karakteristik dampak yang dikelola

Tujuan pengelolaan dampak

Efektifitas dan ketepatan pelaksanaan pengelolaan

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengolahan

Kendala, waktu, dana dan tenaga dalam pelaksanaan pengelolaan.


Pendekatan pengelolaan lingkungan yang digunakan untuk menangani

dampak besar dan penting Rencana kegiatan proyek industri rokok untuk produksi
rokok ini meliputi:
2.1 Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan
untuk mengelola dampak besar dan penting. Berdasarkan pertimbangan
berbagai aspek sebagaimana telah disebutkan diatas, maka untuk mengelola
suatu dampak dipilih suatu cara atau teknologi yang tepat, efektif, efesien dan
dapat dilaksanakan. Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) ditempuh dengan cara:

Membatasi dan mengisolasi limbah


Melakukan minimasi limbah dengan mengurangi jumlah /volume
limbah (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) atau mendaur
ulang (recycle).

2.2 Pendekatan Sosial Ekonomi


Pendekatan sosial ekonomi adalah langkah langkah yang akan ditempuh
Pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak besar dan penting melalui

tindakan-tindakan yang berdasarkan pada interaksi sosial dan bantuan peran


Pemerintah. Bantuan peran pemerintah diharapkan karena keterbatasan
kemampuan pemrakarsa.
2.3 Pendekatan Institusi
Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar dan penting.
Mekanisme pelaksanaan pendekatan antara lain dalam bentuk kerjasama
dengan instansi atau lembaga yang terkait dengan pengelolaan lingkungan,
serta pengawasan dan pelaporan hasil pengelolaan lingkungan.

BAB 3. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


3.1 Prinsip Dan Mekanisme Pengeloaan Lingkungan
Prinsip dasar dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dalam
proyek Pabrik Rokok adalah sebagai berikut:

Minimalisasi dampak negatif dan optimalisasi dampak positif

Penetapan dampak yang perlu dikelola

Penetapan upaya pengelolaan dampak

Kejelasan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab pihak yang terkait

3.2. Rencana Pengelolaan Lingkungan


3.2.1 Tahap Praoperasi

Survei dan perijinan


Kegiatan survei dan perijinan meliputi pengukuran lapangan dan
pengajuan ijin. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Oktober 2011.

Sosialisasi Rencana Kegiatan


Berdasarkan wawancara langsung kepada Bapak Tukiman selaku ketua
pengelola irigasi sawah di desa Klompangan dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar masyarakat kurang mendukung adanya rencana proyek
pembangunan pabrik rokok tersebut karena beberapa alasan, antara lain:
1. Karena dengan adanya proyek tersebut akan menghilangkan mata
pencaharian sebagai petani di desa sehingga akan mengurangi
pendapatan dan menambah angka kemiskinan masyarakat.
2. Karena pembangunan proyek tersebut memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan sekitar proyek.

Sehingga menimbulkan

kekhawatiran masyarkat terhadap limbah berbahaya dari proyek.


Akan tetapi berdasarkan sebagaian masyarakat mendukung dan merasa
perlu adanya pengembangan lebih lanjut. Hal ini karena potensi tembakau
yang ada di Jember cukup besar. Sehingga apabila masyarakat kurang
mendukung adanya proyek tersebut diatas maka akan dilakukan sosialisasi
dan pelatihan untuk pengembangan potensi SDA dan SDM dikawasan
tersebut.

Pengadaan lahan
Proses pengadaan lahan diwilayah desa Klompangan sejumlah 50 Ha.
Lahan yang digunakan untuk bangunan pabrik hamper 50% dimiliki oleh
pemrakarsa. Dan disekitar lahan dekat dengan pertanian tembakau yang
cukup luas. Perubahan alih fungsi lahan menjadi bangunan pabrik
dilakukan dengan pembelian tanah per m2. Sehingga sebagian kecil para
pemilik sawah yang dialihfungsikan lahannya untuk mendirikan pabrik
rokok tidak akan merasa keberatan dibeli oleh proyek.

3.2.2 Tahap Operasi

Rekruitmen Tenaga Kerja


Pada tahap ini dibutuhkan tenaga kerja sekitar 150 orang buruh bangunan,
5 orang tenaga pelaksana dan 2 orang site manajer (sarjana).

Mobilisasi Peralatan dan Material


Mobilisasi peralatan dan material menggunakan jalan Raya Ajung
Klompangan Kabupaten Jember.

Pematangan Lahan
Kegiatan ini akan mengubah fungsi lahan yang berupa sawah. Peralihan
fungsi lahan ini akan mempengaruhi produktivitas lahan lainnya.

Pembangunan fisik bangunan


Pembangunan fisik bangunan akan menurunkan kualitas lingkungan ynag
berupa kualitas udara, kebisingan, dan penurunan kualitas air.

Pemasangan Peralatan
Pemasangan peralatan akan sama dampaknya dengan pembangunan fisik
bangunan. namun dalam skala yang lebih rendah karena waktu
pemasangannya yang relatif lebih cepat dibanding waktu pembangunan
fisik lainnya.

3.2.2.1 Tahap Pengelolaan Lingkungan


3.2.2.1.1 Komponen Fisik-Kimia
1) Kualitas Air Sungai
a) Dampak penting dan sumber dampak penting.

Dampak penting yang timbul berupa :

Penurunan kualitas air karena adanya pencemaran air sungai oleh


aktivitas masyarakat maupun proyek disekitar pabrik.
Sumber Dampak
Pembangunan fasilitas pabrik dan adanya aktivitas masyarakat yang
tinggal di sekitar proyek seiring perkembangan proyek
b) Tolok ukur dampak
Penurunan kualitas air sebagai akibat meningkatnya konsentrasi B3
dan perubahan sifat fisik dan kimia sungai yang mengakibatkan
kerugian pada masyarakat sekitar.
c) Tujuan pengelolaan lingkungan
Mencegah penurunan kualitas air sebagai akibat kegiatan proyek.
d) Pengelolaan lingkungan

Melakukan uji toksisitas sedimen (TCLP: Toxicity Characteristic


Leaching Procedure) untuk mengetahui potensi pencemaran dan
toksisitas logam berat dari bahan B3 lain yang terdapat dalam
sedimen.

Melakukan analisis jenis-jenis logam berat dari B3 dalam sedimen


sungai. Apabila sedimen mengandung logam berat dan B3 lainnya
atau toksisitasnya cukup tinggi, maka penanganan material proyek
perlu perlakuan khusus, untuk mencegah pencemaran tanah dan air
tanah oleh logam berat B3 yang terdapat dalam material DAS.

e) Tujuan pengelolaan lingkungan


Mengendalikan atau memperkecil dampak pencemaran terhadap
penurunan kualitas air.
f) Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan di 2 desa: Desa Suka Makmur dan Desa
Klompangan Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.
g) Periode Pengelolaan
Selama kegiatan tahap produksi rokok.
h) Biaya pengelolaan lingkungan

Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa, yang berupa biaya


operasional.
i) Institusi Pengelola

Pelaksana

: Pemrakarsa

Pengawas

: Dinas Perairan dan Universitas setempat

Pelaporan hasil

: KAPELDA dan BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur

2) Kualitas Air Tanah Sekitar Proyek


a) Dampak penting dan sumber dampak penting.

Dampak penting yang timbul berupa :


Penurunan kualitas air karena adanya pencemaran air limbah cair
seperti kegiatan MCK

Sumber Dampak
Limbah domestik (rumah tangga) sebagai akibat dari adanya fasilitas
sanitasi (MCK) masyarakat maupun proyek disekitar pabrik.
b) Tolok ukur dampak
Penurunan kualitas air sebagai akibat kegiatan MCK yang
mengakibatkan kerugian pada masyarakat sekitar.
c) Tujuan pengelolaan lingkungan
Mencegah penurunan kualitas air seperti baku mutu untuk biologi
sebagai akibat kegiatan MCK.
d) Pengelolaan lingkungan
Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik
sederhana di lingkungan proyek dan sekitar dengan tujuan mengurangi
beban pencemaran lingkungan khususnya biologi.
e) Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengendalikan atau memperkecil dampak pencemaran terhadap
penurunan kualitas air.
f) Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan di dalam proyek di Desa Klompangan
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.

g) Periode Pengelolaan
Selama kegiatan tahap produksi rokok.
h) Biaya pengelolaan lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa, yang berupa biaya
operasional.
i) Institusi Pengelola

Pelaksana

: Pemrakarsa

Pengawas

: Dinas Perairan dan Universitas setempat

Pelaporan hasil

: KAPELDA dan BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur

3) Kualitas Udara
a)

Dampak penting dan sumber dampak penting.


Dampak penting yang timbul berupa :
Penurunan kualitas udara karena adanya limbah asap, limbah cair
dan padat organik maupun anorganik dari proses produksi

Sumber Dampak
Adanya asap yang ditimbulkan dari hasil proses produksi rokok dan
adanya limbah cair dan padat proses produksi

b)

Tolok ukur dampak


Penurunan kualitas udara sebagai akibat proses produksi rokok yang
mengakibatkan kerugian pada masyarakat sekitar misalnya penurunan
kualitas udara.

c)

Tujuan pengelolaan lingkungan


Mencegah penurunan kualitas udara.

d) Pengelolaan lingkungan
1. Memasang scruber pada cerobong asap.
2. Merawat mesin industry agar tetap baik dan melakukan pengujian
secara berkala.
3. Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara pada kadar sulfur
rendah.
4. Penggunaan masker pada masyarakat maupun karyawan proyek

5. Pengelolaan limbah padat anorganik seperti plastik maupun sisa


kertas yang tidak terpakai dalam proses produksi dapat di daur
ulang dengan metode 3R (reuse, reduce dan recycle)
e)

Tujuan pengelolaan lingkungan


Mengendalikan atau memperkecil dampak pencemaran terhadap
penurunan kualitas udara.

f)

Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan di dalam proyek di Desa Klompangan
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.

g)

Periode Pengelolaan
Selama kegiatan tahap produksi rokok.

h)

Biaya pengelolaan lingkungan


Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa, yang berupa biaya
operasional.

i)

Institusi Pengelola

Pelaksana

: Pemrakarsa

Pengawas

: BLH dan Universitas setempat

Pelaporan hasil

: KAPELDA dan BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur

3.2.2.1.2 Komponen Biologi


1) Biota darat
a) Dampak penting dan sumber dampak penting

Dampak penting
Penurunan jumlah dan jenis Flora dan Fauna

Sumber dampak
Penebangan pohon dan pengalihfungsian lahan sawah menjadi
bangunan pabrik

b) Tolak Ukur dampak

Jumlah, jenis, keanekaragaman dan sebaran Flora

Luasan lahan yang dihilangkan (%)

c) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Membuat penghijauan di lingkungan pelayaran

Meningkatkan keanekaragaman tanaman serta peran dan fungsinya


dalam ekosistem

d) Pengelolaan Lingkungan

Pelaksanaan pengelolaan kegiatan penghijauan berupa penanaman


tanaman penghijauan dan tanaman hias. Tanaman penghijauan
berupa tanaman peneduh antara lain, angsana, beringin, bungur,
flamboyan, tanjung dan waru; tanaman hias yang sekaligus
berfungsi sebagai pengarah angin antara lain palem raja, palem hias
dan kelapa serta tanaman hias antara lain, bougenvil, kembang
sepatu, puring, teh-tehan, krokot dan rumput manila.

Tanaman penghijauan ditanam dengan jarak 5-8 meter pada lokasi


lahan terbuka 40% dari lahan yang digunakan untuk 1,2 Ha, pada
tepi jalan, tepi saluran dan sekeliling batas lahan proyek.
Sedangkan tanaman hias dapat dikombinasikan dengan tanaman
penghijauan pada lahan terbuka maupun pada lahan untuk taman.
Teknis pelaksanaan penghijauan didesain melalui perencanaan
detail proyek (DED) dengan mempertimbangkan peran dan fungsi
tanaman penghijauan dalam ekosistem serta estetika.

e) Lokasi pengelolaan
Lokasi penghijauan yaitu dalam kawasan tapak proyek pada lahan
terbuka, tepi jalan, tepi saluran, lahan keliling tapak proyek, tepi
pantai dan taman.
f) Periode Pengelolaan
Penanaman

tanaman

penghijauan

dilaksanakan

selama

tahap

konstruksi
g) Biaya Pengelolaan lingkungan
Biaya pelaksanaan penghijauan bersumber dari Pemrakarsa proyek
yang berupa biaya investasi. Pembelian tanaman, pupuk, dan peralatan
biaya personil dan biaya operasional.
h) Institusi Pengelola

Institusi pengelola terdiri dari:


Pelaksana
Pengawas

: Pemrakarsa
: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten

Pelaporan Hasil

Jember
: KAPEDALDA

Kabupaten

Jember

dan

BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur


2) Biota Air Plankton Benthos
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak Penting
Penurunan keanekaragaman plankton dan benthos
b) Sumber dampak
Kegiatan proyek yang menimbulakan pencemaran limbah melalui
serapan tanah yang kemudian mengalir ke air sungai. Selain itu
dampak dari proyek pembangunan juga mempengaruhi kualitas air
sungai.
c) Tolok Ukur Dampak
Jumlah individu, jumlah jenis dan indeks keanekaragaman plankton
dan benthos.
d) Tujuan Rencana Pengelolaan
Memperkecil penurunan keanekaragaman plankton dan benthos
e) Pengelolaan Lingkungan
Pelaksanaan pembangunan bangunan dan produksi rokok bertahap
dengan menggunakan metoda dan peralatan yang dapat menyedot
langsung lumpur dan tidak menimbulkan pengadukan dan penyebaran
lumpur ke perairan sekitar
f) Lokasi Pengelolaan
Pada area sepangang aliran sungai di lokasi proyek.
g) Periode Pengelolaan
Selama masa pada tahap konstruksi
h) Biaya pengelolaan

Biaya pelaksanaan pengelolaan bersumber dari pemrakarsa terdiri dari


biaya sewa peralatan dan perlengkapannya, biaya personil dan
operasional
i) Institusi Pengelola
Pelaksana
Pengawas

: Pemrakarsa
: Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Jember

Pelaporan Hasil

dan Kantor Perairan Kabupaten Jember


: KAPEDALDA Kabupaten Jember

dan

BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur


3.2.2.1.3 Komponen Sosial, Ekonomi, Sosial
1) Ketenagakerjaan
a) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Dampak Penting

Peningkatan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar.

Menurunnya angka pengangguran

Sumber Dampak Penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas proyek

b) Tolok Ukur Dampak

Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek.

Jumlah penduduk yang mengembangkan usaha yang berkaitan


dengan aktivitas pertanian tembakau

Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur.

c) Tujuan Pengelolaan
Mengurangi angka pengangguran.
d) Pengelolaan Lingkungan:
Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan desa dan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember, dengan mengutamakan
tenaga kerja lokal.
e) Lokasi Pengelolaan : tapak proyek dan sekitarnya
f) Periode Pengelolaan : awal dari proses penerimaan tenaga kerja
g) Pembiayaan

Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya personil dan


operasional
h) Institusi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa

Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transamigrasi Kab. Jember

Pelaporan

KAPEDALDA

BAPPEDAL Propinsi

Kab.

Jember

dan

Jawa Timur

2) Mata Pencaharian
a) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Dampak Penting

Peningkatan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar

Menurunnya angka pengangguran

b) Sumber Dampak Penting


Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pabrik
c) Tolak Ukur Dampak

Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek

Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur

d) Tujuan Pengelolaan

Mengurangi angka pengangguran

Mencegah peningkatan kekersan masyarakat

e) Pengelolaan Lingkungan:

Perekrutan tenaga kerja bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja


dan Transmigrasi Kabupaten Jember

Pembinaan usaha pada masyarakat sekitar yang dapat menunjang


kegiatan proyek rokok

f) Lokasi Pengelolaan : Proyek dan sekitarnya


g) Periode Pengelolaan : selama proses operasi proyek
h) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan digunakan untuk biaya operasional dan upah


personil

i) Institusi Pengelola :

Pelaksana : Pemrakarsa

Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. SukaJaya

Pelaporan : KAPEDALDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL


Propinsi Jawa Timur

3) Persepsi Masyarakat
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak penting

Munculnya persepsi negatif akibat adanya gangguan kesehatan,


kenyamanan dan keamanan.

Sumber dampak

Limbah asap pabrik menurunkan kualitas udara

Limbah cair (B3) menurunkan kualitas fisik, kimia dan biologi

Mobilisasi peralatan dan material bangunan

b) Tolak ukur dampak :

Persepsi masyarakat terhadap proyek

Tingkat kerusakan jalan desa

Frekuensi terjadinya gangguan kesehatan masyarakat

c) Tujuan pengelolaaan
Mencegah terjadinya persepsi negatif masyarakat terhadap proyek
d) Pengelolaan lingkungan

Membuat saluran drainase sementara selama masa konstruksi

Membuat jalan proyek tersendiri

e) Lokasi pengelolaan

: Tapak proyek dan sekitarnya

f) Periode pengelolaan

: Selama masa konstruksi

g) Biaya pengelolaan

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk pembuatan saluran drainase,


jalan, pengawasan dan biaya operasional lainnya
h) Institusi Pengelola
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jember
Pelaporan : KAPELDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL Propinsi
Jawa Timur
4) Mobilitas Penduduk
a) Dampak penting dan sumber penting
Dampak penting
Meningkatnya aktivitas dan mobilitas penduduk
Sumber dampak penting
Pemanfaatan dan pengoperasian dan fasilitas proyek.
b) Tolok ukur dampak
Produktivitas dan mobilitas penduduk
c) Tujuan pengelolaan
Mendorong mobilitas penduduk untuk meningkatkan produktivitasnya.
d) Pengelolaan lingkungan
Memprioritaskan

penduduk

wilayah

studi

dalam

pemberian

kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang tersedia


e) Lokasi pengelolaan: Wilayah sekitar proyek
f) Periode pengelolaan: Selama proyek beroperasi
g) Pembiayaan:
Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan upah
personil.
h) Institusi pengelola
Pelaksana: Pemrakarsa
Pengawas: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jember
Pelaporan: KAPEDALDA Kabupaten Jember BAPPEDAL Propinsi
Jawa Timur
5) Kecemburuan Sosial

a) Dampak penting dan sumber dampak penting


Dampak penting
Kecemburuan sosial yang terjadi sebagai akibat rasa kecewa oleh
karena tidak terekrut sebagai tenaga kerja pabrik
Sumber dampak penting
Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas proyek
b) Tolak ukur dampak
Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek.
Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur
c) Tujuan pengelolaan
Mengurangi angka pengangguran
Mencegah peningkatan keresahan masyarakat
d) Pengelolaan lingkungan
Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan pemerintah desa dan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember dengan
mengutamakan tenaga kerja lokal yang memenuhi persyaratan.
e) Lokasi pengelolaan: Lingkungn proyek dan sekitarnya
f) Periode pengelolaan: Awal dari proses penerimaan tenaga kerja
g) Pembiayaan: Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya
operasional dan personil
h) Institusi pengelola
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jember
Pelaporan :KAPEDALDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL
Propinsi Jawa Timur
6) Kesehatan masyarakat
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak penting
Berjangkitnya berbagai jenis penyakit seperti : diare, muntaber,
malaria, dan demam berdarah
Penurunan kualitas lingkungan

Sumber dampak penting


Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran
b) Tolak ukur dampak penting
Peningkatan angka penderita sakit setelah proyek beroperasi
c) Tujuan pengelolaan
Mencegah dan menanggulangi berjangkitnya berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh aktivitas pelayaran.
d) Pengelolaan lingkungan:
Penataan lingkungan dan tata guna lahan dengan baik
Mengendalikan pertumbuhan pemukiman disekitar proyek
Pembuatan saluran/drainase dengan kuallitas dan kuantitas yang
cukup memadai.
Pembuatan Pos Pelayanan Kesehatan (Poliklinik) pada tapak
proyek.
Menjaga sanitasi lingkungan.
e)

Lokasi pengelolaan:
Tapak proyek dan pemukiman penduduk terkena dampak.

f)

Periode pengelolaan: Selama masa operasi berlangsung.

g)

Pembiayaan :
Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan
personil

h)

Institusi pengelola
Pelaksana: Pemrakarsa
Pengawas: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jember
Pelaporan: KAPEDALDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL
Propinsi Jawa Timur

7) Perekonomian Daerah
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak penting

Perbaikan kondisi perokonomian Kabupaten Jember, ditandai


dengan:
Peningkatan pemasukan dari hasil retribusi dan pajak bagi
Kabupaten Jember
Peningkatan kegiatan ekonomi dan produktivitas masyarakat.
Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat.
Sumber dampak penting
Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas
b) Tolok ukur dampak penting
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember
c) Tujuan pengelolaan
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember
d) Cara Pengelolaan: Pengelolaan pelabuhan secara profesional
e) Lokasi pengelolaan: Lingkungan proyek dan sekitarnya
f) Periode pengelolaan: Selama proyek beroperasi
g) Pembiayaan
Pemrakarsa dan digunakan untuk biaya operasional dan upah
personil
h) Institusi pengelola
Pelaksana: Pengelola
Pengawas: Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Jember dan
Bagian Perekonomian Kab. Jember
Pelaporan: KAPEDALDA Kab. jember dan BAPPEDAL Propinsi
Jawa Timur
9) Kenyamanan Lingkungan
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak penting
Kenyamanan lingkungan
Sumber dampak

Mobilisasi peralatan

Pengadaan material produksi dan material bangunan

b) Tolok ukur dampak


Jumlah/prosentase masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan
kondisi lingkungan, segabai akibat kegiatan proyek
c) Tujuan pengelolaaan
Mencegah dan mengurangi rasa tidak nyaman masyarakat
d) Pengelolaan lingkungan
Pengangkutan peralatan dan material bangunan agar dilaksanakan
dengan membuat jalan proyek tersendiri mulai dari jalan lingkar ke
lokasi proyek.
Selama kontruksi, agar dibuat drainase sementara untuk menghindari
timbulnya genangan dan banjir.
e) Lokasi pengelolaan: Proyek dan sekitarnya.
f) Periode pengelolaan
Pada awal dan selama masa konstruksi.
g) Pembiayaan:
Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk pembuatan saluran drainase,
pembayaran premi asuransi, biaya personil dan opersional kegiatan
proyek.
h) Institusi Pengelola
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jember
Pelaporan : KAPELDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL
Propinsi Jawa Timur.
10) Kesehatan Masyarakat dan Pekerja
a) Dampak penting dan sumber dampak penting
Dampak penting
Gangguan kesehatan pada masyarakat sekitar proyek.
Ancaman keselamatan dan kesehatan pekerja
Sumber dampak
Penggalian, pengerukan, pegurugan dan pemadatan tanah urugan.
b) Tolok ukur dampak

Jumlah keluhan gejala sakit masyarakat sekitar.


Jumlah dan intensitas kasus kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan pekerja.
c) Tujuan pengelolaaan
Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat sekitar.
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
pekerja.
d)

Pengelolaan lingkungan
Membuat saluran drainase sementara selama masa konstruksi.
Menerapkan system kerja yang memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja.
Menyertakan pekerja pada program asuransi tenaga kerja.

e)

Lokasi pengelolaan: Tapak proyek dan sekitarnya

f)

Periode pengelolaan: Selama masa konstruksi.

g)

Pembiayaan:
Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan saluran
drainase jalan dan pengawasan dan biaya operasional lainnya

h)

Institusi Pengelola
Pelaksana: Pemrakarsa
Pengawas: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Kantor Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kab. Jember
Pelaporan: KAPELDA Kabupaten Jember dan BAPPEDAL Propinsi
Jawa Timur.

3.2.3 Tahap Pasca Operasi


3.2.3.1 Pemulihan Lahan
1) Penurunan Lahan Pertanian
a) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Dampak Penting

Produktivitas hasil Pertanian menurun.

Penurunan area terbuka hijau.

b) Sumber Dampak Penting

Alih fungsi lahan pertanian menjadi pabrik rokok.


c) Tolak Ukur Dampak

Pasokan hasil pertanian di kecamatan Ajung menurun.

Udara sekitar proyek semakin panas.

d) Tujuan Pengelolaan

Mencegah peningkatan kadar CO2 di udara

e) Pengelolaan Lingkungan:

Membuka areal terbuka hijau misalnya penanaman pohon di sekitar


proyek/ pabrik

f) Lokasi Pengelolaan: Proyek dan sekitarnya


g) Periode Pengelolaan: Secara berkala dan kontinyu melakukan
pelestarian areal terbuka hijau.
h) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan digunakan untuk biaya operasional dan upah


personil

i)

Institusi Pengelola :

Pelaksana: Pemrakarsa

Pengawas: BLH dan Dinas Kehutanan

Pelaporan: KAPEDALDA Kabupaten Jember dan


BAPPEDAL Propinsi Jawa Timur

3.2.3.2 Penanganan Tenaga Kerja


1) Mata Pencaharian Petani
a) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Dampak Penting

Hilangnya sebagian angka mata pencarian penduduk yang bekerja


sebagai buruh tani.

Sumber Dampak Penting

Pemanfaatan dan alih fungsi lahan menjadi proyek

b) Tolok Ukur Dampak

Berkurangnya jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di lahan


pertanian.

Meningkatnya jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur


karena tidak memiliki keterampilan dan keahlian didalam bidang
industri.

j) Tujuan Pengelolaan
Meningkatkan keterampilan dan keahlian masyarakat didalam bidang
industri.
k) Pengelolaan SDM
Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan desa dan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember, dengan mengutamakan
tenaga kerja lokal.
Mengadakan pelatihan, seminar mengenai proyek rokok kepada
masyarakat khususnya petani dan mengadakan kegiatan lokakarya
pada masyarakat sekitar
l) Lokasi Pengelolaan : Proyek dan sekitarnya
m) Periode Pengelolaan : Awal Dari Proses Penerimaan Tenaga Kerja
n) Pembiayaan
Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya personil dan
operasional
o) Institusi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa

Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transamigrasi Kab. Jember

Pelaporan

KAPEDALDA

BAPPEDAL Propinsi

Kab.

Jember

dan

Jawa Timur

DAFTAR BACAAN
Fandell, Chafid. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar
Dalam Pembangunan. Jakarta: Liberty Offset

Pusat litbang sda . 2009. Teknologi pengendalian pencemaran air di indonesia .


Balai Lingkungan Keairan.
DHV Consultantns. 2007. Infrastructure Reconstruction Enabling Program.

Das könnte Ihnen auch gefallen