Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pembimbing :
dr. M. Mahfudz, Sp.PD
Oleh :
Prastiti Rahmanita
2015.1040.1011.073
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG
2016
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1....................................................................................................................
Definisi......................................................................................................4
2.2....................................................................................................................Eti
ologi...........................................................................................................5
2.3....................................................................................................................Ep
idemiologi..................................................................................................6
2.4....................................................................................................................Pa
tofisiologi...................................................................................................7
2.5....................................................................................................................Ga
mbaran Klinis.............................................................................................9
2.6....................................................................................................................Di
agnosis.......................................................................................................9
2.7....................................................................................................................Te
rapi.............................................................................................................13
2.8....................................................................................................................Pr
ognosis.......................................................................................................14
2.9....................................................................................................................K
omplikasi...................................................................................................14
BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................15
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.
Definisi
AKI (Acute kidney injury) didefinisikan sebagai peningkatan kadar
kreatinin serum ataupun produk metabolisme nitrogen yang bersifat
reversibel dan ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi cairan dan elektrolit
kekeadaan homeostasis tubuh (Pardede & Puspaningtyas, 2012).
Gangguan ginjal akut/ GnGA (Acute kidney injury/AKI) merupakan istilah
pengganti dari gagal ginjal akut, didefinisikan sebagai penurunan mendadak
dari fungsi ginjal (laju filtrasi glomerulus/LFG) yang bersifat sementara,
ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin serum dan hasil metabolisme
nitrogen serum lainnya, serta adanya ketidakmampuan ginjal untuk mengatur
homeostasis cairan dan elektrolit (Rachmadi, 2011).
Penurunan tersebut dapat terjadi pada ginjal yang fungsi dasarnya normal
(AKI klasik) atau tidak normal (acute on chronic kidney disease). Dahulu,
hal di atas disebut sebagai gagal ginjal akut dan tidak ada definisi operasional
yang seragam, sehingga parameter dan batas parameter gagal ginjal akut yang
digunakan berbeda-beda pada berbagai kepustakaan. Hal itu menyebabkan
Etiologi
Penyebab tersering AKI adalah sepsis, operasi besar, curah jantung yang
rendah, hipovolemia serta obat-obatan. KDIGO menyusun risiko AKI
berdasarkan paparan (exposure) dan kerentanannya (susceptibilities) (Widodo
& Irwanadi, 2015).
(KDIGO, 2012)
Penyebab AKI dapat dibagi menjadi tiga kategori: prerenal (disebabkan
oleh penurunan perfusi ginjal, sering kali karena penurunan volume), intrinsik
renal (yang disebabkan oleh suatu proses dalam ginjal), dan postrenal (yang
disebabkan oleh drainase yang tidak memadai distal urine ke ginjal). Pada
pasien yang sudah memiliki penyakit ginjal kronis dengan salah satu faktor
2.3.
Epidemiologi
Insiden
AKI
meningkat
(penuaan/komorbiditas),
7-9
perubahan
kali
karena
perilaku
perubahan
kesehatan
populasi
(meningkatnya
kritis, dan 10-15% pasien yang dirawat di ICU. Sekitar 5-6% pasien AKI
yang drawat di ICU memerlukan terapi pengganti ginjal atau dialisis (Widodo
& Irwanadi, 2015).
2.4.
Patofisiologi
Ginjal menerima sekitar 20% dari output jantung, dan di ginjal ekstraksi
oksigen rendah (sekitar 10-15%), ginjal sangat rentan terhadap hipoksia
jaringan, terutama selama keadaan sakit yang akut. Dalam beberapa tahun
terakhir sebelumnya diyakini bahwa AKI berkembang karena penurunan
global dalam perfusi ginjal yang terkait dengan keadaan shock. Beberapa
mekanisme berkontribusi bersamaan termasuk variasi konsumsi regional
perfusi dan oksigen, gangguan autoregulasi, distorsi peritubular dan
glomerulus mikrosirkulasi, cedera sel tubular, cedera endotel, mikrovaskuler
trombosis, dan arteriovenous shunting, mengakibatkan aktivasi proses
inflamasi (Varrier, Fisher, & Ostermann, 2015).
ginjal, (b) disfungsi tubular dan kematian sel akibat apoptosis dan deskuamasi
nekrosis (c) obstruksi sel yang memberikan kontribusi untuk intra-tubular (d)
gangguan metabolisme yang menyebabkan gangguan transportasi, sehingga
mengganggu keseimbangan tubular-glomerular, dan (e) produksi mediator
inflamasi lokal menyebabkan peradangan interstitial dan penyempitan
vaskular. Di tingkat sel, terdapat hilangnya integritas cytoskeletal dan
polaritas sel, dengan perpindahan molekul adhesi dan protein membran
lainnya seperti Na+K+ATPase dan integrin beta, hilangnya proksimal brush
border tubular, seperti apoptosis dan nekrosis. Terjadinya kerusakan yang
terus menerus, baik sel sehat dan tidak sehat yang desquamated
meninggalkan ruang membran basal sebagai satu-satunya penghalang antara
filtrat dan interstitium peritubular. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
backleak atau bocor dari filtrat yang kembali, terutama jika ada peningkatan
tekanan
intratubular, yang
menyebabkan
obstruksi intratubular
dan
2.5.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis bervariasi tergantung penyebab, tingkat keparahan AKI,
dan penyakit yang terkait. Kebanyakan pasien dengan AKI ringan sampai
sedang adalah asimptomatik dan diidentifikasi pada pengujian laboratorium.
Pasien dengan kasus yang parah, bagaimanapun, mungkin gejala hadir
dengan kelesuan, kebingungan, kelelahan, anoreksia, mual, muntah, berat
badan, atau edema. Pasien juga dapat muncul oliguria (output urin kurang
dari 400 ml per hari), anuria (output urin kurang dari 100 ml per hari), atau
volume normal urin (nonoliguric AKI). Gejala lain dari AKI dapat meliputi
perkembangan dari uremic encephalopathy (dimanifestasikan oleh penurunan
status mental, asterixis, atau gejala neurologis lainnya), anemia, atau
perdarahan yang disebabkan oleh disfungsi trombosit uremik (Rahman, Shad,
& Smith, 2012).
2.6.
Diagnosis
1. Anamnesis
Saat pertama kali mendapatkan seseorang pasien dengan penurunan
fungsi ginjal, maka assesment pertama adalah menentukan apakah
penurunan fungsi ginjal tersebut akut atau kronis. Adanya anamnesis
oliguria yang baru saja terjadi mengarahkan pada kemungkinan diagnosis
AKI, sedangkan adanya riwayat penyakit hipertensi, Diabete Mellitus,
usia lanjut, penyakit pembuluh darah, keluhan uremia seperti lelah, mual,
nafsu makan hilang, pruritus dan hicup menunjukkan bahwa penurunan
fungsi ginjal tersebut sudah lama terjadi (Widodo & Irwanadi, 2015).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda hipotensi ortostatik dan
takikardia, penurunan jugular venous pressure (JVP), penurunan turgor
kulit, mukosa kering, stigmata penyakit hati kronik dan hipertensi portal,
tanda gagal jantung dan sepsis. Kemungkinan AKI renal iskemia menjadi
tinggi bila upaya pemulihan status hemodinamik tidak memperbaiki tanda
AKI. Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan dengan data klinis penggunaan
zat-zat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya mioglobin,
hemoglobin, asam urat). AKI pascarenal dicurigai apabila terdapat nyeri
sudut kostovertebra atau suprapubik akibat distensi pelviokalises ginjal,
kapsul ginjal, atau kandung kemih. Nyeri pinggang kolik yang menjalar
ke daerah inguinal menandakan obstruksi ureter akut. Keluhan terkait
prostat, baik gejala obstruksi maupun iritatif, dan pembesaran prostat pada
pemeriksaan colok dubur menyokong adanya obstruksi akibat pembesaran
10
menunjukkan
kemungkinan
schistocytes
sindrom
uremik
pada AKI
hemolitik
akan
meningkatkan
atau
thrombotic
11
b. Pemeriksaan Imaging
Ultrasonografi
ginjal
harus
dilakukan
di
sebagian
besar
laboratorium
klinis
menunjukkan
diagnosis
yang
12
13
2.7.
Terapi
Prinsip dasar tatalaksana AKI adalah (Widodo & Irwanadi, 2015):
1. Mengenali faktor risiko
2. Mengatasi penyakit dasar
3. Memelihara perfusi ginjal
4. Pemberian nutrisi, oksigen dan penunjang hemodinamik serta terapi
suportif lainnya
5. Menghindari bahan/obat nefrotoksik lainnya
6. Mengatasi gangguan metabolik
7. Terapi pengganti ginjal
Pada dasarnya tata laksana AKI sangat ditentukan oleh penyebab AKI dan
pada tahap apa AKI ditemukan. Jika ditemukan pada tahap prarenal dan
inisiasi (kriteria RIFLER), upaya yang dapat dilakukan adalah tata laksana
optimal penyakit dasar untuk mencegah pasien jatuh pada tahap AKI
berikutnya. Upaya ini meliputi rehidrasi bila penyebab AKI adalah
prarenal/hipovolemia, terapi sepsis, penghentian zat nefrotoksik, koreksi
obstruksi pascarenal, dan menghindari penggunaan zat nefrotoksik.
Pemantauan asupan dan pengeluaran cairan harus dilakukan secara rutin.
Selama tahap poliuria (tahap pemeliharaan dan awal perbaikan), beberapa
pasien dapat mengalami defisit cairan yang cukup berarti, sehingga
pemantauan ketat serta pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit harus
dilakukan secara cermat. Substitusi cairan harus diawasi secara ketat dengan
pedoman volume urin yang diukur secara serial, serta elektrolit urin dan
serum (Sinto & Nainggolan, 2010).
14
2.8.
Prognosis
Prognosis AKI tergantung dari banyak faktor antara lain deteksi dini,
penyakit yang mendasari dan komorbiditasnya, fungsi ginjal sebelumnya,
kondisi kritis pasien secara keseluruhan serta efektivitas terapi penunjang
yang diberikan (Widodo & Irwanadi, 2015).
Pasien dengan AKI lebih mungkin untuk berkembang menjadi penyakit
ginjal kronis di masa depan. Mereka juga berisiko lebih tinggi menjadi EndStage Renal Disease dan premature death. Pasien dengan AKI harus dipantau
untuk melihat tanda-tanda perkembangan atau pemburukan menjadi penyakit
ginjal kronis (Rahman, Shad, & Smith, 2012).
2.9.
Komplikasi
Komplikasi AKI sama dengan komplikasi yang timbul pada setiap
penurunan fungsi ginjal/penurunan LFG seperti gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa, serta penurunan fungsi hematologis,
gastroenterologi, dan imunologis (Widodo & Irwanadi, 2015).
BAB 3
LAPORAN KASUS
1). Identitas
Nama: Tn. S
Usia: 34 tahun
Jenis Kelamin :
Pekerjaan: swasta
15
2). Anamnesa
RPS :
Bengkak perut sampai kaki sejak 2 mgg lalu, awalnya bengkak pada kaki
dulu kemudian perut. Mual (+), muntah (+) setiap kali makan dan minum
sejak 2 minggu ini. Nyeri perut kiri bawah, perut terasa sebah, nafsu
makan turun. Pusing (-), demam sebelumnya disangkal. BAK sedikit,
BAB susah.
RPD :
-
HT disangkal
DM disangkal
RPK : -
RPSos :
Riw. bekerja sebagai buruh di Gresik
Belum menikah
Riwayat merokok (+) tapi sekarang tidak
Riwayat konsumsi alkohol disangkal
Pemeriksaan Fisik :
-
GCS: 4-5-6
16
Thorak:
Perkusi: sonor/sonor
Abdomen:
Inspeksi: rounded
- - - - + - +
Perkusi: timpani, shifting dullness (+)
+ +
3). Clue & Cue
Tn. S, 34 th
Edema tungkai bawah
Perut membesar
Badan lemah
Anorexia
Vomiting
Nausea
17
DL
GDS
LFT
RFT
Albumin
UL
USG abdomen
Terapi umum :
Tirah baring total & cegah dekubitus
Pemberian cairan yang adekuat (infus)
Terapi khusus :
- Inf. RL untuk atasi shock 20cc/kgBB (BB 70kg) 20x70=1400cc
Vital sign
Keluhan pasien
BB
UT/24 jam
18
BAB 4
KESIMPULAN
AKI
(Acute
kidney
injury)
didefinisikan
sebagai
19
AKI adalah sepsis, operasi besar, curah jantung yang rendah, hipovolemia
serta obat-obatan. KDIGO menyusun risiko AKI berdasarkan paparan
(exposure) dan kerentanannya (susceptibilities) hal ini sejalan dengan
pasien dimana diduga penyebab penyakit pada pasien akibat hipovolemia.
berdasarkan
klasifikasi
20
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanti, S. S., & Loho, T. (2012). Acute Kidney Injury (AKI) Biomarker.
Acta Medica Indonesiana - The Indonesian Journal of Internal Medicine ,
246-255.
Rahman, M., Shad, F., & Smith, M. C. (2012). Acute Kidney Injury: A
Guide to Diagnosis and Management. American Family Physician , 631639.