Sie sind auf Seite 1von 12

Tugas Kuliah Dinamika Populasi

Kompetisi dan Interaksi Interspesifik pohon Cendana Di Nusa


Tenggara Timur
(Sumber : Hery Kurniawan. 2012. Strata Tajuk Dan Kompetisi
Pertumbuhan Cendana (Santalum album Linn.) Di Pulau Timor)

Disusun oleh:
Muh. Rezzafiqrullah R
E351150121

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika


Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
2015

PENDAHULUAN
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap
individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik
individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian
banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar individu yang bersifat negatif (ada pihak yang
dirugikan) akan memunculkan individu yang bersifat adaptif, artinya individu yang mampu
bertahan karena adanya interaksi dengan individu yang lain. Interaksi antar individu dalam
suatu populasi dapat bersifat positif (saling berkerjasama atau simbiosis. Dalam interaksi
antar individu dalam populasi perlu diperhatikan :
1.

Jumlah atau batas individu yang layak dalam populasi sehingga populasi tersebut
mampu untuk mempertahankan jenisnya.

2.

Kepadatan populasi yang dapat mempengaruhi berubahnya tingkah laku individu


dalam populasi, dan

3.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi interaksi individu dalam populasi antara lain :
natalitas, mortalitas dan ketahanan hidup populasi (adaptif).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan

yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh (Kastono, 2005 dalam Hairiah et. al 2012). Definisi kompetisi sebagai interaksi
antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam
hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan
permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin
bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang
gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara
simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1973).
Pada prinsipnya ada tiga macam interaksi yaitu:
Interaksi positif (complementarity = saling menguntungkan): bila peningkatan produksi
satu jenis tanaman diikuti oleh peningkatan produksi tanaman lainnya.
Interaksi netral : bila ke dua tanaman tidak saling mempengaruhi, peningkatan produksi
tanaman semusim tidak mempengaruhi produksi pohon atau peningkatan produksi pohon
tidak mempengaruhi produksi tanaman semusim.

Interaksi negatif : (kompetisi/persaingan = saling merugikan): bila peningkatan produksi


satu jenis tanaman diikuti oleh penurunan produksi tanaman lainnya, ada kemungkinan pula
terjadi penurunan produksi keduanya.
Faktor-faktor biotik dalam interaksi populasi faktor yang berpengaruh dalam interaksi
populasi adalah faktor biotik lingkungan yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung
terkait dengan perubahan komunitas, terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data
mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan kerapatan
populasi. Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya
poipulasi dapat mati kalau tidak cocok. Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku
bagi kebanyakan organisme tetapi pengaruh yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan
mendasar sampai kepada variasai. Jika pembahasan berbagai factor abiotik lingkungan terkait
dengan berbagai parameter toleransi, sebaran dan optimasi, factor biotic didak langsung
terkait dengan factor itu. Tetapi di sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi dan mampu
menciptakan stabilitas populasi.
Cendana atau Santalum album merupakan pohon yang yang jadi primadona karena
aroma wangi dan harum yang khas. Kayu cendana dan minyak cendana yang dihasilkan dari
pohon ini yang kemudian menjadikan harga pohon ini sangat mahal. Pohon cendana pada
abad ke-15 menjadi daya tarik bagi bangsa Eropa untuk memburunya di Nusa Tenggara
Timur (NTT), khususnya pulau Sumba. Konon karena pohon cendana inilah pulau sumba
kemudian mendapatkan julukan sebagai Sandalwood Island. Pohon cendana pula yang
kemudian ditetapkan sebagai flora identitas provinsi NTT. Pohon cendana saat ini mulai
langka, IUCN Redlist pun memasukkannya sebagai spesies vulnerable. Pohon cendana di
beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai Candana (Minangkabau) Tindana, Sindana
(Dayak), Candana (Sunda), Candana, Candani (Jawa), Candhana, Candhana lakek (Madura),
Candana (BeIitung), Ai nitu, Dana (Sumbawa), Kayu ata (FIores), Sundana (Sangir), Sondana
(Sulawesi Utara), Ayu luhi (Gorontalo), Candana (Makasar), Ai nituk (Roti), Hau meni, Ai
kamelin (Timor), Kamenir (Wetar), dan Maoni (Kisar). Dalam bahasa Inggris, tumbuhan
cendana disebut sebagai Sandalwood. Sedangkan dalam bahasa latin nama ilmiah tumbuhan
ini adalah Santalum album.
Tallo (2001) menyebutkan bahwa bagi masyarakat asli NTT, cendana bukan sekedar
dikenal sebagai komoditi ekonomi saja. Namun, masyarakat NTT memandang cendana
dalam konteks holistik bagi keseimbangan kehidupan sosial, budaya dan lingkungan secara
lestari. Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya
memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri

tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar


dikembangbiakkan atau dibudidayakan (Suriamihardja S dan Susila, 1993). Cendana dapat
dikatakatan sebagai pohon ataua tanaman yang hemiprodit, dalam hal ini akan terjadinya
kompetisi antara cendana dan dan tumbuhan inangnya dalam hal makanana yaitu unsur hara,
tempat tumbuh dan dalam absorbsi cahaya bagi proses fotosintesis. Kompetisi adalah
interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang
bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan
reproduksi individu penyaing (Begon et al .2006), sedangkan Molles (2002) dalam Begon
(2006) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Krebs, 2002 dalam Begon
2006).
Saat ini, kondisi cendana baik di habitat alam maupun hasil tanaman telah mengalami
banyak perubahan yang mengarah pada kemerosotan populasinya. Potensi, sebaran dan
komposisi umur tanaman cendana juga berubah sehinga perlu pemutakhiran (updating) data.
Menurut International Union for Conservation of Natural Forest (IUCN), sejak tahun 1997
sudah memasukkan cendana (Santalum album Linn.) ke dalam jenis yang hampir punah
(vulnerable). Bahkan menurut CITES cendana dimasukkan ke dalam jenis Appendix. Data
dan informasi habitat, potensi dan sebaran cendana terutama pada lahan masyarakat menjadi
penting, untuk mengetahui ketersediaan sumber benih dan penyiapan data kesesuaian tempat
tumbuh cendana. Ini berarti secara langsung dapat mendukung tercapainya Master Plan
Pengembangan dan Pelestarian Cendana Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030.

METODOLOGI
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode deskriptif dalam memaparkan
informasi maupun permasalahan secara terperinci sesuai dengan data yang ada. Dan
melakukan Study Literatur dan juga browsing di internet dalam rangka melengkapi data yang
diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2012) menyatakan bahwa analisis struktur tegakan
meliputi jumlah stratum, posisi stratum tajuk cendana di 3 Kabupaten di NTT yaitu
A. Struktur Tanaman pada Tempat Tumbuh Cendana di Kabupaten TTS

B. Struktur Tanaman pada Tempat Tumbuh Cendana di Kabupaten TTU

C. Struktur Tanaman pada Tempat Tumbuh Cendana di Kabupaten Belu

Secara umum, tanaman cendana yang tumbuh pada tiga lokasi Kabupaten di Nusa
Tenggara Timur, cendana memiliki frekuensi kemunculan yang lebih sering pada strata tajuk
di lokasi 1 dan 2. Cendana mampu tumbuh baik bersama-sama dengan strata tanaman yang
berada di atasnya, seperti cemara, mahoni, asam, serta kelapa. Namun, terkadang cendana
mampu menempati strata tajuk 1 dengan strata di bawahnya seperti Asam, Mangga, Kesambi
dan Nangka. Keberadaan cendana yang mampu menempati setiap stratum yang ada,
kemungkinan disebabkan oleh sifat alami cendana yang membutuhkan tanaman inang, mulai
dari inang primer, sekunder, hingga tersier. Cendana adalah jenis tumbuhan yang bersifat
semiparasit. Oleh karena itu, dalam siklus hidupnya, cendana membutuhkan pohon inang.
Dalam siklus kehidupan cendana, sejak persemaian hingga dipanen pada usia 30 tahun,
membutuhkan tiga tahapan inang dari jenis berbeda. Diantaranya adalah krokot
(Althenantera sp.), turi (Sesbania grandiflora) dan johar (Cassia siamea) (Surata, 2012).
Cendana sebagai tumbuhan yang memiliki sifat memerlukan inang untuk
keberlangsungan hidupanya maka dalam hal ini cendana melakukan interaksi dan
berkompetsi dengan tanaman inangnya dalam mendapatakan zat hara dan mineral untuk
mencapai pertumbuhan maksimalnya. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu
bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut,
contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Persaingan (kompetisi) pada tanaman
menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari
asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu
mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat
negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat. Cendana dengan
inangnya termasuk kompetisi interspesifik, yaitu persaingan antara organisme yang beda
spesies dalam lahan yang sama.
Selain itu kompetisi lainnya selain itu adalah berupa naungan antara cendana dan
pohon yang berada diareal tempat tumbuh cendana. Pengaruh naungan terhadap tanaman
disamping mengurangi cahaya matahari yang tiba di permukaan, dapat juga mempengaruhi
iklim mikro tanaman. Naungan dapat mempengaruhi beberapa faktor lingkungan antara lain:
temperatur, kelengasan tanah, pergerakan udara (Chambers 1978), mempertahankan unsur
hara, menekan gulma (Chang 1968), menurunkan suhu tanah dan tanaman pada waktu siang,

menaikkan suhu udara pada waktu malam, perlindungan dari limpasan hujan, pemindahan
uap air dan CO2, dan menaikkan kelembaban relatif (Stiger 1984).
Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkan pengurangan jumlah
cahaya yang di terima oleh tanaman. Sebagian besar rumput tropis mengalami penurunan
produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar matahari, namun jenis rumput yang
tahan terhadap naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau
bahkan masih meningkat pada naungan sedang. Hasil penelitian Alvarenga et al (2004)
menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung memiliki
produksi berat kering akar yang lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan naungan. Tetapi
produksi hijauan yang toleran naungan masih dapat meningkat pada naungan sedang
(Samarakoon et al. 1990).
Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan.
di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama
spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam.
Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada
umumnya bersifat merugikan. Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor
tumbuh yang terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan
ruang tumbuh. Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa
faktor antara lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman
kompetitor, periode tanaman, dan jenis tanaman
Menurut penelitian Kurniawan (2012) tentang strata dan tajuk cendana di Nusa
Tenggara Timur bahwa Indeks Kompetisi rata-rata untuk Kabupaten TTS adalah 0,18, untuk
Kabupaten TTU 0,07 dan untuk Kabupaten Belu 0,10. Nilai indeks kompetisi ini terlihat
cukup merata dengan nilai yang relatif rendah. Indeks kompetisi merupakan indikator yang
menggambarkan persaingan pohon di lapangan. Indeks kompetisi yang digunakan untuk
analisis dalam penelitian ini adalah indeks kompetisi berdasarkan jarak dan dimensi
pertumbuhan diameter yakni indeks kompetisi Hegyi (1974). Indeks kompetisi Hegyi (1974)
menyatakan seberapa berat atau ringan pohon tersebut berkompetisi dengan pohon
tetangganya. Semakin tinggi nilainya berarti semakin berat persaingan dengan pohon-pohon
tetangganya.
Indeks kompetisi sangat erat kaitannya dengan faktor pertumbuhan yang akan
diperoleh oleh suatu tanaman atau tumbuhan. Pada kondisi lapangan, kompetisi biasanya
mulai terjadi setelah tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan kemudian semakin
keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur. Apabila kedua individu atau

kelompok tanaman yang bersaing dapat terus tumbuh, maka kuantitas faktor pertumbuhan
yang diperoleh masing-masing pihak akan semakin jauh di bawah yang dapat diperoleh pada
keadaan tanpa kompetisi dengan semakin besar ukuran tanaman (Sitompul dan Guritno,
1995).
Kondisi demikian menunjukkan bahwa tanaman cendana yang terdapat pada lahan
masyarakat secara rata-rata keseluruhan belum menunjukkan adanya kompetisi yang tinggi.
Hal ini karena tanaman cendana pada umumnya ditanam dengan jarak tanam yang cukup
lebar. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa tanaman cendana yang terdapat di lahan
masyarakat menempati posisi strata tajuk tengah sampai atas. Kondisi demikian terlihat dari
nilai indeks kompetisi yang cukup rendah dan didukung oleh data yang diperoleh bahwa
frekuensi tertinggi tajuk cendana adalah menempati strata 1 dan 2. Semakin tinggi nilai
indeks kompetisi maka menunjukkan adanya tingkat persaingan yang tinggi yang berarti
pohon tersebut semakin mendapat tekanan dari pohon tetangganya. Hal ini berbeda bila
tumbuhan cendana ini memiliki jarak tanam yang rapat dan umur yang optimal dalam
pertumbuhannya maka cendana akan memiliki daya kompetisi yang tinggi bagi tumbuhan
lainya. Ini akan menimbulkan efek negatif bila terjadi interaksi kompetisi untuk mendapatkan
zat zat yang digunakan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari suatu
tumbuhan itu sendiri.
Kemampuan adaptasi tanaman pada kondisi naungan sangat ditentukan oleh
kemampuan tanaman untuk menghindar maupun untuk mentolerir keadaan kurang cahaya
tersebut. Karakter fotosintetik tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada intensitas
cahaya rendah berbeda dengan tanaman yang tidak dapat menyesuaikan diri pada kondisi
ternaungi. Pada tanaman yang toleran, intensitas cahaya yang rendah dapat diatasi antara lain
dengan meningkatkan kandungan pigmen perkloroplas. Disamping itu, tanaman toleran dapat
beradaptasi dengan menghindari penurunan aktivitas enzim.
Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan terhadap
tanaman lain. Hambatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan
secara langsung, misalnya melalui efek allelophathy, tetapi hambatan secara langsung ini
jarang dijumpai di lapangan. Hambatan tidak langsung dapat melalui berkurangnya intensitas
cahaya karena naungan pohon, atau menipisnya ketersediaan hara dan air karena dekatnya
perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Tanaman kadang-kadang mempengaruhi
tanaman lain melalui partai ketiga yaitu bila tanaman tersebut dapat menjadi inang bagi
hama atau penyakit bagi tanaman lainnya. Walaupun pada kenyataannya di lapangan banyak
juga tanaman yang ditanam terpisah pertumbuhannya justru kurang bagus bila dibandingkan

dengan yang ditanam bersama. dalam satu petak yang sama (misalnya menanam pohon dadap
pada kebun kopi, dadap disini selain berfungsi sebagai penambah N juga sebagai penaung) .
Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan interspesifik di gunakan untuk menggambarkan
adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang beda jenis. Persaingan interspesifik
terdiri atas :
1. Persaingan aktivitas
2. Persaingan sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya secara bebas
di kendalikan oleh hal hal sebagai berikut:
1. Perbedaan unsur hara
2. Perbedaan sebab sebab kematian
3. Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun
4. Kepekaan terhadap faktor faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang
berbeda.
Interaksi dalam suatu habitat dapat mempenngaruhi keadaan daalam populasi atau
dalam sebuah ekosistem. Secara umum interaksi yang bersifat negatif dapat terjadi karena
keterbatasan daya dukung lahan yang menentukan jumlah populasi maksimum dapat tumbuh
pada suatu lahan dan keterbatasan faktor pertumbuhan pada suatu lahan. Konsep daya
dukung alam merupakan konsep yang juga penting untuk diketahui oleh ahli ekologi. Konsep
ini menggambarkan tentang jumlah maksimum dari suatu spesies di suatu area, baik sebagai
sistem monokultur, atau campuran. Suatu spesies mungkin saja dapat tumbuh dalam jumlah
yang melimpah pada suatu lahan. Apabila dua species tumbuh bersama pada lahan tersebut,
maka salah satu spesies lebih kompetitif daripada yang lain. Hal ini kemungkinan
mengakibatkan spesies ke dua akan mengalami kepunahan (Hairiah et.al, 2012).

PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kehidupan suatu organisme tidak dapat melakukan keberlangsungan hidupnya


sendiri, bahwa ada interaksi yang terjadi didalamnya baik bersifat langsung dan tidak

langsung maupun bersifat positif dan negatif.


Kompetisi adalah bentuk interaksi yang berdampak negatif, karena dapat menekan
laju suatu pertumbuhan populasi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Alvarenga, M.A, Leo, K,M, Papa, F,O, Landim-Alvarenga, F.C., Medeiros, A.S.L., and
Gomes, G.M.. 2004. Effect of different light levels on the initial growth and
photosynthetic of Croton urucurana Baill in Southeastern Brazil [serial on line]. Agron J
40: 113117.
Begon, M. Townsend, C. R. Harper, J. L. 2006. Ecology From Individuals to Ecosystems.
Blackwell Publishing. United State America.
Chambers , R. E., 1978. Klimatologi Pertanian Dasar. Bogor: Penuntun Mata Kuliah.
Fakultas Pertanian IPB. Hlm. 23-34.
Chang, J.H., 1968. Climate and agriculture. An Ecological Survey. Chicago: Aldine
Publishing Company. P. 304-310.
Hegyi, F. 1974. A Simulation Model For Managing Jack-Pine Stands. Great Lakes Forest
Research Centre. Canadian Forestry Service, Sault Ste. Marie, Ontario.
Kastono, 2005
Kurniawan, H. 2012. Strata Tajuk Dan Kompetisi Pertumbuhan Cendana (Santalum album
Linn.) Di Pulau Timor. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol 1(2),: 103-115.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press Yogyakarta.
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono, B)
Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.
Saamarakon, S.P, Wilson, J.R, Shelton, H.M., 1990. Measurement of light penetration under
rubber tress [annual research report 1989-1990]. Sungai Putih: Small Ruminant
Collaborative Research Support Programme/Sub Balai Penelitian Ternak.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Stiger, C.J., 1984. Shading (a traditional method of micro climate manipulation). Neth J Agric
32: 81-86.

Surata, I.K. 2012. Penemu Inang Primer Cendana. http://sains.kompas.com. Diunduh pada
tanggal 03 Maret 2012.
Suriamihardja S dan I Wayan Widhana Susila, 1993. Strategi dan Upaya Pelestarian Potensi
Cendana di Nusa Tenggara Timur. Savanna. Kupang: Balai Penelitian Kehutanan. 1-8
Tallo, P. A. 2001. Sambutan dalam Seminar Cendana Sumber Daya Daerah Otonomi NTT.
Berita Biologi. Vol.5 No.5 Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Hairiah K, Suprayogo D, Van Noordwijk M. 2012. Interaksi Antara Pohon - Tanah - Tanaman
Semusim: Kunci Keberhasilan Atau Kegagalan Dalam Sistem Agroforestri. ISBN 97995537-5-X. 41 p.

Das könnte Ihnen auch gefallen