Sie sind auf Seite 1von 15

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

DISUSUN OLEH :
Nama :
1.
2.
3.
4.

Nim :

Amira Aulia
Desi Agustiani
Herlina Tri Wardani
M. Rasyidatul Afkari

P07120112004
P07120112012
P07120112024
P07120112039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
MATARAM
2013

ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. PENGERTIAN
1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
2.

2005: 229)
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2005: 434)


3. Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 2005: 1)
4. Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang
ditandai dengan demam (Wong, D.T. 2005: 182)
5. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang
bersifat sementara (Hudak and Gallo,2005).
6. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala
dengan demam (Walley and Wongs edisi III,2005).
7. Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 2005).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38 o C atau lebih
yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Kejang-kejnag
karena demam, biasa juga disebut dengan kejang demam atau stuip atau
setep, adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak dapat menahan
serangan demam pada suhu tertentu. Naiknnya suhu badan ini dapat saja
merangsang kerja syaraf otak secara berlebihan, sehingga jaringan otak tidak

dapat lagi mengordinasikan persyarafan-persyarafan pada anggota tubuh,


antara lain pada lengan dan kaki. Akibatnya terjadilah kejang-kejang antara
lain pada lengan dan kaki anak balita.

B. ETIOLOGI
1. Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
2.
3.
4.
5.

timbul pada suhu yang tinggi.


Efek produk toksik daripada mikroorganisme
Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati toksik sepintas.
faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada

waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi
pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada
bakterial.
C. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu
glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi
oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut

potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran


ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp ase yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak
seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan
patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C
akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O 2 meningkat
20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran
listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran
sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut neurotransmitter dan terjadi
kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada
suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai
apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin
meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran

darah

yang

mengakibatkan

hipoksia

sehingga

meningkatkan

permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak (Hasan dan Alatas, 2005: 847 dan Ngastiyah, 2005: 229
PATHWAY

D. KLASIFIKASI
1. Kejang demam sederhana
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman
untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria
Livingstone, yaitu :
a.
umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b.
kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c.

Kejang bersifat umum

d.

Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.

e.

Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal

f.

Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu


normal tidak menunjukan kelainan.

g.

Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria
Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks
diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau
multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat
mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang
dalam riwayat keluarga.
E. GEJALA
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala
klinis sebagai berikut:
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut:
a. Kejang lama, > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
F. CIRI-CIRI KEJANG
1. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

kejang-kejang selama 5 menit .


bola mata berbalik ke atas
gigi terkatup
muntah
tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu
kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

G. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan
berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang

berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang
unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todds hemiplegia)
yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateralyang lama
dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap.
Menurut Behman (2005: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu
yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 o C atau lebih
ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa
detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan
penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan
sentakan terulang.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pemberiandiazepam
dosisawal:0,30,5mg/kgbb/dosisiv(perlahan)
bilakejangbelumberhentidapatdiulangdengandosisiulangansetelah20
menit.
2. Turunkandemam
antipiretik:parasetamolatausalisilat10mg/kgbb/dosis
kompresairbiasa
3.
Penanganansuportif
bebaskanjalannafas
berizatasam

I. KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D
Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.
2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.
J. PENCEGAHAN
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Penkes tentang
Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan

batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C)


Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat
mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat

Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.


2. Mencegah cedera saat kejang
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan
secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakanuntuk mengevaluasi
sumber pemyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteristis
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer,elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III,
rekomendasi D)2.
2. Pungsi lumbal Pemeriksaan

cairan

serebrospinal

dilakukan

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.

untuk

Tes ini untuk

memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas


likuor. Tes ini dapat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena
infeksi pada otak.
a. Pada kejang demam yang tidak disebabkan oleh karena infeksi pada otak
maka tidak terdapat gambaran patologhis pada pemeriksaan lumbal
pungsi
b. Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen

kuning santokrom
Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml

dan dewasa 130-150ml)


Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0

mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)


Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal. Pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

c. Bayi > 18 bulan tidak rutin3.


3. Elektro ensefalo grafi Pemeriksaan elektro ensefalo grafi (EEG) tidak dapat
memprediksi kemungkinan berulangnya kejang, atau memperkirakan
kemungkinan terjadinya eilepsi dikemudian hari. Oleh sebab itu pemeriksaan
EEG pada kejang demam tidak dianjurkan.Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.Misalnya: kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun.
4. Pencitraan Foto x-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan dan MRI
jarang sekali dilakukan, tidak rutinhanya atas indikasi seperti:
a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b. paresis nervus VI
c. papil edema

KONSEP SUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia,

gastroenteriks,

Faringiks,

brontrope,

umoria,

morbilivarisela dan campak.


c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat
badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan

d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan

laboratorium

darah

ditemukan

adanya

peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan


berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat obatan seperti obat penurun
panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya
pada waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DX 1 : Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan
diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil
NOC: Pengendalian Resiko
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengetahuan tentang resiko


Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
Monitor kemasan personal
Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
Tidak terjadi cedera selama perawatan

NIC : mencegah jatuh


a. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah
Rasional :Meminimalkan injuri saat kejang.
b. Jangan tinggalkan klien selama fase kejang.
Rasional :Meningkatkan keamanan-pasien.

c. Beri tongue spatel antara gigi dan lidah.


Rasional :Menurunkan resiko trauma pada mulut.
d. Letakkan klien pada tempat tidur yang lembut.
Rasional :Membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstremitas ketika
kontrol otot volunter berkurang
e. Setelah kejang berikan klien posisi miring, bila tidak memungkinkan angkat
dagunya ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang.
Rasional : Mencegah penutupan jalan nafas.
f. Kendurkan pakaian pasien.
Rasional :Mengurangi tekanan pada jalan nafas.
g. Catat tipe dan frekuensi kejang.
Rasional : Membantu menurunkan lokasi area cereberal yang terganggu.
h. Catat tanda-tanda vital setelah fase kejang.
Rasional :Mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

2. DX 2

: Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang normal (36,5
37o C)
NOC : Themoregulation
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 37o C)
b. Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi 80-90x/mnt, RR 30-40x/mnt)
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
NIC : Temperatur regulation
a. Kaji factor penyebab terjadinya hipertermi
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hipertermi. Penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat penurunan panas.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan.
c. Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional :suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas atau dinginnya
tubuh.
d. Beri kompres hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
e. Longgarkan pakaian, berikan pakaian yang tipis yang menyerap keringat

Rasional :proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat.


Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah dll)
Rasional :saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
g. Batasi aktivitas fisik
Rasional :aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan
f.

produksi panas
h. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik
Rasional :menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis.
i. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Rasional : peningkatan kadar WBC merupakan indicator adanya infeksi
3. DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
kondisi pasien
NOC : knowledge ; diease proses
a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan
program pengobatan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim
kesehatan lainya
NIC : Teaching : diease process
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
Rasional :Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga.
c. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam.
Rasional :Agar keluarga mengetahui cara menolong anak kejang dan
rnencegah kejang demam.
d. Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Rasional :Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
4. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dcngan penumpukan secret
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
Intervensi

a. Lakukan suction
Rasional : Untuk rnengeluarkan cairan atau sekret yang ada dalam saluran
pernafasan.
b. Setelah kejang berikan pasien posisi miring, bila tidak memungkinkan angkat
dagunya ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang.
Rasional : Untuk mencegah bila terjadi aspirasi, isi lambung tidak menutupi
jalan nafas
c. Atur tempat tidur di bagian kepala ditinggikan kurang lebih 45o
Rasional : Kepala lebih tinggi akan memudahkan pasien dalam bernafas.
d. Berikan tongue spatel antara gigi dan lidah
Rasional : Untuk mencegah resiko cidera yaitu lidah tergigit
5. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang berulang.
Tujuan:Pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami gangguan.
Intervensi :
a. Cegah terjadinya kejang berulang
Rasional :dengan tidak terjadinya kejang berulang dapat mencegah terjadinya
kerusakan motorik dan sensorik.
b. Konsul dengan ahli terapi untuk mengevaluasi obat sesuai indikasi
Rasional :Pengobatan yang teratur akan dapat mencegah terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
c. Berikan anak latihan dan kesempatam meningkatkan hubungan sosial
Rasional :Latihan dan hubungan sosial dengan orang lain dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan.
d. Berikan nutrisi yang cukup/memenuhi kebutuhan tubuh.
Rasional :Nutrisi akan dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

D. EVALUASI
1.
2.
3.
4.
5.

Cidera / trauma tidak terjadi


Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Aktivitas kejang tidak berulang
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Pengetahuan keluarga meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Widjaja.2001. Mencegah Dan Mengatasi Demam Pada Balita. Jakarta : Kawan
Pustaka
Anonim.2010. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam. http://blogspot.com.
Diakses Pada Tanggal 4 Oktober 2013

Das könnte Ihnen auch gefallen