Sie sind auf Seite 1von 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN IMPAKSI SERUMEN

OLEH
KELOMPOK 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Made Sri Oktiari


Made Teguh Wira Tanaya
Ni Komang Ayu Humalaras Santhi
Ni Komang Priyani
Ni Luh Komang Try Widyantari
Ni Luh Putu Ardini
Ni Luh Yuliani

(15.322.2159)
(15.322.2160)
(15.322.2161)
(15.322.2162)
(15.322.2163)
(15.322.2164)
(15.322.2165)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk

perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi


dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Kebiasaan, kecelakaan ataupun faktor-faktor lain yang dapat menimbukan
cedera pada telinga sering terjadi seperti kebiasaan mengorek telinga dengan
benda yang tidak lembut, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan benturan
kepala temporal ataupun oksipital dapat mengakibatkan gangguan pada
pendengaran. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat
penting. Sebagai perawat, proses keperawatan dan asuhan keperawatan perlu
dilakukan segera oleh perawat agar meminimalkan risiko cedera, gejala sisa
ataupun cacat. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini
dapat memperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan
kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Impaksi Serumen
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
Infaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang

mengganggu. Serumen dihasilkan dari produksi kelenjar sebasea dan kelenjar


serumen yang terdapat di kulit luar liang telinga yang apabila tidak pernah
dibersihkan dapat menimbulkan sumbatan liang telinga. Konsistensi serumen
biasanya lunak, tetapi kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor
keturunan, iklim dan usia. Sepertiga bagian luar dari lubang telinga mengandung
kelenjar yang berfungsi menghasilkan serumen. Pada sebagian orang dihasilkan
banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah berkeringat
dibandingkan yang lain. Oleh karena sengaja dibentuk, tentunya serumen tidak
dimaksudkan sebagai pengganggu, justru sebaliknya serumen merupakan suatu
bentuk perlindungan terhadap telinga. Serumen di lubang telinga akan
menangkap debu, mikroorganisme, maupun partikel-partikel

asing, dan

mencegahnya masuk ke struktur telinga yang lebih dalam. Serumen pun


memiliki efek bakterisidal (dapat membunuh bakteri). Efek tersebut diduga
berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin yang
dikandungnya. Selain itu, pH serumen yang relatif rendah merupakan suatu
faktor tambahan yang dapat mencegah terjadinya infeksi telinga. Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas, yang akan menjaga telinga supaya tidak kekeringan.
Dalam kondisi kekeringan, lubang telinga akan sangat mudah terluka, akibatnya
telinga akan terasa nyeri dan rentan terhadap infeksi. Ini membuktikan bahwa
serumen tidak hanya melindungi telinga dari ancaman yang datang dari luar,
namun juga menjaga agar lingkungan di dalam telinga tetap berada dalam
kondisi yang fisiologis.
2. Epidemiologi
Semua orang bisa terkena, terutama anak-anak karena kurangnya
pengetahuan pengetahuan dan pengawasan orang tua.
3. Etiologi Impaksi Serumen
a. Dermatitis kronik pada telinga luar
b. Liang telinga sempit
c. Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
d. Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam ( karena kebiasaan
mengorek telinga).
4. Tanda dan Gejala Impaksi Serumen
a. Pendengaran berkurang.
b. Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
c. Merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
d. Telinga berdengung (tinutitis)
5. Patofisiologi
Dermatitis, produksi serumen yang banyak dan atau kental serta
menyebabkan peningkatan jumlah serumen di dalam liang telinga sehingga

serumen terdorong ke dalam dan menyebabkan rasa nyeri dan penuh serta
terkadang mengakibatkan vertigo karena fungsi dari eustachuis sebagai organ
penyeimbang tekanan menjadi terhambat. Kebiasaan membersihkan telinga
yang salah serta kondisi liang telingga yang sempit mengakibatkan serumen
menjadi terdorong kedalam dan mengakibatkan rasa nyeri. Keadaan nyeri ini
akan bertambah parah jika tidak ditangani. Klien dengan impaksi serumen akan
merasakan tekanan suara tinggi di dalam, berdenging sehingga timbul rasa
Dermatitis
kronik
Liang telinga
Produksi
cemas,
tidak
nyaman dalam
beraktivitas maupun
beristirahat Kebiasaan
serta risiko
pada telinga luar
serumen
sempit
membersihkan
gangguan persepsi sensori auditory menjadi meningkat.
telinga yang salah
banyak dan
kental

Impaksi Serumen
(Penumpukan serumen)

Pathway
Menekan dinding
liang telinga

Menekan membrane
timpani

Telinga tersumbat

Vertigo dan tinitus


Agen cedera
abiologis/ biologis
dan aabiologis

Kurang
pengetahuan

Pendengaran
terganggu

Perubahan sensori
dan persepsi

Nyeri akut

Ansietas

Stigma berkenaan dengan

kondisi
Gangguan harga
diri rendah

Gangguan sensori
persepsi (auditori)

6. Pemeriksaan diagnostik
a. CT Scan tulang tengkorak
b.

Scan Gallum 67

c.

Scan Tekhnetium 99

d.

MRI

e.

Tes Laboratorium

f.

Kelenjar auditorius

g.

Uji Weber

h.

Uji Rinne

7. Therapi dan Penatalaksanaan


Pengeluaran serumen harus dilakukan dalam keadaan terlihat jelas.
a. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililit pada
b.
c.

aplikator
( pelilit ).
Serumen yang keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
Serumen yang sangat keras ( membatu ), dilembekkan dulu dengan
karbogliserin 10%, 3 kali 5 tetes sehari, selama 3 5 hari, setelah itu
dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi
telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.

d.

Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani,


dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan
air hangat, suhu 37 derajat Celcius supaya tidak timbul vertigo karena
terangsangnya vestibuler dan perlu diperhatikan iritasi liang telinga.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan keluarga pasien
b. Alasan meminta pertolongan ke petugas kesehatan.
c. Riwayat penyakit: riwayat penyakit yang dialami dan atau pernah dialami
paisien, riwayat penyakit keturunan keluarga seperti, DM, stroke, penyakit
jantung
d. Riwayat keperawatan: Tanyakan tentang pola kebersihan individu seharihari, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hyigine individu, baik faktor pendukung maupun
faktor penghambat.
e. Pola bio-psiko-sosio-kultural-spiritual.
f. Pengkajian fisik
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan
palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic.
1) Inspeksi kesimetrisan telinga
2) Inspeksi aurikel dan jaringan sekitarnya, inspeksi adanya formitas,
lesi,cairan begitu pula ukuran. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau
benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
3) Membran
timpani
sehat
berwarna
mutiara
pada

dasar

kanalis.

Gerakan

memutar

lambat

keabuan
spekulum

memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan malleus dan daerah


perifer. Dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa dicatat
dan deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara,
atau masa di telinga tengah harus dicatat. Pemeriksaan otoskop
kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen
terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumlah sedikit tidak akan
mengganggu pemeriksaan otoskop.
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan serumen pada liang telinga
ditandai dengan
ketidaknyamanan.

pasien mengeluhkan nyeri, pasien menyatakan

b. Gangguan persepsi sensori auditorius berhubungan dengan penurunan


fungsi pendengaran ditandai dengan pasien meminta pengulangan kata,
melaporkan tidak mendengar.
c. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran
ditandai dengan pasien menghindari bersosialisasi, apatis terhadap
sekitar.
d. Ansietas berhubungan dengan gejala d.d prognosis ditandai dengan
pasien melaporkan kecemasan, pasien terlihat gelisah, menarik diri.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi atau persepsi
informasi yang salah, kemampuan, permintaan informasi ditandai dengan
permintaan informasi, pasien melaporkan ketidaktahuan.

3. Intervensi
No

Tujuan dan Kriteria Intervensi

Rasional

dx
1

Hasil
Setelah dilakukan

Pengkajian nyeri

Kaji keluhan nyeri,

tindakan selama ...x24

perhatikan

akan memudahkan

jam, klien mengatakan

lokasi/karakter dan

perawat dalam

nyerinya berkurang dg

intensitasnya

memberikan asuhan

kriteria hasil:

Skala nyeri 1-3 ( 010)

keperawatan dengan

Klien tidak

Pantau Tanda
tanda vital

Klien tampak rileks

Tanda tanda vital

tekanan darah yang


tinggi
mengindikasikan

mengeluh nyeri

benadan tepat.
Nadi yang cepat dan

pasien mengalami
Berikan posisi yang
nyaman pada pasien

dalam batas

nyeri
Posisi nyaman dapat
menurunkan tingkat
nyeri pasien.

normal
Dorong
menggunakan tehnik
manajemen nyeri,
seperti nafas dalam

Pengetahuan
manajemen nyeri
dapat membantu
pasien dalam koping.

Pemberian obat

Setelah dilakukan
tindakan selama... x

Kolaborasi dalam

seperti analgetik

pemberian obat

pada nyeri dapat

analgetik

menurunkan rasa

Kaji ketajaman
pendengaran pasien

nyeri
Mengkaji ketajaman
pendengaran pasien

24 jam, klien

untuk menilai

menunjukkan

seberapa besar efek

perubahan pada fungsi

yang ditimbulkan

pendengaran dg

oleh penyakit

kriteria hasil:

terhadap

Uji rinne dan weber


negatif
Pendengaran klien
kembali normal

pendengaran klien
Ajarkan pada pasien
atau keluarga pasien
untuk tidak
sembarangan
membersihkan
telinga

Pengetahuan tentang
membersihkan
telinga yang baik
mencegah atau
menurunkan risiko
terjadinya impaksi
serumen.

Kolaborasikan
dengan dokter
spesialis untuk
melakukan
pembersihan
serumen

Kolaborasikan

Pembersihan
serumen dapat
menghilangkan
penumpukan
serumen yang
mengakibatkan lesi
serta obstruksi
Gliserin membantu
mengeluarkan

dengan tim medis

serumen yang

lain untuk

menumpuk.

membersihkan cairan

Setelah dilakukan

gliserin 10%
Kaji makna

tindakan selama .. x 24

perubahan pada

jam, klien

pasien/orang

menunjukkan fungsi

terdekat

pendengaran yang
optimal

Perubahan ideal diri


dan peran daapt
memicu HDR
Prilaku menarikdiri
dapt HDR dan prilaku

Perhatikan perilaku
menarik diri dan
penggunaan
penyangkalan

maladaptive.
Terapi dapat
mengarahkan klien.

Kolaborasikan ke
4

Setelah dilakukan

terapi fisik
Berikan pemahaman

tindakan selama x

tentang prognosis

jam, diharapkan klien


menunjukkan tidak

Pengetahuan akan
prognosois
meminimalkan

Dorong pasien untuk

cemas, terbuka,

mengakui dan

menunjukan prilaku

menyatakan

tidak gelisah

perasaan

tingkat cemas
Langkah awal dalam
mengatsi perasaan
adalah terhadap
identifikasi dan
ekspresi. Mendorong
penerimaan situasi
dan kemampuan diri

Ajarkan tehnik
aseptik pada pasien
Ajarkan cara

untuk mengatasi.
Hygine yang terjaga
meminimalkan risiko
infeksi
Pengetahuan tentang

membersihkan

cara dan alat yang

telinga yang benar

benar meminimalkan

dan dengan alat

terjadinya lesi dan

yang benar.
Diskusikan obat

infeksi
Penting bagi pasien
memahami

impaksi serumen,

perbedaan antara

efek samping, dan

efek samping

reaksi yang tak

mengganggu dan

diinginkan

merugikan.

4. Impementasi
o Dx 1 : - pasien tampak rileks
- skala nyeri 1-3

o Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik


- pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang

setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya


Dx 3 : -Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi

- Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi


- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri

dalam cara yang


negatif
b.

akurat tanpa menimbulkan harga diri yang

Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan


pengobatan
-

Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses


penyakit

Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan


tindakan.

c.

Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti kalor, rubor,


dolor, tumor dan fungsiolesa.
-

5. Evaluasi

TTV dalam batas normal

Das könnte Ihnen auch gefallen