Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSATAKA
1. Definisi Cidera Kepala
Cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak dan otak yang terjadi baik
secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi
disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma
baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya
substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal
disekitar jaringan otak. (B.Batticaca, 2008).
2. Klasifikasi Cidera Kepala
a. Berdasarkan tipe mekanisme (Grace & Borley.2007)
b.
Cedera kepala (Brunner & Suddarth, 2001 : 2211; Long, 1990 : 203)
e.
Dapat menyebabkan kerusakan pada sisi pukulan (coup injury) dan sisi yang
berlawanan dari pukulan ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding
yang berlawanan (contrecoup injury).
d. Rotasi/deselerasi
Fleksi, ekstensi, atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak yang menyerang
titik tulang pada tengkorak. Rotasi yang hebat menyebabkan trauma robekan didalam
substansi otak dan batang otak, menyebabkan cedera aksonal dan bintik pendarahan
intraserebral.
e. Tabrakan
Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat (terutama pada anak
dengan tengkorak elastis).
f.
Jatuh :
Toodler jatuh dari tangga / tempat bermain
Bayi terjadi akbat menggoyangkan bayi terlalu keras,sehingga bayi aharus
diperiksa untuk mengetahui adanya cedera kepala non-kecelakaan(shaken
baby sindrome).
Lansia penyebab utama pada lansia berkaitan dengan penglihatan yang buruk.
(corwin J. Elizabeth,2009)
Sakit kepala
Bisa mengalami lecet, benjol atau luka robek yang esar di kepala
Memiliki tanda-tanda trauma lain yang signifikan seperti lebar pupil tidak
sama, kelemahan lengan dan kaki
Pemeriksaan fisik
-
GCS pada penderita dengan cedera kepala disamping untuk melakukan observasi
juga untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan kesadaranGlasgow Coma
Scale meliputi pengkajian reflek.
Pemeriksaan Penunjang
- CT scan
Merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan intracranial. Semua
pasien dengan GCS<15 sebaiknya menjalani pemeriksaan CT Scan kepala
sedangkan pada pasien dengan GCS 15, CT scan dilakukan hanya dengna indikasi
tertentu seperti:
Nyeri kepala hebat, adanya tanda-tanda fraktur basis kranii, adanya riwayat
cedera berat
Muntah lebih dari 1 kali, lansia (usia>65thn) dengna penurunan kesadaran atau
amnesia
Riwayat gangguan
vaskuler
atau
menggunkan
obat-obat
antikoagulan,
MRI
Teknik pencitraan yang lebih sensitive dibandingkan dengan CT Scan, kelainan yang
tidak tampak pada CT scan dapat dilihat oleh MRI. Namun, dibuthkan waktu
pemeriksaan lebih lama dibandingkan scan sehingga tidak sesuai dalam situasi gawat
darurat.
EEG
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis. EEG
(elektroensefalogram) mengukur aktifitas listrik lapisan superfisial korteks serebri
melalui elekroda yang dipasang di luar tengkorak pasien
ENG (Elektronistagmogram)
Merupakan pemeriksaan elekro fisiologis vestibularis yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis gangguan system saraf pusat.
Foto rontgen
Mendeteksi
perubahan
struktur
tulang
(fraktur)
perubahan
struktur
garis
AngiografiSerebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan otak akibat
oedema, perdarahan, trauma.Proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar x
terhadap sirkulasi serebral setelah menyuntikkan zat kontras ke dalam arteri yang
dipilih. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan measukkan kateter melalui
arteri femoralis diantara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah bagian atas.
Prosedur ini juga dilakukan dengan tusukan langsung pada ateri karotis atau arteri
vetrebaral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brakhialis. Pemeriksaan ini
sering dilakukan sebelum pasien menjalani kraniotomi sehingga arteri dan vena
serebral terlihat, dan untuk menentukan letak, ukuran dan proses patologis. Dan juga
digunakan
untuk
mengkaji
keadaan
dan
keadekuatan
sirkulasi
serebral
(Bare&Smeltzer, 2001)
Pertolongan pertama ditepi jalan diberikan oleh paramedis/tim medis pada tempat
kejadian. Bertujan untuk memepertahankan hidup selama pengangkatan adan
evakuasi pasien.
- Survey Primer
a. Airway Circulation / penatalaksanaan jalan napas
b. Breathing/ pernapasan
c. Circulation / sirkulasi
d. Disfungsi SSP: nilai GCS/reaksi pupil/fungsi motorik dan sensorik ekstremitas
jika mungkin
e. Exposure of extremities/ pajanan ekstremitas: nilai ekstremitas untuk trauma
mayor tulang panjang dan pada lokasi kehilangan draah hebat (Pavey
patrick,2003).
Pada semua pasien
belakangservikal.
Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang atau berat, dilakukan prosedur
dengan
cedera
kepala/leher,
dilakukan
foto
tulang
berikut: pasang infus dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%)/larutan RL dan larutan
adanya:
- Hematoma epidural
- Darah dalam subaraknoid dan infra ventrikel
- Kontusio dan perdarahan jaringan otak
- Edema cerebri
Pada pasien yang koma
- Elevasi kepala 30
- Pasang kateter
- Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi
Pembedahan
- Kraniotomy
Membuka tengkorak untuk mengangkat bekuan dan atau tumor, menghentikan
perdarahan intracranial, memperbaiki jaringan otak, atau pembuluh darah yang
-
rusak.
Kraniaektomy
Mengangkat bagian tulang tengkorak.
Kranioplasty
Memperbaiki tulang tengkorak dengan logam, lempeng plastik untuk menutup area
yang terbuka dan memperkuat area kerusakan tulang. (Karin, 2011)
Obat-obatan :
-
Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa
40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol.
Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
1. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan
untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Kebutuhan Nutrisi
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat menurunkan
angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu:
- Mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap
-
jejas
yaitu
starvationdan infrastruktur.
Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis
hendaknya dilakukan berulang ulang untu menentukan kecukupan nutrisi dan
untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang Intensif mengalami
defisiensi makronutrien 48jam setelahanak dirawat. Disamping itu disfungsi/gagal
organ multipel dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang
komplikasi
akibat
kelebihan
pemberian
nutrisi
(overviding)
(Setiati, 2000).
Protein (Asam Amino)
Kebutuhan protein adalah 0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total
kebutuhan kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi
1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus
dikontrol, misalnya kegagalan hati akut pasien uremia, asupan protein dibatasi
sebesar 0,5 gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat,kebutuhan
protein untuk BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi 2,5-3,0g/kgbb/hari, anak 1,52,5g/kgbb/hari.
Kebutuhan micro nutrient juga harus dipertimbangkan, biasanya diberikan
perubahan struktur dari jaringan.Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Biokimiawi: Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Bare, Smeltzer. 2001. Keperawatanmedikalbedah. Ed. 8 Vol.3. Jakarta : EGC
Berhmandkk. 2000. IlmuKesehatanAnak Nelson. Jakarta : EGC
Brunner &Suddarth. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. EGC. Jakarta
Dewantodkk. 2007. PanduanPraktis Diagnosis &TatalaksanaPenyakitSaraf. Jakarta : EGC
Dewanto, George.,dkk. 2009. PanduanPraktis Diagnosis & Tata LaksanaPenyakitSaraf.
Jakarta: EGC
Elizabeth J, Corwin. 2008. Bukusakupatofisiologi. Jakarta : EGC
Grace &Borley. 2007. At a Glance IlmuBedah. Jakarta :Erlangga
Grace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At a Glance IlmuBedah. EdisiKetiga.
Jakarta:Erlangga
Kudou, Karin. 2011. CederaKepala. http://id.scribd.com/doc/46540780/CEDERA-KEPALA
(Diaksespadatanggal 5 November 2012)
Muscari, Mary E. 2001. PanduanBelajarkeperawatanPediatrik Ed:3. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistemPersarafan. Jakarta:
SalembaMedika
Muttaqin,
Arif.
2011.
Buku
AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistemPersarafan.
Ajar
Jakarta:
SalembaMedika
Smeltzer, suzanne C. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. EGC. Jakarta
Veda.
2008.
Trauma
Kepala.
keluargasehat.com/category/tata-laksana-penyakit/.