Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
Adhyaksa Mahardhika
01.209.5818
Dian Widyahandayani
01.209.5868
Adhi Nugroho
01.210.6063
01.210.6107
Lura Sativa
01.210.6211
01.210.6242
01.210.6259
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
01.209.5818
Dian Widyahandayani
01.209.5868
Adhi Nugroho
01.210.6063
01.210.6107
Lura Sativa
01.210.6211
01.210.6242
01.210.6259
PembimbingKepanitraan IKM
dr. Rahmi
Kepala Bagian IKM FK Unissula
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Genuk berdasarkan pendekatan HL- Blum periode Juli-November 2014.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil kunjungan
pasien dengan diabetes mellitus 8 Desember 2014 di Puskesmas Genuk.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
dr. Reni Ervina selaku Kepala Puskesmas Genuk yang telah memberikan bimbingan
dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
2.
3.
karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Genuk Semarang berdasarkan pendekatan HL Blum periode Juli-November 2014
di Puskesmas Genuk ini bermanfaat bagi semua pihak.
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
ii
PRAKATA....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................
1
3
4
4
4
4
4
4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
2.1 Definisi..................................................................................
2.2 Etiologi..................................................................................
2.3 Faktor Risiko.........................................................................
2.4 Patofisilogi.............................................................................
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................
2.6 Diagnosa................................................................................
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................
2.8 Komplikasi............................................................................
5
5
6
7
8
9
10
12
ANALISA SITUASI..................................................................
13
13
13
14
14
14
14
15
17
17
18
19
19
PEMBAHASAN ......................................................................
20
20
20
23
25
5.1 Kesimpulan............................................................................
25
5.2 Saran......................................................................................
25
25
26
BAB IV PENUTUP.....................................................................................
27
28
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
........................................................................................
30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas
tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya (WHO, 2011).
Kejadian diabetes melitus semakin hari semakin meningkat dilihat dari
meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Berdasarkan pola
pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada
sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM sebesar 4% maka akan didapatkan 7 juta orang dengan Diabetes
(Perkeni, 2006). Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan
di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu
penyakit kardiovaskuler (31,9%) termasuk diabetes mellitus (6,8%) dan stroke
(15,4%).
International Diabetes Federation juga menyatakan bahwa pasien DM di
Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 7,3 juta jiwa dan diperkirakan menjadi sekitar
11,8 juta jiwa pada tahun 2030. Pada tahun 2008 terdapat 8,4 juta penderita diabetes
melitus. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan pada tahun 2030 terjadi
ledakan jumlah penderita diabetes melitus yang luar biasa besarnya yaitu sekitar 21,3
juta penderita diabetes di Indonesia.
Diabetes Mellitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, sakit ginjal,
pada
Federasi
Nasional
2013
Laki- laki
0
0
0
0
0
0
Perempuan
0
1
0
0
1
2
Total
0
1
0
0
1
2
2013
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Total
Laki- laki
0
0
0
0
0
0
Perempuan
0
0
0
0
0
0
Total
0
0
0
0
0
0
2014
Juli
Agustus
Laki- laki
1
0
Perempuan
5
5
Total
6
5
September
Oktober
November
Total
2
0
1
4
6
6
4
26
8
6
5
30
Dari hasil tersebut kemungkinan angka jumlah penderita Diabetes Melitus masih
akan mengalami peningkatan pada tahun- tahun selanjutnya, oleh karena itu kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unissula Semarang di Puskesmas
Genuk ingin mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Genuk berdasarkan pendekatan HL
Blum?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penemuan penyakit diabetes mellitus dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.
1.3.2.2.
1.3.2.3.
Untuk
memperoleh
informasi
mengenai
faktor
pelayanan
1.3.2.5.
1.4.
Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1. Memberi informasi ilmiah secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan untuk memperkaya ilmu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus
2.1.
Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolik yang secara genetik
dan klinis termasuk dalam kategori heterogen dengan adanya manifestasi
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, S,A., Wilson, L,M., 2006).
Diabetes mellitus termasuk dalam kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Pada hipoglikemia kronik berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Purnamasari,
2009).
2.2.
Klasifikasi
Diabetes tipe I
a. Diperantarai oleh sistem imun (tipe 1A)
b. Idiopatik
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama
sekali memproduksi insulin (Sustrani, 2004). Kerusakan sel beta pankreas
dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis).
Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus
cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini
mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin
dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat (Soegondo, 2009).
Secara global DM Tipe I tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 %
dari semua penderita DM yang menderita DM Tipe I. DM Tipe I ini biasanya
bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau
remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1 mempunyai postur badan yang kurus
(Johnson, 1998).
2.
Diabetes tipe II
DM Tipe II atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling
sering dijumpai. DM Tipe II terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insulin. Pankreas masih bisa
menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan
baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya,
glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan
suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja
memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra,
2008).
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 %
individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
Penyakit DM Tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia
menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe
2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat
(Maryunani, 2008).
3.
1)
2)
Glukokinase
3)
4)
sindrom
Cushing,
akromegali,
feokromositoma,
hipertiroidisme, glukagonoma
e. Obat atau bahan kimia: glukokortikoid, tiazid, lain-lain
f. Infeksi : rubela kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, lain-lain
g. Bentuk jarang diabetes imunologik : sindrom Stiff man, antibodi anti
reseptor insulin
h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes : sindrom Down,
sindrom klinefellter, dan lain-lain
4.
2.4.
a.
Faktor keturunan
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak bisa diubah. DM
cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis
memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga
penderita
DM
memiliki
kemungkinan
lebih
besar
menderita
DM
Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 40 tahun
karena resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan
manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat
menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1
biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM
tipe 2 biasanya terjadi pada usia 40 tahun. Di negara-negara barat
ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari
penderita berusia di atas 85 tahun (Johnson, 1998).
Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005)
penderita DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur <
40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 6170 tahun (48 %).32 Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth
tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia 40 tahun dan 10
orang (4%) yang berusia < 40 tahun.
c.
Jenis Kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor
resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan
desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita
DM lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%).
Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di
Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%)
dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).
d.
Nutrisi
10
Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat
membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan
dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan
aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga
gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan
akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah
raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya
akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat
makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika
hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM (Lanywati,
2001).
f.
2.5.
g.
h.
Racun yang dapat mempengaruhi pembentukan dan efek dari kerja insulin.
Patofisiologi
11
Badan memerlukan suatu energi agar dapat bekerja dengan baik. Energi
tersebut didapati dari adanya glukosa yang terbentuk dari karbohidrat, asam amino
dari protein, dan asam lemak dari lemak. Ketiga zat tersebut di proses di dalam sel
sehingga timbullah energi yang disebut metabolisme. Pada proses metabolisme
insulin berperan memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dirubah
menjadi bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh
sel beta pada pankreas (Suyono, 2005).
Pada Diabetes mellitus tipe 1 terjadi reaksi autoimun yang mana disebabkan
oleh adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) menyebabkan hancurnya sel beta.
Insulitis bisa disebabkan karena virus, misal virus cocksaki, rubella, CMV, herpes,
dan lain-lain (Suyono, 2005).
Sedangkan pada Diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin dalam tubuh
normal. Tetapi reseptor pada permukaan sel untuk menangkap insulin yang
berkurang. Reseptor insulin diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang kunci ini yang berkurang
sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, glukosa yang masuk ke
dalam sel akan sedikit. Sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan
glukosa dalam darah meningkat (Suyono, 2005). Dengan demikian diabetes
mellitus tipe I dan tipe II sama-sama meningkatnya glukosa dalam darah akan
tetapi faktor yang memicu timbulnya kenaikan glukosa dalam darah berbeda.
2.6.
Manifestasi Klinis
Pada penderita diabetes mellitus sering kali tidak dirasakan dan disadari.
Beberapa dibawah ini gejala yang perlu diperhatikan (Subekti, 2005) :
a.
Keluhan Klasik
1. Penurunan berat badan dan rasa lemah
12
Dalam hal ini terjadi penurunan berat badan yang relaftif singkat
dan harus dicurigai. Karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel.
Sehingga sel kekurangan bahan bakar dan tidak bisa menghasilkan
energi. Sehingga bila tidak ada energi akan menimbulkan rasa lemah.
Untuk kelangsungan hidup, cadangan makanan diambil dari sel lemak
dan otot. Hal ini yang menimbulkan berkurangnya sel lemak dan otot
sehingga terjadi penurunan berat badan.
2. Banyak kencing
Karena sifat dari glukosa, glukosa yang tinggi di dalam darah bisa
menyebabkan kencing menjadi banyak. Hal ini bisa mengganggu
penderita terutama pada malam hari.
3. Banyak minum
Gejala ini berhubungan dengan gejala banyak kencing dari
penderita. Karena banyak cairan yang dikeluarkan lewat urin, sehingga
membuat terjadinya kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi).
Sehingga penderita akan sering minum.
4. Banyak makan
Makanan yang dicerna dalam tubuh selanjutnya akan di
metabolisme dalam tubuh sehingga menghasilkan glukosa. Akan tetapi
pada penderita diabetes glukosa ini tidak terlalu berfungsi dengan baik
karena hanya berada di pembuluh darah. Sehingga akan menimbulkan
rasa lapar.
b.
Keluhan Lain
1. Gangguan saraf tepi / kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan di kaki. Terutama
pada malam hari.
2. Gangguan penglihatan
Pada awal menderita diabetes mellitus sering terjadi gangguan
penglihatan. Sehingga penderita sering mengganti kaca mata agar bisa
melihat dengan baik.
3. Gatal/bisul
13
Gatal pada kulit ini biasanya terjadi di daerah kemaluan dan juga
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan bawah payudara. Sering juga
terjadi bisul dan luka yang lama sembuh.
4. Gangguan ereksi
Masalah mengenai ereksi ini merupakan masalah tersembunyi.
Karena hal ini berkaitan dengan budaya dan merupakan hal tabu untuk
dibicarakan.
5. Keputihan
Pada wanita keluhan ini merupakan keluhan yang sering dirasakan.
Bahkan terkadang ini merupakan gejala satu-satunya.
2.7.
Dasar Diagnosis
Langkah pertama untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus adalah
melihat gejala klinisnya. Biasanya gejala khas pada penderita DM (diabetes
mellitus) berupa poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), polifagi
(banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada laki-laki sedangkan pada wanita pruritus vulvae
(Soegondo, 2005).
Selain itu dalam pemeriksaan laboratorium kadar gula darah sewaktunya
200 mg/dl. Hal tersebut sudah cukup untuk mendiagnosis DM. Selain itu bisa juga
dengan kadar glukosa dalam darah puasa 126 mg/dl. Pada penderita yang tidak
begitu jelas terlihat gejala klinisnya, harus dilakukan lebih dari 1 kali pemeriksaan
laboratoriumnya dan mendapatkan hasil yang abnormal pada hari yang lain
(Soegondo, 2005).
14
Pemeriksaan
Bukan DM
Belum pastiDM
DM
< 110
< 90
110 199
200
90 199
200
Plasma vena
Darah kapiler
< 110
< 90
110 125
126
Darah
puasa (mg/dl)
90 109
110
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dl)
Terapi
15
1. Terapi Non-Farmakologi
Langkah pertama mengelola diabetes selalu dengan pendekatan nonfarmakologi, yaitu berupa perencanaan makan/ terapi nutrisi medik, kegiatan
jasmani dan penurunan berat badan bila didapatkan berat badan lebih atau
obesitas.
Terapi non farmakologis :
a. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual.
Manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis antara lain:
Tujuan
terapi
gizi
medis,
yaitu
untuk
mencapai
dan
mempertahankan kadar glukosa darah, tekanan darah dan profil lipid serta
berat badan normal.Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan
perubahan pola makan diabetisi antara lain, tinggi badan, berat badan,
status gizi, status kesehatan, aktivitas fisik dan factor usia; faktor fisiologi
seperti masa kehamilan, masa pertumbuhan, gangguan pencernaan pada
usia tua, dll; keadaan infeksi berat, status ekonomi, lingkungan, kebiasaan
atau tradisi di dalam lingkungan yang bersangkutan serta kemampuan
petugas.
Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien (karbohidrat,
protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).
16
o Berat badan :
17
food), goreng-gorengan.
Mengandung banyak natrium: ikan asin, terlur asin, makanan
yang diawetkan
b. Latihan Jasmani
Kegiatan fisik diabetisi (tipe 1 maupun tipe 2) mengurangi risiko
kejadian kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik
akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun social
dan tampak sehat.
Pada diabetes dengan gula darah tak terkontrol, latihan jasmani akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton
yang dapat berakibat fatal. Pada kadar glukosa 332 mg/dl bila tetap
melakukan kegiatan jasmani, akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Bila
ingin melakukan latihan jasmani seorang diabetisi harus mempunyai kadar
glukosa darah tak lebih dari 250 mg/dl.
Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah,
menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak
tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.
Angka kesakitan dan kematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah
dibandingkan mereka yang santai. Pada kedua tipe diabetes manfaat latihan
18
Dosis
Harian
250-3000
500-3000
Lama Kerja
(jam)
6-8
6-8
500
500-2000
24
Avandia
Actos
Deculin
4
15,30
15,30
4-8
15-30
15-45
24
24
24
1
1
1
Diabenese
Daonil
Euglukon
Minidiab
Glucotrol-XL
Diamicron
DiamicronMR
Glurenorm
Amaryl
Gluvas
Amadiab
Metrix
100-250
2,5-5
100-500
2,5-15
24-36
12-24
1
1-2
5-10
5-10
80
30
30
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
5-20
5-20
80-240
30-120
30-120
0,5-6
1-6
1-6
1-6
10-16
12-16
10-20
1-2
1
1-2
Generik
Nama dagang
Metformin
Glucophage
Glumin
GlucophageXR
Glumin XR
500-850
500
500-750
Tiazolidindion/ Rosiglitazon
Glitazone
Pioglitazon
Sulfonilurea
Biguanid
Metformin
XR
Klorpropamid
Glibenklamid
Glipizid
Gliklazid
Glikuidon
Glimepirid
mg/tab
Glinid
Repaglinid
Nateglinid
NovoNorm
Starlix
0.5, 1,2
120
1,5-6
360
Penghambat
Glukosidase
Acarbose
Glucobay
50-100
100-300
Obat
kombinasi
tetap
Metformin + Glukovance
Glibenklamid
Metformin + Avandamet
Rosiglitazon
250/1,25
500/2,5
500/5
2mg/500m
g
4mg/500m
Frek/
hari
1-3
2-3
1
24
24
24
24
1
1
1
1
3
3
3
1-2
4mg/100
0
mg
12
19
8mg/100
0
Mg
Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus ada 2 yaitu muncul beberapa bulan
(secara akut) dan beberapa tahun sesudah mengidap DM (kronik).
a. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Komplikasi akut yang sering terjadi adalah reaksi hipoglikemia dan
koma diabetik.
Reaksi Hipoglikemia
Reaksi Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat kekurangan
glukosa dalam tubuh. Sehingga bisa terjadi rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya.
Pada penderita ini harus segera diberi pertolongan dengan pisang atau
roti. Bila tidak tertolong, berilah teh dengan satu gelas atau dua gelas gula.
Jika penderita tidak segera terobati, akan menyebabkan koma hipoglikemi
atau tidak sadarkan diri akibat kekurangan glukosa dalam tubuh.
Penderita dengan koma hipoglikemi harus dibawa ke rumah sakit
karena perlu mendapatkan suntikan glukosa 40% dan infus glukosa. Pada
penderita yang masih sadar atau sudah koma biasanya terjadi reaksi
hipoglikemi karena obat antidiabetes yang diminum dengan dosis yang terlalu
tinggi, atau bisa juga karena penderita telat makan, atau bisa juga karena
penderita berlatih fisik berlebihan.
Koma Diabetik
Koma diabetik adalah kebalikan dari reaksi hipoglikemi. Pada koma
diabetik terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah dan biasanya lebih
dari 600 mg/dl. Gejala pada koma diabetik adalah :
1. Nafsu makan yang turun (biasanya pada penderita DM terjadi
peningkatan nafsu makan),
20
BAB III
ANALISA SITUASI
21
Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi
lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di Muktiharjo Lor RT 01 /
RW III pada tanggal 9 Desember 2014.
3.2. Gambaran Umum
Wilayah kerja puskesmas genuk terletak dibagian timur dari kota Semarang,
berada di kelurahan Genuksari di wilayah kecamatan genuk.
Kecamatan terdiri dari 13 kelurahan dengan 2 puskesmas induk yaitu
puskesmas genuk dan puskesmas bangetayu. Puskesmas genuk merupakan salah satu
puskesmas di kota semarang yang sudah lama keberadaannya dan sudah dikenal oleh
masyarakat di wilayahnya dari kabupaten demak yang berbatasan dengan wilayah
puskesmas genuk kota semarang.
Wilayah kerja puskesmas genuk mempunyai luas wilayah 1,318,203 Ha yang
berbatasan dengan :
-
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah timur
: Kabupaten Demak
Sebelah selatan
Sebelah barat
Ketinggian tanah dari permukaan air laut ; 1,5-2 meter, makin kearah utara
makin rendah sehingga apabila hujan hampir 2/3 wilayah tergenang banjir.
Puskesmas genuk mempunyai 7 kelurahan binaan yaitu :
Tabel kelurahan Binaan
NO
1
2
3
4
5
6
7
3.3.
Kelurahan Binaan
JML
Genuksari
Banjardowo
Trimulyo
Muktiharjolor
Terboyo Kulon
Terboyo wetan
Gebangsari
TOTAL
Penduduk
14.712
8.337
7.100
4452
609
1430
7100
43737
RTP puskesmas, 2013
Hasil Pengamatan
3.3.1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. S
Umur
: 44 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
L
7382
4144
1771
2275
312
735
3493
JML
7330
4193
1776
2177
297
695
3607
KK
2706
1819
884
1235
172
286
1657
8759
22
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal Berobat
: 8 Desember 2014
23
Tanda Vital
-
Kesadaran
: Composmentis
Suhu
: 36.5OC
Nadi
: 88 x per menit
Tekanan darah
: 110/70 mmhg
Pernafasan
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 155cm
Status Gizi
: Cukup
Kepala
: Mesocephal
Leher
Mata
: CA -/-, SI -/-
Hidung
Telinga
Mulut
Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
tertinggal
: tidak ada nyeri tekan
: sonor pada seluruh lapang paru, jantung dalam batas
Auskultasi
normal
: suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan, bunyi
jantung I-II reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: cembung, supel
: tidak ada nyeri tekan
: thympani
: peristaltik usus (+) normal
Ekstremitas
GDP
221
284
259
mg/dL
mg/dL
mg/dL
24
21 Desember 2013
22 Januari 2014
18 Februari 2014
20 Maret 2014
20 April 2014
19 Mei 2014
20 Juni 2014
19 Agustus 2014
330
267
139
273
252
349
375
254
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
21 September 2014
273
mg/dL
Non farmakologi :
o Diet:
Mengurangi konsumsi makanan gula yang mengandung gula dan
karbohidrat, lemak, serta memperbanyak konsumsi makanan tinggi
Anggota
Hubungan
Jenis
Keluarga
dengan pasien
Kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ibu
Ny. S
Pasien
44 th
SD
Rumah
Tangga
Bp. A
Suami
50 th
SD
DA
Anak
24 th
SMP
SP
Anak
21 th
SMP
AS
Anak
11 th
TK
Bengkel
Buruh
pabrik
Buruh
pabrik
Sekolah
25
ventilasi yang kurang baik pada ruang tamu, ruang tengah, maupun kamar.
Lantai rumah masih terbuat dari semen. Lingkungan sekitar rumah kumuh dan
terdapat genangan air di samping rumah pasien. Pasien mempunyai bak tandon
untuk menampung air bersih. Pasien memiliki WC/jamban, sehari hari jika
BAB di rumah.
Di rumah, pasien memasak sendiri untuk konsumsi sehari-hari. Semua
anggota keluarga tidak pernah membatasi makanan dan selalu makan apa saja
yang di sajikan kapanpun mereka menginginkan makan.
Aktifitas sehari-hari anggota keluarga juga jarang berolahraga, lebih
sering menghabiskan waktu didepan televisi saat berkumpul di rumah.
d. Masyarakat
Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan
dengan orang lain baik. Pasien sering mengikuti kegiatan sosial seperti
perkumpulan ibu PKK maupun pengajian. Tidak ada aktivitas olahraga yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Terdapat tetangga pasien
yang menderita sakit DM.
3.3.10. Data Perilaku
Sebelum mengetahui bahwa dirinya menderita DM, pasien makan nasi
sepiring sehari lima kali sehari dengan lauk seperti telur, tahu, tempe, ayam dan
sayur dan sering minum air manis (teh, sirup, susu). Pasien sering ngemil,
Beraktifitas seperti biasa bila dirumah (memasak, membersihkan rumah).
26
Keterangan :
: Pasien
: tinggal dalam satu rumah
BAB IV
: Perempuan PEMBAHASAN
: Laki laki
4.1. Analisa Penyebab Masalah
27
Keluarga pasien tidak pernah membatasi makanan dan selalu makan apa saja yang di sajikan
Genetik:
DM
Pelayanan Kesehatan:
Perilaku
- makan nasi sepiring sehari lima kali, sering minum air manis (teh, sirup,
susu), sering ngemil
beraktifitas seperti biasa bila dirumah (memasak, membersihkan rumah)
kurang suka berolahraga
4.2.
28
2. Perilaku
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan
insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk
ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak
dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul DM.
b. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau
kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes melitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat menganggu fungsi
pankreas dan mengakibatkan sekresi insulin. Sedangkan pola makan yang
berlebihan dapat mengakibatkan berat badan yang berlebihan yang
berdampak gangguan kerja insulin. Kegemukan adalah faktor resiko yang
paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian
DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM
Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan.
Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori
ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah (Tandra, 2008).
c. Pekerjaan
Pekerjaan
seseorang
mempengaruhi
tingkat
aktivitas
fisiknya.
29
mellitus
mengingat
bahaya
dari
komplikasi
yang
dapat
ditimbulkannya.
4. Lingkungan
Menurut Tjokroprawiro kepribadian atau motivasi penderita untuk
mentaati diet, terapi dan latihan gerak badan dari dokter yang merawatnya
dan sadar semua itu untuk kepentingan dirinya sendiri merupakan faktor
kunci untuk menilai keterawatan penderita DM. Apabila penderita
mempunyai motivasi yang baik, maka dapat diyakini kalau hasil pengukuran
glukosa darah menggambarkan keadaan sebenarnya.
Keluarga sebagai salah satu lingkungan sosial terdekat dengan
penderita DM merupakan satu faktor yang potensial untuk mempengaruhi,
memberi contoh, dan membentuk motivasi yang sehat bagi penderita DM
dalam menjalankan penatalaksanaan DM untuk pengendalian kadar gula
darah penderita. Sehingga diperlukan peran serta keluarga untuk mendukung
pasien selama masa perawatan.
4.3.
30
4.4.
Kurang
Kurang
Kurang dukungan
Total
terkontrol
aktifitas
edukasi
keluarga
Horisontal
+
+
2
1
Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan
keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah
0
3
3
0
2
2
0
1
1
0
0
0
Makan tidak
Kurang
Kurang
Kurang dukungan
Total
terkontrol
aktifitas
edukasi
keluarga
Horisontal
+
+
1
1
SERIOUSNESS
Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan
keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah
0
0
2
2
0
1
1
2
1
3
0
0
0
Makan tidak
Kurang
Kurang
Kurang dukungan
Total
terkontrol
aktifitas
edukasi
keluarga
Horisontal
+
-
2
0
0
GROWTH
Makan tidak
terkontrol
Kurang aktifitas
Kurang edukasi
Kurang dukungan
31
keluarga
Total vertical
Total Horisontal
Jumlah
4.5.
0
3
3
0
2
2
1
0
1
No
Daftar masalah
1
2
3
4
4.6.
U
3
2
1
0
S
2
1
3
0
Total
3
2
0
1
Priorita
8
5
4
1
s
I
II
III
IV
4.8. 4.9.
Masa
No
lah
4.14. 4.15.
1.
0
0
0
ah
individu /
perilaku
4.10.
Tujuan
4.11.
Sasara
4.12.
n
4.16.
Pasien
Strategi
4.13.
pelaksanaan
4.17.
Memberikan
Memberi eduk
dan bahaya ko
Memotivasi pa
makannya sesu
Memotivasi pa
informasi dan
edukasi tentang
diabetes mellitus
dan bagaimana cara
Pengem
32
mengatur pola
makan dan aktifitas
fisik pada orang
4.18. 4.19.
2.
Masal
ah
Pelayana
n
Kesehata
n
- Meningkatkan
tentang DM di
4.20.
Petugas
kesehatan
wilayah kerja
Puskesmas
4.22.
bisa sembuh d
beresiko DM.
seumur hidup.
Memberi
Meningkatkan
tentang bahaya
Melatih tenaga
informasi tentang
pentingnya
membina pasien
memperhatikan
DM
pengetahuan p
4.25.
DM dan yang
4.21.
frekuensi penyuluhan
Memberikan
informasi dan
edukasi tentang
Duku
ngan
Keluarga
diabetes mellitus
dapat membantu
pasien sekaligus agar
keluarga memiliki
4.24.
Anggot
a keluarga
lingkungan pad
-
suatu penyakit
Memberi infor
dan berolahrag
4.27.
4.28.
4.29.
4.30.
4.31.
4.32.
5.1. Kesimpulan
tentang faktor
Memberi infor
keluarga ikut m
4.26.
4.35.
beresiko DM
4.34.
Memberi eduk
mendukung pasien
DM dan yang
4.33.
BAB V
33
4.36.
Berdasarkan kasus ini pola perilaku pasien yang kurang baik adalah kurang
mengontrol pola makan dan jarang berolahraga.
5.2. Saran
5.2.1. Untuk pasien
Memotivasi penderita untuk diet rendah gula dan karbohidrat sesuai saran
ahli gizi.
34
4.38.
4.39.
BAB VI
PENUTUP
4.40.
4.41.
penderita DM di Puskesmas Genuk. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan
bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat serta
dalam membangun kesehatan yang layak untuk masyarakat.
4.42.
masukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Genuk.
4.43.
4.44.
4.45.
4.46.
4.47.
4.48.
4.49.
4.50.
4.51.
4.52.
4.53.
4.54.
4.55.
4.56.
4.57.
4.58.
4.59.
DAFTAR PUSTAKA
35
4.60. Braundwald, Fauci, Hauser, Jameson, Kasper, Longo, Loscalzo, 2009, Horrisons
Princiles of Internal Medicine, Ed. 17, Mc Grow Hill : USA
4.61. International
Diabetes
Federation,
2009,
dalam
http://www.diabetesatlas.org/content/what-is-diabetes
4.62. Kumar, V., Robbins, S., T., Cotran, R., Z., 2007, Buku Ajar Patologi Volume 2, edisi 7,
Jakarta : EGC
4.63. Lubis, S., dkk, 2009, Diabetes, PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
4.64. Price, Sylvia, A., Wilson, Lorraine, M, 2006, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC,
hlm.1111
4.65. Pudiastuti, R., D., 2013, Penyakit Penyakit Mematikan, Yogyakarta : Nuha Medica,
hlm. 49 80
4.66. Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : Suroyo, A.
W., ed, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid III. Jakarta : InternaPublishing,
hlm.1880-1883
4.67. Soegondo, S., Gustaviani, R., 2009, Sindrom Metabolik, Dalam :Sudoyo, A., W.,
Setiyohadi, B., dkk. , Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, edisi kelima, Jakarta : Internal
Publishing, hlm. 1849
4.68. Soegondo, Sidartawan, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai
Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : BAB III
Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4.69. Subekti, Imam, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : Materi Penyuluhan
1 : Apa itu Diabetes : Patofisiologi, Gejala, dan Tanda, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4.70. Suyono, Slamet, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator : BAB II
Patofisiologi Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
36
4.71. Suyono, Slamet, 2009, Tentang DM di Indonesia, Dalam :Sudoyo, A., W., Setiyohadi,
B., dkk. , Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, edisi kelima, Jakarta : Internal Publishing, hlm.
187-189
4.72. Tjokroprawiro, Iskandar, 2001, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
4.73. World
Health
Organization,
http:///www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
4.74.
4.75.
4.76.
4.77.
4.78.
4.79.
4.80.
4.81.
4.82.
4.83.
4.84.
4.85.
4.86.
4.87.
4.88.
4.89.
2011,
dalam