Sie sind auf Seite 1von 53

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 23

DISUSUN OLEH

: KELOMPOK A4

TUTOR

: Dr dr K Yusuf Effendi SpOG(K)

Muhammad Aldo Giansyah

(04011381419144)

Vondy Holianto

(04011381419147)

Nindy Lagundry Putry

(04011381419151)

Rizky Vania Oka

(04011381419152)

Rurie Awalia Suhardi

(04011381419165)

Alberth Teddy Kasmarandi

(04011381419169)

M.Rifqi Ulwan Hamidin

(04011381419183)

Rafika Triasa

(04011381419186)

Anindya Riezkaa Baliera

(04011381419197)

Kang Yee Lea

(04011381419220)

Shivaraj Gobal

(04011381419226)

Jessica Jaclyn Ratnarajah

(04011381419224)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
blok 24 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas akhir dari proses tutorial yang telah kami lakukan
selama dua kali secara berkelompok di Fakultas Universitas Sriwijaya tahun 2016.
Laporan ini berisi hasil seluruh kegiatan tutorial blok 24 dengan membahas skenario
A. Di sini kami membahas sebuah kasus yang kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran. Dalam dinamika kelompok ini pula ditunjuk moderator serta notulis.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks
book, media internet.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor, dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Palembang, 19 Januari 2017


Penyusun

Kelompok Tutorial IV

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
SKENARIO A.......................................................................................................3
I. Klarifikasi Istilah................................................................................................4
II. Identifikasi Masalah..........................................................................................5
III. Analisis Masalah..............................................................................................6
IV. Sintesis Masalah..............................................................................................32
V. Kerangka Konsep..............................................................................................51
KESIMPULAN......................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................53

Skenario A Blok 24
Mrs. Melinda a pregnant woman (34 years old) came to the Public Health Centre with
complaints of malaise and dizzy. She is G(6) P(4) A(1) and 32 weeks gestational age.
In this pregnancy, she experiences poor dietary intake. She is a housewife and her
husband only a welder. They are a very poor family. The youngest child age is 2 years
old. You act as the doctor in the Public Health Centre and please analyse this case.
In the examination findings;
Upon admission:
Height: 155cm, Weight: 48kg
Sense: Compos Mentis
BP: 100/60 mmHg, HR: 96x/min RR: 20x/min
Palpebral Conjunctiva looks pale
Obstetrics Examination;
External Examination:
Normal presentation, FHR: 140x/min, There is no uterine contraction
Laboratory Examination:
Hb 8.6 g/dL, MCV 70fl, MCH 23pg, MCHC 29g/dL
Ferritin 12, TIBC 400, SI 260
Apusan darah tepi: Hipokromik Mikrositer

I. Klarifikasi Istilah
No
1.

Istilah
Malaise

Definisi
Perasaan tidak nyaman pada tubuh dan
kelelahan

2.

Dizzy

Pusing/Pening

3.

G(6) P(4) A(1)

(G)Gravidarum-menunjukkan jumlah
kehamilan yang dialami
(P)Para- menunjukkan jumlah anak yang telah
dilahirkan
(A)Abortus- menunjukkan jumlah keguguran

4.

32 weeks gestational age

Bulan ke-8 kehamilan (Trimester 3)

5.

Public Health Centre

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)

6.

Welder

Tukang tampal besi

7.

Palpebral Conjunctiva

Bagian dari lapisan tunika konjuctiva yang


membatasi kelopak mata

II. Identifikasi Masalah


No

Identifikasi masalah

Mrs. Melinda a pregnant woman (34 years old)


came to the Public Health Centre with

Problem

Concern

complaints of malaise and dizzy.


2

She is G(6) P(4) A(1) and 32 weeks gestational


age. The youngest child age is 2 years old.

In this pregnancy, she experiences poor dietary


intake. She is a housewife and her husband only
a welder. They are a very poor family.

Physical Examination

5.

Obstetrics Examination

6.

Laboratory Examination

III. Analisis Masalah


Analisis Masalah
1. Mrs. Melinda a pregnant woman (34 years old) came to the Public Health
Centre with complaints of malaise and dizzy.
a) Apakah hubungan usia dengan keluhan Mrs. Melinda?
Tidak ada, karena hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu
adalah kehamilan pada ibu berusia muda (kurang dari 20 tahun), serta
kehamilan pada usia terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
b) Apa penyebab terjadinya lemas dan pusing pada kasus?
Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering
berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih,
mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir, kelopak mata, dan kuku
pucat.
c) Bagaimana mekanisme terjadinya lemas dan pusing pada kasus?
Lemas dan pusing yang dialami Ny. Melinda pada kasus
mengindikasikan bahwa beliau menderita anemia defisiensi besi. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal salah satunya seperti tidak tercukupinya
kebutuhan besi pada ibu hamil tersebut. Awalnya cadangan besi yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pembentukan sel darah merah.
Lalu selanjutnya karena cadangan besi tersebut digunakan terus maka lamalama cadangan besi akan habis dan akan terjadi gangguan dalam pembentukan
sel darah merah. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan
zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah
merah baru yang sangat kecil (mikrositik). Dengan semakin memburuknya
keadaan kekurangan besi ini maka gejala gejala anemia akan muncul seperti
lemas dan pusing yang dimana ini juga dialami oleh Ny. Melinda.

2. She is G(6) P(4) A(1) and 32 weeks gestational age. The youngest child age is 2
years old.
a) Bagaimana jarak kehamilan yang direkomendasikan?
Jarak kehamilan yang ideal yang direkomendasikan oleh WHO adalah
2 hingga 5 tahun karena waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali
kondisi rahim ibu pasca melahirkan adalah sekitar 2-3 tahun. Selain itu,
dipertimbangkan juga dampak atau resiko yang ditimbulkan jika jarak
kehamilan dibawah 18 bulan baik untuk janin maupun untuk ibu, serta waktu
untuk menyusui juga tidak terganggu.
b) Apakah pengaruh riwayat kehamilan yang banyak dengan kesehatan
fetus saat ini?
(1) Pengertian Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau melahirkan
lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan yang
terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan perut
yang menggantung.
(2) Resiko Yang Akan Terjadi
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak anak (4 kali
melahirkan) adalah
(a) Kelainan letak, persalinan letak lintang
(b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
(c) Persalinan lama
(d) Perdarahan pasca persalinan
(3)
(a)
(b)
(c)
(d)

Alasan yang perlu diketahui adalah:


Dapat mengakibatkan terjadinya ganguan dalam kehamilan
Dapat menghambat proses perslainan, seperti kelainan letak
Tumbuh kembang anak kurang optimal
Menambah beban ekonomi keluarga.

c) Apa dampak jarak antar kehamilan yang terlalu dekat?


Pengaruh pada kesehatan ibu:
1) Meningkatkan risiko perdarahan dan kematian saat melahirkan
Penelitian menunjukkan bahwa jarak antar-kehamilan yang hanya kurang dari
12 bulan, dapat meningkatkan risiko kematian pada sang ibu. Selain itu,
penelitian juga menyebutkan bahwa kematian pada ibu dapat disebabkan
7

karena terjadi perdarahan pascapersalinan. Rahim ibu yang jarak


kehamilannya terlalu dekat belum siap untuk menampung dan menjadi tempat
tumbuh kembang janin yang baru.
Dikhawatirkan bahwa plasenta atau ari-ari dari kelahiran yang sebelumnya
belum meluruh atau mengelupas seluruhnya, dan hal tersebut akan
meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan yang baru. Selain itu,
menurut teori bahwa ibu yang proses kelahiran sebelumnya dengan cara
operasi sesar, masih terdapat plasenta yang melekat pada diding rahim bagian
bawah dan dapat menutupi leher rahim ibu. Hal ini dapat menimbulkan radang
saluran genital, menyebabkan proses kelahiran sulit dilakukan, dan
menimbulkan perdarahan.
2) Ibu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif pada anak
Jarak kehamilan yang dekat tidak memberikan kesempatan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Padahal, ASI eksklusif merupakan
makanan yang paling baik untuk bayi yang baru lahir. Selain karena mudah
dalam mencerna ASI, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mendapatkan zat
gizi mikro maupun makro yang cukup sesuai kebutuhan. Berdasarkan berbagai
penelitian, ASI juga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak dan membuat
kekebalan tubuh anak lebih kuat.
Risiko yang terjadi pada janin:
1) Kelahiran mati atau kecacatan
Kelahiran mati dapat terjadi akibat rahim dan fungsi tubuh ibu yang belum
siap untuk menunjang kehidupan janin yang baru. Ketika janin yang baru
tumbuh dan berkembang, tubuh tidak dapat memberikan pasokan makanan
dan mempersiapkan kebutuhan janin secara maksimal. Oleh karena itu, terjadi
kelahiran kematian. Kecacatan serta pertumbuhan dan perkembangan janin
yang tidak optimal juga dapat disebabkan karena hal tersebut.
2) Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur
4 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat lahir prematur. Penelitian yang
dilaporkan dalam Journal of The American Medical Association mengatakan
bahwa ibu yang sudah hamil kembali setelah 6 bulan kelahiran meningkatkan
40% risiko melahirkan anak prematur dan meningkatkan 61% risiko anak lahir
dengan berat badan yang rendah.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa jarak kehamilan yang dekat tidak


memberikan ibu cukup waktu untuk pulih dari stress fisik yang terjadi akibat
kehamilan sebelumnya, Misalnya kehamilan akan menguras dan
menghabiskan zat gizi yang ada di dalam tubuh ibu karena berbagi dengan
janin, seperti zat besi, dan asam folat. Maka ketika ibu mengalami kehamilan
berikutnya dengan jarak yang dekat, akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin karena tidak dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.
d) Apakah pengaruh riwayat abortus dengan kesehatan fetus saat ini?
Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan
berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil
kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yang
lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan
meningkatkan resiko berat badan lahir rendah (BBLR), (Cunningham, 2005).
e) Bagaimana pertumbuhan normal pada janin kehamilan minggu ke-32?
Selama dua bulan terakhir, janin memperoleh kontur yang membulat
karena adanya endapan lemak di bawah kulit. Menjelang akhir kehidupan
dalam rahim, kulit dibungkus oleh zat lemak keputih-putihan (verniks
kaseosa), yang terbentuk dari produk-produk sekresi kelenjar sebum. Ketika
janin berusia 28 minggu, ia dapat bertahan hidup meskipun susah payah.
Pada akhir bulan kesembilan, kepala telah mendapatkan ukuran-ukuran
lingkar terbesar pada semua bagian tubuh, suatu hal yang penting berkenaan
dengan lewat tidaknya janin melalui jalan lahir. Pada saat lahir, berat badan
janin 3000-3400 g, PPB-nya kira-kira 36 cm, dan PPT kira-kira 50 cm. Ciriciri seksnya jelas sekali, dan testis seharusnya sudah ada di dalam skrotum.
f) Apakah pengaruh dietary intake yang rendah terhadap keluhan yang
dialami Mrs.Melinda?
Pengaruh asupan makan yang rendah terhadap keluhan yang dialami
Mrs. Melinda salah satunya dapat menyebabkan anemia, dapat disebabkan
oleh defisiensi besi, asam folat atau vitamin b12. Efek anemia bagi ibu dan
janin bervariasi dari ringan sampai berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah
dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin.
Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen
9

janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian
juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu dan dua
dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya waktu
partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post partum, rentan
infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g
persen.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian ibu saat
persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam
kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan
anemia pada bayi yang dilahirkan.

g) Bagaimana cara menilai usia kehamilan?


Menentukan usia kehamilan :

10

Gambar 6-7: Gambaran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Dikonversikan dengan


Usia Kehamilan (UK)

Keterangan:
Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis
Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan

pusat
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara

Prosesus Xipoideus dan pusat


Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus

Xipoideus
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
Prosesus Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara
dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

3. In this pregnancy, she experiences poor dietary intake. She is a housewife and
her husband only a welder. They are a very poor family.
11

a) Bagaimana pengaruh sosioekonomi dengan kasus Mrs. Melinda?


Sosioekonomi berpengaruh pada asupan nutrisi Mrs. Melinda, yang
mana ibu hamil membutuhkan asupan nutrisi yang lebih dari orang yang tidak
hamil baik untuk dirinya serta janinnya. Nutrisi yang cukup dapat diperoleh
dari makanan yang beraneka ragam, kemungkinan besar Mrs. Melinda tidak
mampu untuk memperoleh makanan yang beraneka ragam seperti daging yang
kaya akan zat besi, dll. Pengonsumsian nutrisi yang tidak cukup dapat
mengganggu kesehatan ibu serta pertumbuhan janin.
b) Apakah pengaruh dietary intake yang rendah terhadap keluhan yang
dialami Mrs.Melinda?
Kurangnya asupan nutrisi yang dimana pada kasus ini adalah
kurangnya asupan fe dapat berakibat pada terganggunya proses pembentukan
Hb pada eritropoesis, Hb itu sendiri berfungsi untuk mengikat Oksigen untuk
dibawa ke jaringan yang nantinya akan digunakan untuk proses metabolisme
sel.
Kurangnya asupan Fe disertai peningkatan kebutuhan Fe penggunaan
cadangan besi meningkat Cadangan Fe dalam tubuh habis penyedian Fe
untuk proses eritropoesis terganggu Hb menurun O2 tubuh berkurang
malaise (lemas) dan dizzy.
c) Bagaimana asupan nutrisi yang seharusnya dikonsumsi ibu hamil pada
trimester ke-3?
Anjuran jumlah porsi makanan memenuhi gizi seimbang ibu hamil:
Bahan Makanan

12

Nasi
Sayuran
Buah
Tempe
Daging
Susu
Minyak
Gula
P = porsi
1 p nasi = 100gr (3/4 gelas)
1 p sayuran = 100gr (1 gelas)
1 p buah = 50gr (1 buah)
1 p tempe = 50gr (2 potong sedang)

Ibu Hamil (2000 + 285


kkal)
5p+1p
3p
4p
3p
3p
+1 p
5p
2p

1 p daging = 50gr (1 potong sedang)

Jumlah unsur-unsur gizi yang dianjurkan selama hamil: kalori 2500 kal, protein 80 g,
garan kapur 7,8 g, ferum 18 mg, vitamin A 4000 Kl, vitamin B12 1,2 mg, vitamin C
25 mg (Moehi Sjahmien, 1988). Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada
waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang zat-zat penting yang diperlukan oleh
seorang ibu hamil:
a. Energi
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan
350 kkal selama trimester II dan III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal perhari
b. Protein
Pada kehamilan diperlukan protein untuk pertumbuhan fetus, plasenta, uterus
dan pertumbuhan kelenjar mammae serta penambahan volume darah.
Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%. Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan sekitar 925 g yang tertimbun
dalam jaringan ibu, janin dan plasenta. National Academy of Sciences
mematok angka sekitar 30 gram, sementara Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi V 1993 menagnjurkan penambahan 12 gr/hari. Bahan pangan yang
dijadikan sumber sebaiknya 2/3-nya merupakan bahan pangan yang bernilai
biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil
olahannya.
c. Zat Besi
Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel
darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu
13

ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan
oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe
ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg
untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Selama kehamilan 4 bulan pertama tidak perlu ditambah karena akan
memperberat mual dan muntah. Kehamilan 2 minggu dibutuhkan 7 mg/hari
zat besi dari makanan dan penambahan garam ferro kira-kira 30 mg/hariuntuk
keperluan pada kehamilan,melindungi simpanan besi dalam badan dan
keperluan pada masa laktasi. Pada keadaan anemia kekurangan zat besi perlu
tambahan besi 200 mg/hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
Sumber zat besi makanan antara lain hati, kuning telur, daging, kacangkacangan dan sayur berdaun hijau. Kekurangan zat besi akan menyebabkan
terjadinya anemia gizi besi yang ditandai dengan gejala pucat, lemah, letih,
lesu, penglihatan berkunang. Pada ibu hamil yang kekurangan zat besi akan
mempunyai resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah serta
perdarahan

sebelum

dan

saat

persalinan.

d. Asam Folat
Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau
pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang belakang
dibentuk pada hari pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian
suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya
suplementasi ialah 280, 660, dan 470 mikrogram per hari, masing-masing
pada trimester I, II, III. Jenis makanan yang mengandung asam folat antara
lain

ragi,

hati,

sayuran

berdaun

hijau,

kacang-

kacangan. Sumber lain ialah hati, daging, jeruk, telur.


e. Kalsium
Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastic sampai 5%
ketimbang wanita tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium
sebanyak

30

g,

dengan

kecepatan

7,

110,

dan

350 mg masing-

masing pada trimester I, II, III. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari
bagi wanita hamil yang berusia di atas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk
mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil
14

olahannya seperti whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, udang, sarang
burung, sarden dalam kaleng.
f. Kobalamin (Vitamin B12)
Vitamin ini sangat penting dalam pembentukan RBC. Anemia pernisiosa
biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan,
melainkan oleh ketiadaan factor intrinsic yaitu sekresi gaster, yang diperlukan
oleh penyerapan B12. gejala anemia ini meliputi rasa letih dan lemah yang
hebat, diare, depresi, mengantuk, mudah tersinggung serta pucat. Bersama
asam folat, vitamin ini menyintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel.
Vitamin B12 penting sekali bagi pertumbuhkembangan normal RBC, dan
keberfungsian sel-sel sumsum tulang, system persarafan, dan saluran cerna.
Tubuh dapat menyimpan B12 di hati dalam jumlah yang adekuat untuk
persediaan

selama

tahun.

Itulah

sebabnya

mengapa

defisiensi berat jarang terjadi.


Pangan sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan (terutama tuna), kerang,
daging, unggas, susu, keju. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 mikrogram
sehari. Sebutir telur mengandung 1 mikrogram, secangkir susu menyimpan 1
mikrogram; 85 gram daging babi mengandung 2 mikrogram asam folat.
g. Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme
kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada
bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, osteomalasia pada ibu. Insidensi
dapat ditekan dalam pemberian 10 mikrogram (400 IU) per hari.
h. Yodium
Kekurangan yodium selama kehamilan mengakibatkan janin menderita
hipotiroidisme, yang selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme. Anjuran
asuhan per hari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 g (Food and
Nutrition Board of the National Academy of Scient\ces in the United State),
dalam

bentuk

beryodium, pemberian minyak beryodium per oral atau injeksi.


d) Bagaimana dampak asupan zat besi yang rendah pada janin?
15

garam

Asupan zat besi yang rendah pada ibu hamil secara terus menerus
dapat menyebabkan ibu tersebut menderita anemia defisiensi besi. Terdapat
beberapa dampak dari kehamilan yang disertai dengan anemia. Dampak
tersebut dapat ditujukan baik kepada ibu ataupun janin. Beberapa dampak
kehamilan yang disertai anemia terhadap janin adalah terjadinya partus
prematur, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
asfiksia intrapartum hingga kematian.

4. Physical Examination
a) Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus?
Hasil Pemeriksaan Fisik
Height: 155cm

Normal
BMI: 18.5-25

Interprestasi
Underweight

Weight: 48kg
BMI: 19.97
Sensorium: Kompos Mentis
Kompos Mentis
Tekanan
darah:
100/60 110-140/80-90

Normal
Hipotensi

mmHg
Heart Rate 96x/min
Respiration Rate: 20x/min
Palpebral Konjungtiva: Pucat

Normal
Normal
Tidak Normal

mmHg
80-120x/min
16-24x/min
Tidak pucat

a) Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik pada kasus?


BMI : (BB/ [tinggi badan (m)] 2
: 48 / (1,55)2
: 48 / 2,4025
: 19.97 (Underweight)
Underweight karena kekurangan asupan nutrisi yang tidak memenuhi butuhan
ibu maupun janin.

16

Kesadaran: Compos Mentis (normal)


BP: 100/ 60 mmHg (Hipotensi)
HR: 96 x /mnt (Normal)
RR: 20 x /menit (Normal)

Konjugtiva Palpebra Pucat:


Kurangnya asupan Fe disertai peningkatan kebutuhan Fe penggunaan cadangan
besi meningkat Cadangan Fe dalam tubuh habis penyedian Fe untuk proses
eritropoesis terganggu Hb menurun Konjugtiva palpebra pucat.

17

b) Bagaimana pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil per
trimester?
Berikut perkiraan kenaikan berat badan ibu hamil yang normal menurut IMT:

IMT di bawah 18,5 (berat badan di bawah normal), maka disarankan untuk
menaikkan bobot sekitar 12,7 18,1 kg.

IMT sekitar 18,522,9 (berat badan normal), maka disarankan untuk


menaikkan bobot sekitar 11,3 15,9 kg.

IMT di atas sekitar 23 (kelebihan berat badan), maka disarankan untuk


menaikkan bobot sekitar 6,8 11,3 kg.

IMT di atas 25 (obesitas), maka disarankan untuk menaikkan bobot sekitar 5,0
9,1 kg.

Diperkirakan, kenaikan berat badan pada trimester pertama berkisar antara 0,5 2 kg.
Setelah itu, berat badan diperkirakan bertambah tiap minggunya pada trimester kedua
dan ketiga sekitar 0,4 0,59 kg (untuk berat badan di bawah normal), 0,36 0,45 kg
(untuk berat badan normal), 0,23 0,32 kg (untuk berat badan berlebih), dan 0,18
0,27 kg (untuk berat badan obesitas).

5. Obstetrics Examination;
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetrics pada kasus?
Semua hasil pemeriksaan obstetrik berada dalam batas normal.
b) Bagaimana cara pemeriksaan FHR?
Alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan detak jantung janin adalah
sebagai berikut:
Stetoskop Laennec
Salah satu alat yang dirancang khusus untuk mendengarkan detak jantung
secara manual, hanya saja baru dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22
minggu.Cara pemeriksaan dengan menggunakan ini memiliki kekurangan
yaitu baru dapat bekerja pada usia kehamilan memasuki 4 bulan.
Adapun cara pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop leanec yaitu ibu
hamil dapat berbaring dengan posisi telentang kemydian pemeriksaaan dengan
18

menggunakan leopold untuk menentukan posisi punggung janin. Sedangkan


untuk meletakan stetoskop sendiri pada daerah sekitar punggung janin dan
mulai menghitung detak jantung janin, hasilnya dicatat untuk mengetahui
gambaran kondisi janin.
Ultrasonografi
Selanjutnya adalah dengan menggunakan USG yang memberikan manfaat
untuk dunia kedokteran dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang
menggunakan gelombang suara kemudian hasilnya akan ditampilkan dalam
bentuk gambar di dalam monitor.
Jenis pemeriksaan USG dapat dibagi menjadi empat bagian.Pertama adalah
USG dengan menggunakan 2 dimensi, dengan menghasilkan gambar dua
bidang yaitu melintang dan memanjang. Kualitas gambar yang baik dan juha
memberikan kondisi gambaran janin dilayar.Sedangkan pemeriksaan USG 3
dimensi mendapatkan tambahan dari USG sebelumnya,yaitu adanya gambar
tampilan yang mirip dengan aslinya.Permukaan suatu benda dapat dilihat
dengan jelas dan posisi janin berada.Hal ini karena hasil dapat
memperlihatkan posisi janin dalam beberapa sisi.
Selanjutnya adalah USG dengan menggunakan 4 dimensi. Kondisi ini
sama dengan USG 3 dimensi hanya saja dapat menghasilkan gambar
bergerak ,sehingga gambar statis dan sementara pada USG 4 dimensi dapat
bergerak jadi lebih jelas dan dapat membayangkan dengan langsung kondisi
janin di dalam rahim anda. Terakhir adalah USG doppler yaitu mengutamakan
pengukuran aliran darah yang terutama dari aliran tali pusat.Dengan
menggunakan alat ini dapat diketahui keadaan dan pertumbuhan janin yang
sesua dengan usia janin. Penilaian dengan alat ini dapat meliputi gerakan
janin, tonus, cairan ketuban,reaktivitas denyut jantung janin dan juga saat tepat
ketika dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan denyut jantung dengan menggunakan alat ultrasonografi dapat
dilakukan pada trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga dengan
fungsi dan manfaat yang berbeda.Pada trimester pertama dapat memastikan
tanda pasti kehamilan, mengetahui keadaan janin, jumlah janin,lokasi hamil
dan juga tanda kehamilan. Bahkan dapat mengetahui keadaan rahim dan juga
organ disekitarnya. Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan
selaput lendir dan sebagainya.

19

Sedangkan pada trimester kedua dapat mengetahui penapisan secara


menyerluruh, mengukur panjang serviks dan menentukan lokasi plasenta.
Terakhir pada trimester akhir yang dapat menilai kesejahteraan janin,
mengukur biometri janin dan melihat serta menentukan posisi janin dan tali
pusat serta menilai posisi plasenta.
Deteksi Jantung Menggunakan NST
Untuk mengetahui denyut jantung selanjutnya adalah dengan pemeriksaan
janin dengan menggunakan kardiotokografi pada usia kehamilan kurang lebih
32 minggu. Pemeriksaan ini juga berhubungan dengan perubahan pada denyut
jantung dan juga gerakan janin yang mampu membantu dalam persiapan
persalinan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah dengan menilai gambaran detak
jantung janin dan aktivitas janin. Bahkan dapat membantu dalam menilai
gerakan aktivitas normal sesuai respon.Adapun cara menilai dan melakukan
persiapan test ini adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan pada saat pagi hari setelah sarapan.Sedangkan
prosedurnya sendiri dimana ibu hamil tidur santai dalam kondisi miring 45
derajat kekiri. Kemudian tekanan darah diukur dalam 10 menit sekali,dipasang
kardio dan juga tokodinamometer.Kemudian frekuensi jantung dicatat dan
pemantauan dilakukan selama 30 menit.Pemeriksaan ini dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual. Hasil akan dibagi
berdasarkan dari catatan pengamatan yang dilakukan yaitu reaktif, tidak
reaktif dan juga sinusoidal.Sedangkan untuk hasil pemeriksaan NST yang
abnormal apabila ditemukan terjadinya bradikardi atau deselerasi 40 atau
baseline dimana detak jantung janin 90 dpm yang lamanya 60 detik bahkan
lebih.
Pemeriksaan Menggunakan Alat Doppler
Detak jantung janin juga dapat diketahui berdasarkan fetal doppler yaitu
alat yang digunakan dalam menentukan detak jantung janin pada ibu hamil
dengan menggunakan sensor ultrasound dengan frekunsi yang dapat
mendeteksi detak jantung janin dan memberikan manfaat sesuai dengan yang
dipancarkan oleh sensor ultrasound.
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan doppler diantaranya adalah doppler
dan jelly. Sedangkan untuk langkah-langkah pemeriksaan diantaranya adalah
dengan membaringkan ibu hamil dengan posisi telentang dan memberikan
jelly pada doppler yang digunakan. Bahkan dapat menempelkan doppler pada
20

perut ibu hamil di daerah punggung janin. Kemudian meletakan jantung janin
dengan mendengar detak jantung janin kurang lebih selama satu
menit.Selanjutnya dilanjutkan dengan mengetahui detak jantun janin dan
memberikan hasil dari pemeriksaan.
Apabila ditemukan hasil dalam detak jantung janin yang terdengar atau
tidak adanya pergerakan bayi maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit untuk
dapat mendapatkan keteranngan penyebab dari kondisi yang dialami oleh
pasien.
Dengan demikian pemeriksaan detak jantung janin sangat penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan janin di dalam kandungan.Hanya saja untuk
menentukan usia kehamilan dengan metode detak jantung janin mengalami
kesulitan karena detak jantung janin baru dapat terdeteksi pada kehamilan
memasuki usia 4 bulan bahkan lebih setiap individu mengalami perbedaan.

6. Laboratory Examination:
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium pada kasus?
Keterangan

Nilai normal

Pada kasus

Interpretasi

Hb

11-13,5 g/dL

8,6 g/dL

menurun

MCV

80-94 fl

70 fl

menurun

MCH

27-34 pg

23 pg

menurun

MCHC

32-37 g/dl

29 g/dl

menurun

Hipokrom

Tidak normal

Peripheral

blood Normokrom

smear

normositik

mikrositik

Ferritin

13-400

12

menurun

TIBC

112-346

400

meningkat

SI

61-157

260

meningkat

b) Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan laboratorium


pada kasus?
Hb 6,8 g/dL: Menurun

21

Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb Hb
MCV = 70 fl: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb proses eritropoeisis terganggu MCV
MCH = 23 pg: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb MCH
MCHC = 29 gr/dL: Menurun
Mrs Melinda hamilkebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake Fe
penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb proses eritropoeisis terganggu
pembentukan heme menurun konsentrasi hemoglobin dalam 1 sel eritrosit
menurun MCHC
Darah feritin 12: Menurun
Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya
sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada
anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin
serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan
feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut,
misalnya pada inflamasi.
TIBC 400; Meningkat
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe zat besi dalam sirkulasi berkurang TIBC meningkat
SI 260: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe zat besi dalam sirkulasi berkurang Fe serum
Blood smear hipocrom micrositer
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe MCH MCV MCHC Gambaran anemia hipokrom mikrositer
Hipotesa
Mrs.Melinda, wanita berumur 32 tahun datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan lemas dan pusing diduga menderita Anemia Defiensi Besi (ADB) ec
kekurangan asupan nutrisi.
22

1. Diagnosis Klinis
Anemia Defisiensi Besi ec kekurangan asupan nutrisi.
2. Diagnosis Banding
Anemia

Anemia akibat

thalassemia

Anemia

defisiensi besi

penyakit

Derajat

Ringan

kronik
Ringan

Ringan

Ringan sampai berat

anemia
MCV
MCH
TIBC
Saturasi

sampai berat
menurun
menurun
meningkat
menurun

Menurun/N
Menurun/N
menurun
Menurun/N

menurun
menurun
N/menurun
meningkat

Menurun/N
Menurun/N
Normal/N
meningakat

tranferin
Besi sumsum

negatif

positi

Positif kuat

positif

tulang
Protoporfirin

meningkat

meningkat

eritrosit
Feritin serum
Elektroforesis

meningkat
N

N
N

meningkat
meningkat

meningkat
N

Hb
Besi serum

menurun

menurun

N/meningkat

N/ meningkat

sideroblastik

3. Epidemiologi
1. Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%,
sedangkan di amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil
di Indonesia.
2. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan
anemia dalam kehamilan.
3. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi
besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
4. Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan
baik di negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada
kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
4. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi

23

a. Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama berasal dari sumber


hewani.
b. Kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan,
asatumbuh kembang serta pada penyakit infeksi (malaria dan penyakit kronis
lainnyamisalnya TBC).
c. Kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang
berlebihan, sering melahirkan dan infeksi cacing.
d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan
penyerapan dari makanan.
Faktor resiko
Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil
yang berumur 20 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang
tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan
ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.

Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko
1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas
rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,
ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan
sebagainya.Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan
untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil
KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK
24

denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan


protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan
kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu
hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina,
2003).
Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh
agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar
Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang
rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan
tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,
pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi
cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil
sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya
meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak
berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus,
pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.
Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat
kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada
kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh
serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006). Penyakit yang diderita ibu hamil sangat
menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang
berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila
plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin
tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit
infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang
disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit
tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan
kematian janin 30% (Bahar, 2006).
Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata
jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih
banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai
25

waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke


kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko
terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih.
Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di
derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah
pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan
dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat
social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk
(2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan
rendah.
5. Patogenesis/Patofisiologi
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini
disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan
pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat
jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke
kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko
terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih.
Akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandungnya.
Menurut Ammarudin (2004) resiko untuk menderita anemia berat
dengan ibu hamil dengan jarak kurang dari 24 bulan dan 24 - 35 bulan sebesar
1,5 kali dibandingkan ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih dari 36 bulan.
Hal ini dikarenakan terlalu dekat jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap
kesiapan organ reproduksi ibu.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol,
ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit
dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-

26

kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular,


lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
Berkurangnya hemoglobin menyebabkan gejala-gejala umum seperti
keletihan, palpitasi, pucat, tinitus, dan mata berkunang-kunang disamping itu
juga dijurnpai gejala tambahan yang diduga disebabkan oleh kekurangan
enzim sitokrom, sitikrom C oksidase dan hemeritin dalam jaringan-jaringan,
yang bersifat khas seperti pusing kepala, parastesia, ujung jari dingin, atropi
papil lidah.

7. Pemeriksaan Penunjang(Gold Standar)


Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC (Total iron binding capacity)
saturasi trasferin, protoporfin eritrosit, feritin serum, receptor transferin, asupan
darah tepi dan gold standarnya aspirasi sumsum tulang.
8. Tatalaksana(Farmako & Non- Farmakologi)
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah
dengan pemberian preparat besi: fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
gr% per bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%.
Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat
intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan
yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di
Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas
ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya.
Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein
dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
(Sasparyana, 2010; Wiknjosastro 2005). Mengkonsumsi pangan lebih banyak
dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang kacangan, protein hewani,
terutama hati.Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti

27

jeruk, tomat, mangga dan lainlain yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi.

9. Komplikasi
Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim seperti:

Abortus
kematian intrauterine
persalinan prematuritas
berat badan lahir rendah(BBLR)
kelahiran dengan anemia
dapat terjadi cacat bawaan
bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan
inteligensia rendah

10. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi
ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan
banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam
kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat
menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi
tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang
baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.
11. Pencegahan
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan tinggi sebaiknya setiap
wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrous, cukup 1 tablet sehari
sebelum makan diberikan bersama vitamin C. Selain itu, wanita dinasehatkan
pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
banyak mineral serta vitamin.
12. SKDI
Tingkat kemampuan 4: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter. Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani masalah ini secara
mandiri hingga tuntas.

28

IV. Sintesis Masalah


1. ADB pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada
trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah
merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi
berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Penyebab anemia pada ibu hamil
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit penyakit kronik (Mochtar,
2004). Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama
kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan
bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan
volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa
hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun
29

bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan


bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri
secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus
bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia
tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini
lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula,
sehingga tekanan darah tidak naik (Wiknjosastro, 2005 ).
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma
meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai
hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat
besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi
dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma
dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada
trimester kedua ( Smith et al., 2010 ).
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur reproduksi
yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun
dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia
< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada
saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan
Wahyuddin, 2004).
Pemeriksaan Antenatal adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai
dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama
kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada
30

trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia pada ibu dapat
dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya
selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Namun dalam penelitian
Amirrudin dan Wahyuddin ( 2004 ) menyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai
risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan
terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas
rendah ( Djamilus dan Herlina, 2008)
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal
ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat
gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung ( Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2004). Jarak kelahiran mempunyai
risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia ( Amirrudin dan
Wahyuddin, 2004)
Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan
biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).
Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh
terutama disumsum tulang.
Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
Stadium 4

31

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan


mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang
sangat kecil (Mikrositik).
Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu hamil
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah
selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida
Lubis, 2003).
Gejala anemia pada ibu hamil
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah
dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis
dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna
memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro,
2005).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap:
awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di
hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang
diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada
pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 30 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas,
cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak
mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).
Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya
kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia
pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu
hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr%,
32

Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%, Anemia berat
: Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,
namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap
cara cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit
masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap
trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan
trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah, 2009 ).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa
intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal,
shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi
yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin
(Anonim,tt). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian
ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan
his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakantindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
33

vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan
zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum
(oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
per9bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%.
Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat
intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan
yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di
Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas
ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu
perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral serta vitamin (Sasparyana, 2010 ;
Wiknjosastro 2005).
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe
atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume
darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat
besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan
hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g, minimal
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh
atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya ( Depkes RI, 2009).
Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe selama ibu hamil dapat diperhitungkan
34

untuk peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr,
pertumbuhan darah janin 100 mgr.
Sloan et al. ( 1992) ; cook & Redy ( 1996), dan Yp ( 1996) dalam Galegos
(2000) membuktikan bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan kadar
hemoglobin selama kehamilan. Sedangkan Brien et al. ( 1999) menyatakan
dengan suplemen Fe dibuktikan serum feritin lebih meningkat secara
signifikan disamping itu serum besi lebih tinggi ditemukan pada kelompok
pemberian Fe dibandingkan kelompok kontrol.

35

2. Fisiologi kehamilan
FISIOLOGI KEHAMILAN TRIMESTER III
Perjalanan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 Trimester yaitu :
- Trimester I
: Umur kehamilan 0 16 minggu
- Trimester II
: Umur kehamilan 16 28 minggu
- Trimester III
: Umur kehamilan 28 40 minggu
Pada dasawarsa terakhir ini sudah jarang disebutkan dengan tegas tentang
pembagian trimester ini karena sesuai dengan perkembangan ilmu kebidanan
dan ilmu-ilmu yang menyangkut reproduksi manusia maka pembagian ini
justru lebih diarahkan pada saat-saat masa kritis pada kehamilan mulai ada.
Pembagian ini dimulai sejak dari pembuahan sampai pada kehamilan tersebut
cukup bulan (lebih dari 37 minggu) untuk kemudian siap dilahirkan, dibagi
menjadi 2 tahap :
- Tahap Embrio
: umur kehamilan 0 7 minggu
Tahap ini dibagi 2 yaitu :
Masa pranidasi
Masa post nidasi
- Tahap fetus / janin : umur kehamilan 8 38 minggu.
Pada tahap embrio pranidasi dimulai sejak masa sel telur dikeluarkan
kemudian dibuahi oleh sel spermatozoa menjadi zigot..
Pada tahap embrio post nidasi ini merupakan tahap embrio yang sebenarnya
dimana berlangsung setelah nidasi terjadi sampai akhir minggu ke 8
kehamilan. Pada tahap ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat karena
jumlah sel sudah berekbmagn secara berganda dan jaringan kemudian akan
terbentuk menjadi 3 jaringan dsar pertumbuhan yaitu jaringan ektoderm,
jaringan mesoderm dan jaringan endoderm. Jaringan-jaringan ini kemudian
akan tumbuh menjadi organ-organ tubuh janin secara bertahap dan pada akhir
minggu ke 8 dikatakan janin sudah terbentuk.
Tahapan dari minggu ke 3 samapai pada akhir minggu ke 8 merupakan masa
pertumbuhan organ yang sangat penting dan sangat kritis disebut dengan tahap
organogenesis. Bila ibu hamil pada saat tersebut menderita sakit tertentu maka
akan mengalami ganggunan pertumbuhan dan dapat menyebasbkan cacat
bawaan yang tampak setelah janin dilahirkan sering pula disebut adanya
pengaruh obat-obat tertentu yang akan menyebabkan perubahan pada janin,
obat-obat tersebut dikenal dengan golongan obat teratogenik misal Tetrasiklin
36

yang dapat menyebabkan gigi menjadi kecoklatan, obat Thalidomid yang


dapat menyebabkan pertumbuhan anggota gerak yang tidak sempurna.
Pada tahap fetus / janin merupakan tahap pertumbuhan yang sifatnya
penyermpuranaan dari organ-organ tubuh yang terbentuk sebelumnya.
Pada bulan ke 3 kehamilan ditandai dengan mulainya aktivitas fungsi syaraf
dan otak. Refleks seluruh badan sudah mulai timbul. Kedua ginjal sudah mulai
bersekresi mengeluarkan urin yang diekskresikan ke kandung kemi janin dan
dikeluarkan ke kantong ketuban. Diferensiasi alat genetalia luar telah tampak
dan jenis kelamin bayipun telah dapat dikenali laki-laki atau perempuan.
Penentuan jenis kelamin sendiri sudah terjadi sat terjadinya pembuahan
tergantung jenis kromosom apa yang membuahi sel telur pada saat itu. Mata,
hidung, telinga, palatum sudah menyatu dan mulai berfungsi. Paru-paru,
kelenjar tiroid, pankreas dan kandung empedu sudah mulai bekerja pada akhir
bulan ke 3 dan telah berintegrasi dengan sistim saraf.
Selanjutnya fetus yang panjangnya sudah mencapai 75 mm ini relatif menjadi
lebih tahan terhadap pengaruh obat teratogenik. Pertumbuhan selanjutnya
lebih cenderung ke arah pembesaran janin pada masing-masing organ tubuh
sesuai pula dengan pembentukan plasenta yang hampir sempurna
pembentukannya.
Tinggi puncak rahim sekitar 3 jari di atas pertemuan tulang kemaluan kanan
kiri dengan berat badan ibu sudah mulai bertambah sekitar 500 gram per
minggu.
Pada akhir minggu ke 16 fetus mempunyai panjang kepala pantat
(CRL=Crown Rump Length) lebih kurang 120 mm dengan berat sekitar 110
gram. Pertumbuhan dan kehidupan janin sudah lebih banyak dipengaruhi oleh
sirkulasi fetomaternal melalui plasenta. Baik buruknya janin sejak saat itu
lebih banyak dipengaruhi oleh faal plasenta sesuai dengan tugasnyas ebagai
penghubung antara ibu dan janin. Tinggi puncak rahim sudah mencapai
pertengahan tulang kemaluan ke pusat. Ibu mulai merasakan adanya gerakan
janin seperti suatu getaran kasar (kedut) yang berlangsung secra cepat dah
hilang timbul.
Pada akhir minggu ke 20 janin telah tumbuh lebih besar lagi dan panjang janin
sekitar 200 mm dengan berat badan janin mendekati atau telah mencapai 500
gram. Kulit janin sudah mulai tampak lanugo dan vernix caseosa. Tinggi
37

puncak rahim sudah mencapai 3 jari dibawah pusat. Ibu sudah mulai
merasakan gerakan janin dengan jelas.
Pada akhir minggu ke 24 panjang janin mencapai 25 cm dengan berat badan
sekitar 640 gram. Sudah mulai ada lapisan lemak sehingga mulai tampak
berisi, kepala sudah membesar dengan pertumbuhan alis dan bulu mata. Tinggi
puncak rahim sudah disekitar pusat. Gerakan janin dirasakan semakin nyata
seperti ada suatu sentakan / tendangan kaki janin.
Pada akhir minggu ke 28 janin dapat mencapai berat 110 gram walau
dibeberapa tempat masih keliatan keriput, kulit janin sudah banyak dilapisi
oleh vernix caseosa. Pupil mata sudah mulai berfungsi, pada saat ini dikatakan
bahwa janin sudah siap untuk hidup di dunia luar dengan perawatan khusus.
Tinggi puncak rahim sudah mencapai 3 jari diatas pusat. Mulai saat ini tubuh
ibu sudah terjadi perubahan sirkulasi darah yang ada dimana terjadi
pengenceran secara bertahap sehingga akan terjadi penurunan kadar darah
(hemoglobin) secara fisiologis. Bila ibu hamil tidak dipacu untuk
memproduksi sel darah merah / hemoglobin dengan mencukupi kebutuhan
gizinya secara umum dan zat besi secara khusus maka terjadi anemia akan
berlanjut dan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan janin dan
penyusunan kekuatan ibu pada saat persalinan nanti.
Pada akhir minggu ke 32 janin akan mencapai panjang 38 cm dengan berat
badan janin sudah mencapai 1800 gram. Dibandingkan dengan bulan
sebelumnya penambahan berat badan janin di sini berlangsung dengan cepat.
Tinggi puncak rahim sudah mencapai pertengahan pusat ke ujung bawah
tulang dada. Gerakan janin semakin kuat, ibu hamil kadang-kadang merasakan
gerakan janin ini seperti mendesak (nendang) ke arah ulu hati / sekat rongga
dada.
Pada akhir minggu ke 36 panjang janin sudah sekitar 48 cm dengan berat
badan janin sudah mencapai sekitar 2500 gram. Wajah janin sekarang sudah
tidak keriput lagi. Seluruh organ semestinya sudah berfungsi dengan baik bila
bayi ini kemudian dilahirkan. Tinggi puncak rahim merupakan puncak
tertinggi selama kehamilan yaitu setinggi 3 jari dibwah ujung tulang dada.
Perasaan fisik ibu sudah mencapai tahap yang paling banyak memberikan
keluhan antara lain pinggang yang terasa sakit, banyak mengeluarkan keringat
38

dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Kenaikan berat badan ibu mulai
berkurang sehingga kenaikan berat badan per minggu perlu disesuaikan
dengan taksiran berat badan janin yang dikandungnya. Pengaturan diit ibu
hamil mungkin sudah diperlukan disini.
Pada akhir kehamilan (sekitar 40 minggu) janin sudah tumbuh sempuran
dengan wajah janin yang cakap dan badan janin sudah penuh berisi. Berat
badan janin sekitar 2700 3300 gram. Tinggi fundus uteri justru turun sekit
oleh karena adanya penurunan kepala janin yang akan mulai masuk ke rongga
panggul. Ibu sudah tidak berselera makan karena makan sedikit saja terasanya
sudah penuh. Banyak mengeluarkan keringat dan sekali waktu disertai rasa
sakit pada rahim karena kontraksi atau hit palsu yang sudah sering terjadi.

3. Embriologi(Perkembangan janin pada Trimester ke-3)


PEMBUAHAN
Pembuahan (Konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu
sel telur dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan
bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi.
Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang
berbentuk corong , yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. Jika tidak terjadi
pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui
vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur
yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan
tumbuh menjadi embrio (bakal janin). Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel
telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda,
biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. Kembar identik
terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2
sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari 1 sel telur. Pada
39

saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga
sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke
ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi
tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur
yang telah dibuahi).
IMPLANTASI & PERKEMBANGAN PLASENTA
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada
tempatnya tertanam. Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian
depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel,
kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding
blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian
luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari). Plasenta
menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin
perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi
pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke 9-10. Dinding blastosis
merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). Lapisan
dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion.
Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk
membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya. Tonjolan
kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim
dan membentuk percabangan seperti susunan pohon. Susunan ini menyebabkan
penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu
lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu.
Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi
plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya
mencapai 500 gram.
PERKEMBANGAN EMBRIO
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
40

darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta. Organ-organ terbentuk


sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali
otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester
pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan
organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obatobatan atau virus. Karena itu
seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi
obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi
kesehatannya. Pemberian obatobatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi
harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim
pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang
digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan
yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah
memenuhi seluruh rahim).

MENENTUKAN USIA KEHAMILAN


Secara konvensional, kehamilan dihitung dalam minggu, dimulai dari hari pertama
menstruasi terakhir. Ovulasi biasanya terjadi 2 minggu sesudah menstruasi dan
pembuahan biasanya terjadi segera setelah ovulasi, karena itu secara kasar usia
embrio adalah 2 minggu lebih muda daripada jumlah minggu yang secara tradisional
dipakai untuk menyatakan usia kehamilan. Dengan kata lain, seorang wanita yang
hamil 4 minggu sedang mengandung embrio yang berumur 2 minggu. Jika
menstruasinya tidak teratur, maka perbedaan yang pasti bisa lebih atau kurang dari 2
minggu. Untuk praktisnya, jika seorang wanita menstruasinya terlambat 2 minggu,
dikatakan telah hamil 6 minggu. Kehamilan berlangsung rata-rata selama 266 hari (38
minggu) dari masa pembuahan atau 280 hari (40 minggu) dari hari pertama
menstruasi. Untuk menentukan tanggal perkiraan persalinan bisa dilakukan
perhitungan berikut:
- tanggal menstruasi terakhir ditambah 7
- bulan menstruasi terakhir dikurangi 3
41

- tahun menstruasi terakhir ditambah 1.


Hanya 10% wanita hamil yang melahirkan tepat pada tanggal perkiraan persalinan,
50% melahirkan dalam waktu 1 minggu dan hampir 90% yang melahirkan dalam
waktu 2 minggu sebelum atau setelah tanggal perkiraan persalinan. Persalinan dalam
waktu 2 minggu sebelum maupun sesudah perkiraan persalinan masih dianggap
normal. Kehamilan terbagi menjadi periode 3 bulanan, yang disebut sebagai:
- Trimester pertama (minggu 1-12)
- Trimester kedua (minggu 13-24)
- Trimester ketiga (minggu 25-persalinan).

42

43

44

45

46

47

48

V. Kerangka Konsep
Mrs. Melinda 34 tahun
G6P4A1
Usia anak terakhir 2
tahun

Jarak
kehamilan
<2 tahun

Kondisi rahim
ibu belum pulih
sempurna

Riwayat
abortus

Cadangan Fe
ibu masih
rendah

Sosioekonomi
rendah

Dietary intake

Riwayat
kelahiran anak
banyak

Semakin banyak
cadangan Fe yang
terkuras untuk janinjaninnya

Asupan nutrisi
(terurama Fe)

Saat hamil
kebutuhan Fe

Absorbsi Fe

Ferritin
1,5x resiko
anemia berat
Anemia

Sintesis Hb

Aliran darah ke
perifer

Transport O2
ke jaringan

Konjungtiva
pucat

Lemas

49

Pusing

Kemampuan
metabolisme
tubuh ibu

MCV & MCH

Gambaran darah
tepi hipokrom
mikrositer

KESIMPULAN
Mrs.Melinda, wanita berumur 32 tahun datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan lemas dan pusing diduga menderita Anemia Defiensi Besi (ADB) ec
kekurangan asupan nutrisi.

50

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulmuthalib. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B., Rachimhadhi,
T., Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Ed.
4, Cet. 2.Jakarta : PT Bina Pustaka; 2009: 774-780.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendations to Prevent and
Control Iron Deficiency in the United States. Morb Mortal Wkly Rep; 1998: 47:
1-36.
3. Amirudin, Wahyuddin. 2004. Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia. 2007 Jurnal
Medical UNHAS
4. Wiranti H. Anemia Defisiensi Besi (Fe) Pada Kehamilan. Departemen Obstetri
Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit
Moehammad Hoesin Palembang; 2006
5. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7. Jakarta EGC; 2005
6. Ilmu kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta:2009
7. Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans].
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
8. Sukrat B. and Sirichotiyakul S. The prevalence and causes of anemia during
pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J. Med. Assoc. Thai 2006;
89(Suppl 4):S142-146
9. Broek van den NR, Letsky EA. Etiology of anemia in pregnancy in south Malawi.
Am. J. Clin. Nutr. 2000; 72(1):247S-256S.
10. Hinderaker SG, Olsen BE, Lie RT, et al. Anemia in pregnancy in rural Tanzania:
associations with micronutrients status and infections. Eur. J. Clin. Nutr. 2002;
56(3):192-199.

51

11. . Ahmed F, Khan MR, Jackson AA. Concomitant Supplemental Vitamin A


Enhances the Response to Weekly Supplemental Iron and Folic Acid in Anemic
Teenagers In Urban Bangladesh. Am. J. Clin. Nutr. 2001; 74(1):108-11

52

Das könnte Ihnen auch gefallen