Sie sind auf Seite 1von 6

Laporan keuangan

Dalam audit atas laporan keuangan,


auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan
yang lain, bahwa laporan keuangan auditan
adalah akurat karena auditor yang
bersangkutan tidak memeriksa setiap
transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan
apakah semua transaksi yang terjadi telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi secara semestinya ke dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam
audit atas laporan keuangan, auditor
memberikan
keyakinan
(assurance)
sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan
bahwa jumlah-jumlah yang disajikan
dalam
laporan
keuangan
beserta
pengungkapannya telah dicatat, diringkas,
digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan
bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan,
dalam bentuk pendapat (atau memberikan
informasi,
dalam
hal
terdapat
perkecualian), bahwa laporan keuangan
sebagai keseluruhan disajikan secara wajar
dan tidak terdapat salah saji material
karena kekeliruan dan ketidakberesan.
Dengan demikian ada dua konsep
yang mendasari keyakinan yang diberikan
oleh auditor yaitu: konsep materialitas
yang menunjukkan seberapa besar salah

sajinya dan konsep risiko audit yang


menunjukkan tingkat risiko kegagalan
auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yang sebenarnya berisi
salah saji material.
Melakukan Prosedur Analitik

Mengidentifikasi perhitungan dan


perbandingan untuk dilakukan

Mengembangkan berbagai harapan

Melakukan
perhitungan
(menggunakan data entitas)

Analisa data dan mengidentifikasi


kekurangan yang signifikan

Selidiki perbedaan tak terduga yang


signifikan

Menentukan efek pada perencanaan


audit
Menentukan Efektivitas Prosedur Analitis
dari berbagai faktor :

Sifat pernyataan
-kurang efektif : prosedur analitik
yang mungkin
atau mungkin
tidak secara
khusus berhubungan dengan pernyataan
.
-lebih efiktif : prosedur analitik secara
khusus
berhubungan
dengan
pernyataan.

Masuk akal dan prediktabilitas dari


hubungan
-Kurang efektif : data yang mungkin
tidak berhubungan satu

sama lain dapat menyebabkan Kesimpu


lan
keliru
dan
hubungan yang dinamis atau tidak
stabil kurang diprediksi.
-Lebih efektif : data yang berhubungan
satu sama lain akan mengakibatkan
Kesimpulan lebih dapat diandalkan dan
hubungan yang stabil juga lebih
diprediksi.

Ketersediaan data yang dapat


dipercaya
-Kurang efektif : data yang
digunakan
adalah dari sumbersumber di
dalam entitas tersebut,
data tidak
dikembangkan di
bawah sistem pengendalian internal
realible
dan
Data belum mengalami pengujian au
dit di tahun-tahun sekarang
atau sebelumnya.
-Lebih efektif :
-data yang
digunakan adalah dari sumbersumber independen di luar entitas.
-data dikembangkan di bawah sistem
handal pengendalian internal.
-data telah mengalami pengujian
audit di tahun-tahun sekarang atau
sebelumnya.

Presisi Harapan
-Kurang
efektif
:
harapan dikembangkan menggu
nakan data dari satu
sumber.
model tidak
tepat menyebabkan jangkauan
harapan yang lebih luas.

model tidak
tepat memiliki faktor ganda, dan
sulit untuk membedakan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil
nya.

-Lebih efektif : harapan


dikembangkan
menggunakan
data dari berbagai sumber,
model tepat mengarah ke
berbagai kecil harapan
dan
model tepat mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
data
yang
diaudit.
Faktor yang harus dipertimbangkan
dalam melakukan pertimbangan awal
tentang materialitas pada setiap tingkat
dijelaskan berikut ini :
1.
Materialitas pada Tingkat Laporan
Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam
menerapkan materialitas. Pertama auditor
menggunakan
materialitas
dalam
perencanaan audit, kedua pada saat
mengevaluasi bukti-bukti audit dalam
pelaksanaan
audit.
Pada
saat
merencanakan audit, auditor perlu
membuat estimasi materialitas karena
terdapat hubungan yang terbalik antara
jumlah dalam laporan keuangan yang
dipandang material oleh auditor dengan
jumlah pekerjaan audit yang diperlukan
untuk menyatakan kewajaran laporan
keuangan.
Jadi
auditor
harus
mempertimbangkan
dengan
baik
penaksiran materialitas pada tahap

perencanaan
audit.
Jika
auditor
menentukan jumlah materialitas terlalu
rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu
dan usaha yang sebenarnya tidak
diperlukan. Sebaliknya jika auditor
menentukan jumlah rupiah materialitas
terlalu tinggi auditor akan mengabaikan
salah saji yang signifikan sehingga ia
memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian untuk laporan keuangan yang
sebenarnya berisi salahsaji material.

klasifikasikan, penaksiran awal tentang


materialitas untuk setiap akun dapat
diperoleh
dengan
mengalokasikan
materialitas laporan keuangan ke akun
secara individual. Pengalokasian ini dapat
dilakukan baik untuk akun neraca maupun
akun laba-rugi. Namun, karena hampir
semua salah saji laporan laba rugi
mempengeruhi neraca dan karena akun
neraca lebih sedikit banyak auditor
melakuan alokasi atas dasar akun neraca.

2.

Materialitas pada Tingkat Saldo Akun


Materialitas pada tingkat saldo akun
adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang
sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun
tidakboleh dicampur adukan dengan saldo
akun material. Karena saldo akun material
adalah besarnya saldo akun yang tercatat,
sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi
keputusan
pemakai
informasi keungangan. Saldo suatu akun
yang tercatat umumnya mencerminkan
batas atas lebih saji dalam akun tersebut.
Dalam mempertimbangakan materialitas
pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara
materialitas tersebut dengan materialitas
laporan keuangan.

3.

Alokasi Materialitas Laporan Keuangan


ke Akun

Menetapkan
Pertimbangan
Awal
Materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan
auditor memutuskan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan, yang
akan mereka anggap material pada awal
audit ketika sedang mengembangkan
strategi
audit
secara
keseluruhan.
Keputusan tersebut disebut sebagai
pertimbangan
pendahuluan
tentang
materialitas. Karena, meskipun merupakan
pendapat professional , hal itu mungkin
saja
berubah
selama
penugasan.
Pertimbangan ini harus didokumentasikan
dalam file audit.
Pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas adalah jumlah maksimum
yang membuat auditor yakin bahwa
laporan keuangan akan salah saji tetapi
tidak mempengaruhi keputusan para
pemakai
yang
bijaksana.
Auditor
menetapkan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti yang
tepat. Semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini, semakin
banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Selama pelaksanaan audit, auditor sering

Bila pertimbangan awal auditor tentang


materialitas
laporan
keuangan
di

kali mengubah pertimbangan pendahuluan


tentang materialitas.
Beberapa
faktor
akan
mempengaruhi pertimbangan pendahuluan
auditor
tentang
materialitas
untuk
seperangkat laporan keuangan tertentu,
1.

2.

3.
-

Materialitas adalah konsep yang bersifat


relatif ketimbang absolut
Salah saji material bagi suatu perusahaan
belum tentu material juga bagi perusahaan
lain.
Dasar
yang
diperlukan
untuk
mengevaluasi materialitas
Karena materialitas bersifat relative,
diperlukan dasar untuk menentukan
apakah salah saji itu material. Laba bersih
sebelum pajak sering kali menjadi dasar
utama untuk menentukan berapa jumlah
material bagi perusahaan yang berorientasi
laba, karena jumlah ini dianggap sebagai
item informasi yang penting bagi para
pemakai.
Faktor-faktor kualitatif yang juga
mempengaruhi materialitas, contoh :
Jumlah karena ketidakberesan lebih
penting daripada kekeliruan yang tidak
disengaja
karena
ketidakberesan
mencerminkan kejujuran dan keandalan
dari pihak manajemen atau pihak yang
terlibat.
Kekeliruan yang kecil dianggap
material jika berhubungan dengan
kewajiban kontrak.
Kekeliruan yang tidak material dapat
menjadi material kalau mempengaruhi
kecenderungan laba.

Dalam perencanaan suatu audit,


auditor harus menetapkan materialitas
pada dua tingkat berikut ini :
1. Tingkat
laporan
keuangan,
karena
pendapat auditor atas kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai
keseluruhan.
2.

Tingkat saldo akun, karena auditor


memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran
laporan keuangan.
Penggunaan efektif prosedur analitis dalam
tahap
perencanaan
melibatkan
penyelesaian sistematis langkah-langkah
berikut:
1. Mengidentifikasi
perhitungan
perbandingan yang akan dibuat.

2.

Mengembangkan berbagai harapan.

3.

Melakukan perhitungan.

4. Menganalisis
mengidentifikasi
signifikan.
5. Menyelidiki
yang tak terduga.

data
perbedaan
perbedaan

dan
yang
signifikan

6. Menentukan efek pada perencanaan


audit.

Perhitungan dan perbandingan umum


digunakan dalam prosedur analitis meliputi
perbandingan mutlak saat ini, laporan
keuangan common-size, analisis rasio, dan
analisis trend. Premis dasar yang
mendasari penggunaan prosedur analitis
dalam mengaudit adalah bahwa hubungan
antar data dapat diharapkan untuk terus
tanpa adanya kondisi yang diketahui
sebaliknya. Beberapa sumber informasi
yang dapat digunakan oleh auditor dalam
mengembangkan harapan meliputi:
1. Informasi keuangan klien untuk
periode sebelumnya sebanding (s)
memberikan
pertimbangan
terhadap
perubahan dikenal.
2. Hasil yang diharapkan berdasarkan
anggaran resmi atau perkiraan.
3. Hubungan
antara
unsur-unsur
informasi keuangan dalam periode
tersebut.
4.

Data industri.

5. Relationships informasi keuangan


dengan informasi nonkeuangan yang
relevan.

DAFTAR PUSTAKA

http://markdebie.blogspot.co.id/2011/04/materia
lity-decisions-and-performing.html
http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2
013/12/materiality-decisions-andperforming.html
http://ridaz24.blogspot.co.id/2013/04
/rmk-pengauditan.html

Das könnte Ihnen auch gefallen