Sie sind auf Seite 1von 30

Sistem Air Pendingin

Air pendingin (cooling water) adalah suatu system yang menggunakan air
sebagai media dan berfungsi menurunkan suhu/temperature dalam suatu proses
industri. Air pendingin (cooling water) mempunyai arti yang cukup penting dalam
kehidupan suatu pabrik atau industri.
Sebagai contoh, bila air pendingin tidak stabil atau tidak berfungsi dengan
baik, maka pesawatmesin akan terganggu operasinya karena kondisinya yang
semakin panas sehingga efisiensi dari system itu akan menurun.
Untuk menjaga kondisi air pendingin tetap stabil, maka gangguan terhadap
air pendingin tersebut harus kita hilangkan antara lain :
1.
2.
3.
4.

Kerak dan pengerakkan


Korosi
Pertumbuhan lumut dan mikroba
Kotoran-kotoran (fouling)

Faktor-faktor yang menyebabkan air dipilih sebagai pendingin yang baik adalah :
1.
2.
3.
4.

Terdapat banyak sekali dan murah


Mudah memakainya
Tiap unit volume air dapat membawa jumlah panas yang besar
Pada batas-batas suhu penggunaan yang normal tidak

terjadi

pemurnian/penyusutan yang nyata.


5. Tidak terjadi penguraian
A. Pengolahan Air Pendingin
Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat
penukar panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya.
Sistem yang dilaluioleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air
pendingin (cooling water system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua
jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekalilewat (once-through). Pada jenis
resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk
keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah
digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis,

yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi


terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan
bagian air sisanya. Pada sistem resirkulasi tertutup, pendinginan kembali
tidak dengan cara memanfaatkan panas laten penguapan, melainkan dengan
menggunakan suatu jenis alat penukar panas. Pada sub-bab berikut, akan
dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin serta metoda pengendalian
terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air pendingin. Metoda
pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi terbuka,
system air pendingin resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekalilewat.
a.

Persyaratan Air Pendingin


Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar
panas

(heat

exchanger) dengan

maksud

untuk

menyerap

dan

memindahkan panasnya. Masalah yang sering timbul dalam sistem air


pendingin adalah :

b.

terjadinya korosi
pembentukan kerak dan deposit
terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba
Korosi pada Sistem Air Pendingin
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin
adalah penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi
produk yang diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan
menurunnya efisiensi perpindahan panas.

c.

Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin


Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain :
penurunan efisiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan
karena naiknya tahanan dalam pipa serta penyumbatan pada pipa-pipa
berukuran kecil. Fouling pada Sistem Air Pendingin Menara pendingin
(cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin yang

memberikan

lingkungan

yang

baik

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik


pada bagian yang cukup mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir"
(slime) dapat berkembang pada hampir di seluruh bagian dari sistem air
pendingin ini. Mikroorganisma yang tumbuh dan berkembang tersebut
merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi lokal,
penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan panas. Penggunaan
air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya masalahmasalah dalam sistem air pendingin. Persyaratan bagi air yang
dipergunakan sebagai air pendingin tidak seketat persyaratan untuk
umpan ketel. Contoh persyaratan untuk air pendingin untuk sistem
resirkulasi terbuka ditunjukkan pada tabel berikut :
parameter
1. Konduktivitas (mhos/cm)
2. Turbiditas (ppm)
3. Suspended Solid (ppm)
4. Total Hardness (ppm as CaCO3)
5. Total iron (ppm as Fe)
6. Residual chlorine (ppm as Cl2)
7. Silicate (ppm as SiO2)
8. Total Chromate (ppm as CrO4)
9. Ph

Nilai
<1000
<10
<10
<100
<1,0
0,5-1,0
<150
1,5-2,5
6,5-7,5

B. Sistem Air Pendingin


a. Resirkulasi Terbuka
Sistem resirkulasi terbuka dibahas lebih dulu karena sistem ini
memiliki masalah yang jauh lebih rumit, sehingga masalah dalam sistem
ini telah mencakup pula masalah dalam sistem-sistem yang lain.
1. Pengendalian Pembentukan Kerak
Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan
terlarut yang ada di air. CaCO3 merupakan kerak yang sering
ditemui pada sistem air pendingin dan terbentuk jika kadar Ca dan
alkalinitas

air

terlalu

tinggi.

Pengendalian

gangguan

ini

dimaksudkan untuk mencegah pembentukan kerak CaCO3 dengan


menjaga agar kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi cukup
rendah, dan mencegah pengendapan kerak pada permukaan logam.
Untuk maksud pertama dapat ditempuh dua cara, yaitu :
menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau
menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7
Untuk maksud kedua dapat digunakan inhibitor kerak
berupa chemicals seperti polifosfat, fosfonat, ester fosfonat dan
poliacrylat. Kecenderungan pembentukan kerak dapat diperkirakan
menggunakan Langelier Saturation Index (LSI) dan Ryznar
Stability Index (RSI). Fokus utama penggunaan kedua index ini
adalah untuk mengatur kondisi air pendingin agar tidak membentuk
kerak dan tidak bersifat korosif. Index LSI berharga positif (+)
berarti air cenderung untuk membentuk kerak CaCO3, dan jika
berharga negatif (-) air tidak jenuh dengan CaCO3, cenderung
untuk melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. Identik dengan LSI,
harga RSI lebih kecil dari 6,0 menunjukkan kecenderungan
pembentukan kerak dan jika lebih besar dari 6,0 berarti cenderung
untuk melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif Contoh penggunaan
LSl disajikan pada Gambar 6.1. Gambar tersebut dapat dipakai
untuk menghitung pHs, yaitu harga pH dimana air berada dalam
kesetimbangan dengan CaCO3. Perbedaan harga pHs dengan pH
menyatakan harga indeks LSI. Tabel 6.2 menyajikan harga indeks
LSI dan RSI dan perkiraan kemungkinan yang akan terjadi pada
sistem air pendingin.
2. Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan
chemicals yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor
yang umum dipakai adalah polifosfat, kromat, dikromat, silikat,
nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor yang digunakan

harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif


setelah kadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang
dibutuhkan oleh suatu inhibitor agar dapat bekerja secara efektif
disebut batas kritis. Pemakaian inhibitor yang melebihi batas kritis
akan menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun di bawah
batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula
menyebabkan pitting.
3. Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan
Tersuspensi
Pembentukan

fouling

yang

disebabkan

oleh

mikroorganisme dapat dicegah atau dikendalikan menggunakan


klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium kuartener, dan
berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin merupakan chemicals
yang paling banyak dipakai. Dosis pemakaian klorin yang efektif
adalah sebesar 0,3 sampai 1,0 ppm. Pengolahan yang tepat
diperoleh secara percobaan, karena penggunaan beberapa biosida
secara bersama-sama kadang-kadang memberikan hasil yang lebih
baik dan senyawa-senyawa tersebut acap kali digunakan bersama
klorin. Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah yang
cukup serius. Padatan tersuspensi tersebut dapat menempel pada
permukaan

perpindahan

panas

sehingga

mengakibatkan

berkurangnya efisiensi perpindahan panas. Salah satu metoda yang


digunakan untuk mengendalikan padatan tersuspensi adalah dengan
melakukan filtrasi secara kontinu terhadap sebagian air yang
disirkulasi.
b. Resirkulasi Tertutup dan Sistem Air Pendingin Sekali-Lewat

Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan


sejumlah kecil air make-up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau
kondensat uap, biasanya digunakan sebagai sebagai air make-up. Pada

sistem air pendingin sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika


proses pemekatan tidak terjadi, maka kadar padatan terlarut relatif sama
dengan air umpan. Kekurangan pada sistem ini adalah terjadi kenaikan
temperatur, sehingga perlu usaha untuk menurunkan temperatur tersebut.
Pengolahan

seringkali

dimaksudkan

untuk

mencegah

atau

meminimumkan kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi


fouling yang disebabkan oleh padatan tersuspensi dan organisme laut.
Chemicals yang digunakan untuk maksud tersebut identik dengan yang
dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada pengendalian korosi.
Pemakaian inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak praktis,
sehingga masalah korosi ditangani dengan cara melapisi permukaan
peralatan dengan serat yang diperkuat dengan plastik, semen, atau
menggunakan peralatan yang tahan terhadap korosi.
C. Sistem Cooling Water
1. Once Trough System
Setelah mendinginkan proses pabrik air langsung dibuang.
Contohnya pada pabrik yang ada di tepi sungai atau laut, air sungai/laut
setelah dipakai pendinginan proses dalam pabrik dibuang lagi ke sungai
atau ke laut.
Air pendingin digunakan sebagai pendingin pada heat exchanger
hanya dilewatkan sekali, selanjutnya langsung dikembalikan lagi ke badan
air. Once through systems digunakan bilamana kebutuhan air pendingin
sangat banyak, ketersediaan sumber air banyak dan murah serta memiliki
fasilitas untuk menangani buangan air panas dari air pendingin yang sudah
digunakan. Once through system dimana air pendingin akan melewati HE
hanya sekali. Mineral-mineral dalam air akan relatif tetap jumlahnya, tidak
berubah. Polusi suhu yang disebabkan discharge dari sistem ini menjadi
perhatian lingkungan.
Keuntungan menggunakan Once through systems :

Tidak diperlukan cooling tower

Tidak diperlukan pengolan / treatment pendahuluan

Kerugian menggunakan once through systems :

Korosi

Fouling

Sampah dan kotoran

Polusi / pencemaran temperatur di badan air

Gambar 1. Once through.system (Gumilar, 2011)


2. Recirculating System
Air setelah mendinginkan suatu proses kemudian diolah lagi
(didinginkan) selanjutnya bias dipakai sebagai air pendingin lagi.
Recirculating system bias dibagi menjadi 2 bagian:
a. Close recirculating system
Air pendingin setelah mendinginkan suatu sistem (exchanger,
mesin-mesin, dan lain-lain) kemudian didinginkan lagi, selanjutnya
dipakai lagi sebagai air pendingin. Contohnya air pendingin pada
radiator mobil, jacket water coolinh diesel, dan lain-lain.
Air pendingin setelah mendinginkan suatu sistem (exchanger,
mesin-mesin, dan lain-lain) kemudian didinginkan lagi, selanjutnya
dipakai lagi sebagai air pendingin. Contohnya air pendingin pada
radiator mobil, jacket water coolinh diesel, dan lain-lain.
Air tawar pendingin digunakan untuk mendinginkan prosesproses didalam pabrik. Air tawar pendingin yang telah panas
didinginkan kembali di suatu secondary cooler (biasanya plate heat
exchanger) untuk selanjutnya disirkulasikan kembali secara tertutup
kedalam pabrik. Air laut dipakai untuk mendinginkan secondary
cooler dengan cara hanya sekali pakai (once through), sumber air
berasal dari laut kemudian dibuang lagi ke laut. Closed Nonevaporative

Recirculating Systems yang menggunakan air pendingin yang sama dan


disirkulasikan berulang kali dalam siklus yang kontinu. Pada sistem ini,
komposisi air juga relatif konstan.
Air pendingin didinginkan pada secondary heat exchanger.
Tidak ada kehilangan akibat penguapan juga tidak ada pengembalian.
Keuntungan menggunakan Closed nonevaporative recirculating
systems :

Air pendinginyang kembali relatif bersih

Temperatur air pendingin memungkinkan lebih tinggi dari 100oC

Kerugian menggunakan Closed nonevaporative recirculating systems :

Investasi / capital cost sangat tinggi

Dibatasi oleh equipment secondary heat exchanger

Gambar 2. Closed nonevaporative recirculating systems


(Gumilar, 2011)
b. Open recirculating system
Air pendingin setelah mendinginkan suatu sistem (exchanger,
mesin-mesin, dan lain-lain) kemudian didinginkan lagi secara terbuka,

disini terjadi pengurangan dan penambahan air secara kontinyu.


Contohnya menara pendingin (Cooling tower).
Air tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan
sebagai make-up cooling tower setelah sebelumnya dilakukan treatment
(sedimentasi dan koagulasi) terlebih dahulu. Air tersebut digunakan
untuk mendinginkan proses-proses di dalam pabrik.
Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di
cooling tower untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik.
Untuk menjaga kualitas air, misalnya agar tidak terdapat algae/bacteria
dan pengendapan (scaling), maka perlu diinjeksikan beberapa jenis
chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga melalui mekanisme makeup dan blow-down (Nugroho, Muchlis. 2004).
Sistem ini banyak digunakan oleh pabrik yang berada dekat
dengan sumber air tawar atau jauh dari laut. Spesifikasi material untuk
peralatan yang menggunakan air tawar tidak perlu sebagus peralatan
yang menggunakan air laut, karena air tawar lebih tidak korosif
dibandingkan dengan air laut. Open recirculating system banyak
digunakan dalam industri. Sistem ini terdiri dari pompa, HE, dan
cooling tower. Pompa akan meresirkulasikan air melalui HE,
mengambil panasnya, lalu membuangnya di cooling tower dimana
panas tersebut akan dibuang dari air dengan cara evaporasi. Dalam
sistem ini, chemical akan lebih banyak digunakan karena komposisi air
akan berubah saat evaporasi berlangsung, dimana konstituen korosi dan
scaling akan lebih pekat (Gumilar, 2011).
Keuntungan menggunakan Open evaporative recirculating systems :

Jumlah kebutuhan air medikit (make up);

Memungkinkan untuk mengontrol korosi

Kerugian menggunakan Open evaporative recirculating systems :

Investasi (capital cost) lebih tinggi daripada once through;

Memerlukan cooling tower yang cukup besar;

System purge dan blowdown kemungkinan dapat mengakibatkan


pencemaran lingkungan

Gambar 3. Open evaporative recirculating systems (Gumilar,


2011)
D. Proses Pendinginan
Pada sistem pendingin terbuka (cooling tower), penguaan harus selalu
terjadi, karena efek pendinginan diperoleh dari proses penguapan air. Bagian
air sesudah mendinginkan prses pabrik/industry, dilanjutkan hingga
bersinggungan dengan udara pada menara pendingin. Macam-macam kontak
antara air dan udara dalam menara pendingin diantaranya adalah :
1. Counter Current
Pada sistem ini bagian-bagian dari air bersinggungan secara axial dengan
udara dalam menara pendingin
2. Cross Flow
Bagian-bagian air berpotongan dengan udara membentuk sudut 90 o di
dalam menara pendingin.
E. Skema Proses Pendinginan

Menara pendingin secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor


dari air tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif sejuk (dingin)
untuk dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin atau dengan kata
lain menara pendingin berfungsi untuk menurunkan suhu aliran air dengan
cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfer. Prinsip
kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan
kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air ke
udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air
diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir.
Sehingga air yang tersisa didinginkan secara signifikan.

Gambar 4. Skema alat pendingin


Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar di atas. Air
dari bak/basin dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke
menara pendingin. Air panas yang

keluar tersebut secara langsung

melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena

pengaruh fan atau blower yang terpasang pada bagian atas menara pendingin,
lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi. Sistem ini sangat efektif dalam proses
pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah mendekati suhu
wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke
dalam bak/basin. Pada menara pendingin juga dipasang katup make up water
untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika
proses evaporative cooling tersebut sedang berlangsung.
F.

Cooling Tower dan Klasifikasinya


Cooling tower adalah salah satu bagian dari suatu cooling tower
dengan proses open recirculating system. Cooling tower adalah sebuah
bangunan dari kayu yang biasanya berbentuk kubus ataupun kerucut/silinder
dengan menggunakan kipas penghisap/penghembus udara. Pada tugas
pengambilan air pendingin menjadi panas, untuk mendinginkan kembali
biasanya air dihujankan kembali pada menara pendingin, dimana bagianbagian air bersinggungan dengan udara yang dihisap.dihembus oleh kipas
(fan).
Ada banyak jenis klasifikasi menara pendingin, namun pada
umumnya pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat
di dalamnya. Menurut J.R. Singham menara pendingin dapat diklasifikasikan
atas tiga bagian, yaitu:
1. Menara pendingin basah (wet cooling tower)
2. Menara pendingin kering (dry cooling tower)
3. Menara pendingin basah-kering (wet-dry cooling tower)
1. Menara Pendingin Basah (Wet Cooling Tower)
Menara pendingin basah mempunyai sistem distribusi air panas
yang disemprotkan secara merata ke kisi-kisi, lubang-lubang atau batangbatang horizontal pada sisi menara yang disebut isian. Udara masuk dari
luar menara melalui kisi-kisi yang berbentuk celah-celah horizontal yang
terpancang pada sisi menara. Celah ini biasanya mengarah miring ke
bawah supaya air tidak keluar. Oleh karena ada percampuran antara air

dan udara terjadi perpindahan kalor sehingga air menjadi dingin. Air yang
telah dingin itu berkumpul di kolam atau bak di dasar menara dan dari situ
diteruskan ke dalam kondensor atau dibuang keluar, sehingga udara
sekarang kalor dan lembab keluar dari atas menara. Berdasarkan literatur
El. Wakil, menara pendingin basah dapat dibagi menjadi:
a.

Natural Draft Cooling Tower (Menara Pendingin Aliran Angin


Alami)
Menara pendingin aliran angin alami tidak menggunakan kipas
(fan). Aliran udaranya bergantung semata-mata pada tekanan dorong
alami. Pada menara pendingin alami ini tidak ada bagian yang
bergerak, udara mengalir ke atas akibat adanya perbedaan massa jenis
antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab di dalam menara
pendingin yang bersuhu lebih tinggi daripada udara atmosfer di
sekitarnya. Karena perbedaan massa jenis ini maka timbul tekanan
dorong yang mendorong udara ke atas. Biasanya menara pendingin
tipe ini mempunyai tinggi yang besar dan dapat mencapai ketinggian
puluhan meter. Menara pendingin aliran angin alami dapat dibagi
menjadi dua jenis,yaitu:

Menara pendingin aliran angin alami aliran lawan arah

Gambar 5. Menara pendingin aliran angin alami aliran lawan arah


Menara pendingin aliran angin alami aliran silang

Gambar 6. Menara pendingin aliran angin alami aliran silang


Dari kedua jenis menara pendingin ini, menara pendingin
aliran angin alami aliran silang kurang disukai karena lebih sedikit
memberi tahanan terhadap aliran udara di dalam menara, sehingga
kecepatan udaranya lebih tinggi dan mekanisme perpindahan kalornya
kurang efisien. Menara aliran angin alami aliran lawan arah lebih
sering digunakan karena mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai
berikut:

Memiliki konstuksi yang kuat dan kokoh sehingga lebih tahan


terhadap
tekanan angin
Mampu beroperasi di daerah dingin maupun lembab
Dapat digunakan untuk instalasi skala besar.
b. Mechanical-Draft Cooling Tower (Menara Pendingin Aliran Angin
Mekanik)
Pada menara pendingin aliran angin mekanik, udara mengalir
karena adanya satu atau beberapa kipas (fan) yang digerakkan secara
mekanik. Fungsi kipas di sini adalah untuk mendorong udara (forceddraft) atau menarik udara melalui menara (induced-draft) yang
dipasang pada bagian bawah atau atas menara.Berdasarkan fungsi
kipas yang digunakan menara pendingin aliran angin mekanik dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Tipe aliran angin dorong (forced-draft)
b. Tipe aliran angin tarik (induced draft)
Pada tipe aliran angin dorong (forced-draft), kipas yang
dipasang pada bagian bawah, mendorong udara melalui menara. Jenis
ini secara teoritis lebih disukai karena kipas beroperasi dengan udara
yang lebih dingin, sehingga konsumsi daya menjadi lebih kecil. Akan
tetapi, berdasarkan pengalaman jenis ini memiliki masalah-masalah
yang berkaitan dengan distribusi udara, kebocoran dan resirkulasi
udara kalor dan lembab kembali ke menara, serta masalah pembekuan
pada masukan kipas ketika musim dingin.Mengingat banyaknya
permasalahan di atas maka pada saat ini menara pendingin aliran
angin mekanik yang sering digunakan pada instalasi adalah tipe aliran
angin tarik (induced draft). Pada menara pendingin aliran tarik, udara
masuk dari sisi menara melalui bukaan-bukaan yang cukup besar pada
kecepatan rendah dan bergerak melalui bahan pengisi (filling

material). Kipas dipasang pada puncak menara dan membuang udara


kalor dan lembab ke atmosfer. Aliran udara masuk menara pada
dasarnya horizontal, tetapi aliran di dalam bahan pengisi (filling
material) ada yang horizontal seperti yang terdapat pada menara
pendingin aliran silang (cross flow) dan ada pula yang vertikal seperti
menara pendingin aliran lawan arah (counter flow). Aliran lawan arah
lebih sering dipakai dan dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik
daripada aliran silang.

Keunggulan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:


Terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang diperlukan
pada segala kondisi beban dan cuaca.
Biaya investasi dan konstruksinya lebih rendah
Ukuran dimensinya lebih kecil.
Kelemahan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
Kebutuhan daya yang besar
Biaya operasi dan pemeliharaan yang besar
Bunyinya lebih ribut.

Gambar 7. Menara Pendingin Forced Draft

Gambar 8. Menara pendingin induced draft dengan aliran berlawanan

Gambar 9. Menara pendingin induced draft dengan aliran melintang


c.

Combined Draft Cooling Tower (Menara Pendingin Aliran Angin


Gabungan)
Menara pendingin aliran angin alami biasanya mempunyai
ukuran yang besar dan membutuhkan lahan yang luas, tetapi dengan
konsumsi daya dan biaya operasi yang kecil. Sebaliknya menara

pendingin aliran angin mekanik ukurannya lebih kecil, namun


membutuhkan daya yang besar. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut
digabungkan di dalam menara pendingin aliran angin gabungan
(combined draft cooling tower). Menara ini disebut

juga menara

pendingin hiperbola berkipas (fan assisted hyperbolic tower) atau


hibrida (hybrid tower). Menara hibrida terdiri dari cangkang beton,
tetapi ukurannya lebih kecil dimana diameternya sekitar dua pertiga
diameter menara aliran angin mekanik. Di samping itu, terdapat
sejumlah kipas listrik yang berfungsi untuk mendorong angin. Menara
ini dapat dioperasikan pada musim dingin tanpa menggunakan kipas,
sehingga lebih hemat listrik.

Gambar 10. Menara pendingin aliran angin gabungan


2. Menara Pendingin Kering (Dry Cooling Tower)
Menara pendingin kering (dry cooling tower) adalah menara
pendingin yang air sirkulasinya dialirkan di dalam tabung-tabung bersirip
yang dialiri udara. Semua kalor yang dikeluarkan dari air sirkulasi diubah.
Menara pendingin kering dirancang untuk dioperasikan dalam ruang
tertutup.Ada dua jenis menara pendingin kering, yaitu:

a. Menara pendingin kering langsung (direct dry-cooling tower)

Menara pendingin kering jenis

langsung merupakan

gabungan antara kondensor dan menara pendingin. Uap buangan


turbin dimasukkan ke kotak uap melalui talang-talang besar supaya
jatuh pada tekanan yang tidak terlalu besar dan dapat terkondensasi
pada waktu mengalir ke bawah melalui sejumlah besar tabung atau
kumparan bersirip. Tabung ini didinginkan dengan udara atmosfer
yang mengalir di dalam atmosfer. Kondensat mengalir karena gaya
gravitasi ke penampung kondensat dan dipompakan lagi ke sistem air
umpan instalasi dengan bantuan pompa kondensat. Terdapat pula
sistem untuk menyingkirkan gas dan mencegah pembekuan pada
cuaca dingin. Beberapa kelemahan dari menara pendingin jenis ini
adalah:
Hanya dapat beroperasi dengan volume besar.
Memerlukan talang-talang ukuran besar.

Gambar 11. Menara pendingin kering langsung

b. Menara pendingin kering tak langsung (indirect dry-cooling tower)

Menara pendingin jenis tak langsung dapat dibagi menjadi dua jenis
lagi, yaitu:
Menara pendingin kering tak langsung dengan menggunakan
kondensor permukaan kovensional.
Air sirkulasi yang keluar dari kondensor masuk melalui tabung
bersirip dan didinginkan oleh udara atmosfer

di dalam menara.

Menara ini boleh menggunakan jujut jenis alami seperti pada gambar.
Operasi kondensor pada jenis ini harus dilakukan pada tekanan 0,17
sampai 0,27 kPa. Pada jenis ini, digunakan kondensor terbuka atau
kondensor jet. Kondensat jatuh ke dasar kondensor dan dari situ
dipompakan oleh pompa resirkulasi ke kumparan bersirip di menara,
yang kemudian didinginkan dan dikembalikan ke kondensor.

Gambar 12. Skematik instalasi menara pendingin kering tak langsungdengan


kondensor permukaan konvensional

Menara pendingin kering tak langsung dengan sirkulasi bahan


pendingin 2 fase.
Menara pendingin ini tidak menggunakan air pendingin, tetapi
menggunakan suatu bahan pendingin, seperti dengan menggunakan
amoniak sebagai bahan perpindahan kalor antara uap dan air, sehingga
perpindahan kalor dapat terjadi dengan perubahan fasa, yaitu
pendidihan di dalam tabung kondensor dan kondensasi di dalam
tabung menara. Amoniak cair yang hampir jenuh masuk kondensor
permukaan dan diuapkan menjadi uap jenuh dan uap jenuh tersebut
dipompakan lagi ke kondensor. Pendidihan dan kondensasi ini
mempunyai koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi daripada
sisi tabung, sehingga menghasilkan beda suhu yang lebih rendah
antara uap dan amoniak dan antara amoniak dan udara.

Gambar 13. Skematik instalasi menara pendingin kering tak langsung dengan
sirkulasi bahan pendingin 2 fase

3. Menara Pendingin Basah-Kering (Wet-Dry Cooling Tower)


Menara

pendingin

basah-kering

(wet-dry

cooling

tower)

merupakan gabungan antara menara pendingin basah dan menara


pendingin kering. Menara pendingin ini mempunyai dua jalur udara
paralel dan dua jalur udara seri. Bagian atas menara di bawah kipas adalah
bagian kering yang berisi tabung-tabung bersirip. Bagian bawah adalah
ruang yang lebar yang merupakan bagian yang basah yang terdiri dari
bahan pengisi (filling material). Air sirkulasi yang panas masuk melalui
kepala yang terletak di tengah. Air mula-mula mengalir naik-turun melalui

tabung bersirip di bagian kering, kemudian meninggalkan bagian kering


dan jatuh ke isian di bagian basah menuju bak penampung air dingin.
Sedangkan udara ditarik dalam dua arus melalui bagian kering dan basah.
Kedua arus menyatu dan bercampur di dalam menara sebelum keluar.
Oleh karena arus pertama dipanaskan secara kering dan keluar dalam
keadaan yang kering (kelembaban relatif rendah) daripada udara sekitar,
sedangkan arus kedua biasanya jenuh. Menara pendingin basah-kering
mempunyai keunggulan:

Udara keluar tidak jenuh sehingga mempunyai kepulan yang lebih

sedikit
Karena airnya mengalami pendinginan

awal di bagian kering,

penyusutan karena penguapan jauh berkurang, demikian juga


dengan kebutuhan air tambahan.

Gambar 14. Menara pendingin basah-kering

G. Masalah-Masalah yang Timbul dalam Cooling Tower


1. Pembentukan Kerak
Unsur-unsur yang larut dalam air seperti kalsium dan silica akan
mengalami pengentalan yang mana suatu saat bias melewati kalarutannya
dan akhirnya bias mengendap sebagai endapan kerak yang keras pada
perpipaan ataupun heat exchanger yang selanjutnya bias mengurangi flow
air dan juga mengurangi perpindahan panas pada flow tersebut.Proses
pengendapan itu terjadi misalkan :
Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O
Mg(HCO3)2 MgCO3 + CO2 + H2O
Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan
kerak antara lain :
a. Mengendalikan kerak dengan pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira kira pH 6,5 ). Asam sulfat
yang paling sering digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan
memelihara pH dalam daerah yang benar dan mengubah kalsium
karbonat, Ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium karbonat
dan membiarkan cycle yang tinggi dari konsentrasi dalam system.
b. Mengendalikan kerak dengan bleed off
Bleed off pada sirkulasi air cooling terbuka sangat penting untuk
memastikan bahwa air tidak pekat sebagai perbandingan untuk
mengurangi kelarutan dari garam mineral yang kritis. Jika kelarutan ini
berkurang kerak akan terbentuk pada penukar panas.
c. Mengendalikan kerak dengan bahan kimia penghambat kerak.
Ada cukup banyak jenis bahan kimia penghambat kerak dan
umumnya dari jenis bahan kimia organic, baik jenis polymer maupun
jenis non polymer. Sebagai contoh, dari jenis polymer yang cukup
banyak digunakan adalah polymer dari jenis acrylate; Untuk jenis non
polymer, phosphonate, EDTA, Polyphospate, dsb.

2. Terjadinya Korosi
Air yang mengandung oksigen dalam kondisi jenuh atau bersifat
agresif terhadap sistem logam dan mendorong terjadinya akumulasi dari
hasil korosi yang selanjutnya akan bias mengurangi laju perpindahan
panas. Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana suatu metal
(missal: besi, baja) kembali dalam status alamiahnya, missal: Fe Oxida
atau karat. Korosi terjadi pada akibat pH rendah, Selain pH ada beberapa
jenis mikroorganisme yang menyebabkan korosi seperti nitrifying bacteria
dan Sulfate Reducing Bacteria (SRB) yang dapat menghasilkan asam
sulfida (H2S). Bakteri ini memiliki kemampuan untuk mengubah ion
sufate (SO4) menjadi asam sulfida (H2S) yang sangat korosif menyerang
logam besi, logam lunak. Bakteri ini hidup sebagai anaerobik ( tanpa udara
).
Contoh :
Fe Fe3+ + 2e4Fe + 3O2 2Fe2O3
2Fe2O3+ H2O Fe(OH)3
3. Terjadinya Fouling
Padatan yang tersuspensi jumlahnya di dalam air pendingin
jumlahnya bias bertambah atau semakin pekat, karena partikel-partikel
yang ada di udara bias terjaring oleh air di dalam menara pendingin.
Ditambahn dengan hasil korosi, semua padatan itu terbawa oleh aliran dan
bias mengendap pada permukaan perpindahan panas ataupun pada
perpipaan. Peristiwa semacam ini tidak hanya mengurangi efisiensi
perpindahan panas tetapi juga mendorong terjadinya korosi yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi oksigen yang terjadi pada bagian
bawah endapan tersebut.
4. Pertumbuhan Lumut dan Mikroba

Mikroorganisme yang berasal dari air baku atau yang terjaring dari
udara, pada umumnya memperoleh suasana lingkungan yang sesuai
dengan syarat hidupnya, suhu yang lebih hangat dan pada aliran air
pendingin banyak nutrient sebagai bahan makanan. Akibat yang
ditimbulkan ialah berkembang biaknya bakteri berlipat ganda sehingga
menghasilkan endapan yang bisa dilihat mata. Endapan ini akan
mengurangi efisiensi perpindahan panas dan mendorong terjadinya proses
korosi seperti akibat yang ditimbulkan oleh padatan yang tersuspensi.

H. Pengendalian Air Pendingin


Berikut adalah review secara ringkas beberapa parameter yang
berguna dalam pengendalian sistem air pendingin.
1. Neraca Massa
Dasar utama neraca massa pada sistem air pendingin adalah
Apapun yang masuk harus keluar (segera atau mati). Dari dasar ini
kemudian muncul banyak variasi sesuai dengan kebutuhan, salah satu
bentuk pokok dari prinsip dasar itu adalah:
M = E +B
Yaitu Make up (M) sama dengan Evaporasi (E) dan Fow down (B)
2. Siklus Konsentrasi (N)
Tingkat pemakaian zat-zat yang ada pada air pendingin dihitung
berdasarkan pengukuran konsentrasi dalam air pendingin dan air umpan
(make up) dengan rumusan :
N=
Dimana :

C pendingin = konsentrasi zat dalam air pendingin


C make up = konsentrasi zat dalam air make up
Sebagai zat pengukuran yang baik ialah : Ion Khlorida, Kalsium, Natrium,
atau Magnesium
3. Evaporasi (E)

Pada open recirculating system, penguapan harus slalu terjadi


karena efek pendinginan diperoleh dari panas penguapan. Rate penguapan
dipengaruhi banyak faktor diantaranya :
Kelembaban udara sekitar
Bada suhu antara air pendingin panas (inlet tower) dengan suhu air

pendingin dingin (outlet tower, selisih ini disebut Range.


Kecepatan siklus (recycle rate)

Rate evaporasi sebenarnya sulit diukur karena bervariasi tergantung cuaca


dan iklim.
Sebagai patokan :
E = 1% dari recycle rate per 5oC range
= 0,002 (E) (dT)
Keterangan : E = Evaporasi (m3 jam)
R = Recycle rate (m3 /jam)
dT = Range Pendingin (OC)

4. Retention Time
Waktu tinggal rata-rata air pendingin di dalam sistem sebelum
keluar lewat blow down biasanya dinyatakan dalam jam atau hari.
Retention Time = V/B
Retention Time berguna untuk menghitung waktu tinggal ion dalam sistem
pendingin di bawah pengaruh penambahan dan pengurangan yang kontinu.
5. Time Cycle (Waktu Siklus)
Waktu yang diperlukan seluruh air pendingin (V) untuk melewati
lingkar pendingin sebanyak satu kali. Secara matematis sama dengan V/R.
Berguna untuk mengetahui kecepatan tanggapan sistem air pendingin
terhadap penambahan bahan-bahan kimia. Time cycle biasanya dinyatakan
dalam menit.
I.

Karakter Kimia Sistem Air Pendingin


1. pH
pH setia sistem air pendingin biasanya dikendalikan pada suatu
jangka tertentu, biasanya antara 6,0 - 8,0. Kadang-kadang, pH yang sedikit

lebih tinggi masih diperkenankan tergantung pada kualitas air make up dan
program pengendalian kerak/endapan yang dipergunakan.
Akan tetapi, semakin tinggi pH, potensi terjadinya kerak/endapan
semakin besar dan sensitive terhadap kelalaian pemberian dosis bahan
kimia yang cukup. pH yang tinggi biasanya juga mengandung efektivitas
kerja biocide dan tidak sesuai dengan inhibitor korosi yang mengandung
seng (Zinc based corrosion inhibitor). Sebalinya, pH lebih kecil dari 6,0
tidak baik secara teknis mai=upun ekonomis karena kebanyakan bahan
inhibitor korosi tidak mampu bekerja dengan baik pada pH rendah.
Beberapa penyebab perubahan pH ialah:
Pemberian gas kalor yang berlebihan dapat menurunkan pH
Pemberian asam untuk menstabilkan air pendingin
Kualitas Air make up yang rendah
Pada pH dibawah 4,3 rate korosi akan menjadi semakin besar
karena lenyapnya seluruh nilai alkalinya dan pada nilai pH
dibawahnya akan timbul asam mineral bebas yang bersifat agresif
terhadap metal.
2. Hardness Kalsium
Kalsium berinteraksi dengan fosft organic maupun anoganik
membentuk lapisan pelindung korosi. Harga terkecil yang diperlukan
50ppm sebagai CaCO3. Bila lapisan di bawah ini sebaiknya digunakan
inhibitir seng atau molibdat.
Pada kadar kalsium tinggi (>10.000 ppm sebagai CaCO 3 perlakuan
organic dan basa mungkin akan memberikan masalah pengendapan.
Perlakuan terbaik untuk ini adalah fosfat terstabilkan dengan pH netral.
3. Alkalinitas
Parameter ini paling susah dikendalikan karena di satu pihak dapat
memberikan perlindungan terhadap korosi secara alamiah tetapi juga
mempunyai potensi pergerakan. Pada nilai pH sirkulasi air sekitar 7
dengan alkalinitas sekitar 50 ppm CaCO3, perlakuan terbaik adalah fosfat
terstabilkan atau molibdat. Bila alkainitas air 200 ppm CaCO 3, perlakuan
organic, seng, alkali, dan molibdat memerlukan asam untuk menurunkan
alakalinitas.
4. Besi

Ion besi di atan 4 ppm tidak diperkenankan bila perlakuan fosfat


terstabilkan dipergunakan. Besi berbentuk endapan besi fosfat yang
menyebanbkan terjadinya korosi di bawah endapan.
5. Silika
Silika sering kali merupakan penghambat siklus konsentrasi. Pada
tingkat konsentrasi 150 200 ppm, silica amorf mulai menjadi masalah
bersama dengan magnesium pada pH>8,0 silika dapat menimbulkan
masalah meskipun konsentrasi di bawah 180 ppm. Untuk kondisi demikian
perlakuan fosfat terstabilkan adalah yang terbaik.
6. Phosphat
Kadar fosfat yang tinggi dalam air make up, paling baik digabung
dengan merlakuan fosfat terstabilkan. Fosfat hamper selalu ada dalam air
baku terutama air olahan menggunakan polifosfat, bila kadar orthofosfat
dalam air sirkulasi 4-8 pm, perlakuan organic atau seng dapat digunakan
tanpa perlu modifikasi.
7. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik lebih besar dari 1000 us/cm sebaiknya diberi
erlakuan sebagai alkasi atau molibdat. Batas Maksimum daya hantar listrik
untuk perlakuan:
- Seng alkali
- Molibdat
- Organik
J.

..
..
..

4000
3000
4000

Berbagai Macam Perlakuan


1. Kromat/Seng
Kromat/seng merupakan perlakuan tradisional

dan banyak

dipergunakan. Tetapi semakin ketatnya peraturan lingkungan hidup,


penggunaan perlakuan ini semakin berkurang. Perkembangan terakhir
memungkinkan penggunaan kromat/seng dalam suasana basa (alkali).
2. Molibdat
Molibdat mempunyai keunggulan serupa dengan kromat, tetapi
tidak beracun. Harganya mahal sekitar 5 kali kromat. Amat cocok untuk
keperluan khusus, misalnya ada sistem dengan air suhu di atas 70oC yang
tidak korosif.

3. Fosfat
Perlakuan Fosfat adalah cara terbaru untuk menghindari masalah
dengan lingkungan. Fosfat terstabilkan menggunakan fosfat alkali (basa)
umumnya menggunakan senyawa fosfat organic dan sering disebut
sebagai perlakuan organik.

Das könnte Ihnen auch gefallen