Sie sind auf Seite 1von 40

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN ANGKA KEJADIAN

DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK


BERDASARKAN PENDEKATAN HL BLUM
Periode Juli-November 2014

Laporan Kesehatan Masyarakat


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Genuk
Periode Kepaniteraan 17 November 17 Januari 2014

Oleh :
Adhyaksa Mahardhika

01.209.5818

Dian Widyahandayani

01.209.5868

Adhi Nugroho

01.210.6063

Bintan Tsabatus Silmi

01.210.6107

Lura Sativa

01.210.6211

Nurul Ummi Rofiah

01.210.6242

Reza Firgina Pratama

01.210.6259

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN ANGKA KEJADIAN


DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK
BERDASARKAN PENDEKATAN HL BLUM
Periode September-Desember 2014
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Genuk Periode Kepaniteraan 17 November 17 Januari 2014
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Adhyaksa Mahardhika

01.209.5818

Dian Widyahandayani

01.209.5868

Adhi Nugroho

01.210.6063

Bintan Tsabatus Silmi

01.210.6107

Lura Sativa

01.210.6211

Nurul Ummi Rofiah

01.210.6242

Reza Firgina Pratama

01.210.6259

telah dinyatakan memenuhi syarat


Mengetahui
Kepala Puskesmas Genuk

dr. Reni Ervina

PembimbingKepanitraan IKM

dr. Rahmi
Kepala Bagian IKM FK Unissula

dr. Ophi Indria Desanti, MPH


Semarang, Desember 2014
Fakultas KedokteranUniversitas Islam Sultan Agung

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Genuk berdasarkan pendekatan HL- Blum periode Juli-November 2014.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil kunjungan
pasien dengan diabetes mellitus 8 Desember 2014 di Puskesmas Genuk.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

dr. Reni Ervina selaku Kepala Puskesmas Genuk yang telah memberikan bimbingan
dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

2.

di Puskesmas Genuk, Semarang.


dr. Syska Maolana dan dr. Rahmi selaku pembimbing Kepanitraan IKM di Puskesmas
Genuk yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh

3.

Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Genuk, Semarang.


Paramedis, beserta Staf Puskesmas Genuk atas bimbingan dan kerjasama yang telah
diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Genuk Semarang berdasarkan pendekatan HL Blum periode Juli-November 2014
di Puskesmas Genuk ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2014


Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................

ii

PRAKATA....................................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................

1.1 Latar belakang ......................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................
1.3 Tujuan penelitian ..................................................................
1.3.1 Tujuan umum ...........................................................
1.3.2 Tujuan khusus ..........................................................
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa..........................................
1.4.2 Manfaat bagi masyarakat..........................................

1
3
4
4
4
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................

2.1 Definisi..................................................................................
2.2 Etiologi..................................................................................
2.3 Faktor Risiko.........................................................................
2.4 Patofisilogi.............................................................................
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................
2.6 Diagnosa................................................................................
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................
2.8 Komplikasi............................................................................

5
5
6
7
8
9
10
12

ANALISA SITUASI..................................................................

13

3.1 Cara dan Waktu Pengamatan.................................................


3.2 Gambaran Umum..................................................................
3.3 Hasil pengamatan..................................................................
3.3.1 Identitas pasien................................................
3.3.2 Keluhan Pasien................................................
3.3.3 Anamnesis.......................................................
3.3.4 Pemeriksaan Fisik...........................................
3.3.5 Data Perkesmas...............................................
3.3.6 Data Lingkungan ............................................
3.3.7 Data Prilaku....................................................
3.3.8 Data Pelayanan Kesehatan Terdekat...............
3.3.9 Data Genetika..................................................

13
13
14
14
14
14
15
17
17
18
19
19

PEMBAHASAN ......................................................................

20

4.1 Analisa Penyebab Masalah....................................................


4.2 Ulasan Mengenai teori dan penelitian yang ada....................
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah.............................................

20
20
23

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

25

5.1 Kesimpulan............................................................................

25

5.2 Saran......................................................................................

25

5.2.1 Untuk pasien..................................................................

25

5.2.2 Untuk Puskesmas...........................................................

26

BAB IV PENUTUP.....................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

28

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

LAMPIRAN

........................................................................................

30

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas
tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya (WHO, 2011).
Kejadian diabetes melitus semakin hari semakin meningkat dilihat dari
meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Berdasarkan pola
pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada
sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM sebesar 4% maka akan didapatkan 7 juta orang dengan Diabetes
(Perkeni, 2006). Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan
di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu
penyakit kardiovaskuler (31,9%) termasuk diabetes mellitus (6,8%) dan stroke
(15,4%).
International Diabetes Federation juga menyatakan bahwa pasien DM di
Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 7,3 juta jiwa dan diperkirakan menjadi sekitar
11,8 juta jiwa pada tahun 2030. Pada tahun 2008 terdapat 8,4 juta penderita diabetes
melitus. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan pada tahun 2030 terjadi
ledakan jumlah penderita diabetes melitus yang luar biasa besarnya yaitu sekitar 21,3
juta penderita diabetes di Indonesia.
Diabetes Mellitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, sakit ginjal,

impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,


gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Komplikasi terburuk dapat terjadi
kematian akibat hipoglikemi atau koma diabetik. Untuk mencegah komplikasi yang
lebih serius perlu dilakukan diagnosis dini DM agar dapatdiberikan intervensi lebih
awal (Tjokroprawiro, 2001).
Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin (DM I) di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi
tertinggi adalah Kabupaten Semarang sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM
tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari
0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang
sebesar 7,93%.
dr. Abdal Hakim Tohari Sp.RM, MMR.

pada

Federasi

Nasional

2013

menyampaikan bahwa penderita Diabetes Melitus di Indonesia tahun 2013 mendapat


peringkat ke-7 tingkat dunia yakni mencapai angka 8,7 juta penderita. Tercatat 41%
yang mengetahui kondisi penyakitnya, sementara hanya 39% yang sudah
mendapatkan pengobatan. Ini menunjukkan 2% penderita yang mengetahui
penyakitnya belum mendapatkan pengobatan dan lebih dari 50% penderita tidak
mengetahui kondisi penyakitnya.
Data pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Genuk pada bulan Juli-November
2014 terdapat 30 kasus dimana pada bulan yang sama di tahun 2013 tidak ditemukan
kasus, dan pada tahun 2012 di bulan yang sama hanya terdapat 2 kasus.
2012
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Total

Laki- laki
0
0
0
0
0
0

Perempuan
0
1
0
0
1
2

Total
0
1
0
0
1
2

2013
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Total

Laki- laki
0
0
0
0
0
0

Perempuan
0
0
0
0
0
0

Total
0
0
0
0
0
0

2014
Juli
Agustus

Laki- laki
1
0

Perempuan
5
5

Total
6
5

September
Oktober
November
Total

2
0
1
4

6
6
4
26

8
6
5
30

Dari hasil tersebut kemungkinan angka jumlah penderita Diabetes Melitus masih
akan mengalami peningkatan pada tahun- tahun selanjutnya, oleh karena itu kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unissula Semarang di Puskesmas
Genuk ingin mengetahui hal-hal yang mempengaruhi

terjadinya penyakit Diabetes

Melitus berdasarkan pendekatan H.L. Blum.


1.2.

Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Genuk berdasarkan pendekatan HL
Blum?

1.3.

Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penemuan penyakit diabetes mellitus dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang


mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.

1.3.2.2.

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang


mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.

1.3.2.3.

Untuk

memperoleh

informasi

mengenai

faktor

pelayanan

kesehatanyang mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.


1.3.2.4.

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor keturunan yang


mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.

1.3.2.5.

Memperoleh hasil analisis penyebab masalah kasus diabetes mellitus


pada pasien dengan pendekatan HL Blum.

1.4.

Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1. Memberi informasi ilmiah secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan untuk memperkaya ilmu.

1.4.1.2. Memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang


ada di lapangan
1.4.2. Manfaat bagi masyarakat
1.4.2.1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang diabetes mellitus.
1.4.2.2. Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan
masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus
2.1.

Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolik yang secara genetik
dan klinis termasuk dalam kategori heterogen dengan adanya manifestasi
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, S,A., Wilson, L,M., 2006).
Diabetes mellitus termasuk dalam kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Pada hipoglikemia kronik berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Purnamasari,
2009).

2.2.

Epidemiologi Diabetes Mellitus


1. Distribusi dan Frekuensi
a. Menurut Orang
Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk
usia 45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung
diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun (Wild, 2004). Penderita DM
Tipe I biasanya berumur < 40 tahun dan penderita DM Tipe II biasanya
berumur 40 tahun (Johnson, 1998).
Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002,
diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar
3,6% dari sepuluh penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi
penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada
tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi
pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu sebanyak 42.000
kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7,9%) (Sam, 2007).
Berdasarkan penelitian Junita L.R Marpaung di RSU Pematang
Siantar tahun 2003-2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang
berusia 45 tahun dan 34 orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun.
Menurut penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat

239 orang (96 %) pasien DM yang berusia 40 tahun dan 10 orang (4 %)


yang berusia < 40 tahun.
b. Menurut Tempat
Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes
mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta),
Cina (20,8 juta), Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang
(6,8 juta) (Wild, 2004). Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Pulau
Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005, di DKI
Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM sebesar
12,8%.
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian
epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM
terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %,
Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7 %. Sedangkan
prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan antara lain
Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya
perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan
bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM (Soegondo, 2009).
c. Menurut Waktu
Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia,
dimana 1,4 juta atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan selebihnya
1,5 juta atau 51,72% pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau
34,48% kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta atau 65,52%
kematian terjadi di negara berkembang (Roglic, 2005). Pada tahun 2003,
WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk
dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007
mengalami peningkatan menjadi 7,3% (Tandra, 2008).
Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih
banyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan
faktor lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe II sebanyak
171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun
2030 (Pratiwi, 2007).
2.3.

Klasifikasi

Pada tahun 1997, American Diabetes Association menyarankan suatu


klasifikasi mengenai diabetes mellitus (Kumar, dkk, 2007) :
1.

Diabetes tipe I
a. Diperantarai oleh sistem imun (tipe 1A)
b. Idiopatik
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama
sekali memproduksi insulin (Sustrani, 2004). Kerusakan sel beta pankreas
dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis).
Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus
cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini
mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin
dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat (Soegondo, 2009).
Secara global DM Tipe I tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 %
dari semua penderita DM yang menderita DM Tipe I. DM Tipe I ini biasanya
bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau
remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1 mempunyai postur badan yang kurus
(Johnson, 1998).

2.

Diabetes tipe II
DM Tipe II atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling
sering dijumpai. DM Tipe II terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insulin. Pankreas masih bisa
menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan
baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya,
glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan
suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja
memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra,
2008).
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 %
individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
Penyakit DM Tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia
menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe

2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat
(Maryunani, 2008).
3.

Tipe diabetes spesifik lainnya


a. Defek genetik fungsi (dulu termasuk klasifikasi maturity-onset diabetes
of the young (MODY) sel beta yang ditandai adanya mutasi di :

1)

Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4

2)

Glukokinase

3)

Hepatocyte nuclear transcription factor 1

4)

Insulin promoter factor


b. Defek genetik pada kerja insulin (misal, resistensi insulin tipe A)
c. Penyakit pada pankreas eksokrin : pankreatitis, pankreatektomi,
neoplasia, fibrosis kistik, hemokromatosis
d. Endokrinopati

sindrom

Cushing,

akromegali,

feokromositoma,

hipertiroidisme, glukagonoma
e. Obat atau bahan kimia: glukokortikoid, tiazid, lain-lain
f. Infeksi : rubela kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, lain-lain
g. Bentuk jarang diabetes imunologik : sindrom Stiff man, antibodi anti
reseptor insulin
h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes : sindrom Down,
sindrom klinefellter, dan lain-lain
4.
2.4.

Diabetes mellitus gestasional


Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko timbulnya diabetes melitus (Pudiastuti, 2013) :

a.

Faktor keturunan
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak bisa diubah. DM
cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis
memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga
penderita

DM

memiliki

kemungkinan

lebih

besar

menderita

DM

dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Apabila


ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang
tersebut memiliki resiko 40% menderita DM (ADA, 2008).
DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan
dibandingkan dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1
mempunyai orang tua yang juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga

pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada penderita DM


Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai orangtua menderita DM juga
(Tandra, 2008).
Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk
menderita DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada
usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita
DM pada usia 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe
1, maka kemungkinan menderita DM adalah 1: 2 (ADA, 2008).
b.

Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 40 tahun
karena resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan
manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat
menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1
biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM
tipe 2 biasanya terjadi pada usia 40 tahun. Di negara-negara barat
ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari
penderita berusia di atas 85 tahun (Johnson, 1998).
Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005)
penderita DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur <
40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 6170 tahun (48 %).32 Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth
tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia 40 tahun dan 10
orang (4%) yang berusia < 40 tahun.

c.

Jenis Kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor
resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan
desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita
DM lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%).
Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di
Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%)
dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).

d.

Nutrisi

10

Nutrisi merupakan penyebab utama timbulnya DM tipe 2. Gaya hidup


yang salah serta adanya peningkatan angka harapan hidup merupakan faktor
yang membuat prevalensi DM meningkat. Makin banyak penduduk yang
kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya
kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa)
muncul sebagai menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi
minuman yang kaya gula (Tara, 2002).
Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk
diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan
dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orangorang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang
dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk
lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang
dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah
terkena DM dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT
35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat (Tandra, 2008).
e.

Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat
membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan
dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan
aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga
gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan
akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah
raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya
akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat
makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika
hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM (Lanywati,
2001).

f.

Kehamilan diabetes gestasional, tetapi akan menghilang setelah proses


melahirkan.

2.5.

g.

Obat-obatan yang dapat merusak organ pankreas.

h.

Racun yang dapat mempengaruhi pembentukan dan efek dari kerja insulin.
Patofisiologi

11

Badan memerlukan suatu energi agar dapat bekerja dengan baik. Energi
tersebut didapati dari adanya glukosa yang terbentuk dari karbohidrat, asam amino
dari protein, dan asam lemak dari lemak. Ketiga zat tersebut di proses di dalam sel
sehingga timbullah energi yang disebut metabolisme. Pada proses metabolisme
insulin berperan memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dirubah
menjadi bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh
sel beta pada pankreas (Suyono, 2005).
Pada Diabetes mellitus tipe 1 terjadi reaksi autoimun yang mana disebabkan
oleh adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) menyebabkan hancurnya sel beta.
Insulitis bisa disebabkan karena virus, misal virus cocksaki, rubella, CMV, herpes,
dan lain-lain (Suyono, 2005).
Sedangkan pada Diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin dalam tubuh
normal. Tetapi reseptor pada permukaan sel untuk menangkap insulin yang
berkurang. Reseptor insulin diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kunci ini yang berkurang
sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, glukosa yang masuk ke
dalam sel akan sedikit. Sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan
glukosa dalam darah meningkat (Suyono, 2005). Dengan demikian diabetes
mellitus tipe I dan tipe II sama-sama meningkatnya glukosa dalam darah akan
tetapi faktor yang memicu timbulnya kenaikan glukosa dalam darah berbeda.

2.6.

Manifestasi Klinis
Pada penderita diabetes mellitus sering kali tidak dirasakan dan disadari.
Beberapa dibawah ini gejala yang perlu diperhatikan (Subekti, 2005) :
a.

Keluhan Klasik
1. Penurunan berat badan dan rasa lemah

12

Dalam hal ini terjadi penurunan berat badan yang relaftif singkat
dan harus dicurigai. Karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel.
Sehingga sel kekurangan bahan bakar dan tidak bisa menghasilkan
energi. Sehingga bila tidak ada energi akan menimbulkan rasa lemah.
Untuk kelangsungan hidup, cadangan makanan diambil dari sel lemak
dan otot. Hal ini yang menimbulkan berkurangnya sel lemak dan otot
sehingga terjadi penurunan berat badan.
2. Banyak kencing
Karena sifat dari glukosa, glukosa yang tinggi di dalam darah bisa
menyebabkan kencing menjadi banyak. Hal ini bisa mengganggu
penderita terutama pada malam hari.
3. Banyak minum
Gejala ini berhubungan dengan gejala banyak kencing dari
penderita. Karena banyak cairan yang dikeluarkan lewat urin, sehingga
membuat terjadinya kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi).
Sehingga penderita akan sering minum.
4. Banyak makan
Makanan yang dicerna dalam tubuh selanjutnya akan di
metabolisme dalam tubuh sehingga menghasilkan glukosa. Akan tetapi
pada penderita diabetes glukosa ini tidak terlalu berfungsi dengan baik
karena hanya berada di pembuluh darah. Sehingga akan menimbulkan
rasa lapar.
b.

Keluhan Lain
1. Gangguan saraf tepi / kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan di kaki. Terutama
pada malam hari.

2. Gangguan penglihatan
Pada awal menderita diabetes mellitus sering terjadi gangguan
penglihatan. Sehingga penderita sering mengganti kaca mata agar bisa
melihat dengan baik.
3. Gatal/bisul

13

Gatal pada kulit ini biasanya terjadi di daerah kemaluan dan juga
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan bawah payudara. Sering juga
terjadi bisul dan luka yang lama sembuh.
4. Gangguan ereksi
Masalah mengenai ereksi ini merupakan masalah tersembunyi.
Karena hal ini berkaitan dengan budaya dan merupakan hal tabu untuk
dibicarakan.
5. Keputihan
Pada wanita keluhan ini merupakan keluhan yang sering dirasakan.
Bahkan terkadang ini merupakan gejala satu-satunya.
2.7.

Dasar Diagnosis
Langkah pertama untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus adalah
melihat gejala klinisnya. Biasanya gejala khas pada penderita DM (diabetes
mellitus) berupa poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), polifagi
(banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada laki-laki sedangkan pada wanita pruritus vulvae
(Soegondo, 2005).
Selain itu dalam pemeriksaan laboratorium kadar gula darah sewaktunya
200 mg/dl. Hal tersebut sudah cukup untuk mendiagnosis DM. Selain itu bisa juga
dengan kadar glukosa dalam darah puasa 126 mg/dl. Pada penderita yang tidak
begitu jelas terlihat gejala klinisnya, harus dilakukan lebih dari 1 kali pemeriksaan
laboratoriumnya dan mendapatkan hasil yang abnormal pada hari yang lain
(Soegondo, 2005).

14

Pemeriksaan

Bukan DM

Belum pastiDM

DM

Kadar glukosa darah Plasma vena


Darah kapiler
sewaktu (mg/dl)

< 110
< 90

110 199

200

90 199

200

Plasma vena
Darah kapiler

< 110
< 90

110 125

126

Kadar glukosa darah

Darah

puasa (mg/dl)

90 109

110

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dl)

Gambar 1. Algoritma Diagnosis Diabetes Mellitus


2.8.

Terapi

15

1. Terapi Non-Farmakologi
Langkah pertama mengelola diabetes selalu dengan pendekatan nonfarmakologi, yaitu berupa perencanaan makan/ terapi nutrisi medik, kegiatan
jasmani dan penurunan berat badan bila didapatkan berat badan lebih atau
obesitas.
Terapi non farmakologis :
a. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual.
Manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis antara lain:

Menurunkan berat badan

Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Penurunan kadar glukosa darah

Memperbaiki profil lipid

Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin

Memperbaiki system koagulasi darah

Tujuan

terapi

gizi

medis,

yaitu

untuk

mencapai

dan

mempertahankan kadar glukosa darah, tekanan darah dan profil lipid serta
berat badan normal.Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan
perubahan pola makan diabetisi antara lain, tinggi badan, berat badan,
status gizi, status kesehatan, aktivitas fisik dan factor usia; faktor fisiologi
seperti masa kehamilan, masa pertumbuhan, gangguan pencernaan pada
usia tua, dll; keadaan infeksi berat, status ekonomi, lingkungan, kebiasaan
atau tradisi di dalam lingkungan yang bersangkutan serta kemampuan
petugas.
Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien (karbohidrat,
protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).

1) Perhitungan Jumlah Kalori


a) Indeks Massa Tubuh (IMT)

16

IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam


kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat.
Dikategorikan menjadi berat badan kurang(IMT < 18,5),berat badan
normal (IMT 18,5 -22,9) dan berat badan lebih (IMT > 23,0). Untuk
kategori berat badan lebih, dikelompokkan lagi menjadi resiko
obesitas (IMT 23-24,9), obes I (IMT 25-29,9)dan Obes II (IMT >
30).
1) Rumus Brocca
Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman
berdasarkan rumus BBI (kg) = (TB cm-100) 10%. Untuk lakilaki <160 cm dan wanita <150cm perhitungan BB tidak
dikurangi 10%. Penentuan status gizi dihitung dari = (BB actual
: BB idaman) x 100%.
o BB kurang : <90% BBI
o BB normal : 90-110% BBI
o BB lebih : 110-120% BBI
o Gemuk : >120% BBI
2) Penentuan kebutuhan kalori per hari
a) Kebutuhan basal

Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori

Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori

b) Koreksi atau penyesuaian


o Umur diatas 40 tahun : -5%
o Aktivitas fisik :

Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton tv) : +10%

Aktivitas sedang (kerja kantoran, ibu rumah tangga,


perawat, dokter) : +20%

Aktivitas berat (olahragawan, tukang becak) : +30%

o Berat badan :

Berat badan gemuk : - (10 s.d 20)%

Berat badan kurus : + (10 s.d 20)%

c) Stress metabolic (infeksi, stress, stroke) : +(10 s.d 30)%


d) Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori
e) Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kalori

17

Penentuan tersebut dibagi 3 porsi besar untuk makan pagi


(20%), makan siang (30%), makan malam (25%) serta 2-3 porsi ringan
(10-15%) diantara makan besar.
3) Bahan makanan yang dikonsumsi
Bahan makanan yang dianjurkanuntuk Diet Diabetes Melitus
adalah:

Sumber karbohidrat kompleks : nasi, roti, mie, kentang,

singkong dan sagu.


Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit,tempe,

tahu dan kacang-kacangan.


Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan
yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar.


Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)untuk
Diet Diabetes Melitus adalah :
Mengandung banyak gula sederhana:Gula pasir, gula jawa,
sirup, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu

kental manis, minuman botol ringan dan es krim.


Mengandung banyak lemak : cake, makan siap saji ( fast

food), goreng-gorengan.
Mengandung banyak natrium: ikan asin, terlur asin, makanan

yang diawetkan
b. Latihan Jasmani
Kegiatan fisik diabetisi (tipe 1 maupun tipe 2) mengurangi risiko
kejadian kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik
akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun social
dan tampak sehat.
Pada diabetes dengan gula darah tak terkontrol, latihan jasmani akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton
yang dapat berakibat fatal. Pada kadar glukosa 332 mg/dl bila tetap
melakukan kegiatan jasmani, akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Bila
ingin melakukan latihan jasmani seorang diabetisi harus mempunyai kadar
glukosa darah tak lebih dari 250 mg/dl.
Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah,
menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak
tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.
Angka kesakitan dan kematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah
dibandingkan mereka yang santai. Pada kedua tipe diabetes manfaat latihan

18

jasmani secara teratur akan memperbaiki kapasitas latihan aerobic,


kekuatan otot dan mencegah osteoporosis.Latihan jasmani dianjurkan
dilakukan setelah makan, yaitu pada saat kadar gula darah berada pada
puncaknya.
2. Terapi farmakologi
Bila dengan terapi non-farmakologis belum tercapai, dilanjutkan
dengan penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Berikut ini adalah
contoh obat hiperglikemik oral yang tersedia di Indonesia :
Golongan

Dosis
Harian
250-3000
500-3000

Lama Kerja
(jam)
6-8
6-8

500

500-2000

24

Avandia
Actos
Deculin

4
15,30
15,30

4-8
15-30
15-45

24
24
24

1
1
1

Diabenese
Daonil
Euglukon
Minidiab
Glucotrol-XL
Diamicron
DiamicronMR
Glurenorm
Amaryl
Gluvas
Amadiab
Metrix

100-250
2,5-5

100-500
2,5-15

24-36
12-24

1
1-2

5-10
5-10
80
30
30
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4

5-20
5-20
80-240
30-120
30-120
0,5-6
1-6
1-6
1-6

10-16
12-16
10-20

1-2
1
1-2

Generik

Nama dagang

Metformin

Glucophage
Glumin
GlucophageXR
Glumin XR

500-850
500
500-750

Tiazolidindion/ Rosiglitazon
Glitazone
Pioglitazon
Sulfonilurea

Biguanid

Metformin
XR

Klorpropamid
Glibenklamid
Glipizid
Gliklazid
Glikuidon
Glimepirid

mg/tab

Glinid

Repaglinid
Nateglinid

NovoNorm
Starlix

0.5, 1,2
120

1,5-6
360

Penghambat
Glukosidase

Acarbose

Glucobay

50-100

100-300

Obat
kombinasi
tetap

Metformin + Glukovance
Glibenklamid
Metformin + Avandamet
Rosiglitazon

250/1,25
500/2,5
500/5
2mg/500m
g
4mg/500m

Frek/
hari
1-3
2-3
1

24
24
24
24

1
1
1
1

3
3
3
1-2

4mg/100
0
mg

12

19

8mg/100
0
Mg

Tabel 2. Obat Hipoglikemik Oral yang Tersedia di Indonesia


2.9.

Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus ada 2 yaitu muncul beberapa bulan
(secara akut) dan beberapa tahun sesudah mengidap DM (kronik).
a. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Komplikasi akut yang sering terjadi adalah reaksi hipoglikemia dan
koma diabetik.
Reaksi Hipoglikemia
Reaksi Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat kekurangan
glukosa dalam tubuh. Sehingga bisa terjadi rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya.
Pada penderita ini harus segera diberi pertolongan dengan pisang atau
roti. Bila tidak tertolong, berilah teh dengan satu gelas atau dua gelas gula.
Jika penderita tidak segera terobati, akan menyebabkan koma hipoglikemi
atau tidak sadarkan diri akibat kekurangan glukosa dalam tubuh.
Penderita dengan koma hipoglikemi harus dibawa ke rumah sakit
karena perlu mendapatkan suntikan glukosa 40% dan infus glukosa. Pada
penderita yang masih sadar atau sudah koma biasanya terjadi reaksi
hipoglikemi karena obat antidiabetes yang diminum dengan dosis yang terlalu
tinggi, atau bisa juga karena penderita telat makan, atau bisa juga karena
penderita berlatih fisik berlebihan.

Koma Diabetik
Koma diabetik adalah kebalikan dari reaksi hipoglikemi. Pada koma
diabetik terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah dan biasanya lebih
dari 600 mg/dl. Gejala pada koma diabetik adalah :
1. Nafsu makan yang turun (biasanya pada penderita DM terjadi
peningkatan nafsu makan),

20

2. Ada rasa haus, sehingga minum banyak, dan kencing banyak,


3. Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita yang menjadi
cepat dan dalam, serta berbau aseton,
4. Sering terjadi panas badan karena biasanya terjadi infeksi.
Penderita koma diabetik harus segera di bawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan.
b. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus
Pada penderita DM yang lengah atau tidak pendapatkan pengobatan
yang baik hal ini bisa menyerang ke seluruh anggota tubuhnya, mulai dari
rambut sampai ujung kaki termasuk alat tubuh yang lainnya. Tetapi
sebaliknya jika mendapatkan pengobatan dengan baik, tertib, dan teratur hal
tersebut tidak akan muncul (Tjokroprawiro, 2001).

BAB III
ANALISA SITUASI

3.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengamatan kasus DM dilakukan berdasarkan data kunjungan pasien


terdiagnosis DM di Puskesmas Genuk periode 1 Desember 20 Desember 2014.

21

Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi
lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di Muktiharjo Lor RT 01 /
RW III pada tanggal 9 Desember 2014.
3.2. Gambaran Umum
Wilayah kerja puskesmas genuk terletak dibagian timur dari kota Semarang,
berada di kelurahan Genuksari di wilayah kecamatan genuk.
Kecamatan terdiri dari 13 kelurahan dengan 2 puskesmas induk yaitu
puskesmas genuk dan puskesmas bangetayu. Puskesmas genuk merupakan salah satu
puskesmas di kota semarang yang sudah lama keberadaannya dan sudah dikenal oleh
masyarakat di wilayahnya dari kabupaten demak yang berbatasan dengan wilayah
puskesmas genuk kota semarang.
Wilayah kerja puskesmas genuk mempunyai luas wilayah 1,318,203 Ha yang
berbatasan dengan :
-

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah timur

: Kabupaten Demak

Sebelah selatan

: Wilayah kerja Puskesmas Bangetayu

Sebelah barat

: Wilayah kerja Puskesmas Gayamsari

Ketinggian tanah dari permukaan air laut ; 1,5-2 meter, makin kearah utara
makin rendah sehingga apabila hujan hampir 2/3 wilayah tergenang banjir.
Puskesmas genuk mempunyai 7 kelurahan binaan yaitu :
Tabel kelurahan Binaan
NO
1
2
3
4
5
6
7

3.3.

Kelurahan Binaan

JML

Genuksari
Banjardowo
Trimulyo
Muktiharjolor
Terboyo Kulon
Terboyo wetan
Gebangsari
TOTAL

Penduduk
14.712
8.337
7.100
4452
609
1430
7100
43737
RTP puskesmas, 2013

Hasil Pengamatan
3.3.1. Identitas Penderita
Nama

: Ny. S

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

L
7382
4144
1771
2275
312
735
3493

JML

7330
4193
1776
2177
297
695
3607

KK
2706
1819
884
1235
172
286
1657
8759

22

Alamat

: Muktiharjo Lor RT 01 / RW III

Agama

: Islam

Tanggal Berobat

: 8 Desember 2014

3.3.2. Keluhan Pasien


Keluhan Utama : lemas seluruh badan
3.3.3. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Genuk dengan keluhan lemas seluruh
tubuh dan ingin kontrol penyakit gula karena sudah terdiagnosis terkena
penyakit gula sejak tahun 2013 yang lalu. Keluhan lemas sering hilang timbul.
Keluhan ini dirasakan ketika pasien tidak menentu baik sedang melakukan
aktivitas seperti biasa maupun saat istirahat. Semakin hari keluhan semakin
bertambah hingga menyebabkan aktivitas pasien menjadi terganggu.
Selain itu pasien juga menyatakan bahwa dirinya merasa banyak makan
namun tidak kenyang, banyak minum karena seperti kehausan terus-menerus
dan banyak BAK (buang air kecil), BAK lebih sering pada malam hari (>5x
semalam) sehingga menganggu istirahat di malam hari. Pasien juga merasakan
pegal-pegal pada kaki, sehingga pasien pergi berobat ke Puskesmas Genuk
pada tahun 2013, pasien didiagnosa mengalami Diabetes Mellitus dengan GDP
221mg/dL, sejak didiagnosa DM pasien rutin berobat ke Puskesmas Genuk dan
ke praktek dokter setiap sebulan sekali dan meminum secara teratur obat yang
diberikan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat alergi disangkal.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga disangkal
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan suami dan keempat anaknya serta
menantu dan satu cucunya. Pasien sebagai ibu rumah tangga. Biaya
pengobatan ditanggung Jamkesmas.
3.3.4. Pemeriksaan Fisik

23

Tanda Vital
-

Kesadaran

: Composmentis

Suhu

: 36.5OC

Nadi

: 88 x per menit

Tekanan darah

: 110/70 mmhg

Pernafasan

: 20x per menit

Berat Badan

: 60 kg

Tinggi Badan

: 155cm

Status Gizi

: Cukup

Kepala

: Mesocephal

Leher

: Pembesaran KGB (-), Deviasi trakea (- )

Mata

: CA -/-, SI -/-

Hidung

: Sekret (-), nafas cuping hidung (-)

Telinga

: Gangguan pendengaran (-)

Mulut

: Bibir kering (-), sianosis (-)

Thorak
Inspeksi

: gerak hemithorak kanan dan kiri tidak ada yang

Palpasi
Perkusi

tertinggal
: tidak ada nyeri tekan
: sonor pada seluruh lapang paru, jantung dalam batas

Auskultasi

normal
: suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan, bunyi
jantung I-II reguler, bising jantung (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: cembung, supel
: tidak ada nyeri tekan
: thympani
: peristaltik usus (+) normal

Ekstremitas

: Akral dingin (-), ekstrimitas pucat (-), oedem (-)

3.3.5. Pemeriksaan Tambahan :

Pemeriksaan Gula Darah : GDP = 366 mg/dl (27 November 2014)


Tanggal
22 September 2013
21 Oktober 2013
20 Nopember 2013

GDP
221
284
259

mg/dL
mg/dL
mg/dL

24

21 Desember 2013
22 Januari 2014
18 Februari 2014
20 Maret 2014
20 April 2014
19 Mei 2014
20 Juni 2014
19 Agustus 2014

330
267
139
273
252
349
375
254

mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL

21 September 2014

273

mg/dL

3.3.6. Diagnosa : Diabetes melitus


3.3.7. Terapi yang didapat selama sakit :

Non farmakologi :
o Diet:
Mengurangi konsumsi makanan gula yang mengandung gula dan
karbohidrat, lemak, serta memperbanyak konsumsi makanan tinggi

serat sesuai dengan pola diet diabetes mellitus.


Farmakologi
o Metformin
: 1x 500 mg
o Glibenclamid : 2x 5 mg

3.3.8. Data Perkesmas


Identitas keluarga
Tabel 2.1. Data Identitas Anggota Keluarga
No

Anggota

Hubungan

Jenis

Keluarga

dengan pasien

Kelamin

Umur

Pendidikan

Pekerjaan
Ibu

Ny. S

Pasien

44 th

SD

Rumah
Tangga

Bp. A

Suami

50 th

SD

DA

Anak

24 th

SMP

SP

Anak

21 th

SMP

AS

Anak

11 th

TK

Bengkel
Buruh
pabrik
Buruh
pabrik
Sekolah

25

3.3.9. Data Lingkungan


a. Data Individu
Pasien usia 44 tahun, ibu rumah tangga, tinggal serumah dengan suami
dan ketiga anaknya.
b. Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami bekerja di bengkel dan
berpenghasilan kurang lebih Rp. 1.500.000,-setiap bulannya. Anaknya bekerja
sebagai buruh pabrik. Pendapatannya cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Pasien berobat menggunakan Jamkesmas.
c. Lingkungan Rumah
Rumah pasien luasnya 4m x 8m = 32 m2 yang dihuni oleh 5 orang
sehingga didapatkan kepadatan rumah

6 m2/orang. Rumah pasien disertai

ventilasi yang kurang baik pada ruang tamu, ruang tengah, maupun kamar.
Lantai rumah masih terbuat dari semen. Lingkungan sekitar rumah kumuh dan
terdapat genangan air di samping rumah pasien. Pasien mempunyai bak tandon
untuk menampung air bersih. Pasien memiliki WC/jamban, sehari hari jika
BAB di rumah.
Di rumah, pasien memasak sendiri untuk konsumsi sehari-hari. Semua
anggota keluarga tidak pernah membatasi makanan dan selalu makan apa saja
yang di sajikan kapanpun mereka menginginkan makan.
Aktifitas sehari-hari anggota keluarga juga jarang berolahraga, lebih
sering menghabiskan waktu didepan televisi saat berkumpul di rumah.
d. Masyarakat
Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan
dengan orang lain baik. Pasien sering mengikuti kegiatan sosial seperti
perkumpulan ibu PKK maupun pengajian. Tidak ada aktivitas olahraga yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Terdapat tetangga pasien
yang menderita sakit DM.
3.3.10. Data Perilaku
Sebelum mengetahui bahwa dirinya menderita DM, pasien makan nasi
sepiring sehari lima kali sehari dengan lauk seperti telur, tahu, tempe, ayam dan
sayur dan sering minum air manis (teh, sirup, susu). Pasien sering ngemil,
Beraktifitas seperti biasa bila dirumah (memasak, membersihkan rumah).

26

Pasien kurang suka berolahraga. Setelah mengetahui bahwa dirinya menderita


DM, pasien mengurangi jumlah konsumsi nasi dan mengurangi konsumsi gula
dalam minumannya. Pasien hanya tahu yang manis-manis yang dilarang.
Pasien kontrol secara rutin ke Puskesmas Genuk sebulan sekali untuk cek gula
darah. Pasien mengkonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Pengetahuan tentang deteksi dini penyakit DM dan pencegahannya masih
kurang, sehingga pola hidup sehat belum dijalankan dengan baik.
3.3.11. Data Pelayanan KesehatanTerdekat
Fasilitas kesehatan terdekat adalah praktek dokter, bidan swasta dan
Puskesmas Pembantu Genuk. Cara tempuh dengan berjalan kaki dengan waktu
tempuh 5 menit. Petugas kesehatan setempat belum pernah memberikan
penyuluhan tentang diabetes mellitus.

3.3.12. Data Genetika

Keterangan :
: Pasien
: tinggal dalam satu rumah
BAB IV
: Perempuan PEMBAHASAN
: Laki laki
4.1. Analisa Penyebab Masalah

27

Berdasarkan data diatas, dengan menggunakan pendekatan HL BLUM untuk


menyelesaikan permasalahan DM, didapatkan data bahwa lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetika/kependudukan dapat mempengaruhi terjadinya DM:
Gambaran Proses dan Masalah yang Diamati sesuai Pendekatan HL BLUM
Lingkungan

Keluarga pasien tidak pernah membatasi makanan dan selalu makan apa saja yang di sajikan

kapanpun mereka menginginkan makan


Aktifitas sehari-hari anggota keluarga jarang berolahraga, lebih sering menghabiskan waktu

didepan televisi saat berkumpul di rumah


Tidak ada aktivitas olahraga yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar

Genetik:

DM

Tidak ada riwayat Diabetes


Melitus pada keluarga pasien

Pelayanan Kesehatan:

Kurangnya edukasi tentang penyakit


DM dan diit pada penderita DM

Perilaku
- makan nasi sepiring sehari lima kali, sering minum air manis (teh, sirup,
susu), sering ngemil
beraktifitas seperti biasa bila dirumah (memasak, membersihkan rumah)
kurang suka berolahraga

4.2.

Ulasan mengenai teori dan penelitian yang ada


Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DM
1. Genetik
Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka
seseorang tersebut memiliki resiko 40% menderita DM (ADA, 2008).
Tetapi DM Tipe 1 yang lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan
dibandingkan dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1
mempunyai orang tua yang juga menderita DM, jika kedua orang tuanya
memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%, dan lebih dari
sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada
penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai orangtua
menderita DM juga (Tandra, 2008).
Secara keseluruhan, orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki
risiko 10-30% lebih besar dari pada orang yang memiliki ayah dengan DM.
Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu kandungan lebih besar dari ibu.

28

2. Perilaku
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan
insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk
ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak
dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul DM.
b. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau
kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes melitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat menganggu fungsi
pankreas dan mengakibatkan sekresi insulin. Sedangkan pola makan yang
berlebihan dapat mengakibatkan berat badan yang berlebihan yang
berdampak gangguan kerja insulin. Kegemukan adalah faktor resiko yang
paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian
DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM
Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan.
Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori
ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah (Tandra, 2008).
c. Pekerjaan
Pekerjaan

seseorang

mempengaruhi

tingkat

aktivitas

fisiknya.

Riskesdas 2007 mendapatkan prevalensi diabetes melitus tertinggi pada


kelompok yang tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Selain itu, orang yang
tidak bekerja memiliki aktivitas fisik yang kurang sehingga meningkatkan
risiko obesitas.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
indikator derajat kesehatan di Indonesia. Peran pelayanan kesehatan meliputi
tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Layanan kesehatan
mempengaruhi angka kejadian diabetes melitus dalam hal promotif dan

29

preventif seperti pemberian informasi dan penyuluhan tentang penyakit


diabetes mellitus dan pencegahannya, tindakan kuratif seperti tepat diagnosis
dan penanganan, serta rehabilitatif pada pasien diabetes melitus yang sudah
mengalami komplikasi.
Data pasien di Puskesmas Genuk menunjukan ketidak rutinan pasien
dalam berobat, sehingga diperlukan peran aktif pelayan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya mengontrol penyakit
diabetes

mellitus

mengingat

bahaya

dari

komplikasi

yang

dapat

ditimbulkannya.
4. Lingkungan
Menurut Tjokroprawiro kepribadian atau motivasi penderita untuk
mentaati diet, terapi dan latihan gerak badan dari dokter yang merawatnya
dan sadar semua itu untuk kepentingan dirinya sendiri merupakan faktor
kunci untuk menilai keterawatan penderita DM. Apabila penderita
mempunyai motivasi yang baik, maka dapat diyakini kalau hasil pengukuran
glukosa darah menggambarkan keadaan sebenarnya.
Keluarga sebagai salah satu lingkungan sosial terdekat dengan
penderita DM merupakan satu faktor yang potensial untuk mempengaruhi,
memberi contoh, dan membentuk motivasi yang sehat bagi penderita DM
dalam menjalankan penatalaksanaan DM untuk pengendalian kadar gula
darah penderita. Sehingga diperlukan peran serta keluarga untuk mendukung
pasien selama masa perawatan.
4.3.

Daftar Penyebab Masalah


Makan tidak terkontrol
Kurang aktifitas fisik
Kurang edukasi pelayan kesehatan
Kurang dukungan keluarga

30

4.4.

Prioritas Penyebab Masalah


URGENCY
Makan tidak

Kurang

Kurang

Kurang dukungan

Total

terkontrol

aktifitas

edukasi

keluarga

Horisontal

+
+

2
1

Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan

keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah

0
3
3

0
2
2

0
1
1

0
0
0

Makan tidak

Kurang

Kurang

Kurang dukungan

Total

terkontrol

aktifitas

edukasi

keluarga

Horisontal

+
+

1
1

SERIOUSNESS

Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan
keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah

0
0
2
2

0
1
1

2
1
3

0
0
0

Makan tidak

Kurang

Kurang

Kurang dukungan

Total

terkontrol

aktifitas

edukasi

keluarga

Horisontal

+
-

2
0
0

GROWTH

Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan

31
keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah

4.5.

0
3
3

0
2
2

1
0
1

Daftar Prioritas Penyebab Masalah

No

Daftar masalah

1
2
3
4

Makan yang tidak terkontrol


Kurang aktifitaas fisik
Kurangnya edukasi pelayan kesehatan mengenai DM
Kurang dukungan keluarga

4.6.

U
3
2
1
0

S
2
1
3
0

Total

3
2
0
1

Priorita

8
5
4
1

s
I
II
III
IV

Alternatif Pemecahan Masalah


4.7.

Tabel Alternatif Pemecahan Masalah

4.8. 4.9.

Masa

No

lah

4.14. 4.15.

Masal - Agar pasien melakukan

1.

0
0
0

ah
individu /
perilaku

4.10.

Tujuan

pola makan dan


hidup yang sehat.

4.11.

Sasara

4.12.

n
4.16.

Pasien

Strategi

4.13.

pelaksanaan
4.17.

Memberikan

Memberi eduk

dan bahaya ko
Memotivasi pa

makannya sesu
Memotivasi pa

informasi dan
edukasi tentang
diabetes mellitus
dan bagaimana cara

Pengem

32

mengatur pola
makan dan aktifitas
fisik pada orang

4.18. 4.19.
2.

Masal

ah
Pelayana
n
Kesehata
n

- Meningkatkan
tentang DM di

4.20.

Petugas

kesehatan

wilayah kerja
Puskesmas

4.22.

kadar gula dar


Memotivasi pa

bisa sembuh d

beresiko DM.

seumur hidup.

Memberi

Meningkatkan

tentang bahaya
Melatih tenaga

informasi tentang
pentingnya
membina pasien

memperhatikan

DM

pengetahuan p

4.25.

rutin dan meng


Memotivasi pa

DM dan yang

4.21.

frekuensi penyuluhan

Memberikan

informasi dan
edukasi tentang

- Agar keluarga pasien


4.23.

Duku

ngan
Keluarga

diabetes mellitus

dapat membantu
pasien sekaligus agar
keluarga memiliki

4.24.

Anggot

a keluarga

wawasan dan dapat


mencegah DM

dan bagaimana cara


mengenai pola

lingkungan pad
-

suatu penyakit
Memberi infor

fisik pada orang

dan berolahrag

4.27.
4.28.
4.29.
4.30.
4.31.
4.32.

5.1. Kesimpulan

tentang faktor
Memberi infor

keluarga ikut m

4.26.

4.35.

makan dan aktifitas

beresiko DM

4.34.

Memberi eduk

mendukung pasien

DM dan yang

4.33.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

33

4.36.

Dari analisa dengan H.L Blum

dapat diambil kesimpulan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Mellitus


berdasarkan pendekatan HL. Blum adalah perilaku kesehatan yang kurang baik,
pelayanan kesehatan dan lingkungan. Genetik tidak berpengaruh pada DM.

Berdasarkan kasus ini pola perilaku pasien yang kurang baik adalah kurang
mengontrol pola makan dan jarang berolahraga.

Berdasarkan kasus ini faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya


penyakit Diabetes Melitus terutama dari lingkungan keluarga

Berdasarkan kasus ini kurangnya penyuluhan dan edukasi pelayanan kesehatan


terhadap masyarakat berpengaruh dalam kejadian Diabetes Melitus.

Berdasarkan kasus ini faktor genetic tidak mempengaruhi terjadinya penyakit


Diabetes Melitus.

Hasil analisis penyebab masalah, perubahan perilaku menjadi prioritas penyebab


masalah Diabetes Mellitus
4.37.

5.2. Saran
5.2.1. Untuk pasien

Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit DM beserta gejala,


pengobatan dan pencegahannya.

Memotivasi penderita untuk diet rendah gula dan karbohidrat sesuai saran
ahli gizi.

Memotivasi penderita untuk rajin minum obat dan mengkontrol kadar


gula darah secara rutin.

5.2.2. Untuk Puskesmas

Melakukan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus dan menyarankan agar


masyarakat memeriksakan gula darah un*tuk masyarakat dengan usia
lebih dari 45 tahun.

Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah terutama pada pasien Diabetes


Mellitus yang dirasa efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai Diabetes mellitus.

34

4.38.
4.39.

BAB VI
PENUTUP

4.40.
4.41.

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada

penderita DM di Puskesmas Genuk. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan
bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat serta
dalam membangun kesehatan yang layak untuk masyarakat.
4.42.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan

masukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Genuk.
4.43.
4.44.
4.45.
4.46.
4.47.
4.48.
4.49.
4.50.
4.51.
4.52.
4.53.
4.54.
4.55.
4.56.
4.57.
4.58.
4.59.

DAFTAR PUSTAKA

35

4.60. Braundwald, Fauci, Hauser, Jameson, Kasper, Longo, Loscalzo, 2009, Horrisons
Princiles of Internal Medicine, Ed. 17, Mc Grow Hill : USA
4.61. International

Diabetes

Federation,

2009,

dalam

http://www.diabetesatlas.org/content/what-is-diabetes
4.62. Kumar, V., Robbins, S., T., Cotran, R., Z., 2007, Buku Ajar Patologi Volume 2, edisi 7,
Jakarta : EGC
4.63. Lubis, S., dkk, 2009, Diabetes, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
4.64. Price, Sylvia, A., Wilson, Lorraine, M, 2006, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC,
hlm.1111
4.65. Pudiastuti, R., D., 2013, Penyakit Penyakit Mematikan, Yogyakarta : Nuha Medica,
hlm. 49 80
4.66. Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : Suroyo, A.
W., ed, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid III. Jakarta : InternaPublishing,
hlm.1880-1883
4.67. Soegondo, S., Gustaviani, R., 2009, Sindrom Metabolik, Dalam :Sudoyo, A., W.,
Setiyohadi, B., dkk. , Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, edisi kelima, Jakarta : Internal
Publishing, hlm. 1849
4.68. Soegondo, Sidartawan, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai
Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : BAB III
Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4.69. Subekti, Imam, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : Materi Penyuluhan
1 : Apa itu Diabetes : Patofisiologi, Gejala, dan Tanda, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4.70. Suyono, Slamet, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : BAB II
Patofisiologi Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

36

4.71. Suyono, Slamet, 2009, Tentang DM di Indonesia, Dalam :Sudoyo, A., W., Setiyohadi,
B., dkk. , Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, edisi kelima, Jakarta : Internal Publishing, hlm.
187-189
4.72. Tjokroprawiro, Iskandar, 2001, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
4.73. World

Health

Organization,

http:///www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
4.74.
4.75.
4.76.
4.77.
4.78.
4.79.
4.80.
4.81.
4.82.
4.83.
4.84.
4.85.
4.86.
4.87.
4.88.
4.89.

2011,

dalam

Das könnte Ihnen auch gefallen