Sie sind auf Seite 1von 183

AKUNTANSI PAJAK

BREVET A-B

PENDAHULUAN

PAJAK DI INDONESIA

Pasal 23A UUD 1945

Pajak dan pungutan lain yang bersifat


memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan undang-undang.

DASAR HUKUM
UU Nomor 6 Tahun 1983

UU Nomor 9 Tahun 1994


KETENTUAN UMUM
DAN
TATA CARA PERPAJAKAN

UU Nomor 16 Tahun 2000

UU Nomor 28 Tahun 2007

UU Nomor 16 Tahun 2009

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PAJAK
kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sistem Pemungutan Pajak


Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian
dan peran serta WP untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan
pajak berada pada WP, pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan pengawasan.
WP melaksanakan sistem self assesment dengan harapan
mudah dipahami, sederhana, terkendali dan lebih teratur

Self Assessment System


WP diberi Kepercayaan dalam hal:
Mendaftarkan diri

Menghitung

Memperhitungkan

Pajak yg terutang
Menyetorkan

Melaporkan
7

Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan

NPWP dan/atau
pengukuhan PKP
secara Jabatan

WP telah menenuhi persyaratan


objektif dan subjektif namun
tidak mau mendaftar

Pengusaha yang dikenai PPN


namun tidak melaporkan
usahanya
Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum
diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
*Berdasarkan Pasal 2 UUKUP
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara

pidana penjara
6 bulan - 6 tahun

dan

denda 2 4 kali jumlah


pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Pembukuan fiskal
Dengan adanya self assesment, pemerintah
memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk
menghitung dan melaporkan sendiri pajaknya dan
diharapkan masyarakat menjadi mitra untuk
pemasukan uang ke kas negara
WP dan pemerintah dengan fungsinya masingmasing mempunyai media yaitu berupa pembukuan

10

AKUNTANSI

11

Akuntansi
sistem informasi yang menghasilkan laporan
untuk pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi
perusahaan (Warren)

12

Akuntansi
Proses akuntansi adalah proses pencatatan,
pengelompokan, pengikhtisaran, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi
Laporan keuangan dimulai dari pencatatan dokumendokumen dasar yang terjadi dalam sebuah transaksi
ke dalam buku harian atau jurnal harian. Kemudian,
jurnal harian tersebut dimasukkan (posting) ke dalam
buku besar

13

Akuntansi
Pada akhir periode, dari buku besar disusun neraca
saldo sebelum penyesuaian. Dengan penyesuaian
terhadap keadaan yang sebenarnya terjadi pada
akhir tahun dan catatan penutup (closing entries),
disusunlah sebuah neraca saldo setelah penyesuaian
Dari neraca saldo setelah penyesuaian tersebut,
diperoleh sebuah laporan keuangan komersial

14

Penyusunan laporan keuangan fiskal


Secara teknis akuntansi merupakan proses pencatatan
transaksi keuangan dari satu bisnis (organisasi) dan
melaporkan ringkasan informasi dalam bentuk laporan
keuangan (financial statement) kepada stakeholder baik
di dalam maupun di luar organisasi.
Pajak tidak mengatur secara khusus mengenai cara atau
alur dalam menyusun sebuah laporan keuangan.
wajib pajak dapat mengikuti alur penyusunan laporan
keuangan yang terdapat dalam akuntansi komersial

15

Penyusunan laporan keuangan fiskal


Untuk kepentingan pajak, laporan keuangan
komersial disesuaikan dengan ketentuan pajak yang
berlaku
sehingga diperoleh sebuah laporan
keuangan sesuai ketentuan fiskal. Penyesuaian
laporan keuangan komersial dengan ketentuan pajak
lebih dikenal dengan sebutan rekonsiliasi fiskal

16

Persamaan Dasar Akuntansi


(Accounting Aquation)
persamaan yang secara global dan terpadu
menggambarkan semua hubungan yang ada di
perusahaan,
hubungan antara kekayaan/aktiva dengan
sumbernya (kewajiban dan ekuitas/modal)

Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas
17

18

A. Aktiva (Asset)
sumber daya yang dimiliki perusahaan

Terdiri dari:
I. Aktiva Lancar (Current Asset)
uang tunai yang dimiliki perusahaan dan aktiva lain yang dapat
ditukar dengan uang tunai atau digunakan dalam masa
perputaran usaha kurang dari satu tahun.
II. Investasi Jangka Panjang
penyertaan atau penanaman modal pada perusahaan lain dalam
jangka panjang dengan tujuan untuk memperoleh tambahan
pendapatan
19

III. Aktiva Tetap (Fixed Asset)


kekayaan perusahaan yang pemakaiannya dalam waktu lama
Seperti: tanah, gedung/bangunan, mesin-mesin, dan peralatan.
IV. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Asset)
hak istimewa yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai nilai
Seperti: goodwill, hak paten, hak cipta, merek dagang, hak sewa
(leasing),dan franchise.

V. Aktiva Lain-Lain (Other Asset)


aktiva yang tidak dapat digolongkan dalam empat jenis aktiva di atas
Seperti: biaya pendirian, biaya aktiva tetap yang tidak dipakai, dan lainlain.

20

B. Kewajiban

kewajiban membayar kepada pihak lain yang


disebabkan
oleh
transaksi
sebelumnya.
Berdasarkan jangka waktu pelunasannya

21

kewajiban diklasifikasikan dalam tiga kelompok


1.

Kewajiban Lancar (Current Liabilities)


kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun.

2.

Kewajiban Jangka Panjang/Utang Jangka Panjang [Long Term


Dept.]
kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun
atau satu siklus normal operasi perusahaan.

3.

Kewajiban/Utang Lain-Lain,
meliputi semua kewajiban yang tidak sesuai untuk diklasifikasikan
sebagai kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
Misalnya : uang jaminan yang diterima dari pelanggan.

22

C. Ekuitas
hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan
bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban).
Ekuitas terdiri dari :
1.
setoran pemilik
2.
sisa laba yang ditahan (retained earning) .
Pemberian nama akun ekuitas bergantung jenis perusahaannya.
1. Perseorangan Modal
: nama pemilik
2. Persekutuan Modal
: nama sekutu/pemilik
3. Perseroan Terbatas
: Modal Saham
4. Koperasi
: Simpanan Pokok, Simpanan Wajib

23

a. Pendapatan

penambahan jumlah aktiva sebagai hasil oprasi


perusahaan secara bruto. Pendapatan diperoleh
karena adanya penyerahan/penjualan
barang/jasa atau aktifitas lainnya dalam satu
periode tertentu.

24

Pendapatan dibedakan menjadi dua kelompok:


1. Pendapatan Operasional
pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka
kegiatan utama,
misalnya pendapatan jasa angkutan bagi perusahaan otobis,
pendapatan servis, dan penjualan (bagi perusahan dagang).
2. Pendapatan Non Operasional
pendapatan yang diperoleh di luar usaha pokok, yang sifatnya
insidentil.
Misalnya : pendapatan bunga bagi perusahaan non-bank dan
pendapatan komisi bagi perusahaan nonkomisioner/ nonmakelar.

25

b. Beban atau Biaya


pengorbanan yang terjadi dalam rangka memperoleh
pendapatan.
Beban dibedakan menjadi dua jenis:
1. Beban Operasional
beban yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan
operasi
2. Beban Non- Operasional
beban yang terjadi bukan karena kegiatan utama
perusahaan atau yang tidak berkaitan langsung dengan
kegiatan utama perusahaan dan yang sifatnya insidental.
26

PEMBUKUAN

27

Akuntansi Pajak merupakan sarana sekaligus


proses yang harus dilakukan dalam rangka
menyajikan laporan keuangan sebagai dasar
dalam menetapkan besarnya pajak terutang

akuntansi dalam undang-undang perpajakan


lebih di kenal dengan pembukuan, diatur dalam
pasal 28 UU KUP

28

perpajakan mengatur hal khusus yang berkaitan


dengan akuntansi:

1.
2.
3.
4.

konsep transaksi
peristiwa keuangan
metode pengukuran
pelaporan

29

Pembukuan secara akuntansi:


mengikuti standar akuntansi yang
berlaku umum
menampilkan laporan keuangan secara
multiple purpose

30

Pembukuan secara pajak:


terdapat perbedaan antara akuntansi
dengan pajak
dilakukan rekonsiliasi agar sesuai
dengan peraturan perpajakan

31

Akuntansi pajak:
merupakan peraturan perpajakan yang ada
kaitannya dengan akuntansi

jurnal-jurnal yang diperlukan sehubungan


dengan transaksi yang berhubungan dengan
pajak.

32

Pembukuan (UU KUP)


suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa,

menghasilkan laporan keuangan berupa neraca dan


laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir
33

Pembukuan dan Pencatatan


proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
data & informasi keuangan

Pembukuan

harta

kewajiban

ph & biaya

modal

Jumlah Harga Perolehan & Penyerahan Barang/Jasa

laporan keuangan
neraca

laporan laba rugi

*Berdasarkan Pasal 1 angka 29 UUKUP


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

34

Kewajiban pembukuan:
Wajib Pajak Orang Pribadi
melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
peredaran usaha setahun mencapai
Rp.4,8 miliar
Wajib Pajak Badan di Indonesia.
35

Pembukuan dan Pencatatan


WPOP yang melakukan
kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas

WAJIB

PEMBUKUAN

WP Badan
PENGECUALIAN:
WPOP yang diperbolehkan
menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto

WPOP yang tidak melakukan


kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

36

Ketentuan Pencatatan

PENCATATAN
data yang dikumpulkan
secara teratur

peredaran atau
penerimaan bruto
dan/atau ph bruto

dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk ph yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final

*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

37

Ketentuan-ketentuan Pembukuan
Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan:
memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya

menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang


rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menkeu
harus diselenggarakan di Indonesia
diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual dan stelsel kas
Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Dirjen Pajak
*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

38

Output minimal pembukuan:


catatan mengenai asset, liabilities,
modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian,

39

Sehingga dapat dihitung :


besarnya pajak yang terutang.
besarnya PPh
pajak-pajak lainnya

40

Prinsip taat asas:


prinsip yang sama digunakan dalam metode
pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya,

untuk mencegah penggeseran laba atau rugi.


misalnya dalam penerapan stelsel pengakuan
penghasilan yang digunakan.
41

Stelsel pengakuan penghasilan:


Stelsel akrual
Stelsel kas:

42

Stelsel akrual:
penghasilan diakui pada waktu diperoleh
biaya diakui pada waktu terutang
tidak tergantung kapan penghasilan itu
diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai

43

Stelsel akrual:
Contoh:

metode % tingkat penyelesaian pekerjaan


umumnya dipakai di bidang konstruksi
metode lainnya yang dipakai di bidang usaha
tertentu seperti Build Operate and Transfer
(BOT), Real Estate, dan lain-lain.
44

Stelsel kas:
penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang
diterima dan biaya yang dibayar secara tunai
penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila
benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode
tertentu

biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar


telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu
biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang
pribadi atau perusahaan jasa.
45

Penghitungan PPh dalam memakai stelsel kas


memperhatikan:
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu
periode harus meliputi seluruh penjualan,
baik yang tunai maupun yang bukan.
Penghitungan harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluru pembelian dan
persediaan.
46

Penghitungan PPh dalam memakai stelsel kas


memperhatikan:
Perolehan harta yang dapat disusutkan dan hakhak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang
dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat
asas (konsisten)
penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan
mendekati stelsel campuran.
47

Perubahan
metode
dimungkinkan:

pembukuan

masih

telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak


sebelum dimulainya tahun buku yang
bersangkutan
menyampaikan alasan-alasan yang logis dan
dapat diterima serta akibat-akibat yang
mungkin timbul dari perubahan tersebut.
48

Perubahan metode pembukuan meliputi:


perubahan metode dari kas ke akrual atau
sebaliknya
perubahan penggunaan metode pengakuan
penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri

metode pengakuan biaya yang berkenaan


dengan penyusutan aktiva
49

Pembukuan dalam
Bahasa Asing & Mata Uang Selain Rupiah
$
WP dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar AS:

WP dalam rangka PMA

WP dalam rangka Kontrak


Karya

WP Kontraktor KKS

Bentuk Usaha Tetap

Kontrak Investasi Kolektif (KIK)


WP yg mendaftarkan emisi sahamnya di bursa efek LN

WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri


*Berdasarkan PMK No. 196/PMK.03/2007
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

50

Bahasa dan mata uang asing:


bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat
mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan

mengajukan surat permohonan kepada Dirjen


Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku
51

Bahasa dan mata uang asing:


3 (tiga) bulan sejak tanggal pendirian bagi Wajib
Pajak baru.
KMK atas permohonan diterbitkan paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan
dari Wajib Pajak.

Apabila jangka waktu diatas telah lewat, maka


permohonan tersebut dianggap diterima.
52

Sanksi
izin untuk menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat
dicabut
Wajib Pajak tidak boleh lagi mengajukan permohonan
untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
Perlakuan tidak dikenakan apabila Wajib Pajak
memberitahukan secara tertulis mengenai pembatalan
dalam batas waktu 3 (tiga) bulan setelah tahun buku
berjalan
53

Tahun Pajak:
tahun takwim (tahun kalender)

Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku


yang tidak sama dengan tahun takwim

54

Tahun Pajak:
perubahan periode tahun buku, berakibat berubahnya
jumlah penghasilan atau kerugian Wajib Pajak.
perubahan tersebut juga harus mendapat persetujuan
Direktur Jenderal Pajak.
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan Tahun
Pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang di
dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih.

55

Tahun Pajak:
Contoh:
Tahun buku 1 Juli 2008 sampai dengan 30 Juni
2009 adalah Tahun Pajak 2008.

Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai dengan 30


September 2009 adalah Tahun Pajak 2009.

56

Penyimpanan Pembukuan

Buku, catatan, dan


dokumen
termasuk hasil
pengolahan data

dasar
pembukuan/
pencatatan

10 tahun

di Indonesia

*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

57

SANKSI-SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja:
memperlihatkan pembukuan atau
pencatatan yang palsu
tidak menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan di Indonesia
tidak memperhatikan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lain
tidak menyimpan buku, catatan, atau
dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan

menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara

dipidana dengan pidana penjara 6


bulan - 6 tahun

dan
dan denda 2-4x jumlah pajak
terutang yang tidak/kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

58

AKUNTANSI PPh

59

PPh Pasal 21
Aming pegawai pada PT AAA, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp 4.000.000,00. PT AAA mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT AAA menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Aming membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan.
Disamping itu PT AAA juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya, PT
AAA membayar iuran pensiun untuk Aming ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebeasr Rp
100.000,00, sedangkan Aming membayar iuran pensiun sebesar Rp
50.000,00,

60

Gaji sebulan

Rp 4.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja

= 0,50% X Rp4.000.000

Rp

20.000

Premi Jaminan Kematian

= 0,30% X Rp4.000.000

Rp

12.000 +

Rp 4.032.000

Penghasilan bruto

Pengurangan :n
1. Biaya jabatan

= 5%

X Rp4.032.000

2. Iuran Pensiun
3. Iuran Jaminan Hari Tua

= Rp201.600

= Rp50.000
= 2%

X Rp4.000.000

= Rp80.000

Jumlah Pengurang

Rp

Penghasilan neto sebulan

Rp 3.700.400

Rp 44.404.800

Penghasilan neto setahun

= 12

X Rp3.700.400

331.600 -

PTKP
- untuk WP sendiri

- tambahan WP kawin

Rp24.300.000
Rp2.025.000 +
Rp 26.325.000 -

Penghasilan Kena Pajak setahun

Rp 18.079.800

Pembulatan

Rp 18.079.000

PPh Pasal 21 terutang

= 5%

X Rp18.079.000

Rp

903.950

PPh Pasal 21 sebulan

= 1/12

X Rp903.950

Rp

75.329
61

Jurnal
Biaya gaji
4.280.000
Utang PPh ps 21
75.329
Utang premi jamsostek
32.000
Utang iuran pensiun
100.000
Utang iuran THT
148.000
Utang gaji
3.924.671

62

Bagus, menikah dengan satu anak, bekerja


sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT
BBB menerima gaji yang dibayar mingguan
sebesar Rp 750.000,00

63

Gaji sebulan adalah

= 4

X Rp

750.000

= 5%

X Rp

3.000.000

= Rp 3.000.000

Pengurangan :
Biaya Jabatan
Penghasilan neto sebulan

Penghasilan neto setahun

= Rp

150.000

= Rp 2.850.000

= 12

X Rp

2.850.000

= Rp

34.200.000

PTKP
- untuk WP sendiri

= Rp24.300.000

- tambahan karena menikah

= Rp 2.025.000

- tambahan untuk 1 anak

= Rp 2.025.000

= Rp28.350.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 sebulan
PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan

= Rp 5.850.000
=
=

5%

X Rp

5.850.000

= Rp

1/12 X Rp

292.500

= Rp

24.375

24.375 = Rp

6.094

1/4

X Rp

292.500

64

Jurnal
Biaya Upah
Utang PPh ps 21
Kas atau Bank

750.000
6.094
743.906

65

PPh Pasal 22

penjualan atau pembelian barang yang terkait


dengan Badan pemungut PPh pasal 22 yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Pemungut PPh pasal 22 antara lain
Bendaharawan pemerintah, KPPN, DJBC, dan
Industri-industri tertentu yang ditunjuk
sebagai pemungut
66

Kasus 1
PT. Jujur Makmur menjual beras sebanyak 100
kuintal kepada Departemen keuangan dengan
harga Rp50.000.000
Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Makmur
Kas
49.250.000
UM Pajak(ps22)
750.000
Penjualan
50.000.000
67

Kasus 2
PT. Jujur Selalu menjual seperangkat komputer
kepada Pemda DKI seharga Rp11.000.000 sudah
termasuk PPN
Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Selalu
Kas
9.850.000
UM PPh Pasal 22
150.000
UM PPN
1.000.000
Penjualan
10.000.000
utang PPN
1.000.000
68

Kasus 3
PT. Amanah mengimpor bahan baku dengan
harga Rp100.000.000. Bahan baku dibebaskan
dari PPN dan menggunakan API
Jurnal yang dilakukan PT. Amanah
Persd bhn baku
100.000.000
UM pajak (PPh Ps 22)
2.500.000
Kas/bank
102.500.000
69

Kasus 4
PT. Istiqomah membeli baja sebagai bahan
baku sebesar Rp. 100 juta (belum termasuk
PPN) ke PT Krakatau Steel
Jurnal yang dilakukan PT. Istiqomah
Persd bhn baku
100.000.000
UM pajak (PPh Ps 22)
300.000
UM PPN
10.000.000
Kas/bank
110.300.000
70

PPh pasal 23
Dikenakan atas pembayaran atau pembebanan jasa,
sewa, bunga, dividen, royalti, dan hadiah yang telah
diterimanya
Dikenakan tarif 15% x penghasilan bruto yaitu atas
deviden, bunga, royalti dan hadiah/penghargaan
Dikenakan tarif 2% yaitu atas sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta serta
imblan sehubungan dengan jasa

71

Kasus 1
PT. A melakukan pembayaran sewa kendaraan pada
Tn. Z (non Wajib Pajak) sebesar Rp2.000.000.
Penghitungan PPh pasal 23
2.000.000 x 2% x 200% = Rp80.000
Penghitungan PPh pasal 23 atas pihak yang tidak
berNPWP akan dikenakan tarif 100% lebih besar.

72

Jurnal
Biaya sewa
2.000.000
Utang PPh pasal 23
Kas atau bank

80.000
1.920.000

73

Kasus 2
PT. Bijak melakukan pembayaran atas jasa
konsultasi kepada PT. Baik (pengusaha kecil
non PKP) sebesar Rp10.000.000.

74

Jawaban
Jurnal PT. Bijak
Biaya konsultan 10.000.000
Utang PPh pasal 23
200.000
Kas
9.800.000
Jurnal PT. Baik
Kas
9.800.000
UM PPh ps 23
200.000
Penghasilan konsultan

10.000.000
75

Kasus 3
PT. Xtra membayar dividen kepada pemegang
saham dalam negeri sebesar Rp1.000.000
Jurnal :
Laba ditahan
1.000.000
Utang PPh pasal 23
150.000
Utang dividen
850.000
76

Kasus 4
PT. Vita membayar bunga pinjaman kepada PT. Wita
sebesar Rp1.000.000
Jurnal PT. Vita
Biaya bunga
Utang PPh 23
Kas

1.000.000
150.000
850.000

Jurnal PT. Wita


Kas
850.000
UM PPh 23
150.000
Penghasilan bunga

1.000.000
77

PPh Pasal 4 Ayat 2 (PPh Final)


Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final:
penghasilan berupa bunga
bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara,
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;

penghasilan berupa hadiah undian;


78

PPh Pasal 4 Ayat 2 (PPh Final)

penghasilan dari transaksi saham dan


sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa,
transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya (modal ventura)

79

PPh Pasal 4 Ayat 2 (PPh Final)

penghasilan dari transaksi pengalihan harta


berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi,
usaha real estate,
persewaan tanah dan/atau bangunan;

80

PPh Pasal 4 Ayat 2 (PPh Final)


pertimbangan-pertimbangan antara lain:
perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan
investasi dan tabungan masyarakat;
kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib
Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak;
pemerataan dalam pengenaan pajaknya;
memerhatikan perkembangan ekonomi dan
moneter,

81

Kasus 1
PT. A melakukan pembayaran sewa gedung
pada PT. Z (pengusaha kecil non PKP) sebesar
Rp12.000.000. PT. A memotong PPh final
sebesar 10%

82

jawaban
Jurnal PT. A
Biaya sewa gedung
Utang PPh ps 4(2)
Kas

12.000.000
1.200.000
10.800.000

Jurnal PT. Z
Kas
PPh ps 4(2)
Penghasilan sewa gdg

10.800.000
1.200.000
12.000.000
83

Kasus 2
PT. Sukadana membeli tanah seharga Rp
300.000.000,-dan bangunan permanen seharga Rp
800.000.000,-dari Bapak Salim.
NJOP tanah & bangunan tersebut sesuai SPPT PBB
adalah sebesar Rp 1.000.000.000,-dan dibuatkan
akta AJB-nya.
Sesuai kesepakatan pajak-pajak ditanggung oleh
pembeli. Diketahui bahwa NPOPTKP sebesar Rp
30.000.000
84

Jawaban
Penghitungan BPHTB
NPOP
= 1,100,000,000
NPOPTKP
= 30,000,000 Dasar Pengenaan = 1,070,000,000
BPHTB (5%)
= 53,500,000

PPh Pasal 4 (2)

= 5% x Rp1.100.000.000

= 55.000.000

85

Jawaban
Bangunan
Tanah
Kas
BPHTB
PPh ps.4(2)
Kas

800.000.000
300.000.000
1.100.000.000
53.500.000
55.000.000
108.500.000

86

PPh pasal 26
Pemotongan PPh pasal 26 ditujukan terhadap
jenis penghasilan yang diterima/diperoleh
Subyek Pajak Luar Negeri
Tidak semua penghasilan yang dibayarkan ke
luar negeri akan di potong PPh pasal 26
namun dilihat apakah adan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax
treaty
87

Kasus 1
PT. Crista berusaha di bidang properti
mengasuransikan
bangunannya
kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, dengan
premi asuransi dibayar dimuka sebesar Rp1
milyar untuk 1 tahun

88

jawaban
Jurnal PT. Crista
Biaya Premi asuransi
utang PPh ps 26
utang premi asuransi
Utang PPh ps 26
Utang Premi Asuransi
Kas atau bank

1.000.000.000
200.000.000
800.000.000
200.000.000
800.000.000
1.000.000.000
89

Kasus 2
Mekdi Indonesia membayar royalti kepada
mekdi USA atas pemakaian merek dagang
sebesar Rp250.000.000

90

jawaban
Jurnal :

Biaya royalti
250.000.000
utang PPh ps 26
50.000.000
utang royalti
200.000.000
utang PPh ps 26
utang royalti
Kas

50.000.000
200.000.000
250.000.000
91

AKUNTANSI PPN

92

Pajak Pertambahan Nilai


PPN dapat dibedakan ke dalam 2 tipe yaitu pajak
masukan dan pajak keluaran
Jika dalam suatu masa pajak, saldo kredit rekening PPNkeluaran lebih besar dari pada saldo debit rekening PPNMasukan maka selisihnya merupakan PPN yang harus
dibayar
Apabila sebaliknya maka selisihnya merupakan kelebihan
pajak yang dapat dikompensasikan pada masa pajak
berikutnya
93

Pajak Pertambahan Nilai


PPN masukan dapat dipandang sebagai uang
muka PPN, sedang PPN Keluaran dapat
dipandang sebagai utang PPN
Penghitungan uang muka dan utang PPN
tersebut harus dilakukan pada setiap bulan
atau masa pajak

94

Kasus 1
PT. Sinam adalah PKP pada bulan Januari dan
Februari 2011 mempunyai data sebagai
berikut (dalam jutaan):
Jan
Feb
Penjualan
250
250
Pembelian
300
200
PPN Keluaran
25
25
PPN Masukan
30
20
95

No
Penjelasan
1
PPN Keluaran (utang
PPN)
2
PPN Masukan (uang
muka PPN
3
PPN Lebih (kurang)
dibayar
4
Kompensasi PPN yg
lebih dibayar

Januari
Februari
25.000.000 25.000.000
30.000.000 20.000.000
5.000.000

(5.000.000)

(5.000.000) 5.000.000

96

Jurnal
Januari
Persediaan brg dgn
PPN masukan (UM PPN)
Utang dagang

300.000.000
30.000.000
330.000.000

Piutang dagang (kas)


275.000.000
penjualan
250.000.000
PPN Keluaran (utang PPN)
25.000.000
PPN Keluaran
PPN Masukan

25.000.000
25.000.000
97

Jurnal
Februari
Pers brg dggn
PPN Masukan
Utang dagang

200.000.000
20.000.000
220.000.000

Piutang dagang
penjualan
PPN Keluaran

275.000.000

PPN Keluaran
PPN Masukan

25.000.000

250.000.000
25.000.000

25.000.000
98

Kasus 2
no

Penjelasan

Terutang
pajak

Tdk tutg pjk

total

Penjualan

250.000.000 100.000.000 350.000.000

Pers brg dagangan

150.000.000 80.000.000

230.000.000

PPN keluaran

25.000.000

25.000.000

PPN masukan

15.000.000

15.000.000

99

jurnal
PPN keluaran
PPN masukan
Kas atau bank

25.000.000
15.000.000
10.000.000

100

Kasus 3
PT. QQ adalah eksportir, membeli barang
untuk diekspor. Pada masa maret 2011,
pembelian seluruhnya BKP sejumlah
Rp175.000.000 sedang penjualan ekspor
sebesar Rp.250.000.000. kelebihan
pembayaran direstitusikan pada bulan maret
2011

101

Jurnal
Piutang dagang 250.000.000
HPP
175.000.000
Hasil penj eksp
250.000.000
pers brg dggan
175.000.000
Pers brg dggn
175.000.000
PPN masukan
17.500.000
utang dagang/kas
192.500.000
Piutang restitusi PPN
17.500.000
PPN masukan
17.500.000
102

Kasus 4
PT. Sejuk pada bulan Februari 2011 melakukan
penjualan BKP YTM seharga Rp750.000.000 .
Barang tersebut waktu diimpor dengan harga
Rp500.000.000 (PPnBM 20%):
DPP
750.000.000
PPN
75.000.000
jumlah
825.000.000

103

Jurnal
Persediaan
PPN Masukan
Kas/bank

600.000.000
50.000.000

Piutang dagang
Hasil penjualan
PPN Keluaran

825.000.000

PPN keluaran
PPN Masukan
kas /bank

650.000.000

750.000.000
75.000.000
75.000.000

50.000.000
25.000.000
104

Harga Perolehan

105

HUBUNGAN ISTIMEWA
(Pasal 18 (4) UU PPh / Pasal 2 (2) UU PPN /
Pasal 9 (1) P3B)

1. FAKTOR KEPEMILIKAN ATAU PENYERTAAN LANGSUNG ATAU


TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA
PENGUSAHA LAINNYA, ATAU HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA
DENGAN PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH

2. FAKTOR PENGUASAAN MELALUI MANAJEMEN


ATAU PENGGUNAAN TEKNOLOGI

3. FAKTOR HUBUNGAN KELUARGA, SEDARAH DAN SEMENDA


DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT DAN
KESAMPING SATU DERAJAT

12/21/2013

106

CONTOH FAKTOR
KEPEMILIKAN / PENYERTAAN
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

PENYERTAAN
LANGSUNG (PL)

PT A

PT D

> 25 %

P
L
P
T
L

> 50 %

PT B
P
L

P
T
L
P
T
L

> 50 %

PT C
12/21/2013

PTL = PENYERTAAN TIDAK LANGSUNG

107

CONTOH FAKTOR
PENGUASAAN MANAJEMEN
DAN TEKNOLOGI
(DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA)

APABILA LEBIH DARI SATU ATAU BEBERAPA


PERUSAHAAN BERADA DI BAWAH PENGUASAAN
PENGUSAHA YANG SAMA DALAM BIDANG
MANAGEMEN DAN TEKNOLOGI, MAKA DIANGGAP
ADA HUBUNGAN ISTIMEWA

CONTOH :
- PT. A SELAKU PERUSAHAAN REAL ESTAT
MENEMPATKAN TENAGA AHLI PEMASARANNYA PADA
PT. B YANG JUGA PERUSAHAAN REAL ESTAT.

- ANTARA PT. A DENGAN PT. B DIANGGAP TELAH


TERJADI HUBUNGAN ISTIMEWA
12/21/2013

108

HARGA PEROLEHAN
Harga perolehan atau harga penjualan :
tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau
diterima,
apabila terdapat hubungan istimewa adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima.
109

HARGA PEROLEHAN
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam
hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar.
Contoh:
Nilai sisa buku
Harga pasar

PT A
(Harta X)
Rp 10.000.000,00
Rp 20.000.000,00

PT B
(Harta Y)
Rp 12.000.000,00
Rp 20.000.000,00

110

HARGA PEROLEHAN
harga pasar harta yang dipertukarkan adalah Rp
20.000.000,00 merupakan nilai perolehan yang seharusnya
dikeluarkan atau nilai penjualan yang seharusnya diterima.

Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang
dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan
pajak.
PT A memperoleh keuntungan sebesarRp10.000.000,00
(Rp20.000.000,00 - Rp10.000.000,00)
PT B memperoleh keuntungan sebesar Rp8.000.000,00
(Rp20.000.000,00 - Rp12.000.000,00).
111

HARGA PEROLEHAN
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga
pasar, kecuali ditetapkan lainoleh Menteri Keuangan.
Contoh:
PT A danPT B melakukan peleburan dan membentuk badan baru, yaitu PT C. Nilai
sisa bukudan harga pasar harta dari kedua badan tersebut adalah sebagai berikut:

PT A
PT B
Nilai sisa buku Rp 200.000.000,00 Rp 300.000.000,00
Harga pasar Rp 300.000.000,00 Rp 450.000.000,00

112

HARGA PEROLEHAN
Pada dasarnya, penilaian harta adalah harga pasar dari
harta. Dengan demikian
o PT A mendapat keuntungan sebesar Rp100.000.000,00
(Rp300.000.000,00 - Rp200.000.000,00)
o PT B mendapat keuntungan sebesar Rp150.000.000,00
(Rp450.000.000,00 - Rp300.000.00,00
o PT C membukukan semua harta tersebut dengan jumlah
Rp750.000.000,00(Rp 300.000.000,00 + Rp
450.000.000,00).
113

pooling of interest
Menteri Keuangan diberi wewenang untuk
menetapkan nilai lain selain harga pasar, yaitu
atas dasar nilai sisa buku ("pooling of
interest").

Dalam hal demikian PT C membukukan


penerimaan harta dari PT Adan PT B tersebut
sebesar Rp 500.000.000,00 (Rp200.000.000,00
+ Rp 300.000.000,00).
114

HARGA PEROLEHAN
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan
dapat dipenuhi dengan setoran tunai atau pengalihan harta.
Contoh:
Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai
bukunya adalah Rp 25.000.000,00 kepada PT Y sebagai
pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai nominal
Rp20.000.000,00. Harga pasar mesin-mesin bubut tersebut
adalah Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT Y akan mencatat
mesin bubut tersebut sebagai aktiva dengan nilai Rp
40.000.000,00 dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan
penghasilan bagi PT Y.

115

HARGA PEROLEHAN
Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai
pasar harta, yaitu sebesar Rp 20.000.000,00
(Rp 40.000.000,00 - Rp 20.000.000,00)
dibukukan sebagai agio.
Bagi Wajib Pajak X selisih sebesar Rp
15.000.000,00 (Rp 40.000.000,00 -Rp
25.000.000,00) merupakan Objek Pajak.
116

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk


penghitungan HPP

dinilai berdasarkan harga perolehan yang


dilakukan secara rata-rata

mendahulukan persediaan yang diperoleh


pertama (FIFO)

117

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk


penghitungan HPP

Contoh:
1.Persediaan Awal 100 satuan @ Rp 9,00
2.Pembelian 100 satuan@ Rp 12,00
3.Pembelian 100 satuan@ Rp 11,25
4.Penjualan/dipakai 100satuan
5.Penjualan/dipakai 100satuan
118

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk


penghitungan HPP

No.

Penghitungan harga pokok penjualan dan nilai persediaan dengan menggunakan


cara rata-rata misalnya sebagai berikut:
Didapat

Dipakai

Sisa/Persediaan
100 @Rp 9.00 = Rp 900.00

100 @Rp12.00 = Rp1,200.00

200 @Rp10.50 = Rp2,100.00

100 @Rp11.25 = Rp1,125.00

300 @ Rp10.75= Rp3,225.00

100 @Rp10.75 = Rp1,075.00

200 @Rp10.75 = Rp2,150.00

100 @Rp10.75 = Rp1,075.00

100 @Rp10,75 = Rp1,075.00


119

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk


penghitungan HPP

Penghitungan harga pokok penjualandan nilai


persediaan dengan menggunakan cara FIFO
misalnya sebagai berikut:
No.

Didapat

Dipakai

Sisa/Persediaan
100 @Rp 9.00 = Rp 900.00

100 @Rp12.00 =Rp1,200.-

100 @Rp11.25 = Rp1,125

100 @Rp 9.00 = Rp 900.-

100 @Rp12.00 = Rp1,200.-

100 @Rp 9.00 = Rp 900.00


100 @Rp12.00 = Rp1.200.00
100 @Rp 9.00 = Rp 900.00
100 @Rp12.00 = Rp1,200.00
100 @Rp11.25 = Rp1,125.00
100 @Rp12.00 = Rp1,200.00
100 @Rp11.25 = Rp1,125.00
100 @Rp11.25 = Rp1,125.00
120

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk


penghitungan HPP

Sekali Wajib Pajak memilih salah satu cara penilaian


pemakaian persediaan untuk penghitungan harga
pokok tersebut, maka untuk tahun-tahun selanjutnya
harus digunakan cara yang sama.

121

DEPRESIASI & AMORTISASI

122

PENYUSUTAN
Penyusutan atas pengeluaran:
untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak
guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai,
yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun.
(Pasal 11 ayat (1) UU PPh )

123

DEPRESIASI
dilakukan :

1. Metode Garis Lurus


2. Metode Saldo Menurun

124

PENYUSUTAN lanjutan.
Kelompok Harta
Berwujud
I. Bukan bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
II. Bangunan
Permanen
Tidak Permanen

Masa
Garis Lurus Saldo Menurun
Manfaat

4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun

25%
12,5%
6,25%
5%

20 tahun
10 tahun

5%
10%

Daftar Kelompok
Harta (PMK no.
96/PMK.03.2009)

50%
25%
12,5%
10%

Untuk perusahaan
penanam modal
mekanisme penyusutan
mengacu pada PP 52 Tahun
125
2011

DEPRESIASI
Termasuk Kelompok I
1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku,
kursi, almari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin
fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner
dan sejenisnya.
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video
recorder, televisi dan sejenisnya.
4. Sepeda motor, sepeda dan becak.
5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang
bersangkutan.
6. Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman.
7. Dies, jigs, dan mould.
126

DEPRESIASI
Termasuk Kelompok II
1. Mabel dan peralatan dari logam temasuk meja,
bangku, kursi, almari dan sejenisnya yang bukan
merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk speed boat dan sejenisnya.
3. Container dan sejenisnya.

127

DEPRESIASI
Contoh penggunaan metode garis lurus:
Sebuah gedung yang harga perolehannya
Rp1.000.000.000,00 dan masa manfaatnya 20
tahun,

penyusutannya setiap tahun adalah sebesar


Rp1.000.000.000,00 x 5% = Rp50.000.000,00
128

DEPRESIASI
Contoh penggunaan metode saldo menurun:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada
bulan Januari 2009 dengan harga perolehan
sebesar Rp150.000.000,00 Masa manfaat dari
mesin tersebut adalah 4 tahun. penghitungan
penyusutannya adalah sebagai berikut.

129

DEPRESIASI
Tahun

Tarif

Penyusutan

Harga Perolehan

Nilai Sisa Buku


150.000.000,00

2009

50%

75.000.000,00

75.000.000,00

2010

50%

37.500.000,00

37.500.000,00

2011

50%

18.750.000,00

18.750.000,00

2012

Disusutkan sekaligus

18.750.000,00

130

AMORTISASI
Amortisasi atas pengeluaran :
untuk memperoleh harta tak berwujud (hak
cipta, hak paten, dan lainnya) dan pengeluaran
lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan
muhibah (goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun
yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
(Pasal 11A UU PPh )

131

AMORTISASI
dilakukan :
Metode Garis Lurus
Metode Saldo Menurun

132

Pengelompokan dan tarif AMORTISASI


Tarif Amortisasi
Kelompok Harta
Tak Berwujud

Masa
Manfaat

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4

4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun

(Pasal 11A ayat (2) UU PPh )

Garis
Lurus

Saldo
Menurun

25%
12,5%
6,25%
5%

50%
25%
12,5%
10%
133

AMORTISASI
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi
komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari
1 tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi
misalnya
biaya studi kelayakan
biaya produksi percobaan
tidak termasuk biaya-biaya operasional yang
sifatnya rutin,
134

REVALUASI AKTIVA TETAP

135

REVALUASI AKTIVA TETAP


Dasar Hukum :
Pasal 19 UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang PPh
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU Nomor 36 Tahun 2008
PMK Nomor 79/PMK.03/2008

136

REVALUASI AKTIVA TETAP

Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus


hak milik atau hak guna bangunan
Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang
terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara (3M)
penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
Tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan terakhir

137

REVALUASI AKTIVA TETAP


PELAKSANAAN

Dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai


wajar aktiva tetap tersebut
Dilaksanakan oleh perusahaan jasa penilai
atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari
Pemerintah.
138

PERLAKUAN PAJAK

Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva


tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
fiskal semula

dikenakan PPh yang bersifat final sebesar


10% (PPh Pasal 19).
139

REVALUASI AKTIVA TETAP


CONTOH
PT, Adil mempunyai aktiva tetap berupa
tanah seluas 500M yang diperoleh
pada tahun 1998 senilai Rp. 50Juta,
untuk kepentingan penambahan saham
pada tahun 2008 dilakukan revaluasi
atas aktiva tersebut menjadi senilai Rp.
500juta
140

REVALUASI AKTIVA TETAP


CONTOH

maka PPh Pasal 19 (Final) atas revaluasi


tersebut adalah :
(500 Juta 50 Juta) X 10%
= Rp. 45 Juta
141

PENGALIHAN AKTIVA REVALUASI SEBELUM BERAKHIR


MASA MANFAAT YANG BARU
dikenakan tambahan PPh yang bersifat final:
atas selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal
semula,
sebesar tarif tertinggi PPh Wajib Pajak badan dalam negeri yang
berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10% (sepuluh
persen)
Untuk pengalihan Aktiva Revaluasi
Aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) sebelum
berakhirnya masa manfaat yang baru
Aktiva tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan,
dan tanah sebelum lewat jangka waktu 10 (sepuluh) tahun

142

REVALUASI AKTIVA TETAP


Perbandingan PPh jika aktiva revaluasi di jual
dalam masa manfaat atau di jual langsung
tanpa revaluasi
NSBF

Revaluasi

Harga
Jual

100

300
0

400
400

PPh
PPh Jual
Revaluasi
(15%)
(10%)
20
30
0
0

PPh
Badan

Total PPh

25
75

75
75

143

ASPEK PAJAK LAIN YANG TERKAIT


Obyek PPh Badan
Selisih antara nilai pengalihan aktiva tetap perusahaan dengan nilai
sisa buku fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau
kerugian berdasarkan ketentuan UU PPh.
PPN Pasal 16D
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut
tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang
dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

144

Bunga Pinjaman

145

BUNGA PINJAMAN
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE - 46/PJ.4/1995
Bunga
yang
menjadi
beban
sehubungan dengan pinjaman uang
sepanjang
pinjaman
tersebut
digunakan usaha
146

BUNGA PINJAMAN
Contoh :
Tahun 2008 PT. Prima mendapat pinjaman dari Bank
Mandiri dengan batas maksimum Rp. 200 Jt dan tingkat
bunga pinjaman 20%
diambil pada Februari sebesar Rp. 125 Jt, Juni Rp. 25 Jt, dan
sisanya Rp. 50 Jt diambil pada Agustus 2008,
PT. Prima juga mempunyai dana yang ditempatkan dalam
bentuk deposito dengan saldo pada Februari Rp. 25 Jt, April
Rp. 46 Jt dan September Rp. 50 Jt
147

BUNGA PINJAMAN
Rata-rata Pinjaman
Pinjaman

Jan

Jangka

Jumlah

1 bulan

Feb s.d Mei

125.000.000

4 bulan

500.000.000

Jun s.d Jul

150.000.000

2 bulan

300.000.000

Agt s.d Des

200.000.000

5 bulan

1.000.000.000

Jumlah

1.800.000.000

Rata-rata pinjaman per bulan adalah


= 1.800.000.000 : 12 bulan
= 150.000.000
148

BUNGA PINJAMAN
Rata rata Deposito
Deposito
Jan

Jangka

Jumlah

1 bulan

Feb s.d Mar

25.000.000

2 bulan

50.000.000

Apr s.d Agt

46.000.000

5 bulan

230.000.000

Sept s.d Des

50.000.000

4 bulan

200.000.000

Jumlah

480.000.000

Sehingga rata-rata deposito per bulan


= 480.000.000 : 12
= 40.000.000
149

BUNGA PINJAMAN

Dari contoh tersebut, maka bunga yang dapat


dibebankan sebagai biaya
= 20% X (Rp. 150.000.000 Rp. 40.000.000)
= Rp. 22.000.000,-

150

Sewa Guna Usaha

151

SEWA GUNA USAHA (LEASING)


Ada 2 Jenis :
1. SGU tanpa Hak Opsi (Operating Lease)
2. SGU dengan Hak Opsi (Finance Lease)

152

SGU TANPA HAK OPSI


Kriteria :
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa sewa usaha
pertama tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang di-SGU-kan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor
2. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee

153

SGU TANPA HAK OPSI


Perlakuan Pajak bagi Pemilik Barang (Lessor)
1. Seluruh pembayaran sewa yang diterima
merupakan objek PPh Pasal 23 atau PPh
Pasal 4 Ayat (2)
2. Lessor berhak melakukan penyusutan atas
barang yang si SGU-kan
3. Lessor memungut PPN atas jasa sewa yang
diberikan
154

SGU TANPA HAK OPSI


Perlakuan Pajak Bagi Penyewa (Lessee)
1. Jumlah biaya sewa yang dibayar boleh
menjadi pengurang penghasilan
2. Lessee tidak boleh menyusutkan barang
modal karena barang masih milik lessor
3. Lessee memotong PPh Pasal 23 atau PPh
Pasal 4 ayat (2) atas pembayaran sewa
kepada lessor
155

SGU DENGAN HAK OPSI


Kriteria :
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU
pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal
harus menutup Harga Perolehan barang modal dan
keuntungan lessor
2. Masa SGU paling sedikit 2 tahun untuk gol 1, 3
tahun untuk gol 2 dan 3 serta 7 tahun untuk gol
bangunan
3. Perjanjian memuat mengenai ketentuan opsi bagi
lessee
156

SGU DENGAN HAK OPSI


Perlakuan Pajak bagi Lessor :
1. Penghasilan yang menjadi objek PPh adalah
pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok
2. Lessor tidak boleh melakukan penyusutan
3. Jasa pembiayaan SGU tidak terhutang PPN,
tetapi penyerahan barang kepada Lessee
terutang PPN
157

SGU DENGAN HAK OPSI


Perlakuan Pajak bagi Lessee
1. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan
2. Seluruh pembayaran leasing
(angsuran
pokok dan bunga) dapat diakui sebagai biaya
fiskal
3. Lessee tidak boleh memotong PPh Pasal 23
atas pembayaran kepada lessor
158

Kasus
Tanggal 1 Januari 2007 CV LESSEE mendapat sebuah truk
dengan memperoleh pembiayaan financial lease dari sebuah
perusahaan leasing PT LESSOR. Dalam kontrak dimuat
ketentuan sebagai berikut :
Nilai kontrak sebesar Rp 179.436.728
Masa leasing selama 5 tahun, yaitu sejak 1 Januari 2007
Pembayaran lease adalah Rp 50.000.000 pertahun, yg
harus dimulai 1 Januari 2007 (pada awal masa lease)
Keterangan tambahan
Masa manfaat ekonomis truk 8 tahun
Tingkat bunga 20%

159

Tabel
07
08
09
10
11

Hutang
Lease Payment
179.436.728
50.000.000
129.436.728
50.000.000
105.324.074
50.000.000
76.388.889
50.000.000
41.666.667
50.000.000
250.000.000

= Pokok
50.000.000
24.112.654
28.935.185
34.722.222
41.666.667
179.436.728

+ Bunga
25.887.346
21.064.815
15.277.778
8.333.333
70.563.272

160

01-01-07

01-01-07

31-12-07

01-01-08

31-12-08

01-01-09

31-12-09

01-01-10

31-12-10

Journal - Lesee

Truk Le a sing
Huta ng Le a sing
Huta ng Le a sing
Ka s

179.436.728
179.436.728
50.000.000
50.000.000

Bia ya pe nyusuta n Truk


22.429.591
Akumula si Pe nyusta n Truk

22.429.591

Huta ng Le a sing
Bia ya Bunga Le a sing
Ka s

50.000.000

24.112.654
25.887.346

Bia ya pe nyusuta n Truk


22.429.591
Akumula si Pe nyusta n Truk

22.429.591

Huta ng Le a sing
Bia ya Bunga Le a sing
Ka s

50.000.000

28.935.185
21.064.815

Bia ya pe nyusuta n Truk


22.429.591
Akumula si Pe nyusta n Truk

22.429.591

Huta ng Le a sing
Bia ya Bunga Le a sing
Ka s

50.000.000

34.722.222
15.277.778

Bia ya pe nyusuta n Truk


22.429.591
Akumula si Pe nyusta n Truk

22.429.591

161

Journal
01-01-11

31-12-11

31-12-12

31-12-13

31-12-14

Hutang Leasing
Biaya Bunga Leasing
Kas

41.666.667
8.333.333
50.000.000

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk

22.429.591

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk

22.429.591

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk

22.429.591

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk

22.429.591
162

Koreksi Fiskal
AKUNTANSI
01-01-07

01-01-07

31-12-07

01-01-08

31-12-08

01-01-09

31-12-09

Truk Leasing
Hutang Leasing
Hutang Leasing
Kas

179.436.728
50.000.000
50.000.000

50.000.000

22.429.591 +

22.429.591

25.887.346 -

24.112.654

22.429.591 +

22.429.591

21.064.815 -

28.935.185

22.429.591 +

22.429.591

50.000.000
-

22.429.591

24.112.654
25.887.346

50.000.000

50.000.000

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk
Hutang Leasing
Biaya Bunga Leasing
Kas

FISKAL

179.436.728

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk
Hutang Leasing
Biaya Bunga Leasing
Kas

KOREKSI

22.429.591

28.935.185
21.064.815

Biaya penyusutan Truk


22.429.591
Akumulasi Penyustan Truk

50.000.000

50.000.000

22.429.591

163

Selisih Kurs Valuta Asing

164

SELISIH KURS VALAS


Jenis Kurs :
1. Kurs Menteri Keuangan
2. Kurs Realisasi

3. Kurs Tengah Bank Indonesia


165

KURS MENTERI KEUANGAN


Digunakan untuk penghitungan :
1. Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN Impor, PPh
Pasal 22 sesuai dengan tanggal dokumen
Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
2. PPN dan PPnBM sesuai dengan tanggal Faktur Pajak
3. PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26 yang dibayar dalam
mata uang asing
4. Pajak pajak lain yang dibayar dengan mata uang
asing
166

KURS REALISASI

Digunakan untuk penghitungan nilai tukar


rupiah yang sebenarnya terjadi pada waktu
Wajib Pajak merupiahkan valuta asing atau
pada waktu wajib pajak membeli valuta
asing

167

KURS TENGAH BANK INDONESIA

Digunakan untuk wajib pajak ketika melakukan


pembukuan dengan mata uang rupiah untuk
membukukan transaksi transaksi yang nilainya
dalam mata uang asing.

168

SELISIH KURS VALAS

Perbedaan selisih kurs terjadi karena perbedaan


nilai tukar pada saat membukukan transaksi
dengan mata uang asing berbeda dengan nilai
tukar pada saat realisasi sehingga menimbulkan
laba/rugi selisih kurs

169

SELISIH KURS VALAS


PSAK mensyaratkan hutang piutang dalam valuta asing
pada akhir tahun harus dinyatakan dalam kurs per tanggal
31 Desember
Pajak memberikan pilihan bagi wajib pajak baik untuk
menyesuaikan nilai hutang piutang dalam valuta asing pada
akhir tahun berdasarkan Kurs BI maupun tidak, asalkan
dilaksanakan secara konsisten/taat asa
Apabila Wajib Pajak tidak menyesuaikan nilai hutang
piutang Valuta Asing sesuai Kurs pada akhir tahun maka
Wajib Pajak dianggap menggunakan sistem kurs tetap

170

SELISIH KURS VALAS


Contoh :
Tanggal 15 November 2008 PT. KLM mendapat
pinjaman USD 1.000.000,- dalam jangka waktu 2
tahun (Jatuh Tempo 14 November 2010)
Kurs Tengah BI

15 Nov 2008

Rp. 12.000,-

31 Des 2008

Rp. 11.000,-

31 Des 2009

Rp. 13.000,-

14 Nov 2010

Rp. 12.000,-

171

SELISIH KURS VALAS


Pembukuan Berdasar Kurs Tetap
Pembebanan selisih kurs dilakukan pada saat
terjadinya pembayaran utang Valas
Setiap akhir tahun (31 Des) tidak mengakui
adanya selisih Kurs
15 Nov 2008

Pembukuan Utang Valas

Rp. 12.000.000.000,-

14 Nov 2010

Pembayaran Utang Valas

Rp. 12.000.000.000,-

Selisih

RP. 0

Tidak Ada Rugi Selisih Kurs


172

SELISIH KURS VALAS


Pembukuan Berdasar Kurs Tengah BI
15 Nov 2008

Pembukuan Utang Valas

Rp. 12.000.000.000,-

31 Des 2008

Jumla h Utang Valas

Rp. 11.000.000.000,-

Laba Selisih Kurs

Rp. 1.000.000.000,-

1 Jan 2009

Jumlah Utang Valas

Rp. 11.000.000.000,-

31 Des 2009

Jumlah Utang Valas

Rp. 13.000.000.000,-

Rugi Selisih Kurs

(Rp. 2.000.000.000,-)

1 Jan 2010

Jumlah Utang Valas

Rp. 13.000.000.000,-

14 Nov 2010

Jumla h Utang Valas

Rp. 12.000.000.000,-

Laba Selisih Kurs

Rp. 1.000.000.000,-

173

Pajak Tangguhan

174

Pajak Tangguhan terjadi karena adanya perbedaan


temporer
perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang
sifatnya temporer.
secara keseluruhan beban atau pendapatan
akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama,
tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

175

Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau


koreksi negatif.
Koreksi positif adalah koreksi yang menyebabkan
penambahan laba fiskal yang akhirnya akan
menambah PPh terutang.
koreksi negatif merupakan koreksi yang
menyebabkan pengurangan laba fiskal sehingga PPh
terutang menjadi lebih kecil.

176

Mengingat sifatnya yang temporer, maka koreksi


positif saat ini akan mengakibatkan perusahaan
membayar pajak besar saat ini, tetapi akan
dikompensasi (dipulihkan) dengan penghematan
PPh terutang karena koreksi negatif di masa
datang. Demikian sebaliknya.

177

Transaksi akuntansi yang mengakibatkan perbedaan


temporer diantaranya:
perbedaan metode penyusutan antara akuntansi dengan
pajak,
perbedaan perlakuan penyertaan saham equity method
menurut akuntansi dengan cost method menurut pajak,
perbedaan pencadangan pesangon menurut PSAK No. 24
dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan
pesangon pada saat realisasinya,
perbedaan pencadangan piutang ragu-ragu menurut
akuntansi dengan perpajakan yang hanya mengakui
pembebanan piutang tak tertagih pada saat benar-benar
tidak tertagih,
178

Jurnal untuk mencatat Aset Pajak Tangguhan


Aset Pajak Tangguhan
Pendapatan Pajak Tangguhan

Beban Pajak Tangguhan


Kewajiban Pajak Tangguhan

179

Beban Penyusutan
AKTIVA TETAP
AKUNTANSI

FISKAL

Bangunan

Rp

562.500.000

Rp 1.125.000.000

Mesin

Rp 3.333.333.333

Rp 5.000.000.000

Kendaraan

Rp 1.500.000.000

Rp 1.875.000.000

Peralatan

Rp

500.000.000

Rp 625.000.000

Jumlah

Rp 5.895.833.333

Rp 8.625.000.000
180

Laba akuntansi

Rp 9.282.150.000

Koreksi fiskal
- penyusutan akuntansi

- penyusutan fiskal
Laba Fiskal

Pembulatan

Keterangan

Rp 5.895.833.333
Rp(8.625.000.000) +
Rp 6.552.983.333
Rp 6.552.983.000

Akuntansi

Fiskal

Laba

Rp 9.282.150.000 Rp 6.552.983.000

PPh Terutang (25%)

Rp 2.320.537.500 Rp 1.638.245.750
181

Taksiran Pajak Penghasilan


Jumlah Beban Pajak

Rp 2.320.537.500

Beban Pajak Kini

Rp 1.638.245.750

Beban Pajak Tangguhan

Rp

682.291.750

Jurnal
Beban Pajak Kini

Rp 1.638.245.750

Rp 1.638.245.750

Hutang PPh Pasal 29


Beban Pajak Tangguhan
Kewajiban Pjk Tangguhan

Rp

682.291.750
Rp 682.291.750

182

TERIMA KASIH

183

Das könnte Ihnen auch gefallen