Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKENARIO A BLOK 23
DISUSUN OLEH
: KELOMPOK A4
TUTOR
(04011381419144)
Vondy Holianto
(04011381419147)
(04011381419151)
(04011381419152)
(04011381419165)
(04011381419169)
(04011381419183)
Rafika Triasa
(04011381419186)
(04011381419197)
(04011381419220)
Shivaraj Gobal
(04011381419226)
(04011381419224)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
blok 24 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas akhir dari proses tutorial yang telah kami lakukan
selama dua kali secara berkelompok di Fakultas Universitas Sriwijaya tahun 2016.
Laporan ini berisi hasil seluruh kegiatan tutorial blok 24 dengan membahas skenario
A. Di sini kami membahas sebuah kasus yang kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran. Dalam dinamika kelompok ini pula ditunjuk moderator serta notulis.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks
book, media internet.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor, dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Kelompok Tutorial IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
SKENARIO A.......................................................................................................3
I. Klarifikasi Istilah................................................................................................4
II. Identifikasi Masalah..........................................................................................5
III. Analisis Masalah..............................................................................................6
IV. Sintesis Masalah..............................................................................................32
V. Kerangka Konsep..............................................................................................51
KESIMPULAN......................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................53
Skenario A Blok 24
Mrs. Melinda a pregnant woman (34 years old) came to the Public Health Centre with
complaints of malaise and dizzy. She is G(6) P(4) A(1) and 32 weeks gestational age.
In this pregnancy, she experiences poor dietary intake. She is a housewife and her
husband only a welder. They are a very poor family. The youngest child age is 2 years
old. You act as the doctor in the Public Health Centre and please analyse this case.
In the examination findings;
Upon admission:
Height: 155cm, Weight: 48kg
Sense: Compos Mentis
BP: 100/60 mmHg, HR: 96x/min RR: 20x/min
Palpebral Conjunctiva looks pale
Obstetrics Examination;
External Examination:
Normal presentation, FHR: 140x/min, There is no uterine contraction
Laboratory Examination:
Hb 8.6 g/dL, MCV 70fl, MCH 23pg, MCHC 29g/dL
Ferritin 12, TIBC 400, SI 260
Apusan darah tepi: Hipokromik Mikrositer
I. Klarifikasi Istilah
No
1.
Istilah
Malaise
Definisi
Perasaan tidak nyaman pada tubuh dan
kelelahan
2.
Dizzy
Pusing/Pening
3.
(G)Gravidarum-menunjukkan jumlah
kehamilan yang dialami
(P)Para- menunjukkan jumlah anak yang telah
dilahirkan
(A)Abortus- menunjukkan jumlah keguguran
4.
5.
6.
Welder
7.
Palpebral Conjunctiva
Identifikasi masalah
Problem
Concern
Physical Examination
5.
Obstetrics Examination
6.
Laboratory Examination
2. She is G(6) P(4) A(1) and 32 weeks gestational age. The youngest child age is 2
years old.
a) Bagaimana jarak kehamilan yang direkomendasikan?
Jarak kehamilan yang ideal yang direkomendasikan oleh WHO adalah
2 hingga 5 tahun karena waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali
kondisi rahim ibu pasca melahirkan adalah sekitar 2-3 tahun. Selain itu,
dipertimbangkan juga dampak atau resiko yang ditimbulkan jika jarak
kehamilan dibawah 18 bulan baik untuk janin maupun untuk ibu, serta waktu
untuk menyusui juga tidak terganggu.
b) Apakah pengaruh riwayat kehamilan yang banyak dengan kesehatan
fetus saat ini?
(1) Pengertian Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau melahirkan
lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan yang
terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan perut
yang menggantung.
(2) Resiko Yang Akan Terjadi
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak anak (4 kali
melahirkan) adalah
(a) Kelainan letak, persalinan letak lintang
(b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
(c) Persalinan lama
(d) Perdarahan pasca persalinan
(3)
(a)
(b)
(c)
(d)
janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian
juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu dan dua
dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya waktu
partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post partum, rentan
infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g
persen.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok bahkan kematian ibu saat
persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam
kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan
anemia pada bayi yang dilahirkan.
10
Keterangan:
Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis
Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan
pusat
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
Xipoideus
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
Prosesus Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara
dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
3. In this pregnancy, she experiences poor dietary intake. She is a housewife and
her husband only a welder. They are a very poor family.
11
12
Nasi
Sayuran
Buah
Tempe
Daging
Susu
Minyak
Gula
P = porsi
1 p nasi = 100gr (3/4 gelas)
1 p sayuran = 100gr (1 gelas)
1 p buah = 50gr (1 buah)
1 p tempe = 50gr (2 potong sedang)
Jumlah unsur-unsur gizi yang dianjurkan selama hamil: kalori 2500 kal, protein 80 g,
garan kapur 7,8 g, ferum 18 mg, vitamin A 4000 Kl, vitamin B12 1,2 mg, vitamin C
25 mg (Moehi Sjahmien, 1988). Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada
waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang zat-zat penting yang diperlukan oleh
seorang ibu hamil:
a. Energi
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan
350 kkal selama trimester II dan III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal perhari
b. Protein
Pada kehamilan diperlukan protein untuk pertumbuhan fetus, plasenta, uterus
dan pertumbuhan kelenjar mammae serta penambahan volume darah.
Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%. Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan sekitar 925 g yang tertimbun
dalam jaringan ibu, janin dan plasenta. National Academy of Sciences
mematok angka sekitar 30 gram, sementara Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi V 1993 menagnjurkan penambahan 12 gr/hari. Bahan pangan yang
dijadikan sumber sebaiknya 2/3-nya merupakan bahan pangan yang bernilai
biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil
olahannya.
c. Zat Besi
Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel
darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu
13
ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan
oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe
ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg
untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Selama kehamilan 4 bulan pertama tidak perlu ditambah karena akan
memperberat mual dan muntah. Kehamilan 2 minggu dibutuhkan 7 mg/hari
zat besi dari makanan dan penambahan garam ferro kira-kira 30 mg/hariuntuk
keperluan pada kehamilan,melindungi simpanan besi dalam badan dan
keperluan pada masa laktasi. Pada keadaan anemia kekurangan zat besi perlu
tambahan besi 200 mg/hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
Sumber zat besi makanan antara lain hati, kuning telur, daging, kacangkacangan dan sayur berdaun hijau. Kekurangan zat besi akan menyebabkan
terjadinya anemia gizi besi yang ditandai dengan gejala pucat, lemah, letih,
lesu, penglihatan berkunang. Pada ibu hamil yang kekurangan zat besi akan
mempunyai resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah serta
perdarahan
sebelum
dan
saat
persalinan.
d. Asam Folat
Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau
pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang belakang
dibentuk pada hari pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian
suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya
suplementasi ialah 280, 660, dan 470 mikrogram per hari, masing-masing
pada trimester I, II, III. Jenis makanan yang mengandung asam folat antara
lain
ragi,
hati,
sayuran
berdaun
hijau,
kacang-
30
g,
dengan
kecepatan
7,
110,
dan
350 mg masing-
masing pada trimester I, II, III. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari
bagi wanita hamil yang berusia di atas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk
mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil
14
olahannya seperti whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, udang, sarang
burung, sarden dalam kaleng.
f. Kobalamin (Vitamin B12)
Vitamin ini sangat penting dalam pembentukan RBC. Anemia pernisiosa
biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan,
melainkan oleh ketiadaan factor intrinsic yaitu sekresi gaster, yang diperlukan
oleh penyerapan B12. gejala anemia ini meliputi rasa letih dan lemah yang
hebat, diare, depresi, mengantuk, mudah tersinggung serta pucat. Bersama
asam folat, vitamin ini menyintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel.
Vitamin B12 penting sekali bagi pertumbuhkembangan normal RBC, dan
keberfungsian sel-sel sumsum tulang, system persarafan, dan saluran cerna.
Tubuh dapat menyimpan B12 di hati dalam jumlah yang adekuat untuk
persediaan
selama
tahun.
Itulah
sebabnya
mengapa
bentuk
garam
Asupan zat besi yang rendah pada ibu hamil secara terus menerus
dapat menyebabkan ibu tersebut menderita anemia defisiensi besi. Terdapat
beberapa dampak dari kehamilan yang disertai dengan anemia. Dampak
tersebut dapat ditujukan baik kepada ibu ataupun janin. Beberapa dampak
kehamilan yang disertai anemia terhadap janin adalah terjadinya partus
prematur, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
asfiksia intrapartum hingga kematian.
4. Physical Examination
a) Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus?
Hasil Pemeriksaan Fisik
Height: 155cm
Normal
BMI: 18.5-25
Interprestasi
Underweight
Weight: 48kg
BMI: 19.97
Sensorium: Kompos Mentis
Kompos Mentis
Tekanan
darah:
100/60 110-140/80-90
Normal
Hipotensi
mmHg
Heart Rate 96x/min
Respiration Rate: 20x/min
Palpebral Konjungtiva: Pucat
Normal
Normal
Tidak Normal
mmHg
80-120x/min
16-24x/min
Tidak pucat
16
17
b) Bagaimana pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil per
trimester?
Berikut perkiraan kenaikan berat badan ibu hamil yang normal menurut IMT:
IMT di bawah 18,5 (berat badan di bawah normal), maka disarankan untuk
menaikkan bobot sekitar 12,7 18,1 kg.
IMT di atas 25 (obesitas), maka disarankan untuk menaikkan bobot sekitar 5,0
9,1 kg.
Diperkirakan, kenaikan berat badan pada trimester pertama berkisar antara 0,5 2 kg.
Setelah itu, berat badan diperkirakan bertambah tiap minggunya pada trimester kedua
dan ketiga sekitar 0,4 0,59 kg (untuk berat badan di bawah normal), 0,36 0,45 kg
(untuk berat badan normal), 0,23 0,32 kg (untuk berat badan berlebih), dan 0,18
0,27 kg (untuk berat badan obesitas).
5. Obstetrics Examination;
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetrics pada kasus?
Semua hasil pemeriksaan obstetrik berada dalam batas normal.
b) Bagaimana cara pemeriksaan FHR?
Alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan detak jantung janin adalah
sebagai berikut:
Stetoskop Laennec
Salah satu alat yang dirancang khusus untuk mendengarkan detak jantung
secara manual, hanya saja baru dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22
minggu.Cara pemeriksaan dengan menggunakan ini memiliki kekurangan
yaitu baru dapat bekerja pada usia kehamilan memasuki 4 bulan.
Adapun cara pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop leanec yaitu ibu
hamil dapat berbaring dengan posisi telentang kemydian pemeriksaaan dengan
18
19
perut ibu hamil di daerah punggung janin. Kemudian meletakan jantung janin
dengan mendengar detak jantung janin kurang lebih selama satu
menit.Selanjutnya dilanjutkan dengan mengetahui detak jantun janin dan
memberikan hasil dari pemeriksaan.
Apabila ditemukan hasil dalam detak jantung janin yang terdengar atau
tidak adanya pergerakan bayi maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit untuk
dapat mendapatkan keteranngan penyebab dari kondisi yang dialami oleh
pasien.
Dengan demikian pemeriksaan detak jantung janin sangat penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan janin di dalam kandungan.Hanya saja untuk
menentukan usia kehamilan dengan metode detak jantung janin mengalami
kesulitan karena detak jantung janin baru dapat terdeteksi pada kehamilan
memasuki usia 4 bulan bahkan lebih setiap individu mengalami perbedaan.
6. Laboratory Examination:
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium pada kasus?
Keterangan
Nilai normal
Pada kasus
Interpretasi
Hb
11-13,5 g/dL
8,6 g/dL
menurun
MCV
80-94 fl
70 fl
menurun
MCH
27-34 pg
23 pg
menurun
MCHC
32-37 g/dl
29 g/dl
menurun
Hipokrom
Tidak normal
Peripheral
blood Normokrom
smear
normositik
mikrositik
Ferritin
13-400
12
menurun
TIBC
112-346
400
meningkat
SI
61-157
260
meningkat
21
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb Hb
MCV = 70 fl: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb proses eritropoeisis terganggu MCV
MCH = 23 pg: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb MCH
MCHC = 29 gr/dL: Menurun
Mrs Melinda hamilkebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake Fe
penurunan kadar besi dalam darah berkurangnya cadangan besi
terganggunya pembentukan Hb proses eritropoeisis terganggu
pembentukan heme menurun konsentrasi hemoglobin dalam 1 sel eritrosit
menurun MCHC
Darah feritin 12: Menurun
Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya
sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada
anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin
serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan
feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut,
misalnya pada inflamasi.
TIBC 400; Meningkat
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe zat besi dalam sirkulasi berkurang TIBC meningkat
SI 260: Menurun
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe zat besi dalam sirkulasi berkurang Fe serum
Blood smear hipocrom micrositer
Mrs Melinda hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi diet intake intake
Fe MCH MCV MCHC Gambaran anemia hipokrom mikrositer
Hipotesa
Mrs.Melinda, wanita berumur 32 tahun datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan lemas dan pusing diduga menderita Anemia Defiensi Besi (ADB) ec
kekurangan asupan nutrisi.
22
1. Diagnosis Klinis
Anemia Defisiensi Besi ec kekurangan asupan nutrisi.
2. Diagnosis Banding
Anemia
Anemia akibat
thalassemia
Anemia
defisiensi besi
penyakit
Derajat
Ringan
kronik
Ringan
Ringan
anemia
MCV
MCH
TIBC
Saturasi
sampai berat
menurun
menurun
meningkat
menurun
Menurun/N
Menurun/N
menurun
Menurun/N
menurun
menurun
N/menurun
meningkat
Menurun/N
Menurun/N
Normal/N
meningakat
tranferin
Besi sumsum
negatif
positi
Positif kuat
positif
tulang
Protoporfirin
meningkat
meningkat
eritrosit
Feritin serum
Elektroforesis
meningkat
N
N
N
meningkat
meningkat
meningkat
N
Hb
Besi serum
menurun
menurun
N/meningkat
N/ meningkat
sideroblastik
3. Epidemiologi
1. Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%,
sedangkan di amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil
di Indonesia.
2. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan
anemia dalam kehamilan.
3. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi
besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
4. Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan
baik di negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada
kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
4. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi
23
Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko
1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas
rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,
ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan
sebagainya.Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan
untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil
KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK
24
26
27
jeruk, tomat, mangga dan lainlain yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi.
9. Komplikasi
Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim seperti:
Abortus
kematian intrauterine
persalinan prematuritas
berat badan lahir rendah(BBLR)
kelahiran dengan anemia
dapat terjadi cacat bawaan
bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan
inteligensia rendah
10. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi
ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan
banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam
kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat
menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi
tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang
baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.
11. Pencegahan
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan tinggi sebaiknya setiap
wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrous, cukup 1 tablet sehari
sebelum makan diberikan bersama vitamin C. Selain itu, wanita dinasehatkan
pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
banyak mineral serta vitamin.
12. SKDI
Tingkat kemampuan 4: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter. Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani masalah ini secara
mandiri hingga tuntas.
28
trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia pada ibu dapat
dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya
selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Namun dalam penelitian
Amirrudin dan Wahyuddin ( 2004 ) menyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai
risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan
terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas
rendah ( Djamilus dan Herlina, 2008)
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal
ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat
gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung ( Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2004). Jarak kelahiran mempunyai
risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia ( Amirrudin dan
Wahyuddin, 2004)
Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan
biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).
Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh
terutama disumsum tulang.
Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
Stadium 4
31
Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%, Anemia berat
: Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,
namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap
cara cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit
masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap
trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan
trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah, 2009 ).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa
intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal,
shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi
yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin
(Anonim,tt). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian
ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan
his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakantindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
33
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan
zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum
(oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
per9bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%.
Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat
intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan
yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di
Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas
ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu
perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral serta vitamin (Sasparyana, 2010 ;
Wiknjosastro 2005).
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe
atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume
darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat
besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan
hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g, minimal
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh
atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya ( Depkes RI, 2009).
Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe selama ibu hamil dapat diperhitungkan
34
untuk peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr,
pertumbuhan darah janin 100 mgr.
Sloan et al. ( 1992) ; cook & Redy ( 1996), dan Yp ( 1996) dalam Galegos
(2000) membuktikan bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan kadar
hemoglobin selama kehamilan. Sedangkan Brien et al. ( 1999) menyatakan
dengan suplemen Fe dibuktikan serum feritin lebih meningkat secara
signifikan disamping itu serum besi lebih tinggi ditemukan pada kelompok
pemberian Fe dibandingkan kelompok kontrol.
35
2. Fisiologi kehamilan
FISIOLOGI KEHAMILAN TRIMESTER III
Perjalanan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 Trimester yaitu :
- Trimester I
: Umur kehamilan 0 16 minggu
- Trimester II
: Umur kehamilan 16 28 minggu
- Trimester III
: Umur kehamilan 28 40 minggu
Pada dasawarsa terakhir ini sudah jarang disebutkan dengan tegas tentang
pembagian trimester ini karena sesuai dengan perkembangan ilmu kebidanan
dan ilmu-ilmu yang menyangkut reproduksi manusia maka pembagian ini
justru lebih diarahkan pada saat-saat masa kritis pada kehamilan mulai ada.
Pembagian ini dimulai sejak dari pembuahan sampai pada kehamilan tersebut
cukup bulan (lebih dari 37 minggu) untuk kemudian siap dilahirkan, dibagi
menjadi 2 tahap :
- Tahap Embrio
: umur kehamilan 0 7 minggu
Tahap ini dibagi 2 yaitu :
Masa pranidasi
Masa post nidasi
- Tahap fetus / janin : umur kehamilan 8 38 minggu.
Pada tahap embrio pranidasi dimulai sejak masa sel telur dikeluarkan
kemudian dibuahi oleh sel spermatozoa menjadi zigot..
Pada tahap embrio post nidasi ini merupakan tahap embrio yang sebenarnya
dimana berlangsung setelah nidasi terjadi sampai akhir minggu ke 8
kehamilan. Pada tahap ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat karena
jumlah sel sudah berekbmagn secara berganda dan jaringan kemudian akan
terbentuk menjadi 3 jaringan dsar pertumbuhan yaitu jaringan ektoderm,
jaringan mesoderm dan jaringan endoderm. Jaringan-jaringan ini kemudian
akan tumbuh menjadi organ-organ tubuh janin secara bertahap dan pada akhir
minggu ke 8 dikatakan janin sudah terbentuk.
Tahapan dari minggu ke 3 samapai pada akhir minggu ke 8 merupakan masa
pertumbuhan organ yang sangat penting dan sangat kritis disebut dengan tahap
organogenesis. Bila ibu hamil pada saat tersebut menderita sakit tertentu maka
akan mengalami ganggunan pertumbuhan dan dapat menyebasbkan cacat
bawaan yang tampak setelah janin dilahirkan sering pula disebut adanya
pengaruh obat-obat tertentu yang akan menyebabkan perubahan pada janin,
obat-obat tersebut dikenal dengan golongan obat teratogenik misal Tetrasiklin
36
puncak rahim sudah mencapai 3 jari dibawah pusat. Ibu sudah mulai
merasakan gerakan janin dengan jelas.
Pada akhir minggu ke 24 panjang janin mencapai 25 cm dengan berat badan
sekitar 640 gram. Sudah mulai ada lapisan lemak sehingga mulai tampak
berisi, kepala sudah membesar dengan pertumbuhan alis dan bulu mata. Tinggi
puncak rahim sudah disekitar pusat. Gerakan janin dirasakan semakin nyata
seperti ada suatu sentakan / tendangan kaki janin.
Pada akhir minggu ke 28 janin dapat mencapai berat 110 gram walau
dibeberapa tempat masih keliatan keriput, kulit janin sudah banyak dilapisi
oleh vernix caseosa. Pupil mata sudah mulai berfungsi, pada saat ini dikatakan
bahwa janin sudah siap untuk hidup di dunia luar dengan perawatan khusus.
Tinggi puncak rahim sudah mencapai 3 jari diatas pusat. Mulai saat ini tubuh
ibu sudah terjadi perubahan sirkulasi darah yang ada dimana terjadi
pengenceran secara bertahap sehingga akan terjadi penurunan kadar darah
(hemoglobin) secara fisiologis. Bila ibu hamil tidak dipacu untuk
memproduksi sel darah merah / hemoglobin dengan mencukupi kebutuhan
gizinya secara umum dan zat besi secara khusus maka terjadi anemia akan
berlanjut dan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan janin dan
penyusunan kekuatan ibu pada saat persalinan nanti.
Pada akhir minggu ke 32 janin akan mencapai panjang 38 cm dengan berat
badan janin sudah mencapai 1800 gram. Dibandingkan dengan bulan
sebelumnya penambahan berat badan janin di sini berlangsung dengan cepat.
Tinggi puncak rahim sudah mencapai pertengahan pusat ke ujung bawah
tulang dada. Gerakan janin semakin kuat, ibu hamil kadang-kadang merasakan
gerakan janin ini seperti mendesak (nendang) ke arah ulu hati / sekat rongga
dada.
Pada akhir minggu ke 36 panjang janin sudah sekitar 48 cm dengan berat
badan janin sudah mencapai sekitar 2500 gram. Wajah janin sekarang sudah
tidak keriput lagi. Seluruh organ semestinya sudah berfungsi dengan baik bila
bayi ini kemudian dilahirkan. Tinggi puncak rahim merupakan puncak
tertinggi selama kehamilan yaitu setinggi 3 jari dibwah ujung tulang dada.
Perasaan fisik ibu sudah mencapai tahap yang paling banyak memberikan
keluhan antara lain pinggang yang terasa sakit, banyak mengeluarkan keringat
38
dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Kenaikan berat badan ibu mulai
berkurang sehingga kenaikan berat badan per minggu perlu disesuaikan
dengan taksiran berat badan janin yang dikandungnya. Pengaturan diit ibu
hamil mungkin sudah diperlukan disini.
Pada akhir kehamilan (sekitar 40 minggu) janin sudah tumbuh sempuran
dengan wajah janin yang cakap dan badan janin sudah penuh berisi. Berat
badan janin sekitar 2700 3300 gram. Tinggi fundus uteri justru turun sekit
oleh karena adanya penurunan kepala janin yang akan mulai masuk ke rongga
panggul. Ibu sudah tidak berselera makan karena makan sedikit saja terasanya
sudah penuh. Banyak mengeluarkan keringat dan sekali waktu disertai rasa
sakit pada rahim karena kontraksi atau hit palsu yang sudah sering terjadi.
saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga
sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke
ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi
tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur
yang telah dibuahi).
IMPLANTASI & PERKEMBANGAN PLASENTA
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada
tempatnya tertanam. Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian
depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel,
kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding
blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian
luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari). Plasenta
menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin
perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi
pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke 9-10. Dinding blastosis
merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). Lapisan
dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion.
Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk
membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya. Tonjolan
kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim
dan membentuk percabangan seperti susunan pohon. Susunan ini menyebabkan
penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu
lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu.
Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi
plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya
mencapai 500 gram.
PERKEMBANGAN EMBRIO
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
40
42
43
44
45
46
47
48
V. Kerangka Konsep
Mrs. Melinda 34 tahun
G6P4A1
Usia anak terakhir 2
tahun
Jarak
kehamilan
<2 tahun
Kondisi rahim
ibu belum pulih
sempurna
Riwayat
abortus
Cadangan Fe
ibu masih
rendah
Sosioekonomi
rendah
Dietary intake
Riwayat
kelahiran anak
banyak
Semakin banyak
cadangan Fe yang
terkuras untuk janinjaninnya
Asupan nutrisi
(terurama Fe)
Saat hamil
kebutuhan Fe
Absorbsi Fe
Ferritin
1,5x resiko
anemia berat
Anemia
Sintesis Hb
Aliran darah ke
perifer
Transport O2
ke jaringan
Konjungtiva
pucat
Lemas
49
Pusing
Kemampuan
metabolisme
tubuh ibu
Gambaran darah
tepi hipokrom
mikrositer
KESIMPULAN
Mrs.Melinda, wanita berumur 32 tahun datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan lemas dan pusing diduga menderita Anemia Defiensi Besi (ADB) ec
kekurangan asupan nutrisi.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulmuthalib. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B., Rachimhadhi,
T., Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Ed.
4, Cet. 2.Jakarta : PT Bina Pustaka; 2009: 774-780.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendations to Prevent and
Control Iron Deficiency in the United States. Morb Mortal Wkly Rep; 1998: 47:
1-36.
3. Amirudin, Wahyuddin. 2004. Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia. 2007 Jurnal
Medical UNHAS
4. Wiranti H. Anemia Defisiensi Besi (Fe) Pada Kehamilan. Departemen Obstetri
Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit
Moehammad Hoesin Palembang; 2006
5. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7. Jakarta EGC; 2005
6. Ilmu kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta:2009
7. Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans].
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
8. Sukrat B. and Sirichotiyakul S. The prevalence and causes of anemia during
pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J. Med. Assoc. Thai 2006;
89(Suppl 4):S142-146
9. Broek van den NR, Letsky EA. Etiology of anemia in pregnancy in south Malawi.
Am. J. Clin. Nutr. 2000; 72(1):247S-256S.
10. Hinderaker SG, Olsen BE, Lie RT, et al. Anemia in pregnancy in rural Tanzania:
associations with micronutrients status and infections. Eur. J. Clin. Nutr. 2002;
56(3):192-199.
51
52