Sie sind auf Seite 1von 16

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI

PADA SISWI SMA NEGERI 1 BANDA NEIRA

NUTRITIONAL INTAKE AND PREMENSTRUAL SYNDROME IN FEMALE


STUDENTS OF A BANDA NEIRA SENIOR HIGH SCHOOL

Nindyawati Husin1
Bing Djimantoro2

Nindyawati Husin.Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Kampus B


USAKTI, Jl. Kyai Tapa No.I

Grogol, Jakarta 11440 No.Telp : 081234054338, Email :

nindyawati116@gmail.com

Bing Djimantoro.Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Kampus B


USAKTI, Jl. Kyai Tapa No. I, Grogol, Jakarta 11440 No.Telp : 08179939233, Email :
drbingdj03yahoo.co.id

ABSTRAK

Hubungan Asupan Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi pada Siswi SMA Negeri 1 Banda Neira

LATAR BELAKANG
Sindrom pramenstruasi adalah sekelompok gejala yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala
tersebut terjadi 1 sampai 2 minggu sebelum periode haid atau datang bulan, yang dikenal sebagai fase
luteal dari siklus menstruasi. Frekuensi gejala sindrom pramenstruasi masih cukup tinggi 80-90%.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan gizi dengan sindrom pramenstruasi.
METODE
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Banda Neira pada bulan Oktober sampai Desember 2015
dengan menggunakan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel adalah dengan simple
random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 136 orang yang telah memenuhi kriteria. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner asupan makanan 72-jam dan Wallace Premenstrual
Syndrome Questionnaire.
HASIL
Analisis uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan asupan energi

dengan sindrom

pramensrtuasi (P=0,135) dan terdapat hubungan bermakna antara asupan karbohidrat (P=0,018),
asupan protein (P=0,002) dengan sindrom pramenstruasi
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna anatara asupan gizi (karbohidrat,
protein) dengan sindrom pramenstruasi.

Kata kunci : Asupan gizi, sindrom pramenstruasi, usia reproduksi

ABSTRACT

Nutritional Intake and premenstrual syndrome in female students of a Banda Neira senior high school .

BACKGROUND
Premenstrual syndrome is a group of symptoms associated with the menstrual cycle. These symptoms
occur 1 to 2 weeks before the menstrual period or menstruation , known as the luteal phase of the
menstrual cycle. The frequency of symptoms of premenstrual syndrome is still quite high 80-90 %.
This study was to determine the relationship of nutrition with premenstrual syndrome .
METHOD
This research was conducted in 1 high scool Banda Neira. October to December 2015 using cross
sectional study. The sampling method is simple random sampling with a total sample of 136 people
who have met the criteria . The data were collected using a questionnaire 72 - hour food intake and
Wallace Premenstrual Syndrome Questionnaire
RESULTS
Chi -square test analysis showed no relationship with the syndrome pramensrtuasi energy intake
(P=0.135) and there was a significant relationship between carbohydrate intake (P = 0.018) , protein
intake ( P = 0.002 ) with premenstrual syndrome
CONCLUSION
This study showed that there was significant relationship anatara intake of nutrients ( carbohydrate ,
protein ) with premenstrual syndrome .

Keywords : nutritional intake , premenstrual syndrome , reproductive age

PENDAHULUAN

Sindrom Pramenstruasi adalah sekelompok gejala yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala
tersebut terjadi 1 sampai 2 minggu sebelum periode haid atau datang bulan, yang dikenal sebagai fase
luteal dari siklus menstruasi.(1) Gejala biasanya menjadi lebih intens dalam 2-3 hari sebelum periode
dan kemudian menghilang pada saat menstruasi hingga beberapa hari setelah menstruasi.(2)
Penyebab sindrom pramenstruasi masih belum pasti tetapi ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya sindroma pramenstruasi, antara lain perubahan hormon selama siklus
menstruasi, status gizi, kebiasaan makan makanan tertentu stres dan masalah emosional , seperti
depresi, tidak menyebabkan sindrom pramenstruasi, tetapi memperberat gejala sindrom pramenstruasi.
Beberapa kemungkinan penyebab lain meliputi rendahnya tingkat vitamin dan mineral, makanan yang
banyak mengandung garam, minuman alkohol dan kafein.(1) Sindrom pramenstruasi berhubungan
ataupun dapat berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan gaya hidup. Kemungkinan besar etiologi
sindrom pramenstruasi berhubungan dengan ketidakseimbangan hormon (estrogen dan progesteron)
selama siklus menstruasi. Frekuensi gejala PMS cukup tinggi sekitar 80-90 % , dan sekitar 5 % wanita
mengalami gejala berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.(3)
Temuan lain juga melaporkan bahwa sekitar 25 % dari semua gadis remaja berusia 14-15 tahun
mengalami kejadian sindrom pramenstruasi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa gejala
sindrom pramenstruasi lebih sering dan lebih parah pada wanita tingkat pendidikan tinggi
dibandingkan wanita non - pendidikan ini dikarenakan adanya hubungan stres dengan sindrom
pramenstruasi.(4)
Menurut Bertone-Johnson ER, et al. (2005), diperkirakan sebanyak 85 % sampai 90 %
perempuan yang premenopause secara teratur mengalami gejala afektif dan / atau fisik sebelum
timbulnya menstruasi.(5) Penelitian Marley J menunjukkan bahwa hampir setengah dari mahasiswi
mengalami sindrom pramenstruasi, sedangkan 32 % memiliki gejala ringan dan 21 % memiliki
moderat untuk gejala berat.(6)
PMS biasa ditandai oleh gejala fisik dan psikologis yang khas serta perubahan tingkah laku yang
mengganggu hubungan interpersonal dan kualitas hidup wanita. Gejala - gejala tersebut meliputi
tingkah laku seperti kegelisahan, depresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur kelelahan,
lemah, perubahan nafsu makan dan kadang - kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat .

Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, kembung, kelelahan,
kekurangan energi, sakit kepala, kram, nyeri otot dan sendi , nyeri pinggang.(7)
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terjadinya sindrom pramenstruasi berhubungan dengan
asupan energi, makronutrien dan mikronutrien. Asupan makanan yang buruk atau tidak memadai,
vitamin dan mineral yang kurang, peningkatan asupan lemak menyebabkan efek negatif pada gejala
sindrom pramenstruasi, serta menunjukkan bahwa diet dapat mempengaruhi metabolisme
neurotransmitter.(8)
Menurut Bertone-Johnson, et al. (2005) asupan kalsium dan vitamin D bisa mengurangi resiko
terjadi sindrom pramenstruasi.(5) Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang, jagung,
gandum membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi terutama berkaitan dengan mood. (9)
Kejadian sindrom pramenstruasi diduga memiliki hubungan dengan kebiasaan makan. Kebiasaan
mengkonsumsi sayur dan pangan hewani yang baik diduga dapat menurunkan gejala sindrom
pramenstruasi (Fibriastuti 2012).(10)
Dari penjelasan di atas, penulis akan menganalisis hubungan asupan gizi dengan sindrom
pramenstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Banda.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis observasional dengan
desain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Banda, Jl. Nira Watro, Banda
Neira, Maluku Tengah.Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2015 Desember
2015.Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Banda Neira kelas XI dan
XII yang aktif dalam akademik. Sampel dalam penelitian ini memenuhi sebagian populasi yang
memenuhi kriteria inklusi : (1) terdaftar sebagai siswi SMA Negeri 1 Banda Neira kelas XI dan XII,
(2) mengalami menstruasi, (3) umur 16-18 tahun, (4) siswi yang bersedia ikut penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Berdasarkan
hasil perhitungan, sampel yang dibutuhkan pada penelitian adalah 136 orang.Data yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner.Bagian pertama
berisi karakteristik demografi responden yaitu nama responden dan, umur. Bagian kedua merupakan

pertanyaan yang berhubungan dengan variabel bebas yaitu asupan gizi yang diukur menggunakan
multiple food recall 7 hour dan variabel tergantung yang diukur menggunakan Wallace Premenstrual
Syndrome Questionnaire
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah kuesioner dan wawancara. Data yang
diperoleh selanjutnya akan diuji menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) seri 21.0 untuk Windows.
HASIL
5.1 Karakteristik subjek penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik subjek penelitian
Asupan energi
Kurang
Sedang
Berlebih
Asupan karbohidrat
Kurang
Sedang
Berlebih
Asupan protein
Kurang
Sedang
Berlebih
Sindrom pramenstruasi
PMS ringan
PMS sedang
PMS berat
Indeks massa tubuh
non overweight
Overweight

Jumlah
Nilai

Presentasi (%)

63
42
31

46,3
30,9
22,8

44
75
17

32,4
55,1
12,5

43
74
19

31,6
54,4
14

44
69
23

32,4
50,7
16,9

103
33

75,5
24,3

5.2 Analisis Univariat


5.2.1 Asupan energi
Berdasarkan diatas didapatkan bahwa subjek yang memiliki asupan gizi kurang sebanyak 63
orang atau 46,3%, subjek yang memiliki asupan gizi sedang sebanyak 42 orang atau 30,9%, dan subjek
yang memiliki asupan gizi berlebih sebanyak 31 orang atau 22,8%.
5.2.2 Asupan karbohidrat
6

Berdasarkan table 5.1 didapatkan bahwa subjek yang memiliki asupan karbohidrat kurang
sebanyak 44 orang atau 32,4%, subjek yang memiliki asupan karbohidrat sedang sebanyak 75 orang
atau 55,1%, dan subjek yang memiliki asupan karbohidrat berlebih sebanyak 17 orang atau 12,5%.
5.2.3 Asupan protein
Berdasarkan table 5.1 didapatkan bahwa subjek yang memiliki asupan karbohidrat kurang
sebanyak 43 orang atau 31,6%, subjek yang memiliki asupan karbohidrat sedang sebanyak 74 orang
atau 54,4%, dan subjek yang memiliki asupan karbohidrat berlebih sebanyak 19 orang atau 14%.
5.2.4 Sindrom pramenstruasi
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa subjek penelitian yang mengalami sindrom
pramenstruasi ringan sebanyak 44 orang atau 32,4%, sedang sebanyak 69 orang atau 50,7%, dan
subjek yang memiliki sindrom pramenstruasi berat sebanyak 23 orang atau 16,9%.
5.2.5 Indeks massa tubuh
Hasil perhitungan menggunakan rumus indeks massa tubuh, didapatkan hasil frekuensi indeks
massa tubuh dengan kategori non overweight dan non overweight. Responden kategori non overweight
sebanyak 103 orang atau 75,5%, dan kategori overweight sebanyak 33 orang atau 24,3%.
5.3 Analisis Bivariat
Uji analisis yang digunakan adalah uji chi-square. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan asupan gizi dengan sindrom pramenstruasi. Berikut hasil yang diperoleh :

Tabel 5.2. Korelasi asupan energi dengan sindrom pramenstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Banda
Neira
Sindrom pramenstruasi
Ringan
Sedang
n
%
n
%
Asupan energi
Kurang

17

27,0%

36

Sedang
Berlebih

14
13

33,3%
41,9%

17 40,5%
16 51,6%

57,1%

Nilai P
Berat
n
%
10

total

15,9%

63

11 26,2%
2
6,5%

42
31

0,135

Berdasarkan hasil analisis hubungan asupan energi dengan sindrom pramenstruasi didapatkan
untuk asupan energi kurang sebanyak 17 orang (27,0%) dari 63 orang memiliki sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 36 orang (57,1%) memiliki sindrom pramenstruasi sedang, dan sebanyak 10 orang
(15,9%) memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada asupan energi sedang sebanyak 14 orang (33.3%)
dari 42 orang memiliki sindrom pramenstruasi ringan, sebanyak 17 orang (40,5%) memiliki sindrom
pramentruasi sedang, dan sebanyak 11 orang (26,2%) memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada
asupan energi berlebih sebanyak 13 orang (41,9%) dari 31 orang memiliki sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 16 orang (51,6% ) memiliki sindrom pramentruasi sedang, dan sebanyak 2 orang
(6,5%) sindrom pramenstruasi berat.
Dari table 5.2 dapat dilihat nilai P adalah sebesar 0,135, nilai tersebut lebih besar dari taraf
signifikansi 5% (alpha=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna anatara hubungan asupan energi dengan sindrom pramenstruasi.
Tabel 5.3. Korelasi asupan karbohidrat dengan sindrom pramenstruasi pada siswi SMA Negeri 1
Banda Neira
Sindrom pramenstruasi
Nilai P
Ringan
n

Sedang
%

Berat
n
%

Total
Asupan KH
Kurang
Sedang
0,018
Berlebihan

8
28

18,2
37,2

24
40

54,2
23,3

12
7

27,2
9,3

44
75

18,2

29,4

23,5

17

Berdasarkan

hasil analisis hubungan asupan karbohidrat dengan sindrom pramenstruasi didapatkan untuk asupan
karbohidrat kurang sebanyak 8 orang (18,2%) dari 44 orang memiliki sindrom pramenstruasi ringan,
sebanyak 24 orang (54,2%) memiliki sindrom pramenstruasi sedang, dan sebanyak 12 orang (27,2%)
memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada asupan karbohidrat sedang sebanyak 28 orang (37,2%)
dari 75 orang memiliki sindrom pramenstruasi ringan, sebanyak 40 orang (23,3%) memiliki sindrom
pramentruasi sedang, dan sebanyak 7 orang (9,3%) memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada

asupan karbohidrat berlebih sebanyak 8 orang (18,2%) dari 17 orang memiliki sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 5 orang (29,4% ) memiliki sindrom pramentruasi sedang, dan sebanyak 4 orang
(23,5%) sindrom pramenstruasi berat.
Dari table 5.3 dapat dilihat nilai P adalah sebesar 0,018, nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikansi 5% (alpha=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
anatara hubungan asupan karbohidrat dengan sindrom pramenstruasi
Tabel 5.4. Korelasi asupan protein dengan sindrom pramenstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Banda
Neira
Sindrom pramenstruasi
Ringan

Sedang
n
%

total
Asupan protein
Kurang
7
Sedang
26
Berlebihan
11

16,3
35,1
57,9

Berat
n
%

26
40
3

62,5
59,1
15,8

Nilai P
n

10
8
5

7,3
10,8
26,3

43
79
19

0,002

Berdasarkan hasil analisis hubungan asupan protein dengan sindrom pramenstruasi didapatkan
untuk asupan protein kurang sebanyak 7 orang (16,3%) dari 43 orang memiliki sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 26 orang (62,5%) memiliki sindrom pramenstruasi sedang, dan sebanyak 10 orang
(7,3%) memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada asupan protein sedang sebanyak 26 orang (35,1%)
dari 79 orang memiliki sindrom pramenstruasi ringan, sebanyak 40 orang (59,1%) memiliki sindrom
pramentruasi sedang, dan sebanyak 8 orang (10,8%) memiliki sindrom pramenstruasi berat. Pada
asupan protein berlebih sebanyak 11 orang (57,9%) dari 19 orang memiliki sindrom pramenstruasi
ringan, sebanyak 3 orang (15,8% ) memiliki sindrom pramentruasi sedang, dan sebanyak 5 orang
(26,3%) sindrom pramenstruasi berat.
Dari tabel 5.4 dapat dilihat nilai P adalah sebesar 0,002, nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikansi 5% (alpha=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
anatara hubungan asupan protein dengan sindrom pramenstruasi.

Table 5.5 korelasi asupan indeks massa tubuh dengan sindrom pramenstruasi pada siswi SMA
Negeri 1 Banda Neira
BMI
Nilai P
Non overweight
n
PMS
Ringan
Sedang
Berat

34
52
17

Overweight
%
77,3
82,6
52,2

10
12
11

22,7
17,4
47,6

total
44
64
23

0,012

Berdasarkan hasil analisis hubungan indeks massa tubuh dengan sindrom pramenstruasi
didapatkan sindrom pramenstruasi ringan sebanyak 34 ornag (77,3%) dari 44 orang yang memilki
indeks massa tubuh tidak berlebih (Non overweight), dan sebanyak 10 orang (22,7%) yang memiliki
indeks massa tubuh yang berlebih (overweight). Pada sindrom pramentruasi sedang sebanyak 52 orang
(82,6%) dari 64 orang yang memilki indeks massa tubuh tidak berlebih (Non overweight), dan
sebanyak 12 orang (17,4%) yang memiliki indeks massa tubuh yang berlebih (overweight). Pada
sindrom pramentruasi berat sebanyak 17 orang (52,2%) dari 23 orang yang memilki indeks massa
tubuh tidak berlebih (Non overweight), dan sebanyak 11 orang (47,6%) yang memiliki indeks massa
tubuh yang berlebih (overweight).
Dari table 5.5 dapat dilihat nilai P adalah sebesar 0,012, nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikansi 5% (alpha=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
anatara hubungan indeks massa tubuh dengan sindrom pramenstruasi.

PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Banda menggunakan data primer dengan jumlah sampel
penelitian yang terpenuhi sebanyak 136 orang yang merupakan siswi-siswi SMA Negeri 1 Banda
dengan rentang usia 16-18 tahun. Penilitian ini berjudul hubungan asupan gizi dengan sindrom
pramenstruasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi dengan sindrom pramenstruasi.
10

6.2 Distribusi asupan gizi dan sindrom pramenstruasi


Berdasarkan table 5.1 dari hasil uji univariat didapatkan bahwa jumlah asupan energi yang
kurang lebih banyak (63 responden) dari pada jumlah asupan gizi yang berlebih (31 responden), hal ini
disebabkan oleh sumber makanan yang diperoleh sebagian besar dari rumah karena pada daerah
penelitian tidak banyak terdapat sumber makanan fast food sehingga kebiasaan makan berbeda dengan
yang biasanya terdapat di kota-kota besar di Indonesia. Seperti pada penelitian yang dilakukan
Samuelson G. bahwa kebiasaan dalam menentukan asupan makanan dan pola makan yang ireguler
menjadi faktor peningkatan energi (kalori) tubuh pada remaja.(11)
Dari hasil uji univariat didapatkan bahwa jumlah sindrom pramenstruasi berdasarkan tingkat
keluhan perbedaannya tidak terlalu signifikan yaitu ringan 44 responden (32,4%), sedang 69 responden
(50,7%,) dan berat 23 responden (16,9%), ini menunjukan bahwa sindrom pramenstruasi masih
menjadi masalah bagi perempuan yang premenopause. Pada hasil penelitian sebelumnya dilakukan
pada siswa SMA, didapatkan hasil yaitu sebanyak 6,8% responden yang memiliki keluhan PMS berat,
66,1% responden yang memiliki PMS sedang dan 27,1% responden yang memiliki PMS ringan
sedangkan 0% responden yang tidak memiliki keluhan.(12)
6.3 Hubungan asupan gizi dengan sindrom pramenstruasi
Pada penelitian ini Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan anatara variabelvariabel seperti asuapan energi, karbohidrat dan protein terhadap sindrom pramenstruasi, hanya
variabel asupan energi saja yang tidak memiliki hubungan terhadap sindrom pramenstruasi (P=0,135),
sedangkan yang lain memiliki hubungan terhadap sindrom pramenstruasi. Berikut ini akan diuraiakan
pengujian hipotesis dari masing-masing variabel:
1. Dari tabel 5.2 korelasi antara asupan energi dengan sindrom pramenstruasi didapatkan hasil P
>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna anatara asupan
energi dengan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penilitian yang telah
dilakukan oleh Diah Utari yaitu tidak ada hubungan anatara asupan enegi dengan sindrom
pramenstruasi dengan uji analisis stasistiknya didapatkan bahwa nilai p value (P >0,05). Teori
11

yang dikemukakan oleh Canolly M. seperti yang ditulis pada penelitian Diah Utari bahwa
penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi adalah interaksi yang kompleks antara hormone
dan neorotransmiter yang dikombinasikan dengan stress psikologis. (12)
2. Dari table 5.3 didapatkan hasil uji chi-square P value=0,018 , nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikansi 5% (alpha=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna anatara karbohidrat dengan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Arum Sekar Tanjung yang menyatakan

terdapat

hubungan antara karbohidrat dengan sindroma premenstruasi. Semakin tinggi asupan


kerboheidrat, maka resiko untuk mengalami resiko sindrom pramenstruasi 0,9 kali lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena karbohidrat secara konsisten mempertahankan kadar
serotonin (suatu zat kimia di otak) sehingga dengan memakan yang menggadung karbohidrat
akan lebih mengendalikan perubahaan mood.(13)
3. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara asupan protein dengan sindroma premenstruasi
(p = 0,002). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rendi Mazarina
Devi yang menyatakan

terdapat hubungan antara asupan protein dengan sindroma

premenstruasi. Makan makanan yang mengandung rendah protein akan mempengaruhi sintesis
neurotransmitter dan hormon. Pengaruhi sintesis neurotransmitter ( GABA dan serotonin ) di
otak ini yang akan menyebabkan gejala sindrom pramenstruasi yaitu emosi, suasana hati, dan
perilaku makan. Hormon leptin juga mengatur reproduksi dan emosi sehingga berkaitan dengan
terjadi sindrom pramenstruasi.(9)

Hubungan indeks massa tubuh dengan sindrom pramenstruasi

Salah satu faktor risiko sindroma premenstruasi adalah indeks massa tubuh (IMT) atau status
gizi. Perempuan yang memiliki skor indeks massa tubuh berlebih, memiliki risiko tiga kali lipat
12

mengalami sindroma premenstruasi dibandingkan perempuan dengan indeks massa tubuh normal.
Permasalahan tinggi dan rendahnya skor indeks massa tubuh pada usia remaja merupakan masalah
penting, karena dapat menyebabkan risiko terjadinya berbagai penyakit dan mempengaruhi
produktifitas kerja.(14)
Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma
premenstruasi, (p = 0,012). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rendi
Retissu et al. yang menyatakan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma
premenstruasi. Teori yang dikemukakan dalam penilitian Rendi Restissu bahwa hiperestrogenisme
pada perempuan yang mengalami overweight disebabkan peningkatan persentase lemak di dalam
tubuh. Diketahui bahwa lemak terutama kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan estrogen.
Kolesterol akan diubah menjadi androgen di dalam sel teka akibat rangsangan LH, selanjutnya
androgen tersebut akan diubah menjadi estrogen di dalam sel granulose oleh rangsangan FSH.
Peningkatan kadar estrogen adalah berbanding lurus dengan peningkatan persentase lemak di dalam
tubuh, yang artinya semakin tinggi indeks massa tubuh, akan semakin besar risiko seorang perempuan
untuk mengalami sindroma premenstruasi.(15)

UCAPAN TERIMA KASIH

13

1. Ibu dr. Suriptiastuti DAP&E, MS, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Kedokteran Umum.
2. dr. Bing Djimantoro MS sebagai pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran
yang sangat berharga kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3. dr. Tjhang Supardjo, M.Surg., FCCS., Sp.B. dan dr. Firda Fairuza, Sp.A sebagai penguji proposal
dan skripsi yang berkenan memberi masukan pada penyusunan proposal dan juga arahan untuk
menyempurnakan skripsi.
4. Kepadaorang tua dan seluruh anggota keluarga penulis yang tak pernah letih memberikan
dukungan serta dorongan semangat dan doakepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik mungkin.
5. Sahabat serta teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan serta masukan.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal dan berlipat
ganda atas segala bantuan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Songhai Barclift, U.S. Department of Health and Human Services, Health Resources and
Services Administration. Premenstrual syndrome. Journal of womans health. December, 2014.

14

2. Melissa Conrad Stoppler, John P. Cunha, et al. Premenstrual Syndrome Definition: Medically
Reviewed. Emedicine healthexpert for everday emergencies. 2014.
3. Fikru W. Tolossa, Mebratu L. Bekele.Prevalence, Impacts and Medical Managements of
Premenstrual Syndrome Among Female Students: Cross-Sectional Study in College of Health
Sciences: BMC Women's Health.2014;14:52.
4. Kathleen M, Lustyk B, Gerrish WG: Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric
Disorder: Issues of Quality Of Life, Stress and Exercise. Springer Sci Bus Media LLC (USA).
2010;115:1952-75.
5. Bertone-Johnson ER, et al. Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual
Syndrome. Arch Intern Med. 2005;165:1246-52.
6. Nutritional Cross, G.B., Marley, J., Miles, H. and Willson, K. Changes in Nutrient Intake
During the Menstrual Cycle of Overweight Women with Premenstrual Syndrome. Wageningen
Academic Publishers.2010; 109 120.
7. Nisar N, Zehra N, Haider G, et al. Frequency, Intensity and Impact of Premenstrual Sinrdrome
in Medical Student. J. Coll. Physicians Surg. Pak. 2008; 18 (8): 481-4
8. Mariza Devi. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Pada
Remaja Putri. J Teknologidan Kejuruan. 2009; 32(2) : 197-208.
9. Fibriastuti YR. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Pramenstruasi Pada Polisi Wnita
(Polwan) di Polisi Resor Kota Cimahi. Institut Pertanian Bogor: Bogor, 2012.
10. Samuelson G. Dietary habits and nutritional status in adolescent over Europe. Eur J Clin Nutr
2000 Mar;54 Suppl 1:S21-8
11. Utari Diah. Hubungan Asupan Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri di SMA
Bina Insani Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2013.
12. Arum Sekar Tanjung. Hubungan Anatara Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Simdrom
Pramenstruasi sindrom . Universitas Sebelas Maret: Surakarta, 2009.

15

13. Masho SW, Adera T, South-Paul J. Obesity as a risk factor for premenstrual syndrome. J
Psychosom Obstet Gynaecol. 2005; 26 (1): 33- 9.
14. Rendi Retissu, Sjafril Sanusi, Amalia Muhaimin, Lantip Rujito. Hubungan Indeks Massa
Tubuh dengan Sindroma Prementruasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 2010.

16

Das könnte Ihnen auch gefallen