Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKENARIO B BLOK 23
Kelompok A5
Tutor: dr. Yuniza, Sp.PD
Anggota:
Linda Angelia
04011181419075
04011281419099
Vicra Adhitya
040112814190123
Azillah Syujria N
04011281419141
Alvinnata
04011181419063
Illiyyah
04011281419105
04011181419043
04011181419027
04011181419037
04011181419057
Cornellia Agatha
04011181419059
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIDJAYA PALEMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario B
Blok 23 sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutpengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Kelompok A5
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor
Moderator
: Linda Angelia
Sekretaris Meja I
: Cornellia Agatha
Sekretaris Meja II
Tanggal Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
: 10.00-12.30 WIB
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................................i
Kegiatan Tutorial...............................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................................iii
I.
Skenario.............................................................................................................................26
II.
Klarifikasi Istilah..................................................................................................................2
III.
Identifikasi Masalah.............................................................................................................3
IV.
Analisis Masalah..................................................................................................................4
V.
Learning Issue....................................................................................................................16
VI.
Kerangka Konsep...............................................................................................................29
VII. Kesimpulan........................................................................................................................31
Daftar Pustaka..................................................................................................................................32
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
I.
SKENARIO
Anak A perempuan, usai 10 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama pucat.
Sejak tiga minggu lalu ibu mengeluh anak tampak pucat, lesu, demam tidak ada, batuk
(-), gusi berdarah (-), mimisan (-), lebam atau biru di kulit (-), BAB dan BAK biasa.
Satu minggu SMRS, penderita tampak makin lemah dan lesu, berdebar (-), dibawa ke
bidan, anak diberikan vitamin. Tiga hari SMRS, penderita terlihat semakin pucat, tidak
terdapat perdarahan, anak dirujuk ke RSUD, dirawat selama 2 hari mendapat terapi
infus dan obat syrup namun tidak diketahui nama obatnya. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb 4,8 g/dL, leukosit 7200/mm3, RBC 3.090.000/mm3,
trombosit 358.000/mm3,karena semakin pucat penderita lalu dirujuk ke RSMH.
Riwayat makan 3x sehari nasi 3-4 sendok makan, tidak suka makan ikan, daging, dan
tidak suka minum susu, Riwayat pucat sebelumnya tidak ada, riwayat pucat dalam
keluarga tidak ada.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan Umum: tampak sakit sedang; sens: CM, T: 36,2 0C, Nadi: 120x/menit (isi dan
tegangan cukup), RR: 28x/menit (reguler), berat badan 25 kg, tinggi badan 140 cm.
Keadaan spesifik:
Kepala: NCH (-), conjunctiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Thorax: simetris, retraksi (-),
Cor: Bunyi jantung I dan II normal, bising ejeksi sistolik di semua katup,
gallop (+)
Pulmo: ves (+) N, Ronkhi (-), Whezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus normal.
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2, ptechiae (-).
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 4,6 g/dL, Eritrosit: 3.370.000/mm3 Leukosit: 7.500/mm3 Ht: 20% Trombosit:
371.000/mm3 DC: 0/1/4/64/12/9 LED: 25mm/jam MCV: 57,9 (fl), MCH: 14 (pg),
MCHC: 24 (gr/dL), Fe serum 14 TIBC 364 Ferritin 11,65. Gambaran darah tepi:
anemia hipokrom mikrositer. Feses rutin dan urin rutin dalam batas normal.
4
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
II.
KLARIFIKASI ISTILAH
No.
1.
2.
3.
Istilah
Klarifikasi
Pendarahan dari hidung, biasanya akibat pecahnya pembuluh
Mimisan
Lebam
NCH
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Gallop
Ronkhi
Wheezing
Vesikular
CRT
Ptechiae
MCV
MCH
MCHC
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
hemoglobin rata-rata sel hidup yang dilaporkan sebagai bagian
13.
14.
15.
Fe serum
Feritin
III.
IDENTIFIKASI MASALAH
No.
Pernyataan
1. Anak A perempuan, usai 10 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
utama pucat.
2. Sejak tiga minggu lalu ibu mengeluh anak tampak pucat, lesu, demam
tidak ada, batuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), lebam atau biru di
kulit (-), BAB dan BAK biasa.
3. Satu minggu SMRS, penderita tampak makin lemah dan lesu, berdevar
(-), dibawa ke bidan, anak diberikan vitamin
4. Tiga hari SMRS, penderita terlihat semakin pucat, tidak terdapat
Concern
VVV
VV
VV
VV
V
V
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Kepala: NCH (-), conjunctiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Thorax: simetris, retraksi (-),
Cor: Bunyi jantung I dan II normal, bising ejeksi sistolik di
semua katup, gallop (+)
Pulmo: ves (+) N, Ronkhi (-), Whezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus
normal.
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2, ptechiae (-).
7. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 4,6 g/dL, Eritrosit: 3.370.000/mm3 Leukosit: 7.500/mm3 Ht: 20%
Trombosit: 371.000/mm3 DC: 0/1/4/64/12/9 LED: 25mm/jam MCV: 57,9
(fl), MCH: 14 (pg), MCHC: 24 (gr/dL), Fe serum 14 TIBC 364 Ferritin
11,65. Gambaran darah tepi: anemia hipokrom mikrositer. Feses rutin dan
urin rutin dalam batas normal.
IV.
ANALISIS MASALAH
1.
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
10gr/dl sedangkan untuk kadar Hb di bawah 11gr/dl mencapai angka 71%.
Selain itu data menunjukkan bahwa bayi dari ibu anemia dengan berat bayi
normal memiliki kecendrungan hampir 2 kali lipat menjadi anemia
dibandingkan bayi dengan berat lahir normal dari ibu yang tidak menderita
anemia. Berdasarkan data prevalensi anemia defisiensi gizi pada ibu hamil
di 27 provinsi di Indonesia tahun 1992, Sumatera Barat memiliki prevalensi
terbesar (82,6%) dibandingkan propinsi lain di Indonnesia.
1.2
Anemia
Thalassemia
Hipotensi
Shock
Hipotiroid
1.3
2.
Sejak tiga minggu lalu ibu mengeluh anak tampak pucat, lesu, demam tidak
ada, batuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), lebam atau biru di kulit (-),
BAB dan BAK biasa.
2.1 Apa makna anak tampak lesu sejak tiga minggu yang lalu?
Defisiensi besi menyebabkan kadar hemoglobin dalam tubuh kita turun dari
kadar normal nya. Hemoglobin merupakan pengangkut oksigen untuk
keseluruh jaringan tubuh, dengan kadar hemoglobin turun, kadar oksigen
pun turun secara tidak langsung. Kadar oksigen yang turun menyebabkan,
metabolisme sel turun, dengan turunnya metabolisme sel, energi yang
dihasilkan juga sedikit, sehingga orang tersebut akan mudah lemah karena
kurangnya energi. Saat proses metabolisme sel secara aerob tidak optimal,
berlangsung proses metabolisme anaerob. Pada metabolisme anaerob,
8
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
energi yang dihasilkan sedikit dan menghasilkan asam laktat yang
menyebabkan otot lelah. Keadaan kurang berenergi ditambah otot yang
lelah karenan penumpukkan asam laktat yang menyebabkan pasien lesu
atau tidak mampu melakukan kegiatan kegiatan.
2.2
2.3
Apa makna tidak ada gusi berdarah, mimisan, lebam atau biru pada kulit?
Menyingkirkan diagnosis anemia akibat pendarahan kronik, anemia
aplastik, anemia akibat keganasan hematologi seperti leukemia.
2.4
3.
Satu minggu SMRS, penderita tampak makin lemah dan lesu, berdebar (-),
dibawa ke bidan, anak diberikan vitamin
3.1 Apa makna anak tampak makin lemah dan lesu?
Belum dilakukan koreksi atas kekurangan besi sehingga anak makin tampak
lemah dan lesu.
3.2
dari
kemampuan
seseorang
Vitamin apa yang biasa diberikan pada anak yang pucat, lemah dan lesu
dan apa manfaatnya?
Dari tanda-tanda tersebut seharusnya vitamin yang diberikan adalah vitamin
B12 dikombinasikan dengan vitamin C. Manfaatnya adalah vitamin B12
untuk konsumsi zat besi pada anak tersebut Karena kemungkinan anak
tersebut anemia dan vitamin C untuk mempercepat absorbsi zat besi.
4.
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
infus dan obat syrup namun tidak diketahui nama obatnya. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 4,8 g/dL, leukosit 7200/mm 3,
RBC 3.090.000/mm3, trombosit 358.000/mm3, karena semakin pucat
penderita lalu dirujuk ke RSMH.
4.1 Mengapa anak semakin pucat setelah diberi vitamin?
Pada kasus, A menderita anemia hipokrom mikrositer karena defisiensi besi.
Oleh karena itu untuk menghilangkan pucat dari A, harus diberikan
suplementasi besi dan/atau transfusi darah PRC jika kadar Hb <7 g/dL atau
sudah timbul gejala gagal jantung. Vitamin saja tidak akan menghilangkan
pucat dari A. Oleh karena itu, A tetap/semakin pucat karena etiologi dari
penyakit pada A belum ditangani (defisiensi besi).
4.2
Mengapa setelah diberikan terapi infus dan obat syrup penderita tetap
semakin pucat?
Pemberian terapi infus dan obat syrup yang diduga hanya bersifat
simptomatis tidak mengkoreksi kekurangan zat besi sehingga proses
eritropoesis tetap terganggu akibat kurangnya bahan untuk membuat RBC
yang baru. Karena perjalanan penyakit, RBC yang dihasilkan akan
bertambah kecil (mikrositik) menyesuaikan konsentrasi hemoglobin.
Konsentrasi hemoglobin yang rendah menyebabkan warna RBC menjadi
lebih pucat (hipokromik) disertai kurangnya jumlah RBC secara tidak
langsung menyebabkan gambaran pucat pada tubuh.
4.3
Apa
interpretasi
dan
bagaimana
mekanisme
abnormalitas
dari
pemeriksaan laboratorium:
4.3.1
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
RBC
Hasil
4,8 g/dL
7200/mm3
3.090.000/mm3
Trombosit
358.000/mm3
Nilai Normal
11-13 g/dL
4500-13.500/mm3
3.8 5.5 juta/ mm3
183-389 X 103
/mm3
Interpretasi
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Hb
Mekanisme: Asupan nutrisi yang kurang defisiensi Fe
eritropoiesis terganggu (terutama pada pembentukan heme) Hb
menurun
10
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
4.3.2
RBC
Mekanisme: Untuk membentuk RBC, diperlukan zat besi, vitamin
B12, asam folat, sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga
serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Pada kasus ini,
terjadi penurunan asupan besi yang menyebabkan gangguan
pembentukan RBC sehingga jumlahnya dibawah normal.
5.
Riwayat makan 3x sehari nasi 3-4 sendok makan, tidak suka makan ikan,
daging, dan tidak suka minum susu, Riwayat pucat sebelumnya tidak ada,
riwayat pucat dalam keluarga tidak ada.
5.1 Bagaimana kebutuhan nutrisi pada anak perempuan usia 10 tahun?
Kebutuhan nutrisi manusia tentu berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, baik bayi, balita, anak-anak, remaja, sampai dengan orang tua memiliki
angka kecukupan gizi yang bervariasi. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
standar resmi angka kecukupan gizi (AKG) untuk berbagai nutrisi yang ada dan
dikategorikan untuk berbagai kalangan. Hal ini sesuai dengan lampiran peraturan
MenKes RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka kecukupan gizi yang
dianjurkan untuk masyarakat Indonesia.
Kebutuhan Dasar
Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air
Kebutuhan Vitamin
Vitamin A, D, E, K, B1, B2, B3, B5, B6, Folat, B12, Biotin, Kolin, dan Vitamin
C
11
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Kebutuhan Mineral
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Natrium
Kalium
Mangan
Tembaga
Kromium
Besi
Iodium
Seng
5.2
5.3
Apa makna tidak suka makan ikan, daging, dan minum susu?
Makanan hewani seperti daging dan ikan merupakan sumber utama zat besi
heme.Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini
terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam
sintesa haemoglobin (Hb). Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi
yang berasal dari heme dan bukan heme. Zat besi yang berasal dari hem lebih
mudah diserap oleh tubuh. Selain itu daging merupakan bahan pemacu
penyerapan besi. Susu adalah sebagai sumber laktoferin yaitu zat besi yang
berasosiasi dengan molekul protein yang langsung dapat diserap oleh usus. Tidak
menyukai ikan, daging dan susu dapat menyebabkan anak tersebut kekurangan
intake zat besi yang merupakan salah satu penyebab dari anemia.
5.4
5.5
6.
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Thorax: simetris, retraksi (-),
Cor: Bunyi jantung I dan II normal, bising ejeksi sistolik di semua katup,
gallop (+)
Pulmo: ves (+) N, Ronkhi (-), Whezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus normal.
Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2, ptechiae (-).
6.1 Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan Umum
Sensorium
Temperatur
Nadi
Respiratory Rate
BB
TB
Keadaan Spesifik
Kepala
NCH
Konjungtiva
Sklera
Thorax
Cor
Bunyi jantung 1 & 2
Bising ejeksi sistolik
Gallop
Pulmo
Vesikular
Ronkhi
Wheezing
Abdomen
Hepar
Lien
Bising usus
Ekstremitas
Akral
CRT
Ptechiae
Pada Kasus
Nilai Normal
Interpretasi
Tampak sehat
Compos Mentis
36,5-37,5oC
70-110 x/m
12-20 x/m, reguler
28-30 kg
137 cm
Abnormal
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Menurun
Normal
(-)
Anemis
(-) Ikterik
Simetris, retraksi (-)
(-)
Merah muda
Putih
Simetris, retraksi (-)
Normal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
Normal
(-)
(-)
Normal
Abnormal
Abnormal
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
Normal
Normal
Normal
Tidak teraba
Tidak teraba
Normal
Tidak teraba
Tidak teraba
Normal
Normal
Normal
Normal
Hangat
<2
(-)
Hangat
<2
(-)
Normal
Normal
Normal
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
terstimulasi untuk meningkatkan aktivitas syaraf simpatis sebagai upaya
6.2.2
6.3.3
dan
dapat
terjadigangguan
fisiologis.
Gallop
merupakan
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 4,6 g/dL, Eritrosit: 3.370.000/mm3 Leukosit: 7.500/mm3 Ht: 20% Trombosit:
371.000/mm3 DC: 0/1/4/64/12/9 LED: 25mm/jam MCV: 57,9 (fl), MCH: 14 (pg),
MCHC: 24 (gr/dL), Fe serum 14 TIBC 364 Ferritin 11,65. Gambaran darah tepi:
anemia hipokrom mikrositer. Feses rutin dan urin rutin dalam batas normal.
7.1 Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan
Hb
Eritrosit
Leukosit
Ht
Trombosit
Diff. count
Nilai normal
11,5-15,5 g/dL
3.600.000-4.800.000/mm3
4.500-13.500/ mm3
35-45%
150.000-400.000/ mm3
0/1/4/64/12/9
Hasil
4,6 g/dL
3.370.000/mm3
7.500 mm3
20%
371.000 mm3
Basofil: 02
Interpretasi
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Dalam batas
Eosinofil: 06
normal
Neutrofil batang:
012
3
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Neutrofil segmen:
3673
Limfosit: 1545
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
LED
MCV
MCH
MCHC
Fe serum
TIBC
Ferritin
Gambaran
darah tepi
Feses rutin
Darah Rutin
<10 mm/jam
77-95 fl
22-34 pg
32-36 g/dL
28-122
260-385
22-158
Monosit: 010
25 mm/jam
57,9 fl
14 pg
24 g/dL
14
364
11,65
Anemia
Lebih cepat
Mikrositer
Hipokrom
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Normal
hipokrom
Abnormal
Normal
Normal
mikrositer
Normal
Normal
Normal
Normal
7.2.3
roleaux semakin cepat karena gaya gesek berkurang LED semakin cepat.
MCV
Asupan nutrisi yang kurang defisiensi Fe eritropoiesis terganggu
konsentrasi Hb menurun pembentukan eritrosit mengimbangi dengan
7.2.4
7.2.5
(hipokrom)
MCHC
Kadar besi dalam darah menuruncadangan besi akan berkurangproses
eritropoeisis terganggu, hemoglobin menurun volume eritrosit &
7.2.6
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
menyebabkan jumlah Fe yang diabsorbsi sedikit sehingga jumlah Fe yang
berikatan dengan transferrin di sirkulasi menurun.
7.2.7
7.2.8
TIBC 7, 5
Ferritin
Kebutuhan Fe meningkat dan asupan Fe sedikit Fe diplasma menurun
penggunaan cadangan Fe (feritin) Serum feritin menurun.
7.3
8.
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
8.2
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Pemeriksaan penunjang merupakan patokan obyektif untuk mendiagnosis
anemia
defisiensi
besi.
Secara
umum
pemeriksaan
laboratorium
akan
menunjukkan kadar hemoglobin yang rendah dengan ukuran eritrosit yang kecil
(mikrositik). Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Darah rutin
Apusan darah tepi
Fe serum, total iron binding capacity (TIBC), dan ferritin serum
Elektroforesis Hb untuk mengukur Hb A2 dan fetal hemoglobin
Retikulosit
Evaluasi untuk hemosiderinuria dan hemoglobinuria.
Menurut WHO, anemia defisiensi besi dapat ditegakkan apabila telah
ditemukan, misalnya akibat infeksi atau inflamasi yang sedang berlangsung, maka
biopsi sumsum tulang dapat dilakukan untuk menentukan jenis anemia yang
terjadi.
Di daerah dengan fasilitas terbatas, pemeriksaan tersebut tidak dapat
dilakukan, sehingga diagnosis dapat ditegakkan bila terlihat anemia tanpa
pendarahan, tidak adanya organomegali, gambaran apusan darah tepi mikrositik,
hipokrom, sel target, anisositosis, serta adanya respon setelah diberi terapi besi.
8.3
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
usia 4-5 bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan bahwa
37% bayi memiliki kadar Hb di bawah 10gr/dl sedangkan untuk kadar Hb di
bawah 11gr/dl mencapai angka 71%. Selain itu data menunjukkan bahwa bayi dari
ibu anemia dengan berat bayi normal memiliki kecendrungan hampir 2 kali lipat
menjadi anemia dibandingkan bayi dengan berat lahir normal dari ibu yang tidak
menderita anemia. Berdasarkan data prevalensi anemia defisiensi gizi pada ibu
hamil di 27 provinsi di Indonesia tahun 1992, Sumatera Barat memiliki prevalensi
terbesar (82,6%) dibandingkan propinsi lain di Indonnesia.
8.4
pubertas), dibutuhkan lebih banyak besi untuk membentuk sel darah merah.
Masalah dalam traktus gastrointestinal
Absorbsi besi yang jelek umum terjadi setelah bedah gastrointestinal.
Kelainan apapun pada traktus gastrointestinal dapat mengganggu penyerapan
besi.
Kehilangan darah
8
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Anemia defisiensi besi kronis dari perdarahan yang tidak disadari mungkin
diakibatkan oleh lesi pada traktus gastrointestinal, seperti ulkus peptikum,
divertikulum Meckel, polip, hemangioma, atau inflammatory bowel disease.
Bayi bisa mengalami kehilangan darah kronis yang terinduksi paparan susu
sapi. Kehilangan darah yang tidak disadari juga bisa berhubungan dengan
diare kronis dan hemosiderosis pulmoner (jarang). Pada negara berkembang,
infeksi cacing tambang, Trichuris trichiura, Plasmodium, dan Helicobacter
pylori sering menyebabkan defisiensi besi. Sekitar 2% remaja perempuan
mengalami anemia defisiensi besi, paling besar akibat pertumbuhan remaja
yang sangat cepat dan kehilangan darah pada saat menstruasi. Risiko paling
tinggi dari anemia defisiensi besi (>30%)adalah pada remaja yang sedang
hamil atau telah hamil.
8.5
Bayi yang lahir prematur (lebih dari tiga minggu sebelum waktu yang
Remaja perempuan juga memiliki risiko defisiensi besi lebih tinggi karena
tubuhnya kehilangan besi saat menstruasi.
8.6 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari diagnosis kerja?
8.6.1
Anemia secara umum
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada
tiga kelompok:
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau
sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi
9
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan
vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapajenis makanan
Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
Autoimun
Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap
akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu:
-
Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin
dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi
10
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan
-
meningkat.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi
bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran darah tepi didapatkan
mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap ini telah terjadi
perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.
8.7
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
-
8.8
Oral
Ferrous sulfat peroral 3x 200 mg selam 3-6 bulan , preparat diberikan saat
perut kosong. Efek samping: mual, muntah, konstipasi. Pada pasien yang
tidak tahan terhadap efek samping, pemberian ferrous sulfat dapat
dilakukan saat makan.
Diberikan tambahan preparat vitamin C 3x 100 mg untuk meningkatkan
penyerapan zat besi.
Parenteral
Iron dextran complex (50 mg/mL) subkutan atau intravena pelan.
Bertujuan untuk mengemblikan kadar Hb dan mengisi besi hingga 50100 mg.
Dosis kebutuhan besi (mg) = [(15-Hb pasien) x BB x 2,4] + 500 atau
1000 mg
Rute ini bukan pilihan utam dan hanya dilakukan atas indikasi:
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Penyerapan
preparat
besi
oral
terganggu,
misalnya
pada
gastrektomi
c. Terapi lainnya
Diet:
Transfusi darah
Jenis darah yang diberikan: PRC
Indikasi transfusi:
8.9
Hb< 4 gr/dL
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
3. Penyuluhan
mengenai
kebersihan
lingkungan
untuk
mengurangi
14
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
V.
LEARNING ISSUE
1.
Epidemiologi
Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi paling luas tersebar dan paling umum di dunia.
Diperkirakan 30% populasi dunia mengalami anemia defisiensi besi, dan kebanyakan dari
mereka tinggal di negara berkembang. Di Amerika Serikat, 9% dari anak-anak berusia 12
36 bulan mengalami defisiensi besi, dan 30% dari kelompok ini berkembang menjadi anemia
defisiensi besi.
Sekitar 2% remaja perempuan mengalami anemia defisiensi besi, paling besar akibat
pertumbuhan remaja yang sangat cepat dan kehilangan darah pada saat menstruasi. Risiko
paling tinggi dari anemia defisiensi besi (>30%)adalah pada remaja yang sedang hamil atau
telah hamil.
Etiologi
Perubahan tubuh
Ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (misalnya saat masa pubertas),
dibutuhkan lebih banyak besi untuk membentuk sel darah merah.
Masalah dalam traktus gastrointestinal
15
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Absorbsi besi yang jelek umum terjadi setelah bedah gastrointestinal. Kelainan apapun pada
Bayi yang lahir prematur (lebih dari tiga minggu sebelum waktu yang seharusnya) atau
usia 6 bulan.
Bayi yang minum susu formula yang tidak diperkaya dengan besi.
Anak usia 15 tahun yang minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih dari 710
mL/hari.
Anak yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti infeksi kronis atau pola makan
terbatas.
Anak usia 15 tahun yang telah terpapar timbal.
Remaja perempuan juga memiliki risiko defisiensi besi lebih tinggi karena tubuhnya
kehilangan besi saat menstruasi.
Patogenesis
Besi memiliki peranan esensial untuk banyak proses metabolisme, yaitu transpor
oksigen, sintesis DNA, dan transpor elektron. Keseimbangan besi dalam tubuh diatur secara
seksama untuk menjamin kebutuhan besi diabsorpsi untuk mengkompensasi kehilangan besi
16
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
dari tubuh. Meskipun tubuh hanya mengabsorpsi besi 1 mg/hari untuk menjaga
keseimbangan, kebutuhan besi lebih besar (2025 mg).
Pada orang sehat, konsentrasi besi tubuh diregulasi oleh sel absorptif pada usus halus
proksimal, yang mengubah absorpsi besi untuk mencocokkan kehilangan besi tubuh.
Kesalahan menetap dalam keseimbangan besi menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi
atau hemosiderosis.
17
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Sel mukosa pada pada usus halus proksimal memediasi absorpsi besi. Sel intestinal
dibentuk pada kripta Lieberkuhn dan bermigrasi ke ujung villi. Sel akan mengalami
ekskoriasi menuju lumen intestinum pada hari kedua sampai ketiga. Sel absorptif
menyelaraskan kebutuhan tubuh akan besi dengan memasukkan jumlah besi yang
proporsional ke dalam sel absorptif. Besi ini dan besi yang baru saja diabsorpsi akan
menurunkan ambilan besi dari lumen usus dengan menjenuhkan protein pengikat besi dengan
besi, stimulasi elemen regulasi besi, atau keduanya.
Baik besi makanan yang bisa diabsorpsi berkurang atau kehilangan besi berlebihan
bisa menyebabkan defisiensi besi. Absorpsi yang berkurang biasanya diakibatkan intake besi
makanan dalam bentuk yang bisa diabsorpsi tidak mencukupi. Perdarahan merupakan
penyebab paling sering kehilangan besi berlebih, tetapi dapat juga terjadi akibat hemolisis
intravaskuler yang menyebabkan hemoglobinuria. Malabsorpsi besi relatif jarang terjadi jika
tidak ditemui kelainan pada usus halus atau operasi traktur gastrointestinal sebelumnya.
Ambilan besi pada usus halus proksimal terjadi dengan tiga jalur berbeda, yaitu jalur
heme dan dua jalur berbeda untuk ferri dan ferro.
Heme didigesti secara enzimatik agar terlepas dari globin dan masuk enterosit sebagai
metalloporphyrin. Dalam sel, besi dilepaskan dari heme oleh heme oksigenase untuk lewat
sebagai ion inorganik. Kebanyakan besi yang dikonsumsi dalam bentuk inorganik adalah
ferri. Ferri dapat masuk ke sel absorptif melalui jalur integrin-mobilferrin (IMP). Sejumlah
besi makanan diperkecil oleh lumen usus dan masuk sel absorptif melalui divalent metal
transporter-1 (DMT-1/DCT-1/Nramp-2). Protein dari masing-masing jalur berinteraksi
18
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
dengan paraferritin (kompleks protein besar yang memiliki kapasitas mereduksi ferri) pada
enterosit. Kelebihan besi disimpan sebagai ferritin untuk melindungi sel dari kerusakan
oksidatif. Besi meninggalkan sel untuk masuk ke plasma dengan difasilitasi ferroportin dan
hephaestin, yang berasosiasi dengan reseptor apotransferrin.
Besi dibutuhkan untuk pembentukan heme dalam hemoglobin, myoglobin, dan enzim
heme, juga dikenal sebagai sitokrom. Orang dewasa kehilangan sekitar 1 mg (laki-laki)
sampai 1,5 mg (wanita premenopause) setiap harinya melalui feses dan sel kulit dan mukosa
yang mengalami deskuamasi. Heme dari eritrosit yang tua dan dihancurkan akan recycle
kembali menjadi eritrosit baru. Besi, yang kebanyakan diabsorpsi di jejunum, ditransportasi
oleh transferrin dan disimpan dalam bentuk ferritin atau hemosiderin. Jika kehilangan besi
lebih banyak atau kebutuhan besi melebihi penyerapan, cadangan besi akan digunakan, dan
pasien akan menjadi defisiensi besi. Cadangan besi yang kurang akan menyebabkan
gangguan sintesis hemoglobin dan menyebabkan anemia hipokrom mikrositer.
Manifestasi Klinis
Anemia defisiensi besi berkembang seiring waktu. Pertama, jumlah besi dalam tubuh
berkurang dan anak mulai mengalami defisiensi besi, dimana fungsi otot dan otak terkena.
Eritrosit tidak berubah terlalu banyak pada titik ini karena tubuh kebanyakan menggunakan
besinya untuk membentuk hemoglobin.
Tetapi pada waktu ini, ketika besi serum sudah habis digunakan, tubuh mulai membentuk
lebih sedikit eritrosit dan menjadi anemia. Pada titik ini, gejala yang dialami:
19
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
menyebabkan berkurangnya perhatian, berkurangnya kewaspadaan, dan masalah belajar pada
anak. Level besi yang rendah juga bisa menyebabkan tubuh menyerap terlalu banyak timbal.
Prognosis
Dengan tatalaksana, prognosis cenderung baik. Pada banyak kasus, blood count akan kembali
normal dalam dua bulan.
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi (Fe serum, total iron binding capacity
(TIBC), saturasi transferin, feritin).
Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar Hb merupakan hal pertama
yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan diagnosis
ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH dan MCHC menurun sejajar dengan
penurunan kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena
perdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan keadaan
hipokromik, mikrositik, anisositosis dan poikilositosis (dapat ditemukan sel pensil, sel target,
ovalosit, mikrosit dan sel fragmen).
Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama dapat
terjadi granulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan infeksi cacing sering ditemukan
eosinofilia. Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya
terjadi pada penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia dihubungkan
dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejadian trombositosis dan
trombositopenia pada bayi dan anak hampir sama, yaitu trombositosis sekitar 35% dan
trombositopenia 28%.
Pada pemeriksaan status besi didapatkan kadar Fe serum menurun yang terikat pada
transferin, sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam sirkulasi
darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi transferin) yang dapat diperoleh
dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x 100%, merupakan suatu nilai yang
menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan sebagai penilaian terbaik untuk
mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam tubuh. SI (7%) dapat
dipakai untuk mendiagnosis ADB bila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau
pemeriksaan lainnya. Feritin serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik,
kecuali pada keadaan inflamasi dan keganasan. Titik pemilah ( cut off point) untuk feritin
serum pada ADB dipakai angka < 12 g/l, tetapi ada juga yang memakai < 15 g/l. untuk
daerah tropik dimana angka infeksi dan inflamasi masih tinggi, titik pemilah yang diajukan di
negeri Barat tampaknya perlu dikoreksi. Pada suatu penelitian pada pasien anemia di rumah
sakit di Bali pemakaian feritin seum < 20 g/l memberikan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan 96%. Sensitivitas tertinggi (84%) justru dicapai
pada pemakaian feritin serum
Hapusan darah tepi menunjukkan gambaran sel darah merah yang hipokrom
mikrositik. Anisositosis merupakan tanda awal defisiensi besi yang ditandai dengan
21
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
peningkatan RDS (red cell distribution width). Dan pada penggabungan MCV, MCH, MCHC
dam RDW makin meningkatkan spesifitas indeks eritrosit, dimana indeks eritrosit sudah
dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Hercberg untuk daerah
tropik menganjurkan memakai angka feritin serum 100 ug/dl eritrosit menunjukkan adanya
ADB. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya ADB lebih dini. Meningkatnya FEP disertai
ST yang menurun merupakan tanda ADB yang progresif. Jumlah cadangan besi tubuh dapat
diketahui dengan memeriksa kadar feritin serum. Pada pemeriksaan apus sumsum tulang
dapat ditemukan gambaran yang khas ADB yaitu hiperplasia sistem eritropoitik dan
berkurangnya hemosiderin.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya besi dapat diketahui dengan pewarnaan Prussian
blue.
22
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Penurunan cadangan zat besi
Pada stadium ini, aspirasi sum-sum tulang dengan pewarnaan prusian blue jelas
menunjukkan penurunan atau tidak adanya simpanan zat besi dalam makrofag. Kondisi ini
diikuti oleh penurunan kadar feritin serum.
Eritropoisis kekurangan zat besi
Kapasitas ikat besi total (TIBC) serum pertama-tama meningkat, lalu diikuti
penurunan mendadak zat besi serum. Akibatnya saturasi fungsional transferin turun secara
mencolok. Kadar saturasi transferin yang penting untuk mendukung eritropoisis adalah
sekitar 15%. Dibawah nilai ini, eritropoisis kekurangan zat besi tidak dapat dihindarkan. Sel
darah merah dalam sirkulasi menjadi lebih mikrositik dan hipokromik. Hal ini diikuti oleh
peningkatan FEP (Free Erytrocyte Protoporphyrin).
Kadar serum ferritin yang rendah (<15 g/L), disertai kadaryang rendah dari
hemoglobin atau hematocrit, menguatkan diagnosa dari anemia defisiensi besi. Peningkatan
serum transferrin receptor concentration (TfR) (>8.5 mg/L) merupakan indikator paling awal
dan paling sensitif dari defisiensi besi. Akan tetapi peningkatan TfR juga dapat terjadi pada
Thalassemia dan anemia hemolitik
Anemia defisiensi besi yang mencolok (stadium akhir).
Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya
masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum
23
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan besi masih
normal.
Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau iron limited
erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoisis. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin
menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Oral
Ferrous sulfat peroral 3x 200 mg selam 3-6 bulan , preparat diberikan saat perut kosong.
Efek samping: mual, muntah, konstipasi. Pada pasien yang tidak tahan terhadap efek
samping, pemberian ferrous sulfat dapat dilakukan saat makan.
Diberikan tambahan preparat vitamin C 3x 100 mg untuk meningkatkan penyerapan zat
besi.
Parenteral
Iron dextran complex (50 mg/mL) subkutan atau intravena pelan. Bertujuan untuk
mengemblikan kadar Hb dan mengisi besi hingga 50- 100 mg.
Dosis kebutuhan besi (mg) = [(15-Hb pasien) x BB x 2,4] + 500 atau 1000 mg
Rute ini bukan pilihan utam dan hanya dilakukan atas indikasi:
Gangguan pencernaan yang dapat kambuh jika diberikan preparat besi oral,
misalnya pada colitis ulseratif
c. Terapi lainnya
Diet:
Perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi
protein dalam hal ini diutamakan protein hewani.
Transfusi darah
Jenis darah yang diberikan: PRC
25
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Indikasi transfusi:
Hb< 4 gr/dL
PENCEGAHAN
1. Pendidikan Kesehatan:
a. Kesling : jamban, alas kaki untuk mencegah terjadinya infeksi cacing tambang yang dapat
menyebabkan defisiensi besi
b. Penyuluhan Gizi: Pemenuhan gizi seimbang, termasuk zat besi
2. Pemberantasan Infeksi cacing Tambang
3. Suplementasi Besi
4. Fortifikasi bahan makanan
EDUKASI
1. Pasien diminta untuk menjalani terapi dengan benar
2. Memberitahu pasien efek samping terapi farmakologi, seperti nausea
26
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
VI.
KERANGKA KONSEP
A, perempuan, 10 tahun
Asupan Nutrisi Kurang
Masa pertumbuhan
Anemia defisiensi
Gambaran hipokrom
besi
mikrositer
Penurunan
Penurunan
Penurunan
Penurunan
Hb
RBC
serum besi
Ferritin
Penurunan
Penurunan
Penurunan
MCH
kapasitas
Ht
angkut
oksigen
Penurunan LED
Penurunan
saturasi
transferin
Penurunan
Penurunan
MCHC
MCV
27
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
Perfusi
Mudah
perifer
lelah
menurun
Kompensasi
Kadar CO
meningkat
Peningkatan HR
Gagal jantung
Gangguan
hemodinamik
28
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
VII. KESIMPULAN
A, anak perempuan, usia 10 tahun mengalami pucat karena Anemia defisiensi besi
akibat asupan besi yang kurang dan sedang dalam masa pertumbuhan.
29
Illiyyah
04011281419105
Alpha 2014
DAFTAR PUSTAKA
Badriul Haigar et al. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diunduh
dari www.idai.or.id . Pada 12 Desember 2016.
Freeborn, Donna dan Beth Holloway. Iron-Deficiency Anemia in Children.
https://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?ContentTypeID=90&C
ontentID=P02323 . Diakses pada 13 Desember 2016.
Gersten,
Todd.
Anemia
Caused
by
Low
IronChildren.
https://medlineplus.gov/ency/article/007134.htm. Diakses pada 13 Desember 2016.
Gunadi,
Dedy.
2009.
Terapi
dan
Suplementasi
Besi
pada
Anak.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-3-10.pdf diakses pada 13 Desember 2016
Gupta,
Rupal
Christine.
2014.
Iron-Deficiency
Anemia.
http://kidshealth.org/en/parents/ida.html#. Diakses pada 13 Desember 2016.
Maria Abdulsalam et al. 2002. Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi.
Diunduh dari www.saripediatri.idai.or.id . Pada 12 Desember 2016.
Mayo Clinic Staff. 2016. Iron Deficiency in Children: Prevention Tips for Parents.
http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art20045634?pg=1. Diakses pada 13 Desember 2016.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Internal
Publishing.
30