Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ANALISIS SOAP
2.1 Assesment
Kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan istilah kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masukke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan
wanita berumur 20-30 tahun dapat terserang kanker serviks (Diananda, 2009).
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV).
Infeksi virus human papillomavirus dapat menyerang wanita maupun pria (Diananda, 2009).
2.4.1 Analisa Penggunaan Obat Rasional dari Terapi yang dilakukan Pasien
a. Paclitaxel
Paclitaxel merupakan senyawa anti-microtubular yang mendorong pembentukan
mikrotubulus dari dimer-dimer tubulus dan menstabilkan mikrotubulus dengan cara
mencegah depolimerisasi. Kestabilan mikrotubulus mencegah penyusunan kembali
jaringan mikrotubulus yang penting terhadap fungsi utama sel dalam interfase dan
mitosis. Selain itu, Paclitaxel mendorong pembentukan deret atau ikatan
mikrotubulus yang abnormal sepanjang seluruh siklus sel dan pembentukan beberapa
miktotubulus star-like selama mitosis (Medicinus, 2016). Analisis kerasionalan
dilakukan dengan menganalisis 4T + 1 W yaitu:
Tepat Indikasi
Indikasi obat paclitaxel paling sering dikombinaskan penggunaannya dengan cisplatin
untuk pengobatan pada kanker servix (Friyadi dan Askandar, 2011). Regimen
Cisplatin/Paclitaxel menunjukkan kombinasi obat yang memiliki respon kecepatan
yang tinggi, meningkatkan kemajuan free-survival dan dapat meningkatkan kualitas
hidup.
Dalam
suatu
studi
klinik
Cisplatin/Paclitaxel
sedikit
menimbulkan
Tepat Dosis
Dosis paclitaxel yang direkomendasikan adalah 175 mg/m2 dari luas area tubuh,
diberikan infus selama 3 jam, dengan interval 3 minggu antar program (Friyadi dan
Askandar, 2011). Dalam kasus ini, tidak dijelaskan dosis yang diberikan kepada
pasien.
Tepat Pasien
Hipersensitivitas (termasuk. minyak jarak polyoxyethylated), kehamilan, pasien tumor
dengan baseline PMN < 1500 sel/ m3, pasien AIDS dengan Kaposi sarcoma dengan
baseline PMN , 1000 sel/m3. Dalam kasus ini, pasien tidak disebutkan mengalami
penyakit tersebut, maka dapat dikatakan terapi yang diberikan tepat pasien.
b. Ferro Sulfat
Ferro Sulfat meruapakan obat anemia yaitu anemia defisiensi besi. Banyak penyebab
yang mendasari terjadinya anemia ini, tetapi perdarahan merupakan penyebab
terbanyak terjadinya anemia defisiensi besi ini. Analisis kerasionalan dilakukan
dengan menganalisis 4T + 1 W yaitu:
Tepat Indikasi
Ferro sulfat merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi anemia, terutama
anemia dengan defisiensi besi (BPOM, 2016). Pada kasus ini pasien mengalami
anemia maka pemberian obat Ferro Sulfat pada pasien dapat dikatakan tepat indikasi.
Tepat Dosis
Ferro Sulfat untuk terapi diberikan 200 mg (= 65 mg besi elemental) 3 kali sehari
(Mukhopadhyay and Mohanaruban, 2002; BPOM, 2016). Dalam kasus ini, dosis
yang diberikan berada di bawah dosis yang dianjurkan, maka dapat dikatakan tidak
tepat dosis.
Tepat Pasien
Ferro sulfat tidak dapat diberikan pada pasien yang mengalami hipersensitifitas,
hemokromatosis, dan anemia hemolitik. Pasien pada kasus ini tidak menggalami halhal tersebut jadi pasien dapat diberikan obat ferro sulfat maka dapat dikatakan terapi
yang diberikan tepat pasien.
2.4.2
2016).
Kesimpulan Terapi Farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
http://omedicine.info/id/paclitaxel.html
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-9-gizi-dan-darah/91-anemia-dan-gangguan-darahlain/911-anemia-defisiensi-besi
Diananda, R. 2009. Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.
Mukhopadhyay, D and K., Mohanaruban. 2002. Iron Deficiency Anemia in Older people:
Investigation, Management, and Treatment. Age and Ageing. Vol. 31.