Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Intergumen
Sistem integumen merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit,
rambut, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari
bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Sistem integument berperan dalam homeostasis, proteksi, pengaturan suhu, reseptor,
sintesis biokimia dan penyerapan zat.
2.1.1. Kulit
e. Jenis-jenis Radang
1. Akne Vulgaris
Akne adalah reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada
umumnya danbiasanya disertai dengan pembentukan papula, pustula, dan abses terutama
didaerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea, seperti muka, dada, danpunggung
bagian atas.Akne vulgaris(jerawat) merupakan dermatosis yang sering di jumpai,
bersifatkronikdan berupa inflamasi yang mengenai folikel rambut; gangguan kulit ini
secarakhas ditemukan pada usia remaja pertengahan hingga akhir dan lebih terlihat
padaremaja putra daripada putri. Patogenesis: Secara spekulatif diperkirakan bahwa akne
vulgaris terjadi karena penguraian minyak sebasea oleh enzim bakteri
(Propionibacteriumacnes) sehingga terbentuk asam lemak yang sangat iritatif.
2. Dermatofibroma, Akrodon dan keloid
Dermatofibroma
1. Psoriasis
3. Eksema
Cellulitis dapat hanya mempengaruhi permukaan kulit atau, juga dapat mempengaruhi
jaringan di bawah kulit an dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah. Jika
tidak diobati, infeksi dapat menyebar cepat. Oleh karena itu, maka penting untuk mencari
perawatan medis segera jika gejala cellulitis terjadi.
Penyebab
Cellulitis terjadi ketika satu atau lebih jenis bakteri masuk melalui celah di kulit. Dua
jenis bakteri yang paling umum penyebab cellulitis adalah streptococcus dan staphylococcus.
Kejadian infeksi staphylococcus yang lebih serius disebut methicillin resistant
Staphylococcus aureus (MRSA).
Meskipun selulitis dapat terjadi di manapun pada tubuh, lokasi yang paling umum
adalah kaki bagian bawah. Daerah kulit yang sering terganggu, seperti bagian yang pernah
menjalani operasi terakhir, luka, luka tusuk, maag, atau dermatitis. Karena pada bagian
tersebut merupakan daerah yang paling mungkin bagi bakteri untuk masuk. Beberapa jenis
gigitan serangga atau laba-laba juga dapat menularkan bakteri. Daerah kering, kulit
terkelupas juga dapat menjadi titik masuk bagi bakteri.
Gejala
Perubahan pada kulit mungkin disertai dengan demam. Seiring berjalannya waktu,
daerah kemerahan cenderung untuk meluas. Bintik-bintik merah kecil mungkin muncul di
atas kulit yang memerah.
Pengobatan
Jika dalam beberapa hari setelah mengonsumsi antibiotik masih meluas atau jika
mengalami demam tinggi, mungkin perlu dirawat di rumah sakit dan menerima antibiotik
melalui pembuluh darah (intravena). Biasanya, dokter meresepkan obat yang efektif terhadap
kedua streptokokus dan stafilokokus. Dokter akan memilih antibiotik sesuai dengan kondisi
pasien.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat
pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai
organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,
parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi
dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:[1]
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV, karena
virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
1. Kandidiasis
Di Amerika Serikat, infeksi kandida dewasa ini merupakan penyebab infeksi pada
darah nomor empat paling banyak, dan tampaknya meningkatnya infeksi ini terutama
didapati pada lanjut usia (lansia). Infeksi jamur kandida ini lebih sering terjadi pada lansia
karena daya tahan tubuh yang menurun, penyakit kencing manis (diabetes melitus/DM), lebih
sering menggunakan obat antibiotik, memakai obat kortikosteroid yang dihirup misalnya
memakai obat triamcinolone pada penderita penyakit asma, penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM) seperti bronkhitis, mulut kering (xerostomia) yang dapat disebabkan penyakit dan
obat, memakai alat-alat untuk membantu pemberian makanan, penggunaan alat-alat yang
harus dimasukkan ke dalam tubuh di dalam ruang rawat intensif, kurang gizi, penyinaran
dengan sinar rontgen dan lain-lain. Selain daripada itu, pada lansia lebih sering pula
mengalami transplantasi atau pencangkokan organ-organ vital tubuh, mendapat pengobatan
dengan khemoterapi untuk penyakit kanker secara agresif, serta mengalami penyakit-penyakit
kulit dan tulang, yang kesemuanya ini sering menggunakan obat-obat yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Infeksi kandida juga menyebabkan tingginya angka kesakitan
bagi lansia. karena pemakaian obat-obat tertentu, perawatan diri yang kurang baik, dan
berkurangnya produksi air ludah, yang kesemuanya hal ini sering terjadi pada lansia. Oleh
karena itu, infeksi jamur kandida merupakan suatu masalah yang perlu dipertimbangkan pada
lansia, mengingat seringnya terjadi infeksi ini.
Infeksi jamur kandida pada kulit dan kuku
Intertigo : infeksi jamur kandida pada kulit di bawah payudara, daerah antara kemaluan dan
lubang dubur
Paronychia : infeksi jamur kandida pada bagian samping dan bawah kuku, ditandai dengan
menebalnya kuku dan bahkan dapat tanggal sendiri
Onychomycosis : penderita DM lebih sering mendapat infeksi jamur ini. Penyakit ini
ditandai dengan sulitnya memotong kuku kaki, yang memudahkan penderita cenderung
mengalami kukunya terbentur dan infeksi pada kuku.
Vulvovaginitis : infeksi pada daerah kemaluan dan liang senggama wanita. Gejala yang palin
sering adalah gatal pada daerah kemaluan terutama pada malam hari, dan keluarnya secret
atau cairan dari liang senggama berwarna keju sampai dengan keruh encer.
Herpes Zoster
2.2.3. Alergi
Alergi merupakan kelainan sistem imun, disebut juga atopi.
Reaksi allergi dipicu oleh zat2x yang tidak berbahaya yang disebut Allergen.
Alergi (hipersensitifitas tipe 1) merupakan salah satu dari 4 tipe hipersensitifitas.
Ciri khas allergi ialah aktifasi berlebihan sel Mast dan basofil oleh IgE sehingga timbul
respon inflamasi ekstrim
Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak.
Gangguan ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa
terjadi. Gejala alergi pada bayi sering dicetuskan dan disebabkan karena banyak faktor. Tetapi
yang paling sering terjadi justru dipicu atau diperberat karena infeksi virus ringan yang tidak
terdeteksi. Sedangkan faktor lainnya dengan manifestasi lebih ringan disebabkan karena diet
ibu bila minum ASI dan makanan yang dikonsumsi termasuk susu sapi. Seringkali dokter
atau orangtua sulit membedakan faktor mana yang menjadi penyebab, bahkan seringkali
setiap kali timbul gejala alergi langsung divonis alergi susu sapi dan harus ganti susu khusus
padahal belum tentu alergi susu sapi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan komunitas pelayanan professional yang ditujukan pada klien
(individu, keluarga, kelompok, komunitas) yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan komunitas merupakan asuhan professional yang diberikan oleh perawat
profesional yang memiliki kewenangan, menggunakan proses keperawatan, sesuai standar
praktik dan kode etik mengarahkan praktik dilakukan di tatanan pelayanan keperawatan
komunitas. keperawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu bentuk praktik
keperawatan komunitas. Isu-isu yang mungkin timbul terkait keperawatan di rumah perlu
dicermati dan antisipasi.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan, sebaiknya lebih memahami tentang bagaimana
berkomunikasi yang baik terhadap klien yang akan dihadapi. Selain itu dalam melakukan
tindak keperawatan, seorang perawat harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan
teknik-teknok komunikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Marcia stanhope, Ruth N. Kollmueller. 2008. Keperawatan Komunitas. Jakarta : Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Effendy Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
buku Kedokteran EGC.