Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TUGAS KHUSUS
3.1.
Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 6-8 Ditinjau dari Nilai Fouling Factor,
Pressure Drop serta Koefisien Perpindahan Panas di Unit Crude Distiller V
Kilang CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
.2.
Latar Belakang
Unit Crude Distiller (CD) Unit RU III Plaju-Sungai Gerong terdiri dari
lima CD yaitu CD-II, CD-III, CD-IV, CD-V, dan CD-VI. Peralatan proses utama
di CD-V terdiri dari 1 flash kolom dan 4 kolom fraksionator. Selain itu unit ini
memiliki peralatan penunjang yang memiliki peranan penting untuk membentuk
kondisi operasi yang diinginkan, seperti pompa, heat exchanger, stripper, cooler,
condensor dan reboiler.
Alat penukar kalor atau lebih dikenal sebagai Heat Exchanger di dalam
industri memiliki peranan yang sangat vital. Heat Exchanger ini bekerja dengan
memanfaatkan energi panas dari fluida yang bersuhu tinggi untuk memanaskan
fluida yang bersuhu lebih rendah atau sebaliknya.
Heat Exchanger yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong di unit Crude Distiller V kilang CD & GP adalah jenis shell
and tube dengan aliran counter-current. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris
di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana
temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam
shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di
luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut
tube side dan yang di luar tube adalah shell side. Shell and Tube Heat exchanger
6-8 merupakan Heat Exchanger yang bertugas memanaskan crude oil dengan
media pemanas HCT (High Cold Test) sebelum masuk ke flash kolom. Di dalam
flash kolom pengkondisian level umpan harus selalu terjaga agar proses
pemisahan antara fase liqiud dan gas dapat terjadi. Produk atas dari flash kolom
66
67
akan diolah di kolom distilasi fraksionasi 1-1 sedangkan produk bawah sebelum
masuk ke kolom destilasi terlebih dahulu akan masuk ke furnace untuk
dipanaskan. Oleh karena temperatur telah dinaikkan oleh HE 6-8, sehingga beban
penggunaan bahan bakar furnace dapat ditekan.
Dalam pengoperasiannya, salah satu problem pada shell and tube heat
exchanger yaitu adanya fouling factor atau terbentuknya lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien
perpindahan panasnya
tersebut.
Kinerja dari Heat Exchanger 6-8 perlu dikontrol agar kelangsungan proses
dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka kinerja
Heat Exchanger 6-8 harus selalu dievaluasi. Oleh karena itu pada tugas khusus ini
dilakukan perhitungan efisiensi kinerja heat exchanger dengan melihat dari
parameter-parameter seperti duty atau fouling factor, koefisien perpindahan panas,
Pressure Drop dan Log Mean Temperatur Difference (LMTD) dengan
berdasarkan studi literatur D.Q Kern.
.3.
Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi nilai efisiensi Heat Exchanger 6-8 di Unit
Crude Distiller V Kilang CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai
Gerong
.4.
Manfaat
Adapun manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.
2. Dapat menghitung faktor pengotor (fouling factor) dan pressure drop pada
Heat Exchanger 6-8 di Unit Crude Distiller V Kilang CD & GP PT. Pertamina
(Persero) RU III berdasarkan metode Kern.
3. Dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Heat
Exchanger 6-8 di Unit CD V Kilang CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III
.5.
Perumusan Masalah
68
Tinjauan Pustaka
Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan
bagian terpenting dalam proses industri kimia. Mekanisme panas ini disebabkan
beda temperatur antara fluida yang satu dengan fluida yang lainnya, baik
perpindahannya secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Sifat perpindahan
panas adalah bila dua buah benda mempunyai suhu yang berbeda mengalami
kontak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka panas akan mengalir
dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda suhunya lebih rendah.
Mekanisme perpindahan panas dari sumber panas ke penerima dibedakan
atas tiga cara, yaitu :
1. Perpindahan panas secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana
molekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekul-
69
molekul tersebut hanya mengantarkan panas atau proses perpindahan panas dari
suhu tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih rendah. (D.Q.Kern,1983).
70
perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian lainnya sehingga terjadi
perbedaan densitas. Densitas bagian fluida dingin lebih besar dari pada bagian
fluida panas. Aliran terjadi akibat adanya perbedaan densitas (D.Q. Kern, 1983).
Proses perpindahan panas yang berlangsung secara alamiah, dimana
perpindahan panas molekul-molekul dalam zat dipanaskan terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya tenaga dari luar (Holman,1986).
b. Konveksi Paksa (Forced Convection)
Perpindahan panas yang terjadi karena adanya energi dari luar, misalnya
pengadukan. Jika dalam suatu alat dikehendaki pertukaran panas, maka
perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa karena laju panas yang
dipindahkan naik dengan adanya aliran atau suatu pengadukan (Holman, 1986).
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi
karena perpindahan energi melalui geombang elektromagnetik secara pancara atau
proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima panas yang dilakukan
dengan pancaran gelombang panas. Antara sumber panas dengan penerima panas
tidak terjadi kontak. (D.Q. Kern, 1983)
.7.1.
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida yang ditransfer ke fluida
lainnya melalui proses yang disebut proses perpindahan panas (Kern, 1983).
Heat exchanger atau alat penukar panas merupakan suatu alat yang
digunakan untuk perpindahan panas dari suatu fluida yang suhunya lebih tinggi
kepada fluida lain yang suhunya lebih rendah. Pertukaran panas terjadi karena
adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkan (indirect
contact) maupun kedua fluida bercampur langsung (direct contact). Fluida yang
bertukar energi dapat berupa fluida yang sama fasanya (cair ke cair atau gas ke
gas) atau dua fluida yang berbeda fasanya. Dalam proses industri, perpindahan
panas antara dua fluida umumnya menggunakan peralatan heat exchanger,
dimana fluida panas dan fluida dingin tidak saling berkontakkan satu sama
71
lainnya tetapi dipisahkan oleh dinding tabungnya atau permukaan dasar atau
melengkung (Geankoplis, 1993).
.7.2.
konduksi dan konveksi. Perpindahan panas yang terjadi pada fluida disebut
konveksi, sedangkan proses konduksi terjadi pada dinding pipa.
Secara kontak langsung, panas yang dipindahkan antara fluida panas dan
dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara
kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase atau
penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak langsung
yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan
partikel padat-kombinasi fluida.
Secara kontak tak langsung, perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan
dingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan
mengalir.
72
.7.3.
berikut, yaitu :
1. Chiller
Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang lebih rendah.
Media pendingin biasanya dapat digunakan berupa air, propane, freon atau
ammonia.
2. Kondensor
Alat ini digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga
berubah fase menjadi cairan. Media dingin yang dipakai biasanya air atau udara
3. Cooler
Alat ini digunakan untuk mendinginkan liquid yang panas sampai mencapai
suhu tertentu yang dikehendaki. Peristiwa perpindahan panas yang terjadi tanpa
perubahan fasa.
4. Evaporator
Alat ini digunakan untuk menguapkan fluida cair dengan menggnakan suatu
media pemanas (steam) atau media pemanas lainnya.
5. Reboiler
Alat ini digunakan untuk mendidihkan kembali (reboil) serta menguapkan
sebagian cairan yang diproses atau memproduksi uap air dari liquid, dimana liquid
tersebut dipanaskan dengan melewatkan uap air yang ada pada tube bundle
dengan media pemanas yang biasa digunakan adalah steam. Perpindahan panas
yang terjadi juga disertai perubahan fase, tetapi dari bentuk liquid menjadi vapour
dengan sumber panas dari fluida proses maupun sistem.
6. Preheater
Alat ini digunakan untuk mentransfer panas dari fluida yang masih bersuhu
tinggi ke fluida yang bersuhu rendah yang bertujuan untuk dimanfaatkan oleh
fluida yang bersuhu rendah sebelum masuk ke furnace, yang bertujuan agar kerja
furnace lebih ringan.
7. Cooling Tower
73
74
75
(kebanyakan segi empat) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang
ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang
lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
76
Gambar 15. Alat Penukar Panas Jenis Shell and Tube Heat Exchanger
Jika laju alir fluida yang mengalir lebih besar maka digunakan shell and tube
exchanger, yang merupakan jenis paling penting dari exchanger digunakan di
proses industri. Dalam exchanger ini laju alir fluida bersifat kontinyu. Tube yang
digunakan parralel dimana salah satu fluida mengalir di dalam tube. Tube diatur
dalam sebuah ikatan (bundle), diapit oleh shell tunggal dan aliran fluida lain di
luar tube di sisi shell. Paling sederhana shell and tube exchanger ditampilkan
dalam gambar 11 untuk 1 shell pass dan 1 tube pass , atau 1-1 counter flow
exchanger.
Gambar 16. Shell and Tube Exchanger : (a) 1 shell pass and 1 tube pass ( 1-1
Exchanger); (b) 1 shell pass and 2 tube passes (1-2 exchanger)
Sumber : Geankoplis, 1993
77
dibedakan atas :
1. Fixed Tube Sheet
Fixed Tube Sheet merupakan jenis shell and tube heat exchanger yang terdiri
dari tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu
dengan shell. Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan
pembersihan shell.
2. Floating Tube Sheet
Floating Tube Sheet merupakan heat exchanger yang dirancang dengan salah
sat tipe tube sheetnya mengembang, sehingga tube-bundel dapat bergerak di
78
dalam shell jika terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini
banyak digunakan dlaam indstri migas karena pemeliharaannya lebih mudah
dibandingkan fix tube sheet, karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan dan dapat
digunakan pada operasi dengan perbedaan temperatur antara shell dan tube side di
atas 200oF.
3. U Tube/U Bundle
U Tube/U Bundle merupakan jenis heat exchanger yang hanya mempunyai 1
buah tube sheet, dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan
pada tube sheet sehingga biaysa yang dibutuhkan paling murah di antara shell and
Tube Heat Exchanger yang lain. Tube bundle dpat dikeluarkan dari shell nya
setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan
tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Heat exchanger ini sering terjadi erosi
pada bagian dalam bengkokan yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan
di dalam tube , untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida
yang tidak mengandung partikel-partikel padat.
.7.6.
79
Gambar 17. Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell dan Rear-End Head
Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah
yang paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang
ralatif murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lebih
tinggi dari tipe E, karena shell tipe F didesain untuk memiliki dua aliran (aliran
U). Aliran sisi shell yang dipecah seperti pada tipe G,H, dan J, digunakan pada
kondisi-kondisi khusus seperti pada kondensor dan boiler thermosiphon. Shell tipe
K digunakan pada pemanas kolam air. Sedangkan shell tipe X biasa digunakan
untuk proses penurunan tekanan uap.
Jenis shell yang banyak dipergunakan adalah jenis satu pass. Shell dua pass
dipergunakan apabila perbedaan temperatur pada shell and tube (temperature
driving force) tidak dapat diatasi pada jenis satu pass.
80
Pertimbangan untuk memilih aliran yang dibelah dan aliran yang dibagi ialah
untuk mengurangi penurunan tekanan (pressure drop) sisi shell, karena pressure
drop merupakan faktor kontrol pada perencanaan dan operasi alat penukar kalor.
2. Tube
Tube adalah pipa-pipa berukuran kecil sebagai tempat mengalirnya fluida
yang akan didinginkan atau dipanaskan pada heat exchanger. Tube atau pipa
adalah bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang mengalir di dalamnya dan
sekaligus sebagai bidang penghantar panas.
Diameter dalam tube merupakan diameter aktual dalam ukuran inch. Ukuran
ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut BWG
(Birmingham Wire Gage). Ukuran pipa yang secara umum digunakan baisanya
mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin besar bilangan BWG,
semakin tipis tubenya. Pemilihan tube harus sesuai dengan suhu, tekanan, dan
sifat korosif fluida. Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah square pitch,
triangular pitch, square pitch rotated, triangular pitch with cleaning lanes (Kern,
1980).
Adapun beberapa tipe susunan tube dapat dilihat pada gambar 17:
Komponen untuk melepas atau menerima panas suatu alat penukar panas
dipengaruhi oleh besarnya luas permukaan tergantung dari panjang, ukuran dan
jumlah tube. Susunan tube mempengaruhi besarnya penurunan tekanan aliran
fluida dalam shell. Tipe-tipe susunan tube adalah sebagai berikut :
a. Tube dengan susunan bujur sangkar (square pitch)
Tube dengan tipe seperti ini sangat cocok digunakan untuk kondisi yang
memerlukan beda tekan (pressure drop) rendah, cocok digunakan untuk fluida
81
82
d. Tube Susunan dengan Garis Pembersih (triangular pitch with cleaning lines)
Tube dengan tipe seperti ini sangat cocok digunakan untuk kondisi yang
memerlukan beda tekan (pressure drop) sedang hingga tinggi, baik digunakan
untuk fluida yang mengandung pengotor, memiliki film coefficient tidak sebesar
susunan triangular pitch, tetapi lebih besar dari susunan square pitch.
Pembersihan tube dapat dilakukan dengan proses kimia (Sitompul, 1993).
3. Tube sheet
Tube sheet adalah tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi
satu yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu
buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle
dan sebagai pemisah antara tube side dengan shell side.
4. Baffle (sekat)
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger yaitu :
a. Sebagai penahan dari tube bundle.
b. Untuk menambah atau mengurangi terjadinya getaran.
83
menjadi :
1. Heat Exchanger dengan Arah Aliran Searah (co-current flow)
Pertukaran panas pada jenis aliran ini yaitu, kedua fluida (dingin dan panas)
masuk pada sisi penukar panas yang sama, kemudian mengalir dengan arah yang
sama dan keluar pada sisi yang sama pula. (Ti) merupakan fluida panas masuk
84
sedangkan (ti) merupakan fluida dingin yang masuk. Kedua fluida tersebut akan
kontak pada jarak di sepanjang heat exchanger dan keluar pada jalur yang sama,
namun temperatur kedua fluida tersebut akan berbeda dari temperatur sebelum
mauk ke heat exchanger dikarenakan fluida panas ang masuk akan mentransfer
panasnya kepada fluida yang temperaturnya lebih rendah saat masuk (Mc Cabe,
1993).
Keterangan :
To
Ti
to
ti
85
Keterangan :
To
Ti
to
ti
T2
t1
t2
86
Kedua medium penukar panas saling kontak satu sama lain. Cooling tower
tergolong dari direct heat exchanger dimana operasi perpindahan panasnya terjadi
akibat adanya pengontakkan langsung antara air dan udara.
2. Indirect heat exchanger
Kedua medium penukar panas dipisahkan oleh sekat/dinding dan panas yang
berpindah juga melewatinya. Yang tergolong indirect heat exchanger antara lain
penukar panas jenis shell and tube, double pipe heat exchanger, dan plate and
frame heat exchanger.
.7.9. Dasar Pertimbangan Fluida yang Mengalir di Bagian Shell dan Tube
1. Fluida yang kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
melalui tube, terutama jika tube bundle bisa diambil. Namun dapat melalui
shell, bila kotorannya mengandung banyak coke, maka harus melewati shell
karena lebih mudah dibersihkan.
2. Fluida yang cepat membersihkan kotoran, tekanan tinggi, korosif, dan air
selalu melaui tube tahan terhadap tekanan tinggi dan biaya pemeliharaan tube
lebih mudah dibersihkan.
3. Fluida dalam bentuk campuran non condensable gas melalui tube agar non
condensable gas tidak terjebak.
4. Jika dibandingkan cara membersihkan tube dan shell, maka pembersihan sisi
shell jauh lebih sulit. Oleh karena itu, fluida yang bersih biasanya dialirkan di
sebelah shell dan fluida yang kotor melalui tube.
5. Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan dinding
yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal. Oleh karena itu apabila
fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan melalui tube.
.7.10. Fouling Factor (Rd)
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukkan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger,
yang melapisi bagian dalam dan luar tube. Fouling factor berpengaruh terhadap
proses perpindahan panas, karena pergerakannya terhambat oleh deposit atau
pengotor (Kreith, 1973).
87
Pemecahan Masalah
Waktu dan Tempat Pengambilan Data
88
.8.3.
Metode Perhitungan
Heat Exchanger 6-8 di unit CD V kilang CD & GP merupakan suatu alat
penukar panas yang digunakan untuk memanaskan fluida berupa crude oil yang
dialirkan melalui tube dengan media pemanas HCT yang dialirkan melalui shell.
Heat Exchanger 6-8 di unit tersebut merupakan heat exchanger tipe shell
and tube dengan aliran counter-current. Untuk menghitung nilai koefisien bersih
menyeluruh (Uc), overall design coefficient of heat transfer (Ud), fouling factor
(Rd), pressure drop dan efisiensi HE 6-8 dilakukan dengan beberapa tahap
penyelesaian yaitu mengambil data seperti yang terlampir pada tahapan
pemecahan masalahdan mengerjakan perhitungan dengan Metode Kern dengan
urutan sebagai berikut :
a. Perhitungan Neraca Panas (Heat balance)
Q = W x Cp x ( T1 - T2 ) = W x Cp x ( t 2 - t 1 )
Dimana
Cp
.....(1)
89
cp
T1
T2
t1
t2
T T
R= 1 2
t 2t 1
S=
.....(3)
t 2t 1
T 1t 1
.....(4)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
.....(5)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
.....(7)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
Dari Gambar d pada Lampiran B (Sumber : D.Q. Kern, 1965) didapat harga
Kc dan Fc dengan perbandingan :
90
t c ( T 2 - t 1 )
=
t h ( T1 - t 2 )
.....(8)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
Dimana :
as
ID
C
B
PT
2. Tube Side
N x a't
at = T
144 x n
.....(10)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
at
NT
= Jumlah tube
at
91
2. Tube Side
W
Gt = t
at
.....(12)
.....(13)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
De
Gs
2. Tube Side
D x Gt
Ret =
.....(14)
Dimana : Sumber : D.Q. Kern, 1965
Dt
= Inside diameter (ft)
Gt
= Mass velocity (lb/hr.ft2)
92
Pada tiap suhu, yaitu Tc (hot fluid) untuk shell dan tc (cold fluid) untuk tube
diperoleh dari masing-masing c (Gambar b),
(viskositas) dan k
(konduktivitas thermal).
c x 1/ 3
k
.....(15)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
c
.....(16)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
2. Tube Side
k
cx
h i =jHx x
D k
1 /3
x t
.....(17)
h io h io ID
=
x
t t
OD
.....(18)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
ho = Outside film coeffiecient (Btu/hr.ft.
hio = Inside film coefficient (Btu/hr.ft.
j. Menentukan Tube Wall Temperature (tw)
Temperatur dinding rata-rata tube dapat dihitung dengan temperatur kalorik,
jika diketahui nilai koefisien perpindahan panas fluida shell dan tube pada
kondisi operasi sedang berlangsung.
93
t w = tc +
h o /s
( T t )
h io h o c c
+
t s
.....(19)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
tw = temperatur dinding tube ( )
k. Perhitungan Corrected Coefficient ho dan hio pada tw s
1. Shell Side
0,14
s =
w
( )
ho =
ho
x s
s
.....(20)
.....(21)
2. Tube Side
0,14
t =
w
( )
h io =
.....(22)
h io
x t
t
.....(23)
Sumber : D.Q. Kern, 1965
94
Q
A xt
.....(26)
Gs
.....(27)
95
Pt =
f x G t2 x L x N
5,22 x 1010 x D x s x t
.....(29)
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
P = Total Pressure drop pada tube (psi)
t
f
Gt
D
n
4 x n v2
Pr =
x
s
2g'
.....(30)
= Specific Gravity
Maka :
PT = Pt + Pr
Dimana : (Sumber : D.Q. Kern, 1965)
P
= Total Pressure Drop pada tube (psi)
T
Q Tube
x 100%
Q Shell
.....(31)
96
.9.
.9.1.
Tanggal
18/07/201
6
19/07/201
6
20/07/201
6
21/07/201
6
22/07/201
6
Jumlah
Rata-rata
HCT (Shell)
Flow Rate (T/D)
SpGr
233
0,8550
1625
0,8595
235
0,8568
1520
0,8526
238
0,8568
1698
0,8560
240
0,8552
1668
0,8585
230
0,8554
1631
0,8534
1176
235.2
4,2792
0,8558
8142
1628,4
4,2800
0,8560
HCT (Shell)
Temp inlet,
Temp outlet,
T1 (0F)
472
461
450
445
487
2315
T2 (0F)
275
269
265
248
280
1337
(0F)
167
169
166
165
170
837
t2 (0F)
191
194
188
189
195
957
463
267,4
167,4
191,4
97
98
Tabel 13. Data hasil perhitungan selama lima hari pada Heat Exchanger 6-8 Di Unit Crude Distiller V
Perhitungan
Flow rate
(lb/hr)
Temperatur inlet
(oF)
Temperatur
oulet (oF)
o
API
Heat
Balance
(Btu/hr)
LMTD
Caloric
Temperatur (oF)
Clean Overall
Coefficient
(Btu/hr.ft2.oF)
Fouling factor
(hr.ft2.oF/Btu)
Pressure drop
(kg/cm2)
Effisiensi (%)
Sisi (Side)
Shell
Tube
Shell
Tube
Shell
Tube
Shell
Tube
Shell
Tube
Shell
Tube
Shell
Tube
18 Juli 2016
21402,9917
149269,7917
472
167
275
191
33,9971
33,1306
2614161,4062
1848557,1004
180,9201
350,8450
176,2400
19 Juli 2016
21586,7083
139624,6667
461
169
269
194
33,6494
34,4629
2548958,5161
1811630,0504
170,0475
341,9600
178,5000
20 Juli 2016
21862,2833
155975,4500
450
166
265
188
33,6494
33,8037
2475247,7152
1760338,9287
167,4845
336,2250
174,4700
21 Juli 2016
22046,0000
153219,7000
445
165
248
189
33,9584
33,3224
2627552,5100
1886440,9464
153,5953
319,9050
173,7600
22 Juli 2016
21127,4167
149820,9417
487
170
280
195
33,9197
34,3074
2733359,5356
1947672,2421
186,4232
360,7300
179,7500
67,0651
69,9605
70,0280
70,9024
69,9480
0,0617
0,0569
0,0598
0,0487
0,0606
0,0610
0,6253
70,7132
0,0597
0,5259
71,0733
0,0627
0,6389
71,1177
0,0650
0,6531
71,7946
0,0598
0,6201
71,2556
99
.9.2.
Pembahasan
Unit Crude Distiller V (CD-V) mengolah crude oil yang berasal SPD-TAP
100
akumulasi pengotor atau coke yang terbentuk melapisi dinding tube akan
berakibat terjadinya pressure drop yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
penyumbatan pada aliran tube, oleh karena itu HCT dialirkan pada shell side.
Hasil perhitungan Heat Exchanger 6-8 pada Unit Crude Distiller V (CDV) menggunakan metode Kern terhadap data kondisi aktual yang telah dilakukan
selama 5 hari proses pengamatan, sehingga diperoleh beberapa nilai yang
berkaitan dengan kinerja heat exchanger 6-8 seperti fouling factor, pressure drop,
koefisien perpindahan panas serta efisiensi alat.
0.04
0.03
Rd Desain
0.02
0.01
0
0
Hari Ke-
H
arga fouling factor yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan secara aktual
menunjukkan terjadinya hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa oleh fluida
yang mengalir dalam Heat Exchanger 6-8 yang melapisi bagian dalam dan luar
tube. Nilai fouling factor yang ditampilkan pada grafik 3.1 terlihat ada yang
melebihi nilai batas maksimal fouling factor dari desain peralatan walaupun tidak
begitu besar namun ada juga yang berada di bawah desain yaitu terletak pada hari
ke-4. Fouling factor secara desain yaitu 0,054995 hr.ft2.oF/Btu.
101
berpori. Pengotor berat ini dapat diakibatkan karena adanya kerak keras atau coke
keras yang berasal dari hasil korosi sedangkan pengotor berpori dapat diakibatkan
adanya kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak. Selain itu juga faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya fouling adalah temperatur fluida dan
temperatur permukaan dinding tube. Fouling factor berpengaruh terhadap proses
perpindahan panas karena pergerakannya terhambat oleh pengotor sehingga
perpindahan panas yang terjadi di dalam alat kurang memenuhi kebutuhan
prosesnya dan harus segera dibersihkan baik secara mekanik maupun dengan
proses kimia. Oleh karena itu nilai fouling factor ini dijaga agar tidak melebihi
nilai desain sehingga HE dapat mentransfer panas lebih maksimum untuk
kebutuhan prosesnya.
102
0.8 0.6253
0.6389 0.6531 0.6201
0.5259
P Desain
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Hari ke-
Ko
nduktivitas thermal dari material peralatan heat exchanger juga dapat
mempengaruhi proses perpindahan panas. Dimana penumpukan pengotor (coke)
pada bagian luar dinding tube dengan material berupa logam carbonsteel
mengakibatkan konduktivitas termal dari logam menjadi berkurang, hal ini
disebabkan karena nilai konduktivitas termal coke atau carbon (1,7 W/mk) lebih
rendah dibandingkan konduuktivitas termal carbonsteel ((54 W/mk), sehingga
panas yang akan diserap oleh crude oil akan terhalang oleh adanya pengotor.
Kotoran (coke) tersebut dapat berasal dari fluida yang mengalir di dalam shell
maupun tube, kemudian menumpuk dan mengendap pada dinding dalam dan luar
tube.
103
0.15
P Desain
104
71
70.5
70
0
2
Hari Ke-
105
.10.
Kesimpulan dan Saran
.10.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diambil di lapangan dan analisa perhitungan
terhadap kinerja dari Heat Exchanger 6-8 pada Crude Distiller V, dapat diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Heat Exchanger 6-8 digunakan untuk memanaskan crude oil dengan media
pemanas HCT (High Cold Test) sebelum masuk ke flash kolom serta dapat
meringankan beban kerja furnace sebelum masuk ke kolom distilasi.
2. Fouling factor ratarata yang didapat (0,05754 hr.ft2.oF/Btu ) dari perhitungan
data aktual selama 5 hari berada sedikit di atas batas desain yaitu 0,054995
hr.ft2.oF/Btu.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
heat
exchanger
tersebut
106