Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dosen Pengampu :
Ellyda Rizki W., S.ST
Di Susun Oleh:
Rizka Wulansari
NIM. 1610105253
JURUSAN D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
2016/201
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui merupakan
pedoman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan apoteker dalam
penanganan ibu hamil dan menyusui.
Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui diharapkan dapat memelihara
kesinambungan komitmen lintas sektor dan masyarakat dalam upaya mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Hal ini akan sangat mendukung pelaksanaan upaya strategis dari tiap sektor dan
seluruh lapisan masyarakat dalam mencegah kematian ibu.
Pelayanan Farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelayanan lain
di rumah sakit, oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengarahkan kesatuan
pandang para apoteker menuju terwujudnya peningkatan mutu pelayanan sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan guna mencapai peningkatan derajat kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan menyusui.
Diharapkan buku Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui ini
dapat menjadi acuan bagi apoteker dalam pelaksanaan pelayanan Farmasi. Kami
sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh tim yang telah memberikan
sumbangan pikirannya, sehingga tersusunnya pedoman ini. Semua saran-koreksi
membangun demi penyempurnaan pedoman ini tetap diharapkan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Sambutan Dirjen Binfar dan Alkes ....
Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes tentang Tim Penyusun .................................
Daftar Tabel ....................................................................................................................
Daftar Lampiran .............................................................................................................
Dafar Isi ..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Tujuan .....................................................................................................
1.3 Sasaran ...................................................................................................
1.4
Glossary ..................................................................................................
BAB II KEHAMILAN DAN MENYUSUI ..............................................................
2.1 KEHAMILAN ........................................................................................
2.1.1 Proses Kehamilan .........................................................................
2.1.2 Proses Perkembangan Janin ..........................................................
2.1.3 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Kehamilan ............................
2.2 MENYUSUI ...........................................................................................
2.2.1 Proses Laktasi ...............................................................................
2.2.2 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Menyusui .............................
i
ii
iv
vii
viii
ix
1
1
3
3
3
6
6
6
7
8
10
10
12
26
26
27
29
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi
efek pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan
cacat lahir (teratogenesis), dan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan
ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat
pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga
dosis terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis
obat menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada
ASI secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun
dalam konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang
relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui
agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya.
1.2
TUJUAN
1.3
SASARAN
1.4
GLOSSARY
Alat bantu puting susu (Nipple Shield) : Sebuah alat yang terbuat dari plastik
berbentuk cincin dan mempunyai puting susu yang terbuat dari karet yang kadangkadang dipakai ibu-ibu di payudara ketika menyusui. Alat ini sebaiknya jangan
dipakai karena dapat meragukan bayi tentang puting susu, menimbulkan cara
menghisap yang salah, mengurangi rangsangan terhadap puting susu dan
berkurangnya persediaan dan aliran ASI.
Farmakokinetik : Aspek kinetika yang mencakup nasib obat dalam darah yaitu
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Farmakodinamik : Aspek efek obat terhadap berbagai organ tubuh dan mekanisme
kerjanya.
Fetus/Janin : Buah kehamilan pada masa pasca embrionik (> 12 minggu setelah
fertilisasi sampai kelahiran)
Malformasi kongenital : Cacat yang ditemukan saat kelahiran bayi ( terjadinya cacat
pada saat dalam kandungan )
Mastitis : Peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi
Telaah ulang regimen obat : Suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
sebelum obat disiapkan atau sesudahnya untuk menilai kesesuaian terapi obat dengan
indikasi kliniknya, mengevaluasi kepatuhan pasien, mengidentifikasi kemungkinan
adanya efek yang nerugikan akibat penggunaan obat, serta memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah.
BAB II
KEHAMILAN DAN MENYUSUI
2.1
KEHAMILAN
2.1.1 PROSES KEHAMILAN
Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang
bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot
mulai membelah diri satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi
empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi
segumpal sel yang sudah siap untuk menempel / nidasi pada lapisan
dalam rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya
proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun
menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi
sekelompok sel di bagian dalamnya.
Liur melimpah
Sariawan
Varises
Kejang kaki
Keputihan
2.1.2 PROSES PERKEMBANGAN JANIN
Tabel.1 Proses Perkembangan Janin
BLN KE -
KETERANGAN
I (0 4 minggu)
II (4 8 minggu)
III (8 12 minggu)
IV (12 16 minggu)
V (16 20 minggu)
dengan baik
Sel darah putih sudah terbentuk, kulit janin pun sudah
menebal dan tidak tembus cahaya.
Bobotnya sekitar 425 g dan panjangnya 30 cm
VI (20 24 minggu)
IX (36 minggu)
Toksoplasmosis
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii. Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita
hamil. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan
menyebabkan 20 % janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin,
sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65 % janin akan
terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kahamilan. Pencegahan
dapat dilakukan antara lain dengan cara : memasak daging sampai
matang , menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun
membersihkan kotoran hewan ternak, dan menjaga agar tempat bermain
anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
Sifilis
Penyakit ini disebabkan infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui plasenta sepanjang masa kehamilan.
Biasanya respon janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan
kedua kehamilan dengan manifestasi klinik hepatosplenomegali,
ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, dan lesi tulang.
Infeksi penyakit ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan yang rendah, atau bahkan kematian janin.
Pencegahan antara lain dengan cara : promosi kesehatan tentang
penyakit menular seksual, mengontrol prostitusi bekerjasama dengan
lembaga sosial, memperbanyak pelayanan diagnosis dini dan
pengobatannya, untuk penderita yang dirawat dilakukan isolasi
terutama terhadap sekresi dan ekresi penderita.
HIV/AIDS
Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada janin penularan
terjadi secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah
dan sekret serviks selama persalinan. Kebanyakan bayi terinfeksi HIV
belum menunjukan gejala pada saat lahir. Pencegahan antara lain
dengan cara : menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan
terutama hubungan seks anal, skrining donor darah lebih ketat dan
pengolahan darah dan produknya dengan lebih hati hati.
antara
lain
dengan
cara:
menjaga
kebersihan
2.2 MENYUSUI
2.2.1 PROSES LAKTASI
A. Persiapan Psikologi
Langkah langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara
kejiwaan untuk menyusui adalah :
Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses
dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan
menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil
menjalaninya; bila ada masalah, dokter/petugas kesehatan akan
menolong dengan senang hati
Meyakinkan
kerugian
ibu
akan
keuntungan
ASI
dan
susu buatan/formula
Kontur/Permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau
luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor atau
keganasan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat
menyebabkan kulit membengkak, dan membuat gambaran seperti
kulit jeruk
Warna Kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang
perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang, penyakit
kulit atau bahkan keganasan
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu
di depan
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah,
jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
Ibu memperhatikan adanya bercak panas, atau area nyeri tekan yang akut
Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
Kedua
payudara
mungkin
terasa keras
pembengkakan
Pengobatan :
Lanjutkan menyusui
dan
tegang
Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (<39 oC), periksa
kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
Methcillin (Staphcillin)
Dewasa
(gr)
4 - 12
Cara
Injeksi
Oxacillin (Prostaphlin)
4 - 12
Oral, Injeksi
Nafcillin (Unipen)
4 12
Oral. Injeksi
1- 2
Oral
Dicloxacillin (Dynapen)
0,5 1
Oral
0,5 1,0
Oral
KANDIDA/SARIAWAN
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi
setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah
muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat,
nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah,
dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak
nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol,
merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan.
Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih
mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis
menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
Aplikasi
- Oleskan pada payudara empat kali sehari
- Berikan supisitoria vagina setiap hari
Klotrimazol
Mikonazol
Flukonazol
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada
bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin
varisela jika mereka sudah terpapar
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak
mengalami lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan
berkembang menjadi penyakit
jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak
dihentikan.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi
CMV di dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam
saliva, urin dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam
uterus. Masalah kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang
lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan
Menyusui merupakan alat yang penting untuk memberikan imunitas
pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV
melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya dan dari
infeksi primer selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti
seropositif selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi
akan mengarah pada infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa
akibat yang merugikan.
Bayi preterm
HEPATITIS B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan)
dan ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi
tubuh atau transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV +
langsung tertular, kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
Perawatan :
HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan
(510%), persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun
secara umum prevalensi HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang
dari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000 Indonesia telah dikategorikan
sebagai negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi karena
terdapat kantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada
beberapa populasi tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK,
waria, dan narapidana).
Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIV
berusia reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlah
kehamilan dengan HIV positif akan meningkat.
Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Menurut
estimasi Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif
yang melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi
sekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV positif setiap
tahunnya di Indonesia.
Perawatan :
Bila
Feeding)
Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari
WHO : Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable
(Dapat diterima), Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan).
Apabila kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASI
tetap diberikan setelah melalui proses konseling mengenai
kemungkinan penularan infeksi.
Setelah
persalinan,
ibu
dengan
HIV positif
dianjurkan
BAB III
FARMAKOKINETIKA & FARMAKODINAMIK
PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
juga
pada
membran
biologis
lain
perpindahan
obat
Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya
obat yang terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil
kholin dan tubokurarin yang juga digunakan pada seksio sesarea, adalah
obat-obat yang derajat ionisasinya tinggi, akan sulit melewati plasenta
sehingga kadarnya di di janin rendah. Contoh lain yang memperlihatkan
pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi adalah salisilat, zat
ini hampir semua terion pada pH tubuh akan melewati akan tetapi dapat
lewat
Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah
melewati pori membran bergantung pada kelarutan dalam lemak dan
derajat ionisasi. Obat-obat dengan berat molekul 500-1000 Dalton akan
lebih sulit melewati plasenta dan obat-obat dengan berat molekul >1000
Dalton akan sangat sulit menembus plasenta. Sebagai contoh adalah
heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah lagi
adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga
merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat
melewati membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama
albumin, akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan tetapi
bila obat sangat larut dalam lemak maka ikatan protein tidak terlalu
mempengaruhi, misalnya beberapa anastesi gas. Obat-obat yang
kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta lebih
tergantung pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak larut di
lemak dan terionisasi maka perpindahaan nya lewat plasenta lambat dan
dihambat oleh besarnya ikatan dengan protein. Perbedaan ikatan protein
di ibu dan di janin juga penting, misalnya sulfonamid, barbiturat dan
fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari ikatan protein di janin.
Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah, kelarutan
dalam lemak tinggi, berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan
protein plasma rendah (8-10%) sehingga kokain cepat terdistribusi dari
darah ibu ke janin.
Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu adalah.
1. Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga
sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua
jalur utama
B. Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
diketahui
jelas.
Contohnya
kortikosteroid
diberikan
untuk
Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
langsung mempengaruhi jaringan janin.
insiden
kerusakan
pada
selubung
saraf
yang
Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan
mudah melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang ukurannya
kecil (< 200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat
yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya
obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa
lemah di plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah
menembus membran alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang
bersifat basa tersebut akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk
melewati membran kembali ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai
ion trapping.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma
ibu. Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI ,
sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu
meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk
tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus
meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara
ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali
setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dengan
mempertimbangkan :
1. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2. Adanya metabolit aktif
3. Multi obat : adisi efek samping
4. Dosis dan lamanya terapi
5. Umur bayi.
6. Pengalaman/bukti klinik
7. Farmakoepidemiologi data.
Farmakokinetika bayi.
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan
orang dewasa.
B. Farmakodinamika.
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda. Sedangkan
farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh,
dari hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN FARMASI
UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Kriteria ibu hamil/menyusui yang mendapat prioritas untuk dilakukan telaah ulang
rejimen obat :
-
Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih dalam sehari
Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang berisiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang serius
Menanyakan
mengenai
semua
obat
yang
sedang
digunakan
ibu
Memisahkan obat-obat yang seharusnya tidak digunakan lagi oleh ibu hamil /
menyusui
Menanyakan mengenai efek yang dirasakan oleh ibu hamil / menyusui, baik
efek terapi maupun efek samping
4.2
cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik yang
berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan berkomunikasi yang memadai.
b. Mengumpulkan data ibu hamil/menyusui, yang meliputi :
-
Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama ruang
rawat/poliklinik, nomor registrasi)
catatan medis
c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya masalahmasalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
d. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai penyelesaian
masalah yang teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir yang
dibuat khusus.
Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu diharapkan
lebih besar dibandingkan risiko pada janin
Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester pertama
kehamilan
Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada
kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang
belum pernah dicoba secara klinis
Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin
Hindari polifarmasi
Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang
diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya.
Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar
terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati
yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar
obat terkecil yang sampai pada bayi
Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat
terhadap efek samping yang mungkin terjadi
4.3
BAB V
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui, merupakan suatu
panduan yang diharapkan dapat membantu para tenaga kesehatan terutama yang
bekerja di sarana pelayanan kesehatan dalam melayani ibu hamil.
Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu hamil
dan menyusui, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak
aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak
merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya. Karena Perubahan
fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh terhadap kinetika obat
pada ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan
respon ibu hamil terhadap obat yang diminum.
Mudah - mudahan buku pedoman ini dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
pelayanan Farmasi bagi ibu hamil dan menyusui, sehingga dapat mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir serta meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayi di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2005, Interaksi Obat. Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
2. Anonim, 2000, Daftar Obat Indonesia, Jakarta
3. Anonim, 1999, Laporan Penelitian Praktek Kerja Profesi di RSAB Harapan Kita
4. Harkness, Richard, 1984, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung
5. Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta
6. Anonim, 2004, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
7. Anonim, 2004, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk
Pasien Geriatri. Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
8. Katzung B.G., Basic & Clinical Pharmacology, 6th ed. 1995, Prentice-Hall
International Ltd.
9. D.C.Knoppert, Safety of drug in pregnancy and lactation in Pharmacotherapy SelfAssessment Programm, 3rd ed, module Womens health, American College of
Clinical Pharmacy: Kansas 1999:1-24.
10. Milsap RL., W J. Jusko Pharmacokinetics in the infants, Environ Health Perspect
102(Suppl 11):000-000 (1994)
11. Anonim, 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk Penggunaan
Obat dengan atau tanpa Makanan, Tugas Khusus Pelatihan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta
12. MIMS, 102nd ed 2005, Indonesia.
13. Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
14. Anonim, 1995, Modul Manajemen Laktasi, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
15. Anonim, 2001, Mastitis Penyebab & Penatalaksanaan, World Health Organization,
Penerbit Widya Medika, Jakarta