Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
Malaria continues to be a public health problem in the malaria endemic areas in
Indonesia and often cause an outbreak. Batam municipality is the priority for
development area in the Riau island Province, nevertheless malaria is still a public
health problem. The national government and district office government have been
committed to have a program for eliminating malaria at Batam area in year 2015. One
of the malaria control program is the vector control measure. The failure of vector
control is partly due to a lack of understanding of vector behavior in its epidemiological
setting. The understanding of malaria vector species and its behavior will be useful to
plan the vector control intervention. The study of bio-ecology of malaria vector is very
important factor to understand its behavior and to formulate the vector control strtegy
in Batam area. This study was carried out at Belakang Padang, Batam in 2008 using
breeding habitat survey of Anopheles spp, measuring the pH, salinity and observation of
breeding characteristics, mapping of breeding sites distribution using GPS and human
landing collection inside as well as outside houses and ELISA for circumsporozoite.
The results of the study revealed that, in the Belakang padang areas were found five
natural breeding habitat of Anopheles spp. e.i: marshy areas, marshy with mangrove
tree in the peripher, creek, mud-hole and water reservoir (water dam). Larvae of An.
letifer and An sundaicus were found relatively higher number in the marshy areas, with
characteristis of pH: 5-7,5, temperature 28-330C and salinity was 0-28 . Only one
species of anopheline An. sundaicus was found in the adult stage in Belakang Padang
area, though An. letifer was found only in the larva stage. The biting activities of An.
sundaicus throughout the night both indoors and outdoors, though the biting peak
occured at 02.00-03.00 am. Both An sundaicus and An. letifer at Belakang Padang
were susceptible to Bendiocarb 0,1% with mortality was 100%. The An. letifer also
susceptible to deltamethrin 0.5% with the mortality 100%, therefore An. sundaicus
showed a tolerant to deltamethrin 0.5% with mortality 93,3%. There was no positive
from ELISA test.
1
Disajikan dalam Seminar Nasional Entomologi Dalam Era Perdagangan Bebas, Yogyakarta 1-2
Oktober 2010
Abstrak
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di beberapa daerah di
Indonesia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. Batam sebagai prioritas
utama pembangunan di Propinsi Kepulauan Riau, juga masih memiliki masalah
malaria, namun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Batam telah sepakat
membebaskan wilayah Batam dari penularan malaria pada tahun 2015. Salah satu
upaya pembebasan malaria dapat dilakukan dengan pengendalikan vektornya. Untuk
itu pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian bionomik Anopheles sp yang berperan
sebagai vektor malaria, guna memahami perilaku vektor yang nantinya dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan model pengendalian malaria yang sesuai bagi
Batam. Penelitian dilakukan dengan cara survei pada habitat perkembangbiakan
Anopheles sp , dilakukan pengukuran terhadap parameter habitat, pengamatan
karakteristik, pemetaan distribusi habitat dengan menggunakan GPS dan penangkapan
nyamuk yang hinggap pada badan (human landing collection) pada malam hari serta
uji inkriminasi vektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di wilayah Belakang
Padang banyak ditemukan habitat perkembangbiakan alami Anopheles sp berupa rawa,
rawa yang ditumbuhi pohon bakau di bagian tepinya, parit dan kubangan. Larva An.
letifer dan An sundaicus banyak ditemukan di rawa dan rawa rawa yang ditumbuhi
pohon bakau di bagian tepinya dengan karakteristik perairan; pH: 5-7,5, suhu: 28-
330C dan salinitas: 0-28 . Nyamuk Anopheles sp yang ditemukan di Kecamatan
Balakang Padang hanya ada 1 (satu) jenis yaitu An sundaicus, sedangkan An. letifer
hanya ditemukan dalam stadium larva. An. sundaicus aktif menggigit sepanjang malam
di dalam dan di luar rumah dengan puncak aktifitas pada pukul 02.00-03.00. Dalam
uji kerentanan terhadap insektisida bendiocarb 0,1% dan deltamethrin 0.5% diketahui
bahwa An. sundaicus dan An. letifer di wilayah Kecamatan Belakang Padang masih
rentan terhadap Carbamat jenis bendiocarb 0,1% dengan kematian 100%. An. letifer
juga masih rentan terhadap deltamethrin 0.5% dengan kematian 100%, namun An.
sundaicus sudah toleran terhadap deltamethrin 0.5% dengan kematian 93,3%. Uji
ELISA yang dilakukan tidak menunjukkan hasil positif.
20
Bionomik Vektor Malaria . (Shinta et. al)
Batam tahun 2007, tercatat API 0,87 per Penelitian ini bertujuan untuk me-
seribu penduduk dan AMI 0,88 perseribu mahami perilaku vektor malaria sebagai
penduduk. Tahun 2008 API 0,88 perseribu dasar pengendalian malaria yang sesuai bagi
penduduk dan AMI 1,18 perseribu penduduk Batam.
(Dinkes Prop Kepri, 2009). Wilayah penelitian: Pulau Sekanak di
Kecamatan Belakang Padang merupa- Kelurahan Sekanak Raya, Pulau Kasu, di
kan kecamatan tertua di Batam, dalam struk- Kelurahan Kasu, dan Pulau Pekasih di
tur pemerintahannya, Kecamatan Belakang Kelurahan Terung ketiga pulau ini mewakili
Padang semula terdiri dari 5 Kelurahan, yaitu Kecamatan Belakang Padang.
1). Sekanak Raya, 2). Kasu, 3). Terung, 4). Cara penelitian: Observasi lapangan
Pecung, dan 5). Tanjung Sari. Pada tahun dilakukan dengan mendatangi seluruh tipe
2008 mengalami pemekaran wilayah menjadi perairan yang diduga menjadi habitat per-
6 Kelurahan yaitu dengan penambahan : kembangbiakan Anopheles sp. Koleksi larva
Kelurahan Pemping. dilakukan pada habitat tersebut mengguna-
Kegiatan penelitian dilakukan di tiga kan cidukan Keasaman air diukur mengguna-
pulau, yaitu Pulau Sekanak, P. Kasu dan P. kan kertas pH, kadar garam diukur meng-
Terung. Pulau Sekanak terletak tepat di gunakan refrakto meter, pengukuran suhu air
belakang daratan Kota Batam. Sebagai Kota dilakukan menggunakan temperatur air, form
Kecamatan maka pulau ini paling ramai pen- data larva diisi tentang karakterisik. Semua
duduknya, memiliki dermaga yang besar. larva Anopheles sp yang diperoleh disimpan
Pulau Kasu dan Terung sedikit lebih sepi, dalam kontainer, dibawa ke laboratorium, di-
dengan pola pemukiman penduduk seperti pelihara hingga dewasa untuk di identifikasi.
umumnya wilayah kepulauan yaitu ber- Nyamuk betina yang sejenis yang terbentuk
mukim mengikuti garis pantai. Sebagian pen- dari hasil pemeliharaan digunakan sebagai
duduk bekerja sebagai nelayan dan sebagian spesimen pengujian kerentanan vektor meng-
lain sebagai pegawai negeri. Suhu udara pada gunakan impregnated paper yang dilakukan
siang hari berkisar antara 29oC-32oC, pada sesuai standar uji WHO, serta menggunakan
malam hari 200C-260C dengan kisaran insektisida yang pernah atau masih diguna-
kelembaban relatif udara 70% - 94%. Tata kan oleh program pengendalian malaria di
guna lahan meliputi pemukiman penduduk, Batam yaitu bendiocarb, dan deltamethrin.
pasar, sekolah, lapangan olah raga dan Pemetaan penyebaran habitat dilakukan
dermaga. dengan bantuan alat Global Positioning Sys-
tem (GPS). Dilakukan penangkapan nyamuk
Kota Batam pada umumnya dan
yang hinggap di badan (HLC) di dalam dan
wilayah Kecamatan Belakang Padang pada
di luar rumah selama semalam suntuk
khususnya, riwayat penggunaan Insektisida
dimulai pukul 18.00 hingga 06.00 esokan
dalam pengendalian vektor malaria, meng-
harinya
gunakan bendiocarb, namun penggunaan
bendiocarb dihentikan tahun 1998 dan
dirotasi dengan vectron hingga tahun 2006.
HASIL
Pada pertengahan tahun 2006 vectron dirotasi
dengan fendona hingga sekarang (Tahun a. Karakteristik habitat larva Anopheles
2008). sp .
Tujuan penelitian: Hasil observasi lapangan diketahui
terdapat delapan habitat Anopheles, yaitu
rawa, rawa yang sebagian tepinya ditumbuhi
21
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 19 - 30
bakau, kobakan, parit, sumur, waduk, muara, ikan kepala timah (Aplocheilus Lineaus),
bekas pelepah kelapa dan parit, habitat ini larva capung, mesocyclops dan anak
umumnya diteduhi oleh tanaman peneduh katak/kecebong. Data karakteristik habitat
yaitu pohon kelapa, waru dan nipah. Pada larva Anopheles sp disajikan pada Tabel 1.
perairan tersebut ditemukan predator yaitu
No Lokasi Jenis habitat Lingk Fisik Lingk Biologi Posisi & spesies
Perairan Perairan
22
Bionomik Vektor Malaria . (Shinta et. al)
Gambar 1. Sumur Tua di Sekanak Raya, Gambar 2. Parit di Sekanak Raya, Juli
Juli 2008 2008
Pulau Sekanak memiliki area yang cm. Berikut ini merupakan beberapa gambar
lebih luas dibanding P. Kasu dan P. Pekasih, habitat perkembangbiakan Anopheles yang
tipe perairan juga lebih beragam. Di Pulau ditemukan di Kecamatan Belakang Padang
Sekanak terdapat 7 tipe perairan yaitu: 1) (Gambar 1 4).
sumur tua, 2) parit, 3) waduk, 4) kobakan air Pulau Pekasih terletak di wilayah Ke-
tawar 5) kobakan air payau, 6), waduk dan lurahan Terung, masyarakat di Pulau itu me-
7). Muara (Gambar 1 - 6). Larva/pupa netap di bagian teluk yang menjadi per-
ditemukan di setiap tipe perairan kecuali mukiman penduduk yaitu : 1) Teluk Bakau,
waduk dan muara. Di wilayah P. Sekanak,
2) Teluk Kangkung dan 3) Teluk Sunti.
larva yang dijumpai didominasi oleh larva Transportasi menuju P. Pekasih hanya dapat
An. sundaicus. Larva larva ini dijumpai di dicapai melalui laut. Tipe perairan yang ada
parit yang berukuran 2,5 x 30 m, dengan ke- di wilayah tersebut tidak beragam, hanya
dalaman 20 cm, di sumur tua yang berukuran dijumpai kubangan rawa tanpa tanaman
50x50 cm dengan kedalaman 2 m, di peneduh dan kubangan rawa yang bagian
kobakan air tawar berukuran 4 x 6 m dengan tepinya ditumbuhi tanaman bakau, walau
kedalaman 15 cm dan di kobakan air payau begitu secara kuantitas tipe perairan rawa
berukuran 1 x 20 m dengan kedalaman 15
23
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 19 - 30
banyak dijumpai. Spesies Anopheles yang dijumpai di Teluk Bakau didominasi oleh
Gambar 5. Kubangan rawa di Teluk Bakau Gambar 6. Kubangan rawa dengan pelepah
Pulau Pekasih (Juni 2008) kelapa di teluk Pekasih (Juni
2008)
Gambar 7. Kubangan rawa dengan pohon Gambar 8. Kubangan rawa dengan serasah
nipah di Teluk Bakau, P. pelepah kelapa di Teluk Kang-
Pekasih (November 2008) kung, P. Pekasih (Desember
2008)
24
Bionomik Vektor Malaria . (Shinta et. al)
Gambar 9. Rawa pada bekas resort di Kasu Gambar 10. Kumpulan kobakan rawa di
Kecil, P. Kasu (Juni 2008) Kasu Barat, (Desember 2008)
Gambar 11. Permukiman penduduk dekat Gambar 12. Rawa-payau ketika air laut
dengan rawa-rawa di Kasu pasang di Kasu Barat
Barat, (Desember 2008) (Desember 2008)
25
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 19 - 30
Kunjungan ke Teluk Kangkung, diperoleh Kasu Barat, Kasu Kecil dan P. Pekasih,
larva An. sundaicus dengan jumlah yang habitat nampak hanya pada bagian tepi pantai
banyak sehingga bisa menjadi spesimen uji yang berupa kobakan rawa dan dipengaruhi
kerentanan terhadap insektisida juga. Jenis arus pasang surut laut.
habitat dan jumlah larva yang dikoleksi dari
Fauna Nyamuk di Kecamatan Belakang
P. Pekasih, P. Kasu dan P. Sekanak disajikan
Padang
pada Tabel 2. Pada penelitian ini tidak
dilakukan koleksi larva dengan perhitungan Survei entomologi dengan metode
banyaknya cidukan karena bagian lain dari All night collection dilakukan di Pulau
penelitian ini dimaksud untuk uji kerentanan Pekasih (Kelurahan Terung), Pulau Kasu
terhadap insektisida yang memerlukan larva (Kelurahan Kasu) dan Pulau Sekanak Raya
dalam jumlah yang banyak. (Kelurahan Belakang Padang). Jenis
nyamuk Anopheles yang ditemukan disaji-
Peta sebaran habitat perkembangbiakan kan pada Tabel 3.
larva Anopheles sp
Aktifitas menggigit nyamuk
Pada gambar ini terlihat ketiga pulau
tempat penelitian yang diambil gambarnya Aktifitas menggigit An. sundaicus di
dengan foto satelit berpedoman titik titik Kampung Melayu, Sekanak Raya pada bulan
pemantauan dengan bantuan alat Global Juli 2008 dimulai pukul 20.00, puncak meng-
Positioning System (GPS). Titik-titik merah gigit pada pukul 02.00-03.00 dan 04.00-
merupakan area tempat ditemukan tipe 05.00. (Gambar 17). Tidak ditemukan
habitat perkembangbiakan Anopheles. Di P. nyamuk menggigit di dalam rumah (UOD).
Sekanak habitat nampak menyebar namun di
Tabel 2. Jenis habitat dan jumlah larva/pupa Anopheles sp di P. Pekasih dan P.Kasu dan
P.Sekanak, Kec. Belakang Padang (Oktober-Desember 2008)
26
Bionomik Vektor Malaria . (Shinta et. al)
Gambar 13. Peta satelit tempat perkembang- Gambar 14. Peta satelit Tempat Per-
biakan Anopheles sp di Pulau kembangbiakan Anopheles sp
Sekanak di Kasu Barat
Gambar 15. Peta Satelit Tempat Perkembang- Gambar 16. Peta Satelit Tempat Per-
biakan Anopheles sp di P. Kasu kembangbiakan Anopheles sp
Kecil di P. Pekasih
Tabel 3. Fauna Nyamuk yang ditemukan di Pulau Pekasih, Pulau Kasu dan Pulau padang,
Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam (Juli 2008)
27
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 19 - 30
1.4
1.2
MHD - UOD
MHD - UOL
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
18.00- 19.00- 20.00- 21.00- 22.00- 23.00- 24.00- 01.00- 02.00- 03.00- 04.00- 05.00-
19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00
Jumla h te rta ngka p
Gambar17. Flukltuasi nyamuk An. sundaicus di luar rumah dengan cara UOL di Kampung
melayu, Sekanak Raya. ( Juli 2008)
10
8 MHD - UOD
MHD - UOL
7
Jumlah tertangkap
0
18.00- 19.00- 20.00- 21.00- 22.00- 23.00- 24.00- 01.00- 02.00- 03.00- 04.00- 05.00-
19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00
Gambar 18. Fluktuasi nyamuk An. sundaicus di luar rumah dengan cara UOL di Kampung
Jawa, Sekanak Raya. ( Juli 2008)
0.35
0.3
0.2
0.15
0.1
0.05
0
18.00- 19.00- 20.00- 21.00- 22.00- 23.00- 24.00- 01.00- 02.00- 03.00- 04.00- 05.00-
19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00
Gambar 19. Fluktuasi nyamuk An. sundaicus di luar rumah dengan cara UOL di Pulau Kasu,
Kecamatan Belakang padang (Juli 2008)
28
Bionomik Vektor Malaria . (Shinta et. al)
Aktivitas mengigit An. sundaicus di nyamuk ternyata hanya knock down. Nyamuk
Pulau Kasu terjadi pada pukul 22.00-23.00 An. sundaicus yang terpapar dengan insek-
namun pada jam berikutnya tidak ditemukan tisida deltamethrin 0,05%, terjadi kematian
lagi. (Gambar 19). pada jam pertama kematian dan terus
meningkat tetapi kematian nyamuk An.
Uji Kerentanan Vektor Terhadap Insek-
sundaicus tidak mencapai 100%. Hal ini
tisida Deltamethrin dan Bendiocarb
menyatakan bahwa nyamuk An. sundaicus
Untuk uji kerentanan, koleksi spe- masih rentan terhadap insektisida bendiocarb
simen dilakukan dari 3 pulau yaitu P. Pekasih 0,1%, tetapi tidak peka terhadap insektisida
(871 larva yang terdiri dari 522 larva An. deltamethrin 0,05%.
sundaicus dan 349 An. letifer, P. Kasu 1046
Dari pengamatan uji kerentanan
larva An. letifer, dan P. Sekanak 48 larva An.
populasi nyamuk An. letifer terhadap insek-
sundaicus. Jumlah total larva An. sundaicus
tisida bendiocarb 0,1%, kematian nyamuk
sebanyak 570 larva dan An. letifer sebanyak
sebesar 80% terjadi pada jam pertama peng-
1395 larva. Dari kedua spesies ini masing
amatan, pada jam ke lima kematian nyamuk
masing dilakukan uji kerentanan terhadap 2
sudah mencapai 100%. Uji kerentanan
jenis insektisida yaitu bendiocarb 0,1% dan
nyamuk An. letifer terhadap insektisida delta-
deltamethrin 0,05%.
methrin 0,05%, pada jam pertama kematian
Dari pengamatan uji kerentanan mencapai lebih dari 80%, pada jam ke 5,
populasi nyamuk An. sundaicus terhadap kematian mencapai 100%. Hal ini menyata-
insektisida bendiocarb 0,1 % pada peng- kan bahwa nyamuk An. letifer masih rentan
amatan 1 jam pertama, kematian nyamuk terhadap insektisida bendiocarb 0,1% dan
sebesar 80% dan pada jam ke empat sudah terhadap insektisida deltamethrin 0,05%
mencapai 100%, pengamatan tetap dilanjut- .(Gambar 20).
kan hingga 24 jam untuk mengantisipasi bila
120
% mortalitas
100
80
60
40
20
0
Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam 24
Gambar 22: Hasil uji Kerentanan An. sundaicus dan An letifer terhadap insektisida
Bendiocarb 0,1% dan Deltamethrin 0,05% pada Pengamatan 1 hingga 5 jam dan
pengamatan selama 24 jam
29
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012: 19 - 30
Tabel 4. Status Kerentanan Nyamuk An.sundaicus dan An. letifer Terhadap Insektisida
Bendiocarb 0,1% dan Deltamethrin 0,05% Di Kecamatan Belakang Padang, Batam.
Pengamatan 24 jam
30