Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PERENCANAAN PARTISIPATIF
dalam PEMBERDAYAAN
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiarat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, berkat kerja keras semua pihak, buku Pengembangan Perencanaan Daerah
Bawahan ini dapat disusun. Buku ini membahas tentang perkembangan konsep
dari berbagai pendekatan pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan partisipasi
sebagai kerangka landasan konseptual.
Kajian ekploratif Pengembangan Perencanaan Daerah Bawahan yang
dilakukan Bappeda Kutai Kartanegara mengajukan konsep perencanaan
pembangunan yang aspiratif, disebut dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Partisipatif (MP3). Secara konseptual pola P3MD telah memadukan perencanaan
pembangunan dari bawah (Masyarakat) dengan perencanaan dari atas (Dinas
sektoral) melalui proses perencanaan pembangunan berjenjang dari tingkat Desa
(Musrenbangdes),
Kecamatan
(Musrenbangcam)
sampai
Kabupaten
(Musrenbangkab). Akan tetapi, keterpaduan antar komponen perencana tersebut
belum optimal, karena dominannya perencanaan dari atas.
Pola MP3 tetap mengikuti alur perencanaan yang sudah ada dengan
mengadopsi konsep keterpaduan P3MD, namun dengan memberikan penekanan,
pada: pelibatan partisipasi aktif, meningkatkan pengakomodasian usulan dari bawah
dalam program Dinas sektoral dan Umpan balik, jika Usulan dari setiap desa yang
tidak dilanjutkan ke Musrenbangkab diharapkan diinformasikan kembali ke desa
dengan memberikan penjelasan, agar sedini mungkin setiap kecamatan dan desa
sudah mengetahuinya dan tidak menunggu lagi realisasinya.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberi masukan bagi
tersusunnya buku ini diucapkan terimakasih dan diharapkan dokumen
Pengembangan Perencanaan Daerah Bawahan berfungsi sebagai pedoman dalam
mekanisme perencanaan pembangunan perdesaan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Tenggarong, Desember 2009
KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,
Ir. H. RUSDIANSYAH, MM
NIP. 19560912 198203 1 018
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
i
ii
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan .........................................................
KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
2.1. Evaluasi Perencanaan Partisipatif ..
2.2. Keterpaduan
Perencanaan
Pembangunan
Perdesaan (Top Down Vs Bottom Up) .
2.3 Makenisme
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Partisipatif (MP3)
MODEL PENGEMBANGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PEDESAAN
3.1. Model Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Partisipatif .
3.2. Pelaksanaan
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Partisipasif di Tk Kecamatan
3.3. Pelaksanaan
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Partisiapsif di Tk Kecamatan
3.4 Penyusunan Rencana Kegiatan Swadaya
BAB IV
BAB V
BAB VI
PENUTUP
Bab I
Pendahuluan
akuntabilitas,
peningkatan
profesionalisme,
kepedulian
terhadap rakyat, dan komitmen moral yang tinggi dalam segala proses
pembangunan.
Dalam era otonomi daerah yang memberikan kewenangan penuh
pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, dimana masyarakat dan
Pemerintah lebih dekat dan bersama-sama dalam menyelenggarakan
pembangunan, maka Pemerintah diharapkan mampu secara efektif membaca
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka
paradigma community driven development yaitu penciptaan iklim untuk
memberi penguatan peran masyarakat untuk ikut dalam proses perencanaan
dan pengambilan keputusan, ikut menggerakkan atau mensosialisasikan, ikut
melaksanakan pembangunan, dan melakukan kontrol publik menjadi sangat
signifikan. Hal itu bisa terkait dengan perencanaan, implementasi, dan
keberlanjutan berbagai macam program sesuai dengan permasalahan dan
urutan prioritasnya yang melalui proses demokratis, inklusif, dan transparan
yang disepakati untuk ditangani bersama.
Untuk
itu,
paradigma
pembangunan
perdesaan
yang
harus
pemberdayaan
pada
masyarakat
sehingga
mampu
untuk
perencanaan
program-program
pembangunan
perdesaan
Konsep
yang
dikembangkan
adalah
model
Musyawarah
Pembangunan Partisipatif.
perdesaan
dalam
menentapkan
arah
kebijakan
dan
di
desanya
sehingga
lebih
bersungguh-sungguh
dan
keterkaitan
dan
konsistensi
antara
perencanaan,
terciptanya
sinkronisasi
dan
sinergi
antara
pelaku
pembangunan di perdesaan.
Bab II
Konsep Perencanaan Pembangunan
Partisipatif
Konsep perencanaan pembangunan yang diterapkan di Kabupaten
Kutai
Kartanegara
telah
mengupayakan
keterpaduan
perencanaan
pembangunan dari atas dan dari bawah yang dikenal dengan Perencanaan
Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa (P3MD). Akan tetapi pada
prakteknya keterpaduan tersebut belum optimal karena masih sangat
dominannya perencanaan dari atas. Kelemahan perencanaan pembangunan
yang kurang aspiratif ini disadari oleh Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menemukan model
perencanaan yang sepenuhnya melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaannya, dengan mengedepankan prinsip demokrasi dan partisipasi.
Kaji Eksploratif Pengembangan Perencanaan Daerah Bawahan yang
dilakukan Bappeda Kutai Kartanegara mengajukan konsep perencanaan
pembangunan yang aspiratif yang disebut M usyaw arah P erencanaan
P em bangunan
masyarakat
P artisipatif
bersama-sama
(MP3).
pemerintah
Konsep
MP3
(masyarakat
menempatkan
sebagai
mitra
dalam
pembuatan
keputusan,
kebijaksanaan,
mengikutsertakan
masyarakat
dalam
kegiatan
operasional
kegiatan
pembangunan
serta
memelihara
hasil-hasil
Evaluasi
Perencanaan
Kartanegara
Partisipatip
di
Kabupaten
Kutai
prinsip-prinsip
pemerintahan
yang
baik
seperti
yang
dikembangkan
pola
MP3
adalah
bahwa
(1) Pelibatan
partisipasi
aktif
semua
peserta
forum
musyawarah
perencanaan;
(2) Meningkatkan bobot keterwakilan masyarakat dalam forum perencanaan;
(3) Meningkatkan pengakomodasian usulan dari bawah dalam program Dinas
sektoral;
(4) Agar dapat terakomodir, maka usulan dari bawah harus memiliki
ketajaman prioritas sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
(5) Bantuan pendampingan dalam proses penyusunan perencanaan di
tingkat Desa dan Kecamatan;
(6) Desiminasi dokumen Rencana Pembangunan Daerah (RKPD) sampai
kepada masyarakat desa sebagai bahan penyusunan perencanaan
masyarakat;
Agar keterpaduan perencanaan program-program pembangunan
perdesaan atas-bawah dapat terwujud, maka prinsip yang dikembangkan
pola MP3 adalah :
(1) Prinsip di tingkat Desa Membudayakan warga Desa memikirkan
Desanya dan atau pembangunan desanya, dilakukan melalui : (a)
Perumusan masalah yang dihadapi oleh masyarakat sendiri sebagai input
dalam proses perencanaan pembangunan desa, (b) Pengenalan potensi
yang dimiliki masyarakat.
(2) Prinsip di tingkat Kecamatan Masyarakat melakukan : (a)
Inventarisasi hal-hal positif yang dirasakan, (b) Pendalaman atau
penambahan daftar masalah yang dihadapi setelah memahami hal yang
positif, (c) Penentuan tindakan dan aktor pelaksana penanganan
masalah, (d) Penetapan prioritas sendiri.
(3) Prinsip di tingkat Kabupaten (a) Seluruh peserta mendengarkan
presentasi usulan, (b) Masayarakat mendengarkan dan mengkritisi
program tiap Dinas yang dipresentasikan (tujuan dan manfaatnya), (c)
top
down.
Masyarakat
mengalami
kesulitan
dalam
10
MP3 Tk.
Lingkungan/Dusun
/RT/RW
Unsur Yg Terlibat :
MP3 Tk.
Desa/Kelurahan
Menggunakan
pendekatan
Koordinatif
Singkronisasi
Program
masyarakat dan
Dinas
MP3 Tk.
Kecamatan
MP3 Tk.
Kabupaten
Finalisasi dalam
RKPD
BPD, LPM,
Kaling/Kadus/RT,
Ormas, Orpol, Camat
Muspicam, Cab Dinas
Kec. Bapemas dan
Bappeda
11
Bab III
Model Pengembangan Perencanaan
Pembangunan Pedesaan
Sebelum
pelaksanaan
MP3,
dilakukan
persiapan
dengan
memilih
dalam
penyusunan
perencanaan,
dan
(ii)
Mampu
untuk
mengembangkan
kemampuan
intelektualnya,
Peserta
diharapkan
yang
benar-benar
dapat
mewakili
anggota
Utusan
organisasi/kelompok
setiap
Dusun,
(vi)
Utusan
dll),
(vii)
Tokoh
Masyarakat
(Pemuka
Agama/Pemuka
12
ANALI SI S M ASALAH
Pengertian :
Manfaat :
kemampuan
masyarakat
untuk
swadaya
merupakan
pertimbangan utama.
13
Cara melaksanakan :
Pengumpulan masalah
Pengelompokan masalah
Pengurutan/prioritas
Penentuan prioritas
masalah
Rumusan Visi
Analisis Kendala
Analisis Alternatif
Penyusunan Rencana
Kegiatan Swadaya
Lokakarya
Pelaksanaan
14
Manfaat :
dianggap
paling
sesuai
dengan
keadaan
setempat
untuk
tanaman
yang
dapat
dipilih.
Masyarakat
akan
mengambil
15
16
R UM USAN VI SI
Manfaat :
pencapaian
di
bidang
sosial.
Masing-masing
kelompok
mungkin
Cara Melaksanakan :
Peserta diminta diskusi mengenai arti visi apa beda mimpi dan visi? (visi
itu realistis dan bertujuan akhir, sedangkan mimpi adalah khayalan atau
fantasi yang tidak terwujud).
berbeda kebutuhan,
17
Masing-masing
anggota
kelompok
menyampaikan
visinya
kepada
kelompoknya.
kelompok diminta untuk menuliskan visi mereka dalam bentuk kata kerja
aktif (tanpa penjelasannya) ke atas kertas.
ANALI SI S K ENDALA
Manfaat :
Cara Melaksanakan :
18
menyebabkan anda .?
Visi 1
Visi 1
KENDALA 1
KENDALA 2
KENDALA 3
KENDALA 1
KENDALA 2
KENDALA 3
KENDALA 4
Alternatif
Kegiatan
Swadaya
Alternatif
Kegiatan
Swadaya
19
Analisis alternatif
alternatif program yang dapat disusun untuk mencapai atau setidaktidaknya untuk membantu dalam pencapaian kondisi tertentu yang
diinginkan (tujuan).
Manfaat :
Cara Melaksanakan :
Peserta diminta untuk mengulang kembali apa dimaksud dengan visi dan
kendala.
kendala tersebut?
20
Apa yang disarankan akan dilakukan oleh diri sendiri (kelompok kecil),
bukan oleh masyarakat/kelompok.
Kendala :
Informasi dasar menunjukkan rata-rata pemilikan lahan anggota adalah 1 (satu) Ha; Desa memiliki 75
KK. Jumlah sapi 10 ekor, lahan terutama ditanami kelapa, rata-rata pendapatapan per anggota Rp.
490.000 per bulan, rata-rata KK 6 orang, anggota masyarakat mempunyai SHU Rp. 3.800.000,masyarakat memasok saprotan, KCK dan kelistrikan.
Saran :
Seperti
lokakarya
terdahulu,
kelompok
diminta
menjelaskan
dan
Setelah itu peserta ditanya: Mana saran-saran yang lebih realistis ? Saran
mana yang sangat sulit dilaksanakan? Bila saran tersebut dilaksanakan,
bagaimana kondisi yang ada sekarang dapat diperbaiki? Mana diantara
usulan saran tersebut yang dianggap paling mendorong tanggung jawab
pribadi seseorang agar mencobanya hingga berhasil?
21
(iii)
Dinas/Instansi
tingkat
Kecamatan
atau
wakil
legislatif (DPRD).
22
23
Manfaat :
Dasar pemantauan kegiatan-kegiatan tersebut dan sebagai patokanpatokan dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam
rencana itu.
Cara Melaksanakan :
24
Dengan demikian akan memperoleh gambaran mengenai kegiatankegiatan apa yang dapat dikembangkan untuk mencapai visi dengan
mengatasi kendala-kendala yang diidentifikasi sebelumnya. Kelompokkelompok masyarakat paling tidak akan menentukan satu atau dua
kegiatan sawadaya atas dasar prioritas.
LOKAKARYA PELAKSANAAN
Manfaat :
25
Cara Melaksanakan :
Contoh format :
No.
Waktu
Kegiatan
TAHUN ................
TW I
TW II
TW III
TW IV
Dalam kelompok, siapkan rencana kerja dan waktu untuk kegiatan agar
dapat diinformasikan kepada orang/lembaga/instansi terkait.
26
yang
dan
paling
sulit,
bagian
mana
peserta
merasa
peling
bermanfaat/menambah pengetahuan.
27
Bab IV
Perencanaan Program Pembangunan Perdesaan
4.1 Perencanaan Program Perdesaan
Agar program-program pembangunan perdesaan yang dibuat tepat
sasaran/benar-benar
dibutuhkan
masyarakat,
dalam
arti
dapat
Analisa
m asalah
adalah
proses
mengidentifikasi
komponen,
dari tujuan umum, tujuan khusus dan sasaran. Tujuan umum (Goals) adalah
tujuan jangka panjang yang ingin dicapai program, bersifat umum (nasional,
regional, sektoral), tidak dapat dicapai sendiri oleh program dan memerlukan
program lainnya, dan tidak terlalu jauh dengan tujuan khusus.
Tujuan khusus adalah bagian dari tujuan umum atau sub tujuan untuk
memudahkan menentukan sasaran. Sedangkan sasaran adalah bagian atau
rincian tujuan/tujuan khusus, hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan dan
lebih operasional dari tujuan, serta memenuhi kriteria : Spesifik (Specific),
terukur (M easurable), bisa dicapai (Achievable), realistis (R ealistic), dan
waktu terbatas (Time limit) atau SMART.
C) Analisis Alternatif
Alternatif adalah pilihan sasaran untuk mencapai tujuan, ada prioritas
sasaran untuk mencapai tujuan (yaitu prioritas pertama, kedua, atau bukan
prioritas). Prioritas pertama (1), sasaran harus diselesaikan pertama dan
tidak boleh ditunda karena kalau tidak maka program akan gagal. Prioritas
kedua (2), sasaran diselesaikan setelah sasaran prioritas pertama dan dapat
mempengaruhi keberhasilan program. Tidak prioritas (0), sasaran boleh
ditangguhkan karena tidak mempengaruhi keberhasilan program. Analisis
Kelompok lain yang terkait atau dipengaruhi program : LSM lokal, Forum
BPD, Assosiasi Kepala Desa, dll.
28
D) P ENYUSUNAN P R OGR AM
Setelah melakukan analisis, langkah berikutnya dalah membuat
kerangka logis, yaitu logika hubungan vertikal dan horisontal elemen
program : masalah, tujuan, output, indikator, kegiatan, logistik, dsb. Proses
kerangka logis meliputi pengembangan indikator, alat verifikasi indikator
(Means of Verification, MOP), asumsi, strategi, kegiatan, logistik, serta logika
hubungan vertikal dan horisontal. Langkah berikutnya adalah menyusun
program dalam bentuk matriks (sesuai dengan kebutuhan) yang akan
menjadi pedoman pelaksanaan program.
4.2
Pengembangan Program
Dinas/Instansi Sektoral
Pembangunan
Dalam
Kutai
RPJMD
Kabupaten
Perdesaan
Kartanegara
2005
oleh
2010
(iv)
Penguatan
lembaga
dan
organisasi
masyarakat,
(v)
29
dan
peningkatan
kehidupan
sosial-ekonomi
kelompok
langsung
ke
masyarakat
perdesaan
oleh
SKPD
terhadap
masalah
dan
potensi
dilakukan
berdasarkan
selera
perencana, dan lebih fatal lagi tanpa didukung data yang mutakhir dan valid.
Sebaliknya
perencanaan
yang
dibuat
langsung
oleh
masyarakat
30
Bab V
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program Pembangunan
Perdesaan
Monitoring adalah proses pengumpulan dan penganalisaan informasi
(indikator) yang sistematis dan kontinyu tentang pelaksanaan program sehingga
dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program selanjutnya.
Evaluasi adala proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah
kinerja program untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
program tersebut.
5.1 Monitoring
Tujuan umum adalah menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai rencana,
dengan cara pengecekan terhadap aktivitas yang dijalankan, mencatat kemajuan
sesuai dengan rencana, menemukan kekuatan dan masalah yang timbul, dan
melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan program.
Tujuan khusus monitoring adalah :
Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah
tepat untuk mencapai tujuan proyek.
masukan (Inputs), (ii) Aspek proses/aktivitas, dan (iii) Aspek keluaran (Outputs).
Tipe monitoring terdiri dari monitoring rutin (jangka panjang), dan
monitoring non rutin (jangka pendek) :
1. Monitoring Rutin (Jangka Panjang)
Identifikasi tujuan
2. Tahap Perencanaan :
Pengumpulan data
32
2. Tahap Penilaian :
Pengambilan keputusan apakah monitoring dilanjutkan atau tidak
5.2 Evaluasi
Tujuan evaluasi
Evaluasi Konvesional
Evaluasi Partisipatif
Siapa
Apa
Bagaimana
Kapan
Sumber: Deepa Narayan dalam Sumengen Sutomo etc, Perencanaan Partisipatip, 2003
33
Bab VI
Penutup
Pengembangan Perencanaan Daerah Bawahan merupakan salah satu
instrumen
perencanaan
dalam
melaksanakan
program
pembangunan
daerah
dan
mekanisme
pelaksanaan
Program
Program-program
pembangunan
perdesaan
harus
didasarkan
dan
Menyangkut
pendanaan
program,
tidak
lagi
memfokuskan
pada
35
REFERNSI
Bappenas, 2005. Undang-Undang RI No.25 tahun 2004, tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Bappenas, JICA dan PKPM, 2004b, Manajemen Pemberdayaan
Masyarakat; tahap mikro pemberdayaan masyarakat,
Jakarta.
Bappenas dan Depdgari, 2008, Surat
petunjuk teknis penyelenggaraan
2008, Jakarta
Edaran bersama:
Musrenbang tahun
dan
Perencanaan
Partisipatif,
CV.