Sie sind auf Seite 1von 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Abortus Inspiens
1. Definisi
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. (Wiknjosastro, 2015)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibattertentu)pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2010).
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil
konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses
abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau
komplit.
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim, namun
janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari
rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin sering,
diikuti dengan pembukaan leher rahim.
2. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
1) Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot , embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau
kerusakan kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal

c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)


Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari
abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai
kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)
2) Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin
yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau
awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan
oleh

mikroorganisme

penyebabnya.Penyakit-penyakit

yang

dapat

menyebabkan abortus.
b. Virus
Misalnya

rubella,sitomegalovirus,virus

herpes

simpleks,varicella

zoster,vaccinia,campak,hepatitis,polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
3) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
a. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
1. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum
sebelum minggu ke-8
2. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.
3. Kelainan Uterus

Hipoplasia

uterus,

mioma(terutama

mioma

submukosa),serviks

inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.


Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
4) Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak
janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis

asam

folat,antikoagulan,dan

lain-lain.Sebaiknya

tidak

menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di


buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.
3. Manifestasi Klinis
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1. rasa mules lebih sering dan kuat
2. perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3. nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
1. jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan,
maka segera lakukan :
a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari


uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan
nutrisi dan O2.Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat
terjadi spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan
berbagai penyulit.Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit
perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi di antarany
1) Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2) Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3) Akibat

perdarahan

tidak

menimbulkan

gangguan

apapun,

dapat

menimbulkansyok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak


anemisdan daerah akral dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :
1) Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2) Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat
didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan
dilanjutkan

dengan

pengeluaran

placenta,

persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.

berdasarkan

proses

3) Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi


ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi
1) Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip
daging.
2) Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
3) Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan
kalsium dan tertekan sampai gepeng.
4) Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan
laksana kertas.
5) Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin,
hanya benda kecil yang tidak berbentuk.
6) Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6
minggu. Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan
dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang
kepala berimpitan dan perut membesar karena asites/pembentukan gas.
4. PemeriksaanPenunjang
1) Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2) Data laboratorium
a.
b.
c.
d.

Tes urine
hemoglobin dan hematokrit
menghitung trombosit
kultur darah dan urine

3) Pemeriksaan ginekologi :

a.

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil

konsepsi, tercium bau busuk dari vulva


b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
5. Penatalaksanaan
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan berkurangnya rangsangan mekanik.Anjurkan Untuk tidak melakukan
aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan:
1) Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
2) Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola
hidatitosa)
3) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen
Jenis hormon

Dosis awal

Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron

40mg per oral

10mg setiap 8 jam

Alilesterenol

20mg per oral

5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron

500

kaproag

intramuskuler

mg

250mg
jam,bilaada

setiap

12

perbaikan,

lanjutkan dengan 250mg


perhari hingga 7 hari
setelahperdarah berhenti.
a. Asam mefenamat

Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi


efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan
memuaskan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penenang penobarbital 3x30 gram valium


Anti pendarahan: Adona ,Transami
Vit B Komplek
Hormon progesteron
Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.
Data Subjektif
1. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan
datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan
keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien
juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan
bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh
sedih karena kehilangan kehamilannya.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di

4.

luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami
6.

oleh

klien

misalnya

DM,

jantung,

hipertensi

masalah

ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.


Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan

penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.


7. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.

9. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi


yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
12. Data psikososial.
- Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
- Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
13. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
14. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung. Hal yang di inspeksi antara lain :
- mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap

drainase,

pola

pernafasan

terhadap

kedalaman

dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan


ekstremitas,
- Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
- Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
-

uterus. Suhu badan normal atau meningkat


Tekanan: menentukan karakter nadi,

mengevaluasi

edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati


turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil
- Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.

- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
-Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
2. DIAGNOSA
a) Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
b) Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
c) Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
d) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada
punggung, pasien tampak meringis
e) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit,
perdarahan, kondisi vulva lembab
f) Cemas b.d kurang pengetahuan
g) Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien
mengeluh sedih kehilangan kehamilannya.
3. INTERVENSI
No Diagnosa
1. 1. Devisit

Tujuan dan KH
Tujuan: setelah

Volume
Cairan

diberikan asuhan
b.d keperawatan tidak

perdarahan

INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji
kondisi 1. Pengeluaran cairan
status

pervaginal sebagai

hemodinamika

akibat

terjadi

devisit 2. Ukur

memiliki

volume

cairan,

pengeluaran

karekteristik

seimbang

antara

harian

bervariasi

intake dan output 3. Berikan


baik

jumlah

sejumlah cairan

2. Jumlah
ditentukan

abortus

cairan
dari

maupun kualitas.
Kreteria hasil:
1. Turgor

kulit

elastis

dan

pengganti harian

jumlah

kebutuhan

4. Evaluasi status

harian

ditambah

hemodinamika

dengan

jumlah

cairan yang hilang

lembab

pervaginal

2. Mukosa mulut

3. Tranfusi

lembab

mungkin

diperlukan

3. Nadi

75-

pada

kondisi perdarahan

80x/mnt

massif

4. RR 18-20x/mnt

4. Penilaian

dapat

dilakukan

secara

harian
2.

Risiko

syok Tujuan: setelah

1. Observasi

melalui

pemeriksaan fisik
1. dengan

hemoragik

diberikan asuhan

Keadaan Umum

mengobservasi KU

berhubungan

keperawatan

pasien

pasien

dengan

diharapkan

syok 2. Observasi tanda

ketahui

perdarahan

tidak

pervaginam

Kriteria evaluasi: 3. Observasi

kedalam

1. Kesadaran

syok atau tidak

terjadi.

pasien CM
2. Tanda

tanda vital
kesadaran
pasien

vital 4. Observasi

normal
3. Syncope tidak
terjadi
4. Perdarahan
tidak terjadi

dapat

di

apakah

pasien

jatuh
keadaan

2. penurunan tekanan
darah atau denyut

tanda-tanda

nadi

perdarahan,

normal

jumlah, warna,

mengindikasikan

adanya

adanya tanda syok

stolsel/gumpaln
5. Kolaborasi:

yang

tidak

3. dengan
mengobservasi

-Kolaborasi

kesadaran

pasien

dalam

dapat

pemberian

apakah

cairan fisiologis

mengalami syncope

diketahui
pasien

-Kolaborasi
dalam

atau tidak
4. dengan

pemberian

mengobservasi
tanda-tanda
perdarahan

dapat

dilakukan
penanganan segera
apabila perdarahan
terjadi

sehingga

terhindar dari syok


5. kolaborasi:
a) cairan

fisiologis

berfungsi

untuk

resusitasi

guna

mencegah
kehilangan cairan
lebih banyak lagi
transfuse
b) untuk

mengganti

kehilangan
yang

darah

berlebihan

akibat perdarahan
3.

Gangguan

Tujuan: setelah

pervaginam
tingkat 1. Mungkin

1. Kaji

klien

Aktivitas b.d diberikan asuhan

kemampuan

tidak

kelemahan,

keperawatan

klien

perubahan berarti,

penurunan

kllien

sirkulasi

melakukan

tetapi

perdarahan

masif

perlu

aktivitas

diwaspadai

untuk

adanya

terhadap kondisi

menccegah kondisi

komplikasi

uterus/kandung

klien lebih buruk

aktivitas

dapat

untuk

beraktivitas

mengalami

2. Kaji
tanpa

3. Bantu
untuk

pengaruh

klien 2. Aktivitas
merangsang

memenuhi

peningkatan

kebutuhan

vaskularisasi

aktivitas sehari-

pulsasi

hari

reproduksi

4. Bantu

dan
organ

klien 3. Mengistiratkan

untuk

klilen

melakukan

optimal

secara

tindakan sesuai 4. Mengoptimalkan


dengan

kondisi klien, pada

kemampuan/kon

abortus imminens,

disi klien

istirahat

5. Evaluasi
perkembangan
kemampun klien
melakukan
aktivitas

mutlak

sangat diperlukan
5. Menilai
umum klien

kondisi

4.

Nyeri

Tujuan; setelah

berhubungan

diberikan asuhan

dengan

keperawatan

kontraksi

diharapkan nyeri

uterus

berkurang

ditandai

terkontrol

yang

dengan

Kriteria

klien

pasien

evaluasi :

penyebabnya

mengeluh

Pasien

nyeri

ada

tekanan rileks

pada

Tanda

punggung,

normal

pasien dapat dikaji

2. Observasi tanda

menggunakan skala

vital.

nyeri

vital

ataupun

deskripsi

diderita 2. tekanan
dan

distraksi

darah

terutama

akan

meningkat

bila

pasien merasa nyeri


3. Meningkatkan

5. Kolaborasi
tampak

nyeri

nyeri pasien

4. Ajarkan metode

perut, terasa berkuran


Pasien

tingkat 1. Tingkat

atau 3. Terangkan nyeri

pada melaporkan nyeri

kram, terasa

1. Kaji

koping klien dalam

dalam

melakukan

pemberian

guidance mengatasi

analgetik

nyeri
4. Menggalihkan

pasien

perhatian

tampak

terhadap nyeri

meringis.

pasien

5. analgetik
mengurangi
dan

membantu

pasien
5.

Risiko infeksi Tujuan: setelah

1. Kaji

nyeri
merasa

rileks
kondisi 1. Perubahan

yang

berhubungan

diberikan asuhan

keluaran/discha

terjadi pada dishart

dengan

keperawatan

rt yang keluar ;

dikaji

penurunan

diharapkan tidak

jumlah, warna,

dischart

hemoglobin

terjadi

dan bau

Adanya warna yang

dan

selama perawatan 2. Terangkan pada

lebih gelap disertai

granulosit,

perdarahan. Krite

klien

bau

perdarahan,

ria hasil:

pentingnya

mungkin merupakan

kondisi vulva 1. Suhu 37-38 C

perawatan

tanda infeksi

lembab

2. Tidak tampak

vulva

tanda-tanda

masa

infeksi

setiap

saat

keluar.

tidak

enak

selama 2. Infeksi dapat timbul


akibat

kurangnya

infeksi

perdarahan

kebersihan

3. Lakukan

genital

yang lebih luar

pemeriksaan
biakan

pada

dischart

3. Berbagai

kuman

dapat teridentifikasi
melalui dischart

4. Lakukan

4. Inkubasi

kuman

perawatan

pada area genital

vulva

yang relatif cepat

5. Terangkan pada
klien

cara

dapat menyebabkan
infeksi.

mengidentifika 5. Berbagai
si tanda inveksi
6. Anjurkan pada
suami

untuk

manivestasi

klinik

dapat menjadi tanda


nonspesifik infeksi;

tidak

demam

dan

melakukan

peningkatan

rasa

hubungan

nyeri

senggama

merupakan

se;ama

masa

perdarahan

mungkin
gejala

infeksi
6. Pengertian

pada

keluarga

sangat

penting

artinya

untuk kebaikan ibu;


senggama

dalam

kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi

system

reproduksi ibu dan


sekaligus
meningkatkan
resiko infeksi pada
pasangan.

7.

Cemas

s.d Tujuan: setelah

1. Kaji

tingkat 1. Ketidaktahuan dapat

kurang

diberikan asuhan

pengetahuan/pe

menjadi

pengetahuan

keperawatan

rsepsi

peningkatan

diharapkantidak

dan

terjadi

terhadap

kecemasan,

penyakit

klien
keluarga

pengetahuan klien 2. Kaji


dan

keluarga

dasar
rasa

cemas
2. Kecemasan

yang

tinggi
derajat

dapat

menyebabkan

kecemasan

penurunan

terhadap penyakit

yang

penialaian

objektif

meningkat

klien

klien

tentang

dialami

3. Bantu

klien

penyakit

mengidentifika 3. Pelibatan
si

penyebab

kecemasan

klien

secara aktif dalam


tindakan

4. Asistensi klien

keperawatan

menentukan

merupakan support

tujuan

yang

perawatan

berguna bagi klien

bersama

dan

5. Terangkan halhal
aborsi

mungkin
meningkatkan

kesadaran diri klien

seputar 4. Peningkatan
yang

objektif

perlu diketahui

masalah

oleh klien dan

berkontibusi

keluarga

menurunkan

nilai

terhadap

kecemasan
5. Konseling
klien
diperlukan
klien

bagi
sangat
bagi
untuk

meningkatkan
pengetahuan

dan

membangun support
system
untuk

keluarga;
mengurangi

kecemasan
dan keluarga
4. Implementasi
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang
bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada
saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya. Implementasi disesuaikan dengan intervensi
keperawatan yang telah dilalukan (Basford. 2006, Hal 22).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada. Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
(Basford. 2006, Hal : 24).

klien

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah
Ginekologi. Jakarta: TIM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4: Patologi.
Jakarta: Trans Info Media.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan
Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika

Das könnte Ihnen auch gefallen