Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH,
NI WAYAN RISNA SWARDANI
1406305169 / 30
dalam organisasi yang kompleks, sehingga adalah tidak realistis untuk mengharapkan semua
aspek dari kehidupan organisasi dapat dihubungkan satu sama lain tanpa tekanan. Namun,
sebagai petunjuk tindakan, pandangan ini juga siap menghadirkan suatu kompromi, dan
bertindak sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan akuntan untuk tidak berdampingan
dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab.
Dalam pandangan ini, pengertian yang lebih mendalam dan berharga dapat diperoleh
dari pemahaman atas perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Dengan menganalisis secara sistematis
hubungan antara sistem akuntansi, bentuk pengendalian, sikap manusia, dalam pengambilan
keputusan, serta tingkatan sosial dan perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya
keluar. Dengan demikian, hal tersebut tidak menjadi dasar bagi munculnya konflik dan
pertentangan dari banyaknya permasalahan akuntansi, serta tidak menyebabkan potensi
organisasi dan akuntansi itu sendiri diragunkan.
2.1.2 Akuntansi adalah Tindakan
Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi dan rasa
tanggungjawab terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggungjawab tersebut dihargai dalam
bentuk penghargaan tertentu. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitatif juga merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab anggota organisasi dalam memenuhi keinginannya untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Peran anggota organisasi akan sangat berpengaruh
pada pencapaian tersebut.
Apabila suatu anggaran telah ditetapkan untuk dilaksanakan oleh suatu unit kerja
dalam organisasi, maka anggaran itu akan berinteraksi dengan para individu dalam organisasi
tersebut. Dimana masing-masing individu tersebut mempunyai tujuannya masing-masing dan
sekaligus bertanggungjawab mencapai tujuan organisasi. Keselarasan tujuan antara individu
dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan terjadinya sinergi antara individu dan
organisasi. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu memahami
dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.
2.2 DIMENSI AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Informasi
ekonomi
dapat
ditambah
dengan
tidak
hanya
melaporkan
data-data
keuangan saja, tetapi juga data-data nonkeuangan yang terkait dengan proses pengambilan
keputusan.
2.2.1
Akuntansi
keperilakuan
berada
dibalik
akuntansi
tradisional
yang
berarti
terhadap
perilaku
manusia.
Bidang
dari
menyeluruh, dan jika tindakan korektif tidak diambil ketika sikap menyimpang telah
dideteksi, maka dapat dipastikan bahwa hasilnya menyebabkan system tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya yang diantisipasi. Manajer yang sadar terhadap aspek keprilakuan dari
akuntansi
akan
memanggil
orang-orang
yang
terlibat
guna
menyelidiki
lebih
mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi perilaku di
masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu
organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta citacita individu yang saling berhubungan dalam organisasi.
Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan
penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan
pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka
melakukn pekerjan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisai. Para akuntan
keperilakuan
juga
menyadari
bahwa
mereka
bebas
mendesai
sistem
informasi
untuk
memengaruhi motivasi, semangat, dan produktivitas karyawan. Tanggung jawab mereka
menjangkau ke luar pengumpulan dan penggunaan laporan akuntansi oleh orang lain.
Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah memengaruhi
perlaku dalam rangka memotivasi dilakukannya tindakan yang diinginkan.
Akuntan keperilakuan berpusat pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi.
Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian
ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi iru sendiri, serta dari
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku yang pada gilirannya secara bersamasama akan mementukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi. Akuntan keperilakuan
melihat bahwa perusahaan yang melakukan penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan
perilaku juru tulis yang mencatat pesanan pelanggan melalui telepon. Juru tulis tersebut
menyadari bahwa tujuan mereka melakukan pekerjaannya adalah untuk kelangsungan hidup
organisasi. Selain itu, para akuntan keperilakuan juga menyadari dapat dengan bebas
mendesain sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi, semangat dan produktivitas
karyawan. Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah untuk
mempengaruhi perilaku dalam rangka memotivasi tindakan yang diinginkan. Sebagai contoh,
suatu perusahaan bisa berhasi; dalam merundingkan kerja sama dengan kelompok organisasi
lainnya dengan baik, atau mungkin akan menjadi gagal karena orang-orang di organisasi
tersebut berjalan ke arah tujuan yang berlawanan.
2.3.1
akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun,
ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan
psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa ilmu keprilakuan merupakan bagian
dari ilmu sosial, akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan
pengetahuan keprilakuan. Akuntansi keprilakuan diterapkan dengan praktis menggunakan
riset ilmu keprilakuan untuk menunjukkan dan memperediksi perilaku manusia.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et al.,
1989), istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang meliputi
keseluruhan desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem
penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi
atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan
keuangan.
REFRENSI
Lubis, Arfan Ikhsan, 2010, Akuntansi Keprilakuan, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta