Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Air pendingin (cooling water) adalah suatu system yang menggunakan air
sebagai media dan berfungsi menurunkan suhu/temperature dalam suatu proses
industri. Air pendingin (cooling water) mempunyai arti yang cukup penting dalam
kehidupan suatu pabrik atau industri.
Sebagai contoh, bila air pendingin tidak stabil atau tidak berfungsi dengan
baik, maka pesawatmesin akan terganggu operasinya karena kondisinya yang
semakin panas sehingga efisiensi dari system itu akan menurun.
Untuk menjaga kondisi air pendingin tetap stabil, maka gangguan terhadap
air pendingin tersebut harus kita hilangkan antara lain :
1.
2.
3.
4.
Faktor-faktor yang menyebabkan air dipilih sebagai pendingin yang baik adalah :
1.
2.
3.
4.
terjadi
(heat
exchanger) dengan
maksud
untuk
menyerap
dan
b.
terjadinya korosi
pembentukan kerak dan deposit
terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba
Korosi pada Sistem Air Pendingin
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin
adalah penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi
produk yang diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan
menurunnya efisiensi perpindahan panas.
c.
memberikan
lingkungan
yang
baik
untuk
pertumbuhan
dan
Nilai
<1000
<10
<10
<100
<1,0
0,5-1,0
<150
1,5-2,5
6,5-7,5
air
terlalu
tinggi.
Pengendalian
gangguan
ini
fouling
yang
disebabkan
oleh
perpindahan
panas
sehingga
mengakibatkan
seringkali
dimaksudkan
untuk
mencegah
atau
Korosi
Fouling
melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena
pengaruh fan atau blower yang terpasang pada bagian atas menara pendingin,
lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi. Sistem ini sangat efektif dalam proses
pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah mendekati suhu
wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke
dalam bak/basin. Pada menara pendingin juga dipasang katup make up water
untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika
proses evaporative cooling tersebut sedang berlangsung.
F.
dan udara terjadi perpindahan kalor sehingga air menjadi dingin. Air yang
telah dingin itu berkumpul di kolam atau bak di dasar menara dan dari situ
diteruskan ke dalam kondensor atau dibuang keluar, sehingga udara
sekarang kalor dan lembab keluar dari atas menara. Berdasarkan literatur
El. Wakil, menara pendingin basah dapat dibagi menjadi:
a.
juga menara
langsung merupakan
Menara pendingin jenis tak langsung dapat dibagi menjadi dua jenis
lagi, yaitu:
Menara pendingin kering tak langsung dengan menggunakan
kondensor permukaan kovensional.
Air sirkulasi yang keluar dari kondensor masuk melalui tabung
bersirip dan didinginkan oleh udara atmosfer
di dalam menara.
Menara ini boleh menggunakan jujut jenis alami seperti pada gambar.
Operasi kondensor pada jenis ini harus dilakukan pada tekanan 0,17
sampai 0,27 kPa. Pada jenis ini, digunakan kondensor terbuka atau
kondensor jet. Kondensat jatuh ke dasar kondensor dan dari situ
dipompakan oleh pompa resirkulasi ke kumparan bersirip di menara,
yang kemudian didinginkan dan dikembalikan ke kondensor.
Gambar 13. Skematik instalasi menara pendingin kering tak langsung dengan
sirkulasi bahan pendingin 2 fase
pendingin
basah-kering
(wet-dry
cooling
tower)
sedikit
Karena airnya mengalami pendinginan
2. Terjadinya Korosi
Air yang mengandung oksigen dalam kondisi jenuh atau bersifat
agresif terhadap sistem logam dan mendorong terjadinya akumulasi dari
hasil korosi yang selanjutnya akan bias mengurangi laju perpindahan
panas. Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana suatu metal
(missal: besi, baja) kembali dalam status alamiahnya, missal: Fe Oxida
atau karat. Korosi terjadi pada akibat pH rendah, Selain pH ada beberapa
jenis mikroorganisme yang menyebabkan korosi seperti nitrifying bacteria
dan Sulfate Reducing Bacteria (SRB) yang dapat menghasilkan asam
sulfida (H2S). Bakteri ini memiliki kemampuan untuk mengubah ion
sufate (SO4) menjadi asam sulfida (H2S) yang sangat korosif menyerang
logam besi, logam lunak. Bakteri ini hidup sebagai anaerobik ( tanpa udara
).
Contoh :
Fe Fe3+ + 2e4Fe + 3O2 2Fe2O3
2Fe2O3+ H2O Fe(OH)3
3. Terjadinya Fouling
Padatan yang tersuspensi jumlahnya di dalam air pendingin
jumlahnya bias bertambah atau semakin pekat, karena partikel-partikel
yang ada di udara bias terjaring oleh air di dalam menara pendingin.
Ditambahn dengan hasil korosi, semua padatan itu terbawa oleh aliran dan
bias mengendap pada permukaan perpindahan panas ataupun pada
perpipaan. Peristiwa semacam ini tidak hanya mengurangi efisiensi
perpindahan panas tetapi juga mendorong terjadinya korosi yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi oksigen yang terjadi pada bagian
bawah endapan tersebut.
4. Pertumbuhan Lumut dan Mikroba
Mikroorganisme yang berasal dari air baku atau yang terjaring dari
udara, pada umumnya memperoleh suasana lingkungan yang sesuai
dengan syarat hidupnya, suhu yang lebih hangat dan pada aliran air
pendingin banyak nutrient sebagai bahan makanan. Akibat yang
ditimbulkan ialah berkembang biaknya bakteri berlipat ganda sehingga
menghasilkan endapan yang bisa dilihat mata. Endapan ini akan
mengurangi efisiensi perpindahan panas dan mendorong terjadinya proses
korosi seperti akibat yang ditimbulkan oleh padatan yang tersuspensi.
4. Retention Time
Waktu tinggal rata-rata air pendingin di dalam sistem sebelum
keluar lewat blow down biasanya dinyatakan dalam jam atau hari.
Retention Time = V/B
Retention Time berguna untuk menghitung waktu tinggal ion dalam sistem
pendingin di bawah pengaruh penambahan dan pengurangan yang kontinu.
5. Time Cycle (Waktu Siklus)
Waktu yang diperlukan seluruh air pendingin (V) untuk melewati
lingkar pendingin sebanyak satu kali. Secara matematis sama dengan V/R.
Berguna untuk mengetahui kecepatan tanggapan sistem air pendingin
terhadap penambahan bahan-bahan kimia. Time cycle biasanya dinyatakan
dalam menit.
I.
lebih tinggi masih diperkenankan tergantung pada kualitas air make up dan
program pengendalian kerak/endapan yang dipergunakan.
Akan tetapi, semakin tinggi pH, potensi terjadinya kerak/endapan
semakin besar dan sensitive terhadap kelalaian pemberian dosis bahan
kimia yang cukup. pH yang tinggi biasanya juga mengandung efektivitas
kerja biocide dan tidak sesuai dengan inhibitor korosi yang mengandung
seng (Zinc based corrosion inhibitor). Sebalinya, pH lebih kecil dari 6,0
tidak baik secara teknis mai=upun ekonomis karena kebanyakan bahan
inhibitor korosi tidak mampu bekerja dengan baik pada pH rendah.
Beberapa penyebab perubahan pH ialah:
Pemberian gas kalor yang berlebihan dapat menurunkan pH
Pemberian asam untuk menstabilkan air pendingin
Kualitas Air make up yang rendah
Pada pH dibawah 4,3 rate korosi akan menjadi semakin besar
karena lenyapnya seluruh nilai alkalinya dan pada nilai pH
dibawahnya akan timbul asam mineral bebas yang bersifat agresif
terhadap metal.
2. Hardness Kalsium
Kalsium berinteraksi dengan fosft organic maupun anoganik
membentuk lapisan pelindung korosi. Harga terkecil yang diperlukan
50ppm sebagai CaCO3. Bila lapisan di bawah ini sebaiknya digunakan
inhibitir seng atau molibdat.
Pada kadar kalsium tinggi (>10.000 ppm sebagai CaCO 3 perlakuan
organic dan basa mungkin akan memberikan masalah pengendapan.
Perlakuan terbaik untuk ini adalah fosfat terstabilkan dengan pH netral.
3. Alkalinitas
Parameter ini paling susah dikendalikan karena di satu pihak dapat
memberikan perlindungan terhadap korosi secara alamiah tetapi juga
mempunyai potensi pergerakan. Pada nilai pH sirkulasi air sekitar 7
dengan alkalinitas sekitar 50 ppm CaCO3, perlakuan terbaik adalah fosfat
terstabilkan atau molibdat. Bila alkainitas air 200 ppm CaCO 3, perlakuan
organic, seng, alkali, dan molibdat memerlukan asam untuk menurunkan
alakalinitas.
4. Besi
..
..
..
4000
3000
4000
dan banyak
3. Fosfat
Perlakuan Fosfat adalah cara terbaru untuk menghindari masalah
dengan lingkungan. Fosfat terstabilkan menggunakan fosfat alkali (basa)
umumnya menggunakan senyawa fosfat organic dan sering disebut
sebagai perlakuan organik.