Sie sind auf Seite 1von 158

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

NAMA : JHON POLMAN F.L PURBA

NIM : 050501031

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN

2008

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
2

ABSTRACT

Intention of this research is to know how factors influencing saving of


private sector and invesment of private sector at long-range time framework and
short-range in Indonesia. Variable use is Earnings of National of Disposibel
Riil(Gndi), Mount The Deposit Rate Riil(R), Mount The Inflasi(P), Earnings of
National Riil(Y) and Governmental Invesment Ratio to PDB(GIY) and also
economic variable dummy crisis of Indonesia. Data utilized is annual data time-
series that is period 1984-2003 with the method of approach of Kointegrasi and
approach ECM ( Error Correction Model).
Result of estimation indicate that at saving of private sector and invesment
of private sector, R-Square of each is equal to 56% and 98%, its meaning that
independent variable able to explain the variable dependen that is saving and
invesment of private sector equal to 56% and 98% while the rest explained by
other dissimilar variable which is not entered/included by into model. F-Statistik
for the saving of private sector is bigger than F-Tabel ( 4,48 > 3,06), its meaning
that Gndi, R, P and variable dummy by together influence the private sector
saving, signifikan at = 5%. While F-Statistik for the invesment of private sector
is bigger than F-Tabel ( 132,23 > 4,69), its meaning that R, P, Giy, Y and variable
dummy by together influence the private sector invesment, signifikan at = 1%

Keyword : Private saving and private investment

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
3

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor-


faktor yang mempengaruhi tabungan swasta dan investasi swasta pada kerangka
waktu jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Variable yang digunakan
adalah Pendapatan Nasional Disposibel Riil(gndi), Tingkat Suku Bunga Deposito
Riil(r), Tingkat Inflasi(p), Pendapatan Nasional Riil(y) dan Rasio Investasi
Pemerintah terhadap PDB(giy) serta variable dummy krisis ekonomi Indonesia.
Data yang dipergunakan adalah data time-series tahunan yaitu periode 1984-2003
dengan metode pendekatan Kointegrasi dan pendekatan ECM (Error Correction
Model).

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tabungan swasta dan investasi


swasta R-square masing-masing adalah sebesar 56% dan 98%, artinya bahwa
variabel independen mampu jelaskan variabel dependen yaitu tabungan dan
investasi swasta sebesar 56% dan 98% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. F-statistik untuk tabungan swasta
adalah lebih besar dari F-tabel (4,48 > 3,06), artinya bahwa gndi, r, p dan variabel
dummy secara bersama-sama mempengaruhi tabungan swasta, signifikan pada
=5%. Sedangkan F-statistik untuk investasi swasta adalah lebih besar dari F-
tabel (132,23 > 4,69), artinya r, p, giy, y dan variabel dummy secara bersama-
sama mempengaruhi investasi swasta, signifikan pada =1%.

Kata kunci : tabungan swasta, investasi swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
4

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

karena atas berkat rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh

gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun

skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI

INDONESIA.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang.

Hal yang paling indah dalam kesempatan ini adalah bahwa penulis tidak

lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam

dukungan doa, moril maupun materil, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc, selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
5

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku ketua jurusan Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Aman Tarigan, SU, selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan

dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. Msi dan Bapak Paidi Hidayat, selaku

dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna

bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi terutama

Departemen Ekonomi Pembanguan yang telah mengajar dan membimbing

penulis selama masa perkuliahan.

6. Buat orang tua tercinta Mama, N. Saragih dan juga adik-adik ku yang

manis, (Icha, Ara, Maria), tetap semangat belajarnya, dan buat seluruh

keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan tidak

pernah lelah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Buat sahabat-sahabat G5 (Pandita Tedy, Bangkit, Bomen, Udin, Joni,

Fery, Tomy, Doni, Komo) semangat bro. Semoga persahabatan kita tetap

indah dan selalu penuh kasih.

8. Buat seseorang (Mec_Aya), makasih buat dukungan dan doa dari mu, yang

selalu membuat aku tetap semangat selalu, makasih buat kopinya yach.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
6

9. Buat teman-teman seperjuangan EPO5 yang namanya tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini.

Tetap Semangat ya! EP SALUTE!!!

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat

dan damai sejahteraNya bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Medan, 10 Maret

Penulis

(Jhon polman F.L

Purba)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
7

DAFTAR ISI

ABSTRACT ................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi


DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................... 6

BAB II URAIAN TEORITIS


2.1 Defenisi Tabungan ...................................................................... 7
2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan
2.2.1 Teori J.M Keynes ............................................................... 9
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory

of Consumption and Saving ............................................... 11


2.2.3 Teori Klasik ...................................................................... 13
2.2.4 Teori Neoklasik ................................................................. 14
2.3 Defenisi Investasi
2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) ........................................ 18
2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) ......................... 18

2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
8

2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior ............... 23

2.4.2 Tobins Theory of Investment ............................................ 25


2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian ................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 31
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 31

3.3 Pengolahan data ........................................................................... 32


3.4 Model Analisis Data .................................................................... 51
3.5 Pengujian Statistik ....................................................................... 54
3.5.1 Uji Akar Unit ..................................................................... 53
3.5.2 Uji Kointegrasi................................................................... 55
3.5.3 Uji Kesesuaian ................................................................... 56

3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...................................... 59


3.5.5 Defenisi Variabel Operasional............................................ 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Interpretasi Data .......................................................................... 47
4.2 Unit Root Test ............................................................................. 65

4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi............................. 68


4.4 Hasil Regresi Error Correction Model .......................................... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 108

5.2 Saran ........................................................................................... 111

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Table 3.1 Batas Kritis Pengujian Durbin Watson Statistik

2. Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan

Pertunbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

3. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan

Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

4. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan

Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

5. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat

Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1983-2003

6. Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia

Periode 1983-2003

7. Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di

Indonesia Periode 1983-2003

8. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi

Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003

9. Tabel 4.8 Batas Kritis ADF t-Statistik

10. Tabel 4.9 Hasil Pengujian Unit Root Test

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
10

11. Tabel 4.10 Nilai Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta

12. Tabel 4.11 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta

13. Tabel 4.12 Nilai t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

14. Tabel 4.13 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

15. Tabel 4.14 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta

16. Tabel 4.15 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

17. Tabel 4.16 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan

Swasta

18. Tabel 4.17 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi

Swasta

19. Tabel 4.18 Run test Model Kointegrasi Investasi Swasta

20. Tabel 4.19 Nilai t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta

21. Tabel 4.20 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta

22. Tabel 4.21 Nilai t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta

23. Tabel 4.22 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta

24. Tabel 4.23 Nilai F-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta

25. Tabel 4.24 Nilai F-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta

26. Tabel 4.25 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan

Swasta

27. Tabel 4.26 Run Test Model Dinamis Tabungan Swasta

28. Tabel 4.27 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
11

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi

dan Tabungan

2. Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving and Wealth

in The Life-cycle Model

3. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga

4. Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

5. Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital

terhadap Desired Capital Output Ratio

6. Gambar 2.6 Kasus Moneteris

7. Gambar 2.7 Kasus Keynesian

8. Gambar 3.1 Pengujian Durbin Watson Model Regresi

9. Gambar 4.1 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi

Tabungan Swasta

10. Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi

Investasi Swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
12

11. Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan

Swasta

12. Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi

Swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
13

Daftar Grafik

1. Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia

Periode 1984-2003

2. Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia

Periode 1984-2003

3. Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel

Riil di Indonesia Periode 1983-2003

4. Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real

Deposit Rate di Indonesia Periode 1983-2003

5. Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia

Periode 1983-2003

6. Grafik 4.6 Perkembangan PDB Nominal dan PDB Riil

(2000=100) di Indonesia Periode 1983-2003

7. Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah

terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan

indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan

ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk

didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup

besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk

membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik

yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar

negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang

kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum

tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi

sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk

berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
15

Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan

kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan

yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil.

Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup

investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan

pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman

yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih

tinggi sebagai sumber dana yang utama.

Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment

gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa

pertumbuhan investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi

tabungan nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat

dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam

pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3

sumber utama 1, yaitu : pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan

pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced saving or involuntary saving).

Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi

pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti

International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World

1 Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 304.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
16

Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign

direct investment (FDI).

Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan

dua-jurang pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, jurang tabungan

dan jurang devisa merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada

pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat

bantuan luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam

rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2. Sumitro (1994:44)

menjelaskan bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional

dan investasi harus ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari

tabungan oleh kalangan luar negeri.

Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah

belum terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk

menabung dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan.

Sistem produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan

pola tradisional. Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara

efektif dan efisien institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir

masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan dana dari

masyarakat mengalami kesulitan.

Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau

yang lebih dikenal dengan PAKTO 88, yang pokok-pokok kebijakannya berisi

2 M.L. Jhingan. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, hlm. 484.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
17

antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan

pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan

penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya

PAKTO 88 ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga

bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah terbentuk

baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu, tabungan nasional mulai

meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak adanya kecenderungan

persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing

maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan dana yang sangat

besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negara-

negara berkembang.

Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak

tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan undang-undang

Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal

Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang

surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan devaluasi rupiah tahun

1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral.

Tahun 1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy) yaitu

kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat inflasi, menjaga defisit

neraca transaksi berjalan agar tidak melebihi batas yang masih bisa diterima,

mengawasi utang luar negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata

investor. Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
18

Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak

terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada dasarnya pemberian

fasilitas yang sifatnya mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan

pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan baku akan sangat

efektif bila didukung oleh :

Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif ekonomi yang

berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang terampil dan murah.

Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor yang berorientasi

pasar luar negeri

Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak menghalangi penanam

modal untuk memindahkan kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri.

Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin ketentraman hidup

dan keamanan usaha serta kekayaan investor.

Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman modal.

Infrastruktur yang menunjang dan memadai.

Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan

nasional dan sebagai salah satu komponen yang berhubungan positif dengan

pertumbuhan ekonomi.

Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di

Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul :

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
19

dan Investasi Swasta di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan paparan diatas,

yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan

swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di

Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi

swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di

Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997 terhadap tingkat

tabungan dan investasi swasta di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang

mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan

jangka panjang di Indonesia.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
20

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang

mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan

jangka panjang di Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi terhadap

tabungan dan investasi swasta di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas. Bagi ilmu

pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur

dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi

makro.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
21

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Tabungan

Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan

tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996:

51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian

yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan

berikut ini :

S = Y C G ......(2.1)

S = (Y T C) + (T G)....(2.2)

Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik....(2.3)

Dimana : S = tabungan nasional

Y = pendapatan nasional

T = pandapatan pajak

C = konsumsi

G = pengeluaran pemerintah

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :

Tabungan swasta (private saving)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
22

Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak

dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :

Tabungan Swasta = Y T C.......(2.4)

Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan

(corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negara-

negara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang

besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya

berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan.

Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di

negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di

negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang

belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif

untuk dunia usaha (Gillis, 1987: 265-266).

Tabungan Publik (public saving)

Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi

pengeluaran pemerintah.

Tabungan Publik = T G.......(2.5)

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget

surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan

ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi.

Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit,

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
23

yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah

harus meminjam dana dari pihak lain untuk menutupi pengeluarannya.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal,

dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian.

Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan,

2000: 47):

1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada

kemauan dan kemampuan untuk menabung.

2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan

menyalurkan tabungan.

3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal

oleh perusahaan.

2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan

2.2.1 Teori J.M. Keynes

Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk

mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan

antara tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi

konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila

terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
24

seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut

juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan

berikut :

S Y C .....(2.6)

C = + cY ; > 0 ;0 < c <1.........(2.7)

Dimana : S = saving = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol

Y = income c = marginal propensity to consume

Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint

tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi

persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat

pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan

budget constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan :

S Y C = Y - cY = - + (1-c)Y ...(2.8)

Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan

positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save 3, s = 1 c, adalah

positif. Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat.

Teori ini disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan

pendapatan saat ini (current income).

3 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
25

Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan

Tabungan.
Konsumsi
S1
Fungsi
konsumsi

C1
45
Pendapatan
Tabungan

Fungsi Tabungan

0 Pendapatan
Yd0 Yd1
Autonomous Consumption

Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis

45 dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian,

pada gambar bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan

disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih

banyak daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi

akan lebih kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut

akan ditabung.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
26

2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving

2.2.2.1 Life-cycle Theory

The life-cycle permanent income theory of consumption and saving

(Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar

hidup yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup

seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang

waktu, konsumsi, dan tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu,

untuk merencanakan perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka

panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk

seluruh masa hidupnya.

Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the

Life-Cycle Model

Assets
YL
Saving

C
Dissaving
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009 Time
WL NL
27

Keterangan : WR = wealth WL = working life

YL = annual labor income NL = number of years of life

C = consumption

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang

waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan

aset. Pada akhir masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut,

tidak menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL

WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.

2.2.2.2 Permanent Income Theory

Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan oleh Milton

Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan dihubungkan tidak

hanya dengan pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada

jangka panjang. Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat

dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
28

mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya

sekarang dan di masa akan dating.

Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah

proporsional terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam

persamaan :

C = c.YP ......(2.9)

Dimana :

C = konsumsi

c = marginal propensity to consume

YP = permanent (disposable) income

2.2.3 Teori Klasik

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
29

Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada

tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang

disebut dengan invisible hand, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi

dari tingkat bunga 4. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan

masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat

akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.

Tingkat Bunga
tabungan
i1

i0 Investasi1

Investasi0

S0 S1 Jumlah uang yang ditabung


dan diinvestasikan

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan

sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan

melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan

saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan

tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat

bunga keseimbangan, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang

jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke

titik keseimbangan.

4 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
30

2.2.4 Teori Neoklasik

Alfred Marshall 5 dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa

faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan.

Diantara faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall

mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang

untuk menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula

tabungan.

Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher,

menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut

Fisher, tingkat bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip

ketidaksabaran (impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip

kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar.

Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of

time preference yang konstan 6. Rate of time preference adalah target tingkat

bunga riil yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih

besar dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi

positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika

tingkat bunga riil sama dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah

puas dengan dana tabungan yang telah dikumpulkannya.

5
Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.
6
Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
31

Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

Tingkat
KS0
bunga riil KS1

R0 Rate of time
R1 preference

KD1

K0 K1 Jumlah
modal
Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan

permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka

tabungan adalah nol, sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka

tabungan akan positif, penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat

bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah

modal per kapita akan berhenti bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan

rate of time preference.

2.3 Definisi Investasi


Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan dagang / inventori,

dan struktur usaha, termasuk pembelian rumah baru untuk rumah tangga.

Investasi dihubungkan dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan

modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output dari perusahaan

yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri. Definisi investasi swasta menurut

Parkin (1996:179) adalah pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh

perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang baru oleh rumah

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
32

tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada inventory perusahaan.Investasi

swasta terdiri dari :

Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam

persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir

yang dihasilkan oleh perusahaan.

Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh

perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali, terdiri dari

residential dan nonresidential investment.

Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan penelitian ini

merupakan gabungan antara investasi swasta asing (Penanaman Modal

Asing/PMA) dengan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam

Negeri//PMDN).

Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok dari investasi

swasta adalah menambah stok modal dari aset-aset produktif yang dipegang oleh

sektor swasta. Dua motivasi utama adalah untuk menggantikan stok modal yang

telah ada dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung teknologi

baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa baru tidak berarti yang

termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan yang ditanamkan modal).

Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi swasta tidak sama

dengan pola pengeluaran sektor rumah tangga yang mempunyai kebiasaan

membelanjakan sebagian atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat

pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli barang

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
33

atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk kemungkinan memperoleh

keuntungan di kemudian. Hal ini pula yang membedakannya dengan investasi

pemerintah.

Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama beberapa tahun

terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan PMA langsung (Foreign Direct

Investment/FDI). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dalam strategi

perdagangan yang makin berorientasi ke luar (outward looking) dan

meningkatnya intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri

Indonesia.

Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia ini

sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atau

oleh menteri teknis, seperti dalam bidang-bidang tertentu contohnya:

pertambangan, minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan),

kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh Menteri Pertanian),

lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh Menteri Keuangan), perbankan, (izin

oleh Menteri Keuangan dan rekomendasi BI).

2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA)

Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun

1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh

Undang-Undang No. 11 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
34

Undang No. 1 tahun 1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98-

100), yaitu:

a. Penanaman modal secara langsung;

b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia;

c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).

Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa

Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di

Indonesia;

2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing

dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari

devisa Indonesia;

3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk

membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2).

Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan

penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100% asing) ataupun

kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia

tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan)

atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak

boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup ditentukan

oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan,

listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
35

umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang

berkaitan dengan industri militer.

PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portfolio.

Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing

sedangkan investasi portfolio meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis

investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan

domestik.

Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk

mendorong PMA dan menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang

diinginkan. Pada saat yang sama, mereka juga mengenakan berbagai hambatan

terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya

alam mereka kembali.

Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat dihasilkan dari

tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga kerja domestik dan atau

kesempatan kerja yang lebih luas, pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk

yang baik dengan tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik,

meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap investasi asing tersebut,

dan keuntungan-keuntungan tidak langsung atau eksternalitas ekonomi dari

peningkatan teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong perusahaan-

perusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan maupun ke belakang (forward

and backward linkage effect).

PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi negara

resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus yang diberikan kepada

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
36

investor asing, seperti: pengurangan pajak (tax remission); pengaruh negatif

terhadap tabungan domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara

berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan campur tangan asing

terhadap urusan dalam negeri negara resipien.

Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing

sebagian besar berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada

berbagai determinan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan

sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan

yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar

penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi negara

penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk

mencapai target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two

gap) yaitu kesenjangan tabungan-investasi (saving gap) dengan pemberian

sumbangan finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan

domestik, dan juga mengatasi kesenjangan devisa atau kesenjangan

perdagangan luar negeri (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi

kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual

devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen

ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya dapat

menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang terdapat di dalam neraca

pembayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam jangka panjang

(secara permanen) bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
37

negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya

secara netto.

Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersebut, kesenjangan

ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan

antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat

dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan pendapatan pajak atas

keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka secara finansial

dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan

dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.

2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 6 tahun

1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria

sebagai berikut (Bank Indonesia, 1995:103):

a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;

b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang

berdomisili di Indonesia;

c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan

d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No.

1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1 ayat 1)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
38

PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat

dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara

lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka

waktunya minimal 1 tahun.

Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan

modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan

asing, dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau

swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta

nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki

oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka

untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang

banyak dan strategis.

2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi

2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior

Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan oleh Dale

Jorgenson 7, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin menunjukan bahwa biaya modal

dari pengguna dapat dijelaskan dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara

mengukur keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi pionir

dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan investasi perusahaan dan

dampak dari kebijakan pajak pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi.

7Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol.
53, pp. 49-58.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
39

Biaya Modal (The User Cost of Capital)

The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari modal pada kurun waktu

tertentu. Teori ini berawal dari asumsi bahwa perusahaan akan berinvestasi jika

mereka berekspektasi bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan

modal tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital (MPK)

lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of capital (u).

MPK u....(2.10)

Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output yang dapat diproduksi

oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan modal.

Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak penurunan the user cost

of capital (u) terhadap desired capital output ratio (v*), terlihat bahwa

keseimbangan awal berada pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan

pada daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat melakukan

investasi selanjutnya karena akan menyebabkan kerugian yang ditunjukan oleh

daerah (5) initial loss eliminated + (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of

capital dapat diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0 ke E1.

Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah (5) (initial loss

eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan tambahan yang

ditunjukan oleh daerah (2) extra added profit.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
40

Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital (u)

Terhadap Desired Capital Otput Ratio (v*).


User Cost of

Initial Profit (1) Initial User Cost (4)


u0
Extra Added Profit (2) Initial Loss Eliminated (5)

u1
New Lower User Cost Remaining Loss (6)

MPK

E0
v*0 v*1 Desired Capital Output Ratio

E1

Insentif Pajak dan Perilaku Investasi

The user cost of capital tidak hanya tergantung dari depreciation rate of

capital dan tingkat suku bunga riil yang harus dibayarkan dari dana yang dipinjam

untuk pembelian peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user

cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan. Karenanya baik itu

kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter dapat mempengaruhi the user cost of

capital. Kebijakan moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil,

sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan peraturan sistem

perpajakan.

Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan dampak dari perubahan

kebijakan perpajakan pemerintah yang dirancang untuk menstimulasi investasi.

Dengan mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada tingkat

pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk mengurangi the user cost.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
41

Dengan kata lain, tingkat pajak yang dibayarkan perusahaan untuk keuntungan

yang mereka dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal sekarang

dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser capital output ratio ke kanan ke

titik v*1. Penurunan user cost dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi

kerugian seperti dijelaskan sebelumnya.

2.4.2 Tobins q Theory of Investment

Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keynes bahwa

kecenderungan pembelian peralatan modal baru tergantung dari harga pasar

(market value) dari modal pada pasar saham dibandingkan dengan biaya

pembelian modal tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan

harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat merespon terhadap

perubahan harga saham dengan memproduksi lebih banyak modal, atau

berinvestasi, ketika harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru

atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya rendah.

Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang merefleksikan

perubahan pada haraga pasar relatif terhadap biaya pembelian, Tobin

mendefinisikan variabelnya q sebagai rasio dari harga pasar dari perusahaan pada

pasar saham dan obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock.

Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio ini tinggi,

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
42

perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak aset, sehingga investasi

akan tumbuh lebih cepat.

Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini adalah hubungan

antara gross investment relatif terhadap capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio

investasi pengganti (replacement investment) terhadap capital stock (d).

I = j (q 1) + d .....(2.11)

Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan pada harga pasar

saham, teori Tobin menciptakan saluran tambahan dimana perubahan pada pasar

saham mungkin mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan

berinvestasi.

Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini :

1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan ketika perubahan

pada yang diciptakan investasi tersebut terhadap harga pasar saham

perusahaan lebih besar daripada biayanya.

2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan bahwa suatu

pengeluaran investasi menguntungkan dengan ketika barang investasi

dikirimkan dan diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai

pengeluaran investasi.

3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal. Tidak semua

perusahaan dapat meningkatkan modal untuk mendanai investasinya

melalui pasar saham atau pasar obligasi.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
43

2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang Pengeluaran Investasi

Sektor Swasta

Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara kelompok

Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara beberapa hal yang cukup

mendasar untuk dijadikan alasan pembedaan antara kedua kelompok tersebut

adalah pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung berpendapat

bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya adalah bahwa pengeluaran sektor

swasta didasarkan pada teori pendapatan permanen sehingga pengeluaran

konsumsi akan relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen

pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara perlahan yaitu dalam

rangka penyesuaian konsumsi individu dengan perkiraan pendapatan permanen

dalam jangka panjang.

Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini relatif stabil

adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga yang cukup besar

(kurva IS yang cenderung mendatar)8. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga

dan harga yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi stabil,

jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar yang tetap maka tingkat

suku bunga akan turun. Penurunan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan

investasi kembali terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal.

Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah.

8
Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke
dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
44

Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak cukup untuk

menutupi penurunan investasi maka melalui perubahan harga pengeluaran swasta

akan tetap stabil, mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada

timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga akan turun. Untuk

sejumlah uang beredar, turunnya harga berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan

nilai riil uang (melalui teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam

alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan menurunkan

tingkat bunga yang kemudian akan mendorong kenaikan investasi.

Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada dasarnya tidak stabil 9.

Pergeseran sikap dan perkiraan dari pengusaha dan konsumen menyebabkan

ketidakstabilan sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk

menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga disebabkan oleh harga

yang tidak fleksibel.

Gambar 2.6 Kasus Moneteris


P AS

P0

P1
AD0

AD1
Y1 YF Y

Gambar 2.7 Kasus Keynesian


AS0
P
9 Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill.

P0
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
AS0
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
P1

AD0
45

Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal 85-86.

Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh pengusaha turun, pada

gambar 2.6 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari

AD0 ke AD1. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam versi

monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang diminta turun menjadi Y1.

maka akan terjadi excess suply, dimana penawaran melebihi permintaan,

pengangguran terjadi, dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun.

Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik, sehingga permintaan total

akan naik (sepanjang kurva AD1). Harga akan terus turun sampai jumlah yang

diminta kembali pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tingkat

bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena konsumsi merupakan

bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga merupakan kenaikan permintaan agregat.

Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi (autonomous) tidak

akan menyebabkan kenaikan konsumsi, sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri

bawah. Dalam gambar 2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1

karena upah dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran, maka

output akan tetap pada tingkat Y1. Disini digambarkan 2 kurva penawaran agregat

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
46

(AS), yaitu AS0 untuk ekstrim Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih

realistis. Untuk kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun tetapi

relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus ekstrim Keynesian, yaitu

Y2, tetapi kesemuanya masih berada dibawah output pada tingkat full employment

(Yf). Masalahnya, karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk

mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1, yang dapat

menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya output berada dibawah tingkat

full emloyment. Untuk mencapai kembali pada keadaan full employment,

Keynesian memberikan solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui

kebijakan fiskal dan moneter.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif

tahunan pada rentang waktu antara tahun 1984-2003 dengan pertimbangan

ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan

meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah

kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat (dependent variables)

yaitu tabungan swasta dan investasi swasta. Sedangkan variabel bebasnya

(independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel (gndi), tingkat suku

bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan nasional (PDB/Y), rasio investasi

pemerintah terhadap PDB (giy), serta variabel dummy krisis ekonomi Indonesia.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
48

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk runtun waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data yang

berbentuk angka-angka.

Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya Badan Pusat

Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan Koordinasi Penanaman Modal,

International Financial Statistics (IFS), Asian Development Bank, World

Development Indicators dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas

utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan investasi

swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan dengan model yang

digunakan.

Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori

yang mendukung penelitian. referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal,

Perpustakaan FE USU, Perpustakaan Pusat USU, dan Perpustakaan Bank

Indonesia Medan.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah

data dalam penulisan skripsi ini.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
49

3.4 Model Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik

dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang

mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM

(Error-Correction Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan

E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series)

dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS).

Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut:

Yt = 0 + 1 X1 + 2 X2 +............+ n Xn + Ut .(1.16)

dimana:

Yt = Variabel tidak bebas

X1,2,..,n = Variabel bebas

Ut = Error term

Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah sebagai berikut:

Yt = 0 + 1X1+ 2X2+ . + nXn + ECTt-1+Ut ..(1.17)

dimana:

Yt = First difference dari variabel tidak bebas

X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas

ECTt-1 = Error Correction Term

Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah :

Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 Dummy + t. (1.18)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
50

Sedangkan model untuk investasi swasta adalah:

Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 Dummy + t

..............................................................................................................(1.19)

Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan error-correction

(EC) term . EC term lagged periode (ECt-1) menggabungkan pergerakan short-run

dan long-run pada fungsi tabungan nasional dan investasi swasta.

Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara spesifik menjadi

general error correction model (ECM) :

1. Fungsi tabungan

Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 ECTt-1 + 5 D + t

...(1.20)

Keterangan :

= konstanta

Ln S = First Difference dari logaritma tabungan nasional

LnGNDI = First Difference dari logaritma Gross National Disposable

Income

LnR = First Difference dari tingkat suku bunga

LnP = First Difference dari tingkat inflasi

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
51

ECTt 1 = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2, 3, 4 = koefisien regresi

= error term

t menunjukan waktu

2. Fungsi investasi swasta

Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 ECTt-1 +6 D+

t ...(1.21)

Keterangan :

Ln I = First Difference dari logaritma investasi

LnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional

LnP = First Difference dari tingkat inflasi

LnR = First Difference dari tingkat suku bunga

LnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah

terhadap PDB

ECTt-1 = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
52

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2 ,3, 4, 5 = koefisien regresi

= error term

t menunjukan waktu

3.5 Pengujian Statistik

3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan stasioneritas

pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk diketahui adanya unit roots

dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF-test) sebagai berikut :

Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan diubah menjadi

Yt = Yt-1 + Ut ..................................................................(1.22)

Jika koefisien Yt-1 () adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima, maka

variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk mengubah trend

yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first

difference)

Yt = (-1) (Yt -Yt-1)...............................................................(1.23)

Koefisien akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga model

menjadi stasioner.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
53

Kesimpulan hipotesis DF-test :

Ho : = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)

H1 : 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)

Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-

hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.

3.5.2 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel

independen mempengaruhi variabel dependennya pada jangka panjang. Yang

dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu

dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak

bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu

kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan

penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak

ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam

kondisi optimumnya).

Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk

menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang

sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka

panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan

dalam uji ini :

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
54

1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan

Ordinary Least Square (OLS), misalnya :

Yt = 0 + 1Xt1 + 2Xt2 + Ut ............................................................................................. (1.24)

Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali

Ut = Ut-1 + t ..................................................................................................................................... (1.25)

t = 0Ut-1 + 1Ut-2 ..................................................................... (1.26)

Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika

nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner.

2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan

antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu.

Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini :

Ut = Ut-1 + t .........................................................................(1.27)

Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :

Ho : = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi)

H1 : 0 (Variabel-variabel terkointegrasi)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
55

3.5.3 Uji Kesesuaian

3.5.3.1 Penaksiran Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang

dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya

kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang

menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar

variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2 <1),

dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena

semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.

3.5.3.2 Uji t Statistik (Uji Parsial)

Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen (dalam hal ini untuk mendukung

uji kointegrasi dan ECM) secara parsial.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : bi = 0 (tidak signifikan)

Ha : bi > 0 (signifikan)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
56

Ho akan diterima (Ha ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t

hitung lebih kecil dari t tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak

mempengaruhi variabel tidak bebas (tidak signifikan).

Sebaliknya Ho akan ditolak (Ha diterima) pada tingkat

kepercayaan tertentu jika t hitung lebih besar dari t tabel sehingga

variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas (signifikan).

Nilai t hitung adalah sebagai berikut :

bi

t = -------------

S(bi)

Dimana :

bi = Parameter yang diestimasi

S(bi) = Standart error yang diuji.

3.5.3.3 Uji F- Statistik

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua

variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping

menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
57

sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan demikian hasil uji F

yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak

sama dengan nol.

Hipotesa yang digunakan adalah :

Ho : bl = b2 = .... = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas.

Ha : bl b2 .... 0, terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas.

Hasil pengujian akan menunjukan :

Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel

bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ; artinya

setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

Nilai F hitung :

R2/(k-1)

F = -----------------------

(1-R2)/(n-k)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
58

Dimana :

k = banyaknya koefisien (termasuk intersep bi)

n = banyaknya observasi pada sampel.

3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.5.4.1 Masalah Multikolinier

Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan

yang pasti diantara explanatory variable (variabel penjelas) dalam model regresi.

Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung

penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil

regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak

menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui

perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.

3.5.4.2 Masalah Serial Korelasi

Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi

antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena

beberapa faktor :

1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data

time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun

perekonomian sudah membaik.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
59

2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang

sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori

ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukungnya.

3. Bentuk model yang tidak tepat.

4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang

diharapkan. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi gejala ini adalah uji

Durbin-Watson dan Run-test.

Uji serial korelasi:

1. Durbin Watson

Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai

masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis di halaman berikut ini.

Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi

Serial Daerah Daerah tidak ada Daerah S


erial
Korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu
Korelasi
0 Positif dL dU 2 4 dU 4 dL 4
Negati

Keterangan : Ho : tidak ada auto korelasi positif

Ho* :
tidak ada auto korelasi negative

Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin Watson statistik

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
60

Daerah Hasil

0 < D-W Stat < dL Terdapat Autokorelasi positif

dL < D-W Stat < dU Ragu ragu

dU < D-W Stat < 4-dU Tidak terdapat Autokorelasi

4-dU < D-W Stat < 4-dL Ragu ragu

4-dL < D-W Stat < 4 Terdapat Autokorelasi negatif

2. Run-Test

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah serial korelasi

dalam model, dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan (positif atau

negarif) residual yang diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel

dependen terhadap nilai estimasinya.

Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai residual yang

positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs atau perubahan nilai positif

dan negatif residual (k) dan jumlah observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai

rata-rata runs (k) dan variansnya (k) melalui rumus :

2n1n 2
( k ) = + 1 ................................................................................(1.28)
n1 + n 2

2n1n 2(2n1n 2 n1 n 2)
k = ...............................................................(1.29)
(n1 + n 2) 2 (n1 + n2 1)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
61

S (k ) = (k ) ........................................................................(1.30)

Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model, ditentukan melalui

batasan rentang :

(k) t-tabel ( n,-1; ) S(k) k (k) + t-tabel ( n,-1; ) S(k)

Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k) berada dalam

rentang batas interval tersebut diatas yang menunjukan bahwa model tidak

mengandung masalah serial korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa

model mengandung masalah serial korelasi.

Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah serial korelasi,

maka model harus diperbaiki melalui perbaikan regresi, karena apabila terjadi

korelasi diantara anggota series dari observasi maka asumsi classical linear

regresion tidak terpenuhi.

3.5.5 Defenisi Variabel Operasional

3.5.5.1 Gross National Disposable Income (gndi)

Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi barang dan jasa.

Variabel ini diharapkan akan berhubungan positif dengan tabungan nasional.

Pendapatan disposibel dapat dirumuskan sebagai :

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
62

Yd = Y T(1.31)

Dimana : Yd = pendapatan disposibel

Y = pendapatan nasional

T = pajak

3.5.5.2 Tingkat suku bunga riil (r)

Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi terhadap inflasi,

dapat dirumuskan sebagai :

Real interest rate = nominal interest rate inflation .(1.32)

3.5.5.3 Tingkat inflasi (lnp)

Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga Konsumen tahunan

tahun konstan 2000. Inflasi tahunan dirumuskan dengan :

Tingkat inflasi = IHKt IHKt-1 X 10.......(1.33)

IHK t-1

3.5.5.4 Pendapatan riil (y)

Data pendapatan riil tahunan menggunakan data pendapatan nominal

tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun konstan 2000 dengan perumusan:

PDB Riil = PDB Nominalt X 100 ....(1.34)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
63

PDB Deflatort

3.5.5.5 Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy)

Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran pemerintah dalam

investasi (public investment) terhadap Produk Domestik Bruto.

3.5.5.6 Dummy variable

Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data yang membagi

sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis

kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy variables

digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan nilai D = 0 untuk periode

sebelum krisis ekonomi Indonesia dan D = 1 untuk periode setelah krisis

ekonomi. Berdasarkan identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy

variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis ekonomi maupun analisis

statistik dari hasil regresi model tabungan dan investasi swasta di Indonesia

Periode 1984-2003 dengan pendekatan kointegrasi dan Error Correction Model

(ECM). Pendekatan kointegrasi bertujuan untuk melihat hubungan keseimbangan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
64

jangka panjang antara variabelvariabel da2qe3wfglam model. Sedangkan

pendekatan ECM bertujuan untuk melihat dinamika jangka pendek dari variabel-

variabel dalam model yang mengarahkan kepada keseimbangan jangka

panjangnya. Di samping itu akan dilakukan pengujian-pengujian terhadap

masalah yang biasa muncul dalam regresi linier dan analisis runtun waktu (time

series).

Dalam analisis ekonomi akan dijelaskan mengenai arti dari parameter-

parameter yang diperoleh dari hasil regresi yang meliputi kesesuaian arah

parameter yang diteliti dengan hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan

berdasarkan teori-tori ekonomi, termasuk arti dari nilai koefisien itu sendiri, dan

juga melihat berapa besar pengaruh perubahan variabel-variabel bebas terhadap

variabel tidak bebasnya. Untuk analisis statistika, akan diperlihatkan sampai

sejauh mana validitas model yang digunakan dalam penelitian melalui pengujian

secara statistik terhadap model yang bersangkutan. Pengujian masalah-masalah

linier ditujukan untuk menghasilkan model regresi dan hasil estimasi yang akurat

dan tidak bertentangan dengan asumsi regresi linear klasik. Pengujian tersebut

meliputi perhitungan t-statistik dan F-statistik, penaksiran koefisien determinasi

dan Durbin Watson statistik.

4.1 Interpretasi Data

4.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variables)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
65

4.4.1.1 Tabungan Swasta

Tabungan swasta adalah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga atau

perusahaan. Tabungan swasta memiliki peranan penting dalam pembentukan

investasi domestik, dimana tabungan akan menyebabkan terjadinya penanaman

modal, dan penanaman modal ini akan memperbesar kapasitas produksi sehingga

pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Data tabungan swasta

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional setelah dikurangi

penerimaan pajak dan konsumsi rumah tangga.

Dari tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan tabungan swasta di

Indonesia beserta pertumbuhannya periode 1984-2003. Tingkat tabungan tertinggi

terjadi pada tahun 1999 dengan nilai Rp. 792.968,07 milyar, dan tingkat tabungan

swasta terendah terjadi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000 sebesar Rp.

292.208,70 milyar dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6,65 % per tahun.

Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dimana tabungan swasta

tumbuh sebesar 47,42 %.

Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta

dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Tahun Tabungan Pertumbuhan Tahun Tabungan Pertumbuhan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
66

Swasta (%) Swasta (%)

(milyar (milyar
rupiah) rupiah)

1984 349346.72 - 1994 518760.09 -31.17

1985 358137.99 2.52 1995 577519.15 11.33

1986 395678.43 10.48 1996 653997.20 13.24

1987 437584.67 10.59 1997 687910.62 5.19

1988 486874.36 11.26 1998 740782.18 7.69

1989 538382.48 10.58 1999 792968.07 7.04

1990 584852.73 8.63 2000 292208.70 -63.15

1991 633031.01 8.24 2001 346710.00 18.65

1992 690104.70 9.02 2002 448997.36 29.50

1993 753651.05 9.21 2003 661904.50 47.42

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah

kembali).

Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta


di Indonesia Periode 1984-2003.

900000
800000
nilai (milyar rupiah)

700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0

tahun

tabungan swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
67

Sumber : Tabel 4.1

Pergerakan tabungan swasta pada periode penelitian dapat dilihat pada

gambar diatas. Titik tertinggi tabungan swasta pada tahun 1999 disebabkan dari

tingginya tingkat suku bunga tabungan yang mencapai 25,3% per tahun dan juga

karena rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga. Rendahnya konsumsi rumah

tangga juga disebabkan karena mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia

pasca krisis ekonomi yang ditandai dengan kestabilan harga kala itu. Sedangkan

titik terendah pada tahun 2000 disebabkan karena tingginya tingkat konsumsi

rumah tangga yang disebabkan karena naiknya harga BBM karena pengurangan

subsidi oleh pemerintah yang mendorong kenaikan harga barang-barang lainnya.

4.4.1.2 Investasi Swasta

Data mengenai investasi swasta yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data PMA dan PMDN yang disetujui pemerintah. Investasi swasta

cenderung meningkat dari waktu-kewaktu. Walaupun demikian pada tahun-tahun

tertentu mengalami penurunan. Tabel dibawah ini memperlihatkan perkembangan

investasi swasta di Indonesia pada tahun 1984-2003.

Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta


dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Investasi Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan


Tahun Tahun
Swasta (%) Swasta (%)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
68

(milyar (milyar
rupiah) rupiah)

1984 107190.7 - 1994 245261.8 24.04

1985 84658.6 31.09 1995 309551.6 26.21

1986 110978.3 5.02 1996 326743.6 5.55

1987 116546.4 13.96 1997 340471.1 4.20

1988 132819.4 16.62 1998 240885.8 -29.25

1989 154892.7 15.08 1999 202957.1 -15.75

1990 178245.3 2.54 2000 241732.1 19.11

1991 182767.2 3.23 2001 253425.7 4.84

1992 188666.5 4.80 2002 256115.3 1.06

1993 197723.5 -21.02 2003 248425.5 -3.00

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah

kembali)..

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa selama periode 1984 sampai

dengan 2003 perkembangan investasi swasta cenderung mengalami peningkatan.

Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 26,21% dan

angka pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar -29,25 % atau mengalami

rata-rata pertumbuhan 5,70% setiap tahunnya. Peningkatan investasi swasta ini

tidak lepas dari usaha pemerintah dalam mendorong penyehatan kembali investasi

swasta. Sejak tahun 1989 pemerintah melakukan percepatan dan perluasan

investasinya, sehingga dampaknya dapat dilihat dalam beberapa tahun berikutnya

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
69

yaitu terjadi pertumbuhan investasi swasta sejalan dengan meningkatnya realisasi

Penanaman Modal Asing.

Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta


di Indonesia Periode 1984-2003.

400000
350000
300000
investasi swasta
(milyar rupiah)

250000
200000
150000
100000
50000
0
1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002
tahun
investasi swasta

Sumber : Tabel 4.2

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997

menyebabkan penurunan yang sangat tajam pada investasi swasta. Penurunan

sebesar 29,25 % pada tahun 1998 disebabkan karena menurunnya kepercayaan

investor karena ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya

risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Setelah tahun 1998, investasi swasta

di Indonesia mulai kembali menunjukan peningkatan seiring dengan berbagai

kebijakn pemerintah dalam pemulihan pasca krisis serta berbagai kemudahan

yang diberikan pada investor.

4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variables)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
70

4.4.2.1 Pendapatan Nasional Disposibel

Pendapatan nasional disposibel adalah pendapatan nasional setelah

dikurangi penerimaan pajak, atau juga pendapatan yang dapat digunakan untuk

konsumsi. Secara umum, perkembangan pandapatan nasional disposibel Indonesia

pada periode penelitian menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun

juga terjadi penurunan ketika terjadi krisis ekonomi.

Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel

dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Pendapatan Pendapatan
Nasional Pertumbuhan Nasional Pertumbuhan
Disposibel Disposibel
Tahun (milyar (%) Tahun (milyar (%)
rupiah) rupiah)

1984 678933.7 - 1994 1193870 7.09

1985 693151.8 2.09 1995 1291416 8.17

1986 732658.6 5.70 1996 1387533 7.44

1987 768276.2 4.86 1997 1441846 3.91

1988 812376.1 5.74 1998 1217702 -15.55

1989 870610.4 7.17 1999 1198647 -1.56

1990 928400.1 6.64 2000 1273857 6.27

1991 993143.6 6.97 2001 1257444 -1.29

1992 1051156 5.84 2002 1293427 2.86

1993 1114825 6.06 2003 1318017 1.90

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
71

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah

kembali).

Dari tabel diatas dapar dilihat bahwa nilai pendapatan nasional disposibel

tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar Rp. 1.441.846 milyar dan nilai terendah

terjadi pada awal periode penelitian yaitu ketika tahun 1984 sebesar Rp. 678.933,7

milyar. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1995 mencapai 8,17% dan

pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar 15,55%, dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 3,70% per tahun.

Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional


Disposibel Riil di Indonesia Periode 1984-2003.

1600000
nilai (milyar rupiah)

1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0

tahun

gndi

Sumber : Tabel 4.3

Pergerakan pendapatan nasional disposibel seperti pada gambar diatas

terlihat bahwa dari tahun 1984-1997 mengalami peningkatan yang stabil, tetapi

setelah terjadi krisis ekonomi ternyata mengalami penurunan yang tajam pada

tahun 1998. Setelah periode tersebut tingkat pendapatan nasional disosibel

kembali stabil seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia,

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
72

diantaranya peningkatan pendapatan nasional dan pertumbhan ekonomi yang

cukup baik.

4.4.2.2 Tingkat Suku Bunga Tabungan (Deposit Rate)

Tingkat bunga merepresentasikan pembayaran di masa depan untuk

transfer uang di masa kini. Sebagai hasilnya tingkat bunga selalu membandingkan

jumlah uang pada beberapa titik waktu. Tingkat bunga ini memberikan gambaran

daya beli dari rekening bank masyarakat pada titik waktu tertentu. Semakin tinggi

tingkat bunga maka masyarakat semakin banyak yang memilih asset finansial

berupa deposito berjangka dan atau obligasi berarti semakin sedikit yang

memegang uang kas. Ada dua jenis tingkat bunga, yang pertama yaitu tingkat

bunga nominal, tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank, biasanya diumumkan

tanpa koreksi dari efek inflasi. Sedangkan yang kedua adalah tingkat bunga riil,

yaitu tingkat bunga yang telah dikoreksi inflasi. Jadi, tingkat suku bunga tabungan

riil dapat dirumuskan sebagai berikut :

Real deposit rate = Nominal Deposit Rate Inflation


Dengan demikian tingkat bunga riil dapat bernilai negatif ketika inflasi

melebihi tingkat bunga nominal sehingga inflasi mengurangi nilai tabungan

masyarakat daripada tingkat bunga nominal meningkatkan nilai tabungan

masyarakat. Sebagai koreksi inflasi digunakan inflasi IHK Indonesia periode

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
73

tahun 1984-2003 karena inflasi IHK mencerminkan tingkat harga biaya hidup

yang harus ditanggung masyarakat Data tingkat suku bunga yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito 12 bulan yang didapat

dari Bank Indonesia.

Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal


dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1984-2003.

Nominal
Real Deposit
Tahun Deposit Rate Inflasi IHK
Rate (%)
(%)

1984 17.5 10.51 6.99

1985 15.2 4.73 10.47

1986 14.6 5.83 8.77

1987 17.5 9.23 8.27

1988 17.8 8.08 9.72

1989 17.1 6.39 10.71

1990 17.6 7.82 9.78

1991 23.4 9.41 13.99

1992 19.5 7.53 11.97

1993 14.5 9.68 4.82

1994 12.6 8.52 4.08

1995 16.8 9.44 7.36

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
74

1996 17.3 7.96 9.34

1997 20.3 6.73 13.57

1998 40 57.66 -17.66

1999 25.3 20.31 4.99

2000 12.5 9.35 3.15

2001 15.5 12.55 2.95

2002 15.2 11.88 3.32

2003 10.2 6.59 3.61

Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali).

Untuk memobilisasi tabungan masyarakat, melalui Kebijakan 1 Juni 1983,

pemerintah menghapuskan pagu tingkat bunga dengan demikian mekanisme suku

bunga tabungan ditentukan oleh mekanisme pasar. Kebijakan ini efektif pada

tahun 1984 dimana tingkat bunga nominal meningkat hingga 17,5% sehingga

meningkatkan tingkat suku bunga riil hingga 6,99%. Semenjak saat itu nilai

tingkat bunga riil bernilai positif. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis

perbankan dimana terjadi penurunan kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi

intermediasinya ditandai dengan meningkatnya kredit macet. Memburuknya

kinerja perbankan meningkatkan pesimisme nasabah akan nasib dananya yang

disimpan di bank sehingga mereka menarik dananya tersebut. Untuk mengatasi

hal ini, perbankan memberikan peningkatan bunga tabungan yang tinggi dengan

tujuan para nasabah memilih tetap menyimpan dananya di bank dan tidak

melakukan penarikan dana. Karenanya tingkat bunga nominal pada masa krisis

perbankan tinggi sekali yaitu 20,3% (1997) dan 40% (1998). Namun karena

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
75

tingginya inflasi, secara riil masyarakat menerima tingkat bunga yang negatif pada

tahun 1998 yaitu sebesar 17,66%.

Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate
di Indonesia Periode
1984-2003.
50

40

30
deposit rate (%)

20

10

0
1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002
-10

-20

-30
tahun
real deposit rate nominal deposit rate

Sumber : Tabel 4.4

Dari grafik 3.4 dapat dilihat bahwa titik tertinggi dari tingkat suku bunga

nominal terjadi pada tahun 1998, tetapi titik terendah tingkat suku bunga riil juga

terjadi pada tahun 1998. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya tingkat bunga

nominal tidak berarti tingkat bunga riilnya pun tinggi, tetapi hal itu berarti

tingginya tingkat bunga nominal merupakan dampak dari tingginya tingkat inflasi

pada tahun tersebut. Selain itu hal ini juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah

dalam menanggulangi dampak krisis ekonomi dan tingginya tingkat inflasi.

Tahun-tahun berikutnya tingkat bunga tabungan riil kembali bernilai positif

seiring dengan meningkatnya usaha dalam mengatasi krisis perbankan.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
76

4.4.2.3 Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga secara umum dan

terus menerus. Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian dan tingkat

inflasi digunakan sebagai dasar pengukuran secara statistik terhadap

perkembangan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.

Inflasi mengakibatkan ketidakpastian harga (terutama inflasi yang tidak

diantisipasi), sehingga alokasi sumberdaya tidak optimal dan mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi rendah (berada di bawah tingkat optimal). Penelitian ini

menggunakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000

dengan perumusan:

Tingkat inflasi = IHKt IHKt-1 x 100


IHKt-1

Tabel berikut ini memberikan gambaran perkembangan inflasi di

Indonesia selama periode 1984-2003. Besar kecilnya laju inflasi di Indonesia tidak

terlepas dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah, meningkatnya inflasi

dunia, dan penyesuaian terhadap harga BBM.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
77

Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia

Periode 1984-2003.

Tahun IHK Inflasi


(2000=100)

1984 19.1 10.51

1985 20.1 4.73

1986 21.2 5.83

1987 23.2 9.23

1988 25.1 8.08

1989 26.7 6.39

1990 28.7 7.82

1991 31.4 9.41

1992 33.82 7.53

1993 37.1 9.68

1994 40.3 8.52

1995 44.0 9.44

1996 47.56 7.96

1997 50.5 6.73

1998 80.0 57.66

1999 96.4 20.31

2000 100.0 9.35

2001 111.5 12.55

2002 124.7 11.88

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
78

2003 132.96 6.59

Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data diolah

kembali).

Pada tahun 1986-1987 inflasi terjadi karena tingginya ketergantungan

impor untuk memenuhi kebutuhan industri substitusi impor di Indonesia dan juga

terjadinya devaluasi. Pada tahun 1990-1997 inflasi terjadi karena adanya kenaikan

harga BBM yang mendorong meningkatnya harga barang-barang lainnya. Inflasi

tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar 57,66 persen. Krisis moneter

yang berkepanjangan dan keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil

sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengambil uangnya di bank (bank

rush) dan akibatnya jumlah uang beredar bertambah. Fluktuasi inflasi yang tinggi

selama tahun 1998-1999 disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik yang

tidak menentu, terutama semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia dan juga

terkait dengan serangkaian kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi BBM

dan kenaikan tarifdasar listrik (TDL).

Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia


Periode 1984-2003.

60
50
inflasi (%)

40
30
20
10
0
1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

tahun

inflasi

Sumber : Tabel 4.5


Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
79

Dari gambar diatas dapat dilihat setelah tahun 1998 tingkat inflasi mulai

menurun yang mengindikasikan perbaikan dalam perekonomian Indonesia.

Berbagai kebijakan pemerintah pasca krisis ekonomi serta ketersediaannya

berbagai kebutuhan pokok mendorong hal ini. Setelah tahun 1999, kondisi

perekonomian berangsur-angsur membaik, terbentuknya pemerintahan baru hasil

pemilu 1999 tersebut telah memunculkan kembali ekspektasi yang positif di

masyarakat terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Pada tahun 2003, tingkat

inflasi mencapai titik terendah selama enam tahun terakhir (1998-2003) yang

disebabkan membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan situasi

perekonomian yang stabil.

4.4.2.4 Pendapatan Nasional

Dalam kerangka ekonomi makro pendapatan nasional menggambarkan

aktivitas perekonomian dalam suatu negara. Dalam penelitian ini, data pendapatan

nasional merupakan proksi dari Produk Domestik Bruto Riil. Produk Domestik

Bruto (PDB) merupakan nilai dari total output yang dihasilkan dalam suatu

negara. Pengukuran Produk Domestik Bruto sangat diperlukan dalam teori

maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
80

menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan

ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran,

serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Produk Domestik Bruto juga

menggambarkan aktivitas perekonomian suatu negara. Perekonomian secara

umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto.

Sekalipun demikian, dalam perhitungan pendapatan nasional teredapat

unsur harga yang mempengaruhi besarnya nilai (nominal) pendapatan nasional.

Dengan kata lain jumlah uang yang dikeluarkan dapat lebih besar untuk

memperoleh barang dan jasa dalam jumlah yang sama. Ukuran kemakmuran

ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian

tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Dengan asumsi harga konstan, maka

nilai barang yang diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak kearah

yang sama.

PDB yang sering kita dengar dan kenal selama ini sebenarnya adalah PDB

nominal. Padahal, PDB nominal ini sesungguhnya tidak menggambarkan keadaan

perekonomian yang sebenarnya. Perubahan PDB nominal ini hanya merefleksikan

perubahan produksi karena perubahan harga. Untuk mendapatkan perubahan

produksi yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga digunakanlah

PDB riil. PDB riil adalah jumlah barang dan jasa pada periode tertentu dalam

harga konstan. Tingkat pertumbuhan PDB Riil tidak terlepas dari pengaruh

kegiatan ekonomi, baik dalam negeri maupun faktor yang mewarnai keadaan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
81

ekonomi serta pola perdagangan dan situasi moneter internasional. Untuk

mendapatkan PDB riil menggunakan rumus :

PDB Riil = PDB Nominalt x 100

PDB Deflatort

Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB)

di Indonesia Periode 1984-2003.

PDB Riil
PDB Nominal
PDB deflator (2000=100)
Tahun
(milyar (2000=100) (milyar
rupiah)
rupiah)

1984 89885. 14.430 622920.9

1985 98406. 15.418 638262.3

1986 110697. 16.381 675764.6

1987 128630. 18.141 709049

1988 149395. 19.919 750031.4

1989 179608. 22.285 805962.8

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
82

1990 210866. 24.397 864328.9

1991 249969. 27.041 924400.5

1992 282395. 28.695 984115.9

1993 329776 31.4658 1048046

1994 382220. 33.913 1127067

1995 454514. 37.264 1219713

1996 532568. 40.497 1315070

1997 627695. 45.588 1376877

1998 955753. 79.903 1196139

1999 1099730. 91.218 1205601

2000 1264920. 100.000 1264920

2001 1449400. 110.762 1308572

2002 1610570. 118.792 1355790

2003 1786700. 126.101 1416880

Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data

diolah kembali)..

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai PDB nominal senantiasa mengalami

peningkatan seiring dengan meningkatnya pembangunan. Namun PDB nominal

tidaklah menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena perubahan PDB

nominal mencerminkan perubahan produksi barang dan jasa yang diakibatkan

oleh perubahan harga.

PDB riil Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang relatif stabil

sampai dengan tahun 1998. Pertumbuhan pada tahun-tahun tersebut terutama

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
83

didorong oleh menguatnya permintaan domestik yang sejalan dengan tingginya

pertumbuhan investasi dan konsumsi sektor swasta. PDB riil pada tahun 1998

mengalami penurunan. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi yang terjadi

sejak pertengahan tahun 1997.

Grafik 4.6 Perkembangan Produk Domestik Bruto Nominal dan


Produk Domestik Bruto Riil (2000=100) di Indonesia
Periode 1984-2003.
1800000
Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)

1500000
1200000
900000
600000
300000
0
1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002
tahun

PDB nominal PDB riil

Sumber : Tabel 4.6

Penurunan ini juga diakibatkan oleh lemahnya struktur perekonomian

Indonesia ditambah kondisi sosial politik yang penuh dengan ketidakpastian yang

memancing sentimen negatif dari pasar. Tahun 1999 PDB riil mulai

menunjukkan adanya peningkatan kembali. Perbaikan ekonomi terutama didorong

oleh meningkatnya konsumsi swasta dan pemerintah, serta mulai pulihnya

kegiatan produksi dan investasi.

Dari grafik diatas terlihat pergerakan PDB nominal dan PDB riil Indonesia,

secara umum, selama periode penelitian 1984-2003, tampak bahwa pertumbuhan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
84

PDB riil menunjukkan peningkatan yang meyakinkan dari tahun ke tahun. Tetapi

setelah itu, ketika periode 1998, PDB riil Indonesia kembali mengalami

penurunan. Dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pergerakan PDB riil Indonesia

kembali menunjukan peningkatan yang stabil. Pertumbuhan PDB riil kembali

memperlihatkan potensi untuk mengalami peningkatan ditengah membaiknya

sentimen positif pasar terhadap perkembangan perekonomian dan sosial politik

Indonesia ke depan.

4.4.2.5 Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB

Investasi pemerintah umum mencakup investasi dari pemerintah pusat,

pemerintah daerah tingkat I dan II serta desa. Sumber dari pembentukan modal

pemerintah berasal dari tabungan pemerintah dan tabungan luar negeri. Tabungan

pemerintah merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dikurangi

pengeluaran rutin pemerintah.

Pengeluaran pemerintah untuk investasi berarti berkaitan dengan kebijakan

fiskal pemerintah. Data investasi pemerintah yang dipakai dalam penelitian ini

adalah data pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang bersumber dari

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran untuk

pembangunan merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan investasi

yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan.

Prioritas alokasi pengeluaran pembangunan diberikan kepada pengembangan

sarana dan prasarana ekonomi, penyediaan fasilitas pelayanan dasar dan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
85

pengembangan sumber daya manusia. Trend perkembangan investasi di Indonesia

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi

Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1984-2003.

Investasi Rasio Investasi Rasio


Pemerintah Terhadap Pemerintah Terhadap
Tahun PDB Tahun PDB
(milyar (milyar
rupiah) (%) rupiah) (%)

1984 51981.43 8.35 1994 76251.52 6.76

1985 54227.26 8.50 1995 65340.08 5.36

1986 39266.32 5.81 1996 75595 5.75

1987 40871.34 5.76 1997 93425.39 6.79

1988 48901.5 6.52 1998 84815.47 7.09

1989 51890.08 6.44 1999 46867.24 3.89

1990 60717.39 7.03 2000 25815 2.04

1991 64439.91 6.97 2001 37294.63 2.85

1992 79565.18 8.09 2002 32281.62 2.38

1993 76644.55 7.31 2003 48982.82 3.12

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah

kembali).

Dari tabel diatas dapat dilihat peranan pemerintah dalam pembentukan

modal cukup berarti, karena nilai investasi pemerintah dari tahun ketahun

mengalami peningkatan, kecuali pada beberapa tahun mengalami penurunan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
86

terutama setelah terjadinya krisis ekonomi. Nilai investasi pemerintah tertinggi

berada pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 93.245,39 milyar, dan nilai terendah

pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 25.815 milyar. Penurunan investasi

pemerintah, sebagai akibat dari turunnya sumber penerimaan pemerintah dari

sektor migas. Turunnya penerimaan negara menyebabkan turunnya tingkat

tabungan pemerintah, sehingga tingkat investasi pemerintah mengalami

penurunan.

Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah


Terhadap PDB di Indonesia
Periode 1984-2003.

10
9
8
7
rasio (%)

6
5
4
3
2
1
0
1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

tahun

rasio investasi pemerinah terhadap PDB

Sumber : Tabel 4.7

Grafik diatas memperlihatkan perkembangan porsi investasi pemerintah

terhadap PDB di Indonesia periode 1984-2003. Dari grafik terlihat perkembangan

rasio investasi pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, nilai tertinggi berada pada

tahun 1985 dengan nilai 8,50 % dan nilai terendah berada pada tahun 2000 dengan

nilai 2,04%. Pertumbuhan investasi pemerintah yang melambat tersebut seiring

dengan merosotnya penerimaan pemerintah dari sektor migas, sehingga

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
87

pemerintah menjalankan kebijakan penghematan fiskal dalam hal ini berarti

adanya penjadwalan kembali investasi- investasi pemerintah.

4.4.2.6 Variabel Dummy Krisis Ekonomi

Selama periode observasi penelitian ternyata di Indonesia terjadi krisis

ekonomi yang dimulai sejak pertengahan tahun 1997. Hal ini menyebabkan

perubahan yang signifikan terhadap berbagai variabel makroekonomi serta

kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Setelah krisis terjadi, angka-angka

pada variabel makroekonomi berfluktuasi secara tajam yang dimulai pada tahun

1998. Penelitian ini menggunakan dummy variable krisis ekonomi sebagai salah

satu variabel yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia.

Dummy variable krisis ekonomi merepresentasikan ukuran kualitatif pada model

tabungan dan investasi swasta di Indonesia periode tahun 1984-2003. Sesuai

dengan identifikasi diatas, maka variable dummy tersebut bernilai satu pada tahun

1998 sampai dengan tahun 2003.

4.2 Unit Root Test

Salah satu asumsi yang terdapat pada analisa regresi yang melibatkan data

time series adalah data yang diamati bersifat stasioner. Data stasioner adalah data

yang menunjukkan mean, varians, dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama

pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya suatu data disebut

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
88

stasioner jika perubahannya stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada

yang tidak stasioner, maka data tersebut harus dipertimbangkan kembali kevalidan

dan kestabilanya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner

akan menyebabkan spurious regression (regresi lancung). Tanda-tanda yang dapat

mengindikasikan terjadinya spurious regression (regresi lancung) adalah dengan

menbandingkan nilai koefisien determinasi dengan DW statistiknya. Apabila R2 >

DW statistiknya, maka dapat diindikasikan terjadinya regresi palsu. Masalah ini

muncul karena indikasi trend yang kuat, jadi R2 yang tinggi itu disebabkan oleh

keberadaan trend tersebut, bukan karena hubungan ekonomi. Sementara nilai DW

statistiknya yang kecil merefleksikan residual tidak stasioner. Salah satu konsep

yang dipakai untuk menguji kestasioneran data time series adalah uji akar unit

(unit root test).

Di dalam penelitian ini akan digunakan uji akar unit melalui uji Dickey-

Fuller (DF-Test) untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan

memiliki masalah akar unit atau data tidak stasioner. Jika suatu data time series

tidak stasioner pada order nol, I(0), maka stasionaritas data tersebut bisa dicari

melalui berbagai order sehingga diperoleh tingkat stasionaritas pada order ke-n

(first difference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan seterusnya).

Persamaan regresi tanpa intercept yang digunakan pada pengujian ini adalah

sebagai berikut :

Yt = Yt-1 + ut atau.......................................................(4.1)

Yt = Yt-1 + ut...............................................................(4.2)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
89

= first difference dari variabel yang digunakan

t = variabel trend

= -1, jika = 1, terdapat unit root, tidak stasioner.

Hipotesis untuk pengujian ini adalah :

H0 : = 0 (terdapat unit roots, tidak stasioner)

H1 : 0 (tidak terdapat unit roots, stasioner

Hasil pengujian stasioneritas dari data model tabungan swasta dan model
investasi swasta yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Batas Kritis ADF tes statistik
Level Nilai

1% -2.6997

First Difference 5% -1.9614

10 % -1.6066

Sumber: MacKinnon Critical Value, hasil penghitungan


Berdasarkan hasil uji akar unit dengan berpatokan pada nilai batas kritis

DickeyFuller dan hasil hipotesis di atas, maka dapat diambil hasil kesimpulan uji

akar unit dalam tabel dibawah ini.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
90

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Unit Root

Level Variabel ADF test Kesimpulan


statistic

Model Tabungan Swasta

LS -4.135903 Stasioner pada I(1) 1%

First LGNDI -2.435469 Stasioner pada I(1) 5%


difference
LP -5.703913 Stasioner pada I(1) 1%

LR Stasioner pada I(1) 1%


-5.186592
Model Investasi Swasta

LI -3.545354 Stasioner pada I(1) 1%

LY -2.021491 Stasioner pada I(1) 5%

First LR Stasioner pada I(1) 1%


-5.186592
difference
LP -5.703913 Stasioner pada I(1) 1%

LGIY -3.872673 Stasioner pada I(1) 1%

Sumber: Hasil penghitungan

Dari tabel di atas, setelah dilakukan first difference dari data penelitian,

terlihat t-DF < t-kritis. Ini berarti bahwa semua variabel stasioner pada tingkat =

5 % dan terintegrasi pada order yang sama yaitu I(1) untuk kedua model yang

digunakan.

4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
91

Model kointegrasi digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai

variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel

bebasnya, sehingga tercapai keseimbangan jangka panjang. Untuk mendapatkan

nilai residual term yang akan diuji kointegrasi dilakukan regresi persamaan linier

dengan berdasarkan asumsi kenormalan Model Regresi Linier Normal Klasik.

Estimasi terhadap model tabungan dan investasi swasta yang dilakukan dengan

metode Ordinary Least Square (OLS) menurut persamaan sebagai berikut:

Model Tabungan Swasta

Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 Dummy + t

....(4.3)

= konstanta

Ln S = logaritma tabungan swasta riil

LnGNDI = logaritma Real Gross National Disposable Income

LnR = tingkat suku bunga riil

LnP = tingkat inflasi

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2, 3, 4 = koefisien regresi

= error term

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
92

Hasil yang diperoleh untuk persamaan diatas yaitu :

LS = -0,502 + 0,896*LGNDI + 0,309*LR + 0,316*LP 0,274*D1..(4.4)

t-stat ( -0,141) ( 3,596) (2,232) ( 1,591) ( -1,740)

R2 = 0.561806 DW Stat = 2,122523

Adj.R2 = 0.436608 F-stat = 4,487330

Model Investasi Swasta

Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 Dummy +

t...(4.5)

Ln I = logaritma investasi swasta riil


LnY = logaritma pendapatan nasional riil
LnP = tingkat inflasi

LnR = tingkat suku bunga riil

LnGIY = logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2 ,3, 4, 5 = koefisien regresi

= error term

t menunjukan waktu

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
93

Untuk persamaan model investasi swasta diperoleh hasil :

LI = -9,969 + 1,545*LY - 0,112*LR + 0,012*LP - 0,240*LGIY -


0,521*D1......(4.6)

t-stat ( -9,879) (21,351) (1,860) (-0,286) (-2,449) (-5,498)

R2 = 0,980717 DW Stat = 1,798793

Adj.R2 = 0,973300 F-stat = 132,2338

4.3.1 Uji Kointegrasi

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi

keseimbangan dalam jangka panjang pada model yang digunakan dengan cara

menguji stasionaritas residual atau error term dari model tersebut, melalui

metode Engle-Granger (pendekatan Dicky Fuller Test). Persamaan yang

digunakan untuk tes kointegrasi adalah persamaan Dickey Fuller Regression :

Yt = (-1) Yt-1 + Ut........ (4.7)


Hipotesis untuk pengujian ini adalah :

H0 : = 0 (variabel-variabel dalam model tidak terkointegrasi)

H1 : 0 (variabel-variabel dalam model terkointegrasi)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
94

Adapun hasil dari uji kointegrasi dalam model tabungan swasta adalah sebagai

berikut:

U t = -1,282Ut-1 + u

t....................................................................................(4.8)

t-Stat (-4,855)

R = 0,594 DW-Stat = 0,980

Sedangkan hasil uji kointegrasi dalam model investasi swasta adalah sebagai

berikut :

U t = -0,951Ut-1 + u

t.....................................................................................(4.9)

t-Stat (-4,179)

R = 0,521 DW-Stat = 1,570

Nilai t-ADF untuk model tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 1%,

5%, dan 10% secara berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model

tabungan swasta memiliki nilai t-statistik sebesar 4,8556 yang lebih kecil dari

nilai t-ADF pada =1%, ini berarti H0 ditolak. Sedangkan nilai t-ADF untuk

model investasi swasta pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% secara

berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model investasi swasta

memiliki nilai t-statistik sebesar 4,1796 yang lebih kecil dari nilai t-ADF pada

=1%, ini berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan pada tingkat

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
95

kepercayaan 99% hasil regresi memiliki variabel-variabel yang terkointegrasi

pada derajat I(0). Hal tersebut menunjukkan bahwa residual dari kedua model

kointegrasi tersebut terkointegrasi. Artinya hasil regresi memiliki derajat integrasi

yang sama (terkointegrasi), di mana variabel variabel bebas dalam model

persamaan memiliki pengaruh hubungan jangka panjang dengan variabel tak

bebasnya (terikat).

4.3.2 Pengujian Statistik

4.3.2.1 Penaksiran Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan

variabel bebas (independent variables) dalam menjelaskan perubahan pada

variabel tidak bebas / variabel terikat (dependent variables) secara bersama-sama,

dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel

dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara

0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut

dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan

variabel tidak bebasnya.

Hasil estimasi model kointegrasi persamaan tabungan swasta

menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,561806. Artinya sekitar

56 % perubahan variabel tabungan swasta pada jangka panjang dipengaruhi oleh

variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya 44% diterangkan oleh

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
96

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Untuk hasil estimasi model

kointegrasi persamaan investasi swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,980717. Artinya 98 % perubahan variabel investasi swasta pada

jangka panjang dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model,

sedangkan sisanya 2 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model.

4.3.2.2 Uji t-statistik

Pengujian t-statistik dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi

variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnnya secara parsial. Uji ini dilakukan

dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-kritis pada tabel. Kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat

signifikansi () dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k, dimana n

menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah parameter termasuk

konstanta.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : = 0, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya

H0 : i 0, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya

Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas,

yaitu :

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
97

H0 diterima jika -t-tabel < t-stat < t-tabel, hal ini berarti variabel bebas tidak

mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan.

H0 ditolak jika -t-stat <-t-tabel atau t-tabel < t-stat, hal ini berarti variabel

bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan.

Pada model tabungan swasta didapat nilai t-kritis sebagai berikut :

Tabel 4.10
Nilai t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta

Degree of freedom
Tingkat signifikansi t-tabel
(Df* = n k)
15 1% 2,947
15 5% 2,131
15 10 % 1,753

* n-k = 20-5 = 15
n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric.

Hasil uji t-statistik pada model tabungan swasta adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11
Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
Variabel t statistic Kesimpulan
C -0.141843 - Tidak signifikan
Ln GNDI 3.596262 1% Signifikan
Ln R 2.232751 5% Signifikan
Ln 1.591637 5% Signifikan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
98

Dummy -1.740891 10 % Signifikan


Sumber : Hasil perhitungan

Sedangkan untuk model investasi swasta didapat nilai t kritis sebagai berikut :

Tabel 4.12
Nilai t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

Degree of freedom Tingkat


t-tabel
(Df* = n k) signifikansi
14 1% 2,977
14 5% 2,145
14 10 % 1,761
* n-k = 20-6 = 14
n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric.

Hasil uji t-statistik pada model investasi swasta adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13
Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

Variabel t statistic Kesimpulan


C -10,23 1% Signifikan

Ln Y 21,749 1% Signifikan

-0,1076 Tidak
Ln R -
Signifikan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
99

Ln P -1,818 10 % Signifikan

Ln GIY -2,6636 5% Signifikan

Dummy -5,2889 1% Signifikan


Sumber : Hasil perhitungan

4.3.2.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi,

yaitu pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan variabel

tidak bebasnya. Dengan demikian berlaku pengujian sebagai berikut :

Ho diterima jika F-stat < F-tabel

Ho ditolak jika F-stat > F-tabel

Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa

variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel tidak

bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah (one tail

significance).

Tabel 4.14

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
100

Nilai F-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta

Df (k-1,n-k) = (5-1,20-5) F-tabel


(4,15) 1% 4,89
(4,15) 5% 3,06
(4,15) 10 % 2,36
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics.

Model tabungan swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 4,487330,

persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 5 % karena lebih besar

dari F-tabel sebesar 3,06. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional

disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, dan dummy

variable krisis ekonomi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah

tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 95%.

Tabel 4.15

Nilai F-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

Df (k-1,n-k) = (6-1,20-6) F-tabel


(5,14) 1% 4,69
(5,14) 5% 2,96
(5,14) 10 % 2,31
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics.

Model investasi swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 132,2338

persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1 % karena lebih besar

dari F-tabel sebesar 4,69. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional riil,

tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, rasio investasi pemerintah

terhadap PDB, dan dummy variable krisis ekonomi secara bersama-sama

signifikan mempengaruhi arah tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 99%.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
101

4.3.3 Pengujian Masalah dalam Regresi Linier Klasik

4.3.3.1 Masalah Multikolinieritas

Multikolinear menunjukan gejala adanya hubungan linear atau hubungan

yang pasti diantara eksplanatori variabel (variabel penjelas) dalam model regresi.

Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung

penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil

regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak

menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui

perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.

Berdasarkan ciri-ciri adanya gejala multikolinier dalam model, maka

dengan melihat hasil regresi sudah cukup untuk menyimpulkan tidak adanya

masalah multikolinier dalam model.

4.3.3.2 Masalah Serial Korelasi

Serial korelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah ini dalam suatu model, ada dua metode yang biasanya

digunakan yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson atau dengan uji run.

Pen1gujian run biasanya untuk menyimpulkan apabila pada pengujian Durbin-

Watson didapat hasil tidak ada kesimpulan.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
102

Untuk model persamaan tabungan swasta diperoleh hasil pengujian

Durbin-Watson sebagai berikut :

Tabel 4.16

Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta

Kategori Nilai
k 4
N 20
D-W Stat 2,122523
D-W Tabel pada = 5%
dL 0,894
Du 1,828
k = jumlah variabel dalam persamaan tanpa
konstanta

N = jumlah observasi

Gambar 4.1
Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta

Serial Daerah Tidak terdapat Daerah Serial


korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu korelasi
positif negatif

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
103

0 1,828 2 2,172 3,106 4


0,894

2,12225

Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model berada

di daerah tidak terdapat autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model tabungan swasta tidak terdapat autokorelasi.

Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil

pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut :

Tabel 4.17

Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta

Kategori Nilai
k 5
N 20
D-W Stat 1,798793
D-W Tabel pada = 5%
dL 0,792

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
104

dU 1,991
k = jumlah variabel dalam persamaan tanpa
konstanta

N = jumlah observasi

Gambar 4.2
Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta

Serial Daerah Tidak terdapat Daerah Serial


korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu korelasi
positif negatif

0 0,792 1,991 2 2,009 3,308 4

1,798793

Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model

investasi swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada keputusan

apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih lanjut

dengan Run Test.

Run-Test

Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan

residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya

terhadap nilai estimasinya.

Tabel 4.18

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
105

Run Test Model Kointegrasi Investasi Swasta

n1 = + 11
n2 = - 9
N 20
K 10
E(K) 10,9
(K) 4,637
S(K) 2,153

t-tabel (15,1%) 2,9467

Hasil Tidak ada autokorelasi

(k) t-tabel ( n,-1; ) S(k) K (k) + t-tabel ( n,-1; ) S(k)

10,9 - 2,9467 * 2,1533 10 10,9 + 2,9467 * 2,1533

4,5557554 10 17,244245

Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K)

berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan

daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas

pada tingkat kepercayaan 99%.

4.2.4 Analisis Ekonomi Model Kointegrasi

Analisis ekonomi ini dimaksudkan untuk membandingkan antara hasil

model dengan kaidah teori ekonomi yang berlaku (apriori teoritis), apakah sesuai

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
106

atau tidak. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap setiap persamaan

struktural yang telah didapatkan berdasarkan hasil estimasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan model kointegrasi bertujuan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh variabel-variabel yang digunakan dalm model tabungan dan

investasi swasta pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam

pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel

independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan

membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing

variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap

perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau

turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya). Pada model

persamaan jangka panjang, asumsi error term-nya adalah nol (=0) sedangkan

pada model jangka pendek, error term-nya belum tentu sama dengan nol.

Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk

menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang

sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka

panjang atau justru sebaliknya.

Dari hasil regresi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa

sebagian besar variabel-variabel bebas secara signifikan berpengaruh terhadap

tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Dari uji kointegrasi di hasilkan

kesimpulan bahwa terjadi keseimbangan dalam jangka panjang pada kedua model

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
107

yang digunakan. Selanjutnya akan diuraikan satu persatu mengenai berapa besar

pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya.

o Model Tabungan Swasta

Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan

Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang.

Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel GNDI

adalah sebesar 0,896195 dan nilainya signifikan secara statistik pada tingkat

kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

variabel pendapatan nasional disposibel riil berpengaruh positif terhadap

tabungan swasta Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan nasional

disposibel riil sebesar 1%, ceteris paribus, akan menambah tabungan swasta

sebesar 0,89%. Pengaruh positif ini sudah sesuai dengan teori baik teori klasik

maupun teori Keynes. Keduanya menyatakan bahwa tingkat tabungan

tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan, makin besar

keinginan untuk menabung. Seseorang atau masyarakat yang tingkat

pendapatannya tinggi, biasanya menabung lebih banyak dibanding seseorang

atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.

Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan

Swasta di Indonesia pada jangka panjang.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
108

Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar

0,309395 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan

95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan

antara tingkat bunga tabungan riil dengan tabungan swasta adalah positif

dimana setiap kenaikan 1% dari tingkat suku bunga riil, ceteris paribus, akan

menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta di Indonesia sebesar

0,30%. Hubungan positif ini menunjukkan opportunity cost dari memegang

uang, masyarakat akan lebih memilih menabungkan dananya di bank ketika

tingkat bunga tinggi, karena tertarik dari return dana mereka daripada

memegang uang yang tidak menghasilkan.

Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di Indonesia

pada jangka panjang.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari tingkat

inflasi adalah sebesar 0,313695 dan nilainya signifikan secara statistik pada

kepercayaan 95%. Nilai itu menunjukkan bahwa pada jangka panjang tingkat

inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan swasta di Indonesia,

dimana setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan

meningkatkan tabungan swasta sebesar 0,31%. Seperti halnya tingkat tingkat

suku bunga, variabel ini adalah opportunity cost dari memegang uang, bahwa

ketika terjadi kenaikan harga maka nilai riil dari uang yang dipegang

masyarakat akan menurun sehingga masyarakat lebih memilih tidak memegang

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
109

uang dan menyimpan uang mereka di bank (menghindari kerugian yang

ditimbulkan akibat inflasi, yaitu timbulnya shoeleather cost).

Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan

Swasta di Indonesia pada jangka panjang.

Tujuan penelitian ini adalah mengenai dampak krisis ekonomi pada tingkat

tabungan swasta di Indonesia. Krisis ekonomi pada model tabungan swasta di

Indonesia direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy

variable adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah

sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis

kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Berdasarkan hasil regresi,

koefisien variabel krisis perbankan bernilai 0.27407 dan secara statistik

signifikan pada tingkat kepercayaan 90%.

Dengan demikian pada saat krisis maka tingkat tabungan swasta di

Indonesia menurun sebesar 0,274%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam

jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap

tingkat tabungan swasta Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Ketika terjadi krisis masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap bank, tempat

mereka menyimpan dananya, juga krisis tersebut menyebabkan peningkatan

harga secara umum. Turunnya kepercayaan ini menyebabkan mereka lebih

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
110

memilih menarik dana mereka dan memegang uang, selain itu peningkatan

harga menyebabkan masyarakat akan meningkatkan konsumsinya dan

mengurangi tabungannya. Dengan demikian secara otomatis krisis ekonomi

akan menurunkan tingkat tabungan.

o Model Investasi Swasta

Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi

Swasta di Indonesia pada jangka panjang.

Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel pendapatan

nasional riil adalah sebesar 1,545180 dan nilainya signifikan secara statistik

pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka

panjang variabel pendapatan riil berpengaruh positif terhadap investasi swasta

Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, ceteris paribus,

akan menambah tingkat investasi swasta sebesar 1,54%. Pengaruh positif ini

sudah sesuai dengan teori baik teori klasik maupun teori Keynes. Keduanya

menyatakan bahwa tingkat investasi tergantung dari pendapatan. Makin tinggi

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
111

tingkat pendapatan, maka investasi sebagai salah satu komponen dalam

perhitungan pendapatan nasional juga akan meningkat.

Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di

Indonesia pada jangka panjang.

Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar -

0,012 dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat suku bunga riil dengan

investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga riil

sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar

0,012%.

Variabel ini menjadi tidak signifikan karena pada negara-negara

berkembang seperti Indonesia tingkat mobilitas modalnya masih rendah, selain

itu juga masih belum sempurnanya pasar modal yang menghambat aliran

modal. Hal tersebut yang menyebabkan variabel tingkat suku bunga

pengaruhnya menjadi tidak signifikan pada jangka panjang.

Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia

pada jangka panjang.

Koefisien dari variabel tingkat inflasi adalah sebesar 0,1125 dan nilainya

secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai tersebut

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
112

menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat inflasi

dengan investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat inflasil

sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar

0,112%. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa dampak inflasi terhadap

investasi swasta bisa positif atau negatif. Ternyata berdasarkan hasil yang

diperoleh, pada jangka panjang inflasi berdampak negatif menurunkan tingkat

investasi swasta meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Ini disebabkan karena

ketika terjadi inflasi meningkatkan risiko untuk berinvestasi di negara tersebut

sehingga investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya.

Hubungan antara Investasi Pemerintah dengan Investasi Swasta di

Indonesia pada jangka panjang.

Variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY) memiliki korelasi

yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai koefisien sebesar

0,240387 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan

95%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah terhadap PDB

akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan sebesar 0,24 %,

ceteris paribus.

Terjadinya hubungan negatif antara investasi pemerintah dengan tingkat

investasi swasta kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan

efisiensi penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
113

terjadinya Crowding Out pada sektor swasta. Dimana pemerintah ingin

menaikkan tingkat investasinya melalui penerbitan obligasi sehingga dana dari

masyarakat mengalir ke sektor pemerintah dikarenakan adanya jaminan dan

resiko yang lebih kecil dibandingkan sektor swasta. Mengalirnya dana ke sektor

pemerintah, menyebabkan berkurangnya dana bagi sektor swasta, sehingga

investasi sektor swasta berkurang. Penurunan tingkat investasi swasta

mendorong pemerintah untuk meningkatkan investasinya agar kekurangan

investasi pada sektor swasta tersebut bisa diatasi.

Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi

Swasta di Indonesia pada jangka panjang.

Krisis ekonomi pada model investasi swasta di Indonesia

direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy variable

adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel

menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin,

status perkawinan, dan lain-lain). Berdasarkan hasil regresi, koefisien variabel

krisis ekonomi bernilai 0,521000 dan secara statistik signifikan pada tingkat

kepercayaan 99%. Dengan demikian pada saat krisis maka tingkat investasi

swasta di Indonesia menurun sebesar 52,1%. Nilai itu menunjukkan bahwa

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
114

dalam jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif

terhadap tingkat investasi swasta Indonesia.

Ketika terjadi krisis ekonomi, berbagai perubahan terjadi pada kondisi

perekonomian Indonesia, dan mendorong kepada keadaan yang lebih buruk

daripada sebelum krisis. Krisis yang ditandai dengan tingginya tingkat inflasi

mendorong tingginya tingkat suku bunga nominal untuk menyesuaikan kondisi

ini. Tingginya tingkat suku bunga nominal ini mengindikasikan tingginya

tingkat risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Selain itu juga krisis

ekonomi menyebabkan turunnya kepercayaan investor untuk melakukan

investasi.

4.4 Hasil Regresi Error Correction Model (Jangka Pendek)

Model persamaan dinamis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh

perubahan berbagai variabel independen terhadap perubahan variabel

dependennya dalam jangka pendek. Model ini digunakan untuk mengetahui

bagaimana ketidakseimbangan jangka pendek yang digambarkan dengan variablel

first difference-nya dikoreksi atau disesuaikan untuk mencapai keseimbangan

jangka panjangnya yang digambarkan dengan signifikansi dari variabel error

correction term-nya.

Dalam analisis mengenai tabungan dan investasi swasta diperlukan juga

proses penyesuaian dinamis yang disebut mekanisme koreksi eror (Error

Correction Mechanism) yang akan menunjukkan ada atau tidaknya keseimbangan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
115

dalam jangka pendek dari suatu model, yang dinyatakan secara spesifik melalui

persamaan sebagai berikut:

Model Tabungan Swasta

Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 ECTt-1 + 5 D +

t..(4.10)

= konstanta

Ln S = First Difference dari logaritma tabungan nasional riil

LnGNDI = First Difference dari logaritma Real Gross National Disposable

Income

LnR = First Difference dari tingkat suku bunga riil

LnP = First Difference dari tingkat inflasi

ECTt 1 = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2, 3, 4 = koefisien regresi

= error term

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
116

t menunjukan waktu

Hasil estimasi persamaan dinamis model tabungan swasta adalah sebagai

berikut :

LS = 0,202 - 2,338LGNDI + 0,277LR + 0,382LP - 0,174Dummy 1,022ECTt-1

.....................................................................................................................(4.11)

t-stat ( 2,7282) (-2,4954) (2,5513) (2,2572) (-1,0222) ( -1,9268)

R2 = 0.670680 DW Stat = 0,958002

Adj.R2 = 0.520989 F-stat = 5,480432

Model Investasi Swasta

Ln I = +1 LnYt +2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 ECTt-1 + 6 D

+t

...........(4.12)

Ln I = First Difference dari logaritma investasi

LnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional

LnP = First Difference dari tingkat inflasi

LnR = First Difference dari tingkat suku bunga

LnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah

terhadap PDB

ECTt-1 = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
117

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2 ,3, 4, 5 = koefisien regresi

= error term

t menunjukan waktu

Hasil estimasi dari persamaan dinamis model investasi swasta adalah

sebagai berikut :

LI= -0,148 + 3,868LY0,003LR-0,01LP-0,196LGIY-0,075D 0,99ECTt-1

.....................................................................................................................(4.13)

t-stat (-5,066) (8,339) (-0,868) (2,390) (-3,776) (-2,076) (-4,819)

R2 = 0,862648 DW Stat = 1,804374

Adj.R2 = 0,780237 F-stat = 10,46762

4.4.1 Pengujian Statistik

4.4.1.1 Penaksiran Koefisien Determinasi

Model dinamis tabungan swasta pada jangka pendek memiliki R2 sebesar

0,670680 yang berarti bahwa varians dari variabel bebas didalam model ini dapat

menerangkan 67% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 33%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Sedangkan untuk persamaan dinamis

model investasi swasta memiliki nilai R2 sebesar 0,862648. Ini berarti bahwa pada

jangka pendek varians dari variabel bebas didalam model ini dapat menerangkan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
118

86% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 14% dipengaruhi

oleh variabel lain diluar model.

4.4.1.2 Uji t-Statistik

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, 95% dan 99% Pada

persamaan dinamis model tabungan swasta di Indonesia didapat nilai t-tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.19

Nilai t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta

Degree of freedom Tingkat


t-tabel
Df* = n k signifikansi
14 1% 2,977
14 5% 2,145
14 10 % 1,761
* n-k = 20-6 = 14
n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric.

Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model tabungan swasta adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.20
Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
Variabel t statistic Kesimpulan
C 2,728212 5% Signifikan
Ln GNDI -2,49l5421 5% Signifikan
Ln R 2,551390 5% Signifikan
Ln P 2,257214 5% Signifikan
Dummy -1.022234 - Tidak Signifikan
ECT (-1) -1,926851 10 % Signifikan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
119

Sumber : Hasil perhitungan

Untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh nilai t tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.21
Nilai t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta

Degree of freedom Tingkat signifikansi t-tabel


13 1% 3,012
13 5% 2,160
13 10 % 1,771
* n-k = 20-7 = 13
n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk ko
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric.

Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model investasi swasta adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.22
Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta
Variabel t statistik Kesimpulan
C -2.086433 10 % Signifikan
Ln Y 3.386611 1% Signifikan

Ln R -0,510980 - Tidak Signifikan

Ln P 1,895990 10% Signifikan

Ln GIY -2.839901 5% Signifikan

Dummy -1.391875 - Tidak Signifikan

ECT (-1) -3.204659 1% Signifikan


Sumber : Hasil perhitungan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
120

4.4.1.3 Uji F-Statistik


Untuk persamaan dinamis model tabungan swasta diperoleh nilai F-tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.23

Nilai F-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta


Df (k-1,n-k) F-tabel

= (6-1,20-6)

(5,14) 1% 4,69

(5,14) 5% 2,96
(5,14) 10 % 2,31

Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics.

Persamaan model dinamis tabungan swasta di Indonesia mempunyai nilai

F-hitung sebesar 5,480432. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence

level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,69. Dengan kata lain, variabel-

variabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga

deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi

kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel

first difference tabungan swasta di Indonesia pada = 0.01.

Sedangkan untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh

nilai F-tabel sebagai berikut :

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
121

Tabel 4.24

Nilai F-statistik Model Dinamis Investasi Swasta


Df (k-1,n-k) F-tabel

= (7-1,20-6)

(6,14) 1% 4,46
(6,14) 5% 2,85
(6,14) 10 % 2,24
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics.

Persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia mempunyai nilai

F-hitung sebesar 10,46762. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence

level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,46. Dengan kata lain, variabel-

variabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga

deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi

kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel

first difference investasi swasta di Indonesia pada = 0.01.

4.4.2 Uji Masalah dalam Model Regresi Linier

4.4.2.1 Masalah Multikolinieritas

Berdasarkan hasil uji t-statistik pada model dinamis tabungan swasta di

Indonesia yang digunakan, hanya dummy variable yang tidak signifikan pada t-

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
122

statistik dengan R2 cukup tinggi. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan

tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model dinamis tabungan swasta

yang digunakan.

Sedangkan untuk persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia,

hanya variabel first difference tingkat suku bunga tidak signifikan tetapi memiliki

nilai R2 yang cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa model dinamis

investasi swasta yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas.

4.4.2.2 Masalah Autokorelasi (Autocorrelation)

Untuk model dinamis persamaan tabungan swasta diperoleh hasil

pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut :

Tabel 4.25
Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Tabungan Swasta

Kategori Nilai
k 5
N 17
D-W Stat 0,958002
D-W Tabel pada = 5%
dL 0,664
dU 1,900
k = jumlah variabel dalam persamaan
tanpa konstanta

N = jumlah observasi

Gambar 4.3
Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
123

Serial Daerah Tidak terdapat Daerah Serial


korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu korelasi
positif negatif

0 0,664 1,900 2 2,100 3,336 4

0,958002

Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model

dinamis tabungan swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada

keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih

lanjut dengan Run Test.

Run-Test

Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan

residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya

terhadap nilai estimasinya.

Tabel 4.26
Run Test Model dinamis Tabungan Swasta

n1 = + 7

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
124

n2 = - 10
N 17
K 13
E(K) 9,23
(K) 3,724
S(K) 1,929

t-tabel (12,1%) 3,055

Hasil Tidak ada autoko


Relasi

(k) t-tabel ( n,-1; ) S(k) K (k) + t-tabel ( n,-1; ) S(k)

9,23 3,055 * 1,929 13 9,47 + 3,055 * 1,929

3,334526 12 15,125474

Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K)

berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan

daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas

pada tingkat kepercayaan 99%.

Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil

pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut :

Tabel 4.27

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
125

Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Investasi Swasta

Kategori Nilai
k 6
N 19
D-W Stat 1,804374
D-W Tabel pada = 5%
dL 0,649
dU 2,206
k = jumlah variabel dalam persamaan tanpa
konstanta

N = jumlah observasi

Gambar 4.4

Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta

Serial Daerah Tidak terdapat Daerah Serial


korelasi tak serial korelasi tak korelasi
positif tentu tentu negatif

0 0,649 1,794 2 2,209 3,351 4


Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil pengujian autokorelasi di dalam

1,804 di daerah tidak terdapat autokorelasi,


model dinamis investasi swasta berada

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model dinamis investasi swasta tidak

terdapat masalah autokorelasi.

4.4.3 Analisis Ekonomi Hasil Estimasi Error Correction Model

Error Correction Model berisi informasi tentang perubahan variabel dalam

jangka pendek dan jangka panjang dengan disekuilibrium sebagai proses

penyesuaian terhadap model jangka panjang. Granger (1983, 1988) menunjukkan

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
126

bahwa konsep kestabilan ekuilibrium jangka panjang adalah equivalen statistik

dari kointegrasi. Ketika kointegrasi berlaku dan ada shock yang menyebabkan

disekuilibrium, maka terjadi proses penyesuaian dinamis jangka pendek seperti

mekanisme error correction yang akan mendorong sistem kembali menuju

ekuilibrium jangka panjang.

Koreksi kesalahan (error correction term) merupakan ukuran tingkat

kecepatan penyesuaian model jangka pendek terhadap model jangka panjang.

Dengan menyertakan faktor koreksi kesalahan dalam estimasi model, dapat

diketahui tingkat kecepatan penyesuaian faktor-faktor yang mempengaruhi

tabungan dan investasi swasta di Indonesia untuk satu periode mendatang di

jangka pendek yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan di jangka

panjangnya. Model koreksi kesalahan ini merupakan perwujudan dari konsep

kointegrasi seperti yang diungkapkan oleh Granger dalam Granger Representative

Theorem yang menyatakan bahwa model koreksi kesalahan hanya akan valid bila

variabel-variabel lolos dari uji kointegrasi atau residual dari regresi kointegrasinya

stasioner. Dengan kata lain, dapat dikatakan jika error- correction term pada

model koreksi kesalahan signifikan, maka variabel-variabel tersebut lolos dari uji

kointegrasi atau residual dari kointegrasinya stasioner. Sehingga dari analisa data

ini dapat diamati model dinamisnya dengan menggunakan koreksi kesalahan

(ECM).

o Model Tabungan Swasta

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
127

Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk

model dinamis tabungan swasta secara statistik signifikan pada tingkat

kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan

jangka pendek kembali ke keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain

bahwa ketidakseimbangan (disequilibrium) pada suatu periode akan dikoreksi

pada periode berikutnya. Angka koefisien sebesar 1,022 berarti bahwa sekitar

1,022 dari ketidaksesuaian antara nilai tabungan swasta yang aktual dengan nilai

tabungan swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau

dihilangkan setiap periodenya. Nilai koefisien ECt-1 yang bernilai negatif berarti

pada jangka pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka

panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju

ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak ke atas. Berikut ini adalah

pembahasan mengenai hubungan antara setiap variabel bebasnya dengan tabungan

swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan

Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Koefisien dari variabel first difference pendapatan nasional disposibel riil

adalah sebesar 2,338508 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat

kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek

hubungan antara pendapatan nasional disposibel riil dengan tingkat tabungan

swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat pendapatan nasional

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
128

disposibel riil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat tabungan

swasta sebesar 2,338%.

Berbeda dengan jangka panjangnya, tingkat pendapatan nasional disposibel

riil mempunyai korelasi negatif dengan tabungan swasta. Pada jangka pendek

ketika terjadi peningkatan pada pendapatan nasional disposibel riil, respon

masyarakat terjadi seketika, yaitu ketika pendapatan meningkat, masyarakat

ternyata lebih meningkatkan konsumsinya daripada meningkatkan

tabungannya. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di Indonesia cenderung

konsumtif. Selain itu hal ini juga dapat disebabkan karena kemudahan yang

diberikan lembaga keuangan dalam pemberian kredit, sehingga bagian dari

pendapatan masyarakat semakin sedikit yang ditabung.

Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan

Swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Koefisien dari variabel first difference tingkat suku bunga deposito riil

adalah sebesar 0,277961 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat

kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek

hubungan antara tingkat suku bunga deposito riil dengan tingkat tabungan

swasta adalah positif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga tabungan riil

100% akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta sebesar

27,79%.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
129

Seperti halnya pada jangka panjang, tingkat bunga tabungan riil mempunyai

korelasi positif dengan tabungan swasta. Namun pada jangka pendek

perubahan tingkat bunga tabungan riil mempunyai dampak lebih kecil daripada

jangka panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat

secara seketika.

Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di

Indonesia pada jangka pendek.

Koefisien dari variabel first difference tingkat inflasi adalah sebesar

0,382890 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan

95%.. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan

antara tingkat inflasi dengan tingkat tabungan swasta adalah positif dimana

setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan

tingkat tabungan swasta sebesar 0,38%.

Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka

panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh tingkat inflasi terhadap

tingkat tabungan swasta lebih kecil. Ketika terjadi peningkatan pada tingkat

inflasi dalam jangka pendek, pengaruhnya bersifat seketika, masyarakat tidak

ingin memegang uang dalam jumlah banyak karena akan menurunkan nilai

uang tersebut, dan masyarakat membutuhkan selang waktu penyesuaian

sehingga pada jangka panjang pengaruhnya lebih kecil.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
130

Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan

Swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 0,174260

dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis ekonomi dengan tingkat

tabungan swasta adalah negatif dimana krisis ekonomi akan menyebabkan

penurunan tabungan swasta sebesar 17,42%.

Hasil yang didapat ini berbeda dengan hasil regresi pada jangka

panjangnya, dimana pada jangka panjang krisis ekonomi secara signifikan

mempengaruhi tabungan swasta di Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi

dalam jangka pendek, respon masyarakat tidak secara langsung mengurangi

jumlah tabungannya, tetapi memerlukan penyesuaian sehingga pengaruhnya

tidak signifikan pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa krisis

ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang waktu.

o Model Investasi Swasta

Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk

model dinamis investasi swasta signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini

berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan jangka pendek kembali ke

keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain bahwa ketidakseimbangan

(disequilibrium) disuatu periode akan dikoreksi pada periode berikutnya.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
131

Sedangkan angka koefisien sebesar 0,8502 berarti bahwa sekitar 0,8502

dari ketidaksesuaian antara nilai investasi swasta yang aktual dengan nilai

investasi swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau

dihilangkan setiap periodenya. Koefisien ECt-1 yang negatif berarti pada jangka

pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya,

sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke

keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas.

Selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai hubungan antara setiap

variabel bebasnya dengan investasi swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi

Swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Hubungan antara pendapatan riil dan investasi swasta pada jangka panjang

hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first

difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi

swasta di Indonesia. Koefisien sebesar 3,868674 menunjukkan bahwa dalam

jangka pendek, setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, cateris paribus

akan meningkatkan investasi swasta sebesar 3,86%. Nilai tersebut signifikan

secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%.

Seperti pada jangka panjang, pendapatan nasional riil mempunyai korelasi

positif dengan tingkat investasi swasta. Namun pada jangka pendek perubahan

pendapatan nasional riil mempunyai dampak lebih besar daripada jangka

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
132

panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat secara

seketika.

Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di

Indonesia pada jangka pendek.

Hubungan antara tingkat suku bunga riil dan investasi swasta pada jangka

panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel

first difference pendapatan riil secara statistik tidak signifikan mempengaruhi

investasi swasta di Indonesia. Koefisien sebesar -0,015342 menunjukkan bahwa

dalam jangka pendek, setiap kenaikan tingkat suku bunga riil sebesar 1%,

cateris paribus akan menurunkan investasi swasta sebesar 0,015%.

Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat suku bunga riil pada

jangka pendek tidak signifikan diduga disebabkan karena rendahnya mobilisasi

dana dan tidak sempurnanya pasar modal. Selain itu, berbagai kemudahan yang

diberikan dalam kaitan pemberian kredit menyebabkan aliran dana pinjaman

lebih banyak diberikan kepada sektor konsumsi daripada sektor investasi.

Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia

pada jangka pendek.

Hubungan antara tingkat inflasi dan investasi swasta pada jangka panjang

hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first

difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
133

swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien sebesar 0,085963

menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan tingkat inflasi

sebesar 1%, cateris paribus akan menaikkan investasi swasta sebesar 0,0859%.

Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat inflasi pada jangka

pendek tidak terlalu besar terhadap investasi swasta. Tetapi meskipun demikian,

inflasi pada jangka pendek menyebabkan penurunan pada investasi swasta

karena tingginya risiko yang disebabkan karena inflasi.

Hubungan antara Investasi Pemerintah dengan Investasi Swasta di

Indonesia pada jangka pendek.

Variabel fist difference rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY)

memiliki korelasi yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai

koefisien sebesar 0,17868 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat

kepercayaan 99%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah

terhadap PDB akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan

sebesar 0,178%, ceteris paribus. Terjadinya hubungan negatif antara investasi

pemerintah dengan tingkat investasi swasta sama seperti pada jangka

panjangnya kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan efisiensi

penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya

Crowding Out pada sektor swasta. Tetapi pada jangka pendek pengaruhnya

lebih kecil karena terjadinya proses penyesuaian terhadap kondisi jangka

panjangnya.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
134

Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi

Swasta di Indonesia pada jangka pendek.

Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 0,056042

dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis

ekonomi dengan tingkat investasi swasta adalah positif dimana krisis ekonomi

akan menyebabkan kenaikan investasi swasta sebesar 0,056%.

Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka

panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh krisis ekonomi secara

signifikan lebih besar menyebabkan penurunan pada investasi swasta di

Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi dalam jangka pendek, respon yang

diberikan oleh investor lambat, memerlukan penyesuaian sehingga

pengaruhnya lebih kecil pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa

krisis ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang

waktu.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
135

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia dan dampak krisis

ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Analisis

kointegrasi dan Error Correction Model dilakukan untuk mengetahui hubungan

jangka panjang dan jangka pendek dari variabel-variabel penentu pada model

tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Berdasarkan analisa kuantitatif dan

deskriptif yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya dihasilkan kesimpulan :

1) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi tabungan swasta, menunjukan

bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional disposibel

riil, tingkat suku bunga tabungan riil, dan tingkat inflasi signifikan pada

tingkat kepercayaan, secara berturut-turut, 95% , 99%, 99% dan ketiganya

mempunyai korelasi positif. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
136

variabelvariabel penentu dalam model dengan tabungan swasta

terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah

dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test)

membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde

yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat

dipastikan bahwa pada model kointegrasi tabungan swasta tidak terjadi

spurious regression.

2) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) tabungan swasta,

koefisien variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga

tabungan riil, dan tingkat inflasi pada jangka pendek signifikan pada tingkat

kepercayaan, secara berturut-turut, 95%, 99%, 99%, dan ketiganya

mempunyai korelasi positif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1)

secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai

tanda positif. Koefisien variabel ECTt-1 yang positif berarti model tersebut

pada jangka pendek berada diatas keseimbangan jangka panjangnya, sehingga

proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan

jangka panjang arahnya bergerak kebawah.

3) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi investasi swasta, menunjukan

bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional riil

berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai

hubungan positif, begitu pula dengan koefisien variabel tingkat inflasi yang

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
137

mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%.

Koefisien variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB berpengaruh

signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai hubungan negatif.

Sedangkan koefisien variabel tingkat suku bunga riil mempunyai hubungan

negatif tetapi tidak signifikan. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa

variabelvariabel penentu dalam model dengan investasi swasta

terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah

dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test)

membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde

yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat

dipastikan bahwa pada model kointegrasi investasi swasta tidak terjadi

spurious regression.

4) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) investasi swasta,

koefisien variabel pendapatan nasional riil pada jangka pendek berpengaruh

signifikan dan mempunyai tanda positif. Koefisien variabel tingkat suku

bunga riil secara statistik mempunyai hubungan negatif tetapi pengaruhnya

tidak signifikan Koefisien variabel tingkat inflasi secara statistik signifikan

dan mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel rasio investasi pemerintah

terhadap PDB secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan

mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1)

secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
138

tanda negatif. Koefisien variabel ECTt-1 yang negatif berarti model tersebut

pada jangka pendek berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya,

sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke

keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas.

5) Pada jangka panjang koefisien variabel krisis ekonomi secara statistik

signifikan mempengaruhi tabungan dan investasi swasta pada tingkat

kepercayaan masing-masing 90% dan 99% dengan tanda negatif. Sedangkan

pada jangka pendek koefisien variabel krisis ekonomi mempunyai hubungan

negatif terhadap tabungan swasta tetapi pengaruhnya secara statistik tidak

signifikan, tetapi krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

investasi swasta.

5.2 Saran

1. Dalam peningkatan jumlah tabungan, hendaknya pemerintah memperhatikan

benar-benar dalam menentukan tingk suku bunga Bank Indonesia, karena itu

juga akan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga bank umum.

2. Investasi cenderung relative tidak stabil (volatile) apabila dibandingkan

dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
139

menyebabkan resesi dan boom dalam perekonomian. Oleh karena itu dituntut

peran aktif pemerintah dalam menjaga iklim investasi di Indonesia.

3. Inflasi sangat berpengaruh terhadap tabungan dan investasi swasta, karena itu

pemerintah dan Bank Indonesia hendaknya bersinergi membangun basis

perekonomian yang kuat yang dapat menjaga laju inflasi di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Laporan Tahunan, berbagai edisi.

Badan Pusat Statistik. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, berbagai edisi.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
140

Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. Macroeconomics 7th

edition. New York: Mcgraw-Hill.

Engle, E.F and Granger, C.W.J. 1987. Co-Integration and Error Correction:

Representation, Estimation, and Testing, Econometrica,

Gordon, Robert J. Macroeconomics 6th edition. HarperCollins College Publishers.

Gujarati, Damodar. 1995. Basics Econometrics. New York : Mcgraw-Hill.

Ikhsan, Mohamad, dan M. Chatib Bisri. Investasi Swasta dan Pemerintah :

Substitusi atau Komplementer ? : Kasus Indonesia.

International Financial Statistic, CD ROM.

Jhingan, M.L. 1999.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, edisi Keenam

Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Jorgenson, Dale.1963. Capital Theory and Investment Behaviour. American

Economic Review Vol. 53,pp. 49-58.

Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics. New York: Mcgraw-Hill.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Macroeconomics 4th edition. New York : Mcgraw-

Hill.

Marshall, Alfred. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.

Masson, Paul R., Tamim Bayoumi, and H. Samiei. 1995. International Evidence

on the Determinants of Private Savings. IMF Working Papers. Washington

DC.

Mishkin, Frederic S. 1998. The Economics of Money, Banking and Financial

Markets 5th edition. Addison- Wesley Publishing Company.

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
141

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta : BPFE.

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta : BPFE.

Parkin, Michael. 1996.Macroeconomics. Addison- Wesley Publishing Company.

Salam. M.N. 1995. Analisis Investasi Jepang di Indonesia, Buletin Litbang

Perdagangan. Departemen Perdagangan.

Serven, Luis. Real Exchange Rate Uncertainty and Private Investment in

Developing Countries. World Bank.

Shiimi, Ipumbu W. dan Gerson Kadhikwa. 1999. Saving and Investment in Namibia. BON

Occasional Paper No.2.

Jhingan, M.L. 1999.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, edisi Keenam

Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 1994. "Pengantar Teori Makroekonomi", edisi kedua. Persada,

Jakarta : P.T.Raja Grafindo.

Lampiran 1. Data Yang Digunakan

Tabungan Pendapat Tingkat Pendapata


Investa Rasio
Swasta an Suku Tingkat n Nasional
Periode si Investasi
Riil Nasional Bunga Inflasi (PDB) Riil
Observa Swasta Pemerinta
Disposib Deposito
si Riil (%) h terhadap
(milyar el Riil (12 Bulan) (milyar
rupiah) rupiah) PDB
(milyar Riil (%)
(milyar

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
142

rupiah) rupiah)

349346.71 107190 8.1896719 10.510328 622920.94 0.0834501


1984 678933.7
64 .7 32 07 03 84

358137.99 84658. 13.072127 4.7278724 638262.26 0.0849729


1985 693151.8
06 6 54 57 83 07

395678.42 110978 9.8732283 5.8267716 675764.60 0.0581029


1986 732658.6
9 .3 46 54 53 66

437584.66 116546 8.2738095 9.2261904 709049.01 0.0576386


1987 768276.2
88 .4 24 76 55 55

486874.35 132819 10.416439 750031.37 0.0652041


1988 812376.1 8.0835604
83 .4 6 79 85

538382.47 154892 12.213445 6.3865546 805962.78 0.0643685


1989 870610.4
97 .7 38 22 2 72

584852.72 178245 10.680094 7.8199052 864328.89 0.0702580


1990 928400.1
79 .3 79 13 96 96

633031.01 182767 13.386080 9.4139194 924400.54 0.0697068


1991 993143.6
28 .2 59 14 44 56

690104.69 188666 13.567358 7.5326414 984115.86 0.0808626


1992 1051156
66 .5 55 46 57 45

753651.04 197723 1114825. 6.6175591 9.6824408 1048045.8 0.0731406


1993
79 .5 2 53 47 15 77

518760.09 245261 1193870. 4.4845302 8.5154697 1127067.0 0.0676492


1994
02 .8 3 3 7 66 36

577519.14 309551 1291415. 5.5571540 9.4428459 1219713.3 0.0535642


1995
63 .6 6 67 33 96 8

653997.19 326743 1387533. 8.7411089 7.9588910 1315070.3 0.0574874


1996
71 .6 3 87 13 87 49

687910.62 340471 1441845. 9.5698693 6.7301306 1376877.4 0.0678556


1997
38 .1 9 82 18 01 2

-
740782.18 240885 57.664384 1196138.5 0.0709048
1998 1217702 35.864384
21 .8 98 78 89
98

792968.06 202957 7.2868833 20.313116 1205601.0 0.0388752


1999 1198647
97 .1 05 7 63 64

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
143

241732 1273857. 6.8506287 9.3493712 0.0204084


2000 292208.7 1264920
.1 2 59 41 05

346710.00 253425 1257443. 1308571.5 0.0285048


2001 1.65 12.55
05 .7 6 32 9

448997.35 256115 1293426. 5.4777876 11.878497 1355789.9 0.0238040


2002
56 .3 6 5 63 52 39

661904.49 248425 1318017. 6.5860247 1416880.1 0.0311563


2003 5.5
61 .5 3 38 2 94

Lampiran 2. Data Yang Diestimasi


Variabel
Periode
Observasi
LN S LN I LN GNDI LN R LN P LN Y LN GIY

8.189671932 -
1984 12.7638201648 11.5823647701 13.4282787582 10.51032807 13.3421748881
2.48350542396

13.07212754 -
1985 12.7886736397 11.3463819772 13.4490043018 4.727872457 13.3665045567
2.46542281448

9.873228346 -
1986 12.8883571124 11.6170899657 13.5044351152 5.826771654 13.4236000774
2.84553856651

8.273809524 -
1987 12.9890254947 11.666044756 13.5519045829 9.226190476 13.4716799364
2.85356184261

10.4164396 -
1988 13.0957613776 11.7967455897 13.6077186893 8.0835604 13.5278703218
2.73023162499

12.21344538 -
1989 13.1963245154 11.9504878981 13.6769498538 6.386554622 13.5997928442
2.74312977741

10.68009479 -
1990 13.2791153473 12.0909159705 13.7412180611 7.819905213 13.6697086462
2.65557973186

13.38608059 -
1991 13.3582746933 12.1159684908 13.8086305449 9.413919414 13.7369007463
2.66345660163

1992 13.4445985993 12.1477361851 13.8654010689 13.56735855 7.532641446 13.7994989188


-

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
144

2.51500330445

6.617559153 -
1993 13.5326847387 12.1946248691 13.9242081793 9.682440847 13.8624378595
2.61537061008

4.48453023 -
1994 13.1591968013 12.4100814904 13.9927109406 8.51546977 13.9351292997
2.69341921785

5.557154067 -
1995 13.2664968746 12.6428800777 14.071249539 9.442845933 14.0141264678
2.92687285097

8.741108987 -
1996 13.3908583447 12.6969310445 14.1430381243 7.958891013 14.0894007484
2.85618863327

9.569869382 -
1997 13.4414142012 12.7380855258 14.1814347257 6.730130618 14.1353287403
2.69037306636

- -
1998 13.5154619098 12.3920782412 14.0124760339 57.66438498 13.9946090747
35.86438498 2.64641589154

7.286883305 -
1999 13.5835382346 12.2207499056 13.9967039787 20.3131167 14.002488808
3.24739711751

6.850628759 -
2000 12.585223552 12.3955853671 14.0575600209 9.349371241 14.050519437
3.89180845318

1.65 -
2001 12.7562439761 12.4428259624 14.0445913291 12.55 14.0844466666
3.55767962748

5.47778765 -
2002 13.0147722772 12.4533830127 14.0728055337 10.02221235 14.1198948328
3.73790000682

4.02 -
2003 13.4028765588 12.4228982808 14.0916391199 6.58 14.1639679138
3.46873578997

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
145

Lampiran 3. Unit Root Test (pada first difference tanpa intercept)

1. Variable LS

Null Hypothesis: D(LS) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.135903 0.0003
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LS,2)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 10:15
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
D(LS(-1)) -1.056165 0.255365 -4.135903 0.0007
R-squared 0.500323 Mean dependent var 0.020181
Adjusted R-squared 0.500323 S.D. dependent var 0.418558
S.E. of regression 0.295870 Akaike info criterion 0.456158
Sum squared resid 1.488161 Schwarz criterion 0.505623
Log likelihood -3.105418 Durbin-Watson stat 1.907269

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
146

2. Variabel LI

Null Hypothesis: D(LI) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.545354 0.0014
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LI,2)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 10:16
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
D(LI(-1)) -0.789075 0.222566 -3.545354 0.0025
R-squared 0.423170 Mean dependent var 0.011417
Adjusted R-squared 0.423170 S.D. dependent var 0.203632
S.E. of regression 0.154657 Akaike info criterion -0.841264
Sum squared resid 0.406618 Schwarz criterion -0.791799
Log likelihood 8.571373 Durbin-Watson stat 1.354839

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
147

3. Variabel LGNDI

Null Hypothesis: D(LGNDI) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.435469 0.0181
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LGNDI,2)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 10:18
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
D(LGNDI(-1)) -0.516855 0.212220 -2.435469 0.0262
R-squared 0.258660 Mean dependent var -0.000105
Adjusted R-squared 0.258660 S.D. dependent var 0.069702
S.E. of regression 0.060014 Akaike info criterion -2.734512
Sum squared resid 0.061229 Schwarz criterion -2.685047
Log likelihood 25.61060 Durbin-Watson stat 1.995371

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
148

4.Variabel LR

Null Hypothesis: D(LR) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.186592 0.0001
Test critical values: 1% level -2.728252
5% level -1.966270
10% level -1.605026
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 15

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LR,2)
Method: Least Squares
Date: 03/06/09 Time: 10:19
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 15
Excluded observations: 3 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
D(LR(-1)) -1.293012 0.249299 -5.186592 0.0001
R-squared 0.657529 Mean dependent var -0.020750
Adjusted R-squared 0.657529 S.D. dependent var 0.939553
S.E. of regression 0.549836 Akaike info criterion 1.705948
Sum squared resid 4.232477 Schwarz criterion 1.753151
Log likelihood -11.79461 Durbin-Watson stat 1.750187

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
149

5. Variabel LP

Null Hypothesis: D(LP) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.703913 0.0000
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LP,2)
Method: Least Squares
Date: 03/06/09 Time: 10:18
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LP(-1)) -1.294308 0.226916 -5.703913 0.0000
R-squared 0.656763 Mean dependent var 0.011617
Adjusted R-squared 0.656763 S.D. dependent var 1.070101
S.E. of regression 0.626934 Akaike info criterion 1.958002
Sum squared resid 6.681785 Schwarz criterion 2.007467
Log likelihood -16.62201 Durbin-Watson stat 2.257829

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
150

6. Variabel LY

Null Hypothesis: D(LY) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.021491 0.0442
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LY,2)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 10:21
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
D(LY(-1)) -0.396317 0.196052 -2.021491 0.0593
R-squared 0.193509 Mean dependent var 0.001097
Adjusted R-squared 0.193509 S.D. dependent var 0.060047
S.E. of regression 0.053925 Akaike info criterion -2.948488
Sum squared resid 0.049435 Schwarz criterion -2.899023
Log likelihood 27.53639 Durbin-Watson stat 2.084662

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
151

7. Variabel LGIY

Null Hypothesis: D(LGIY) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.872673 0.0006
Test critical values: 1% level -2.699769
5% level -1.961409
10% level -1.606610
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LGIY,2)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 10:22
Sample(adjusted): 1986 2003
Included observations: 18 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LGIY(-1)) -0.966200 0.249492 -3.872673 0.0012
R-squared 0.467941 Mean dependent var 0.013949
Adjusted R-squared 0.467941 S.D. dependent var 0.377125
S.E. of regression 0.275084 Akaike info criterion 0.310472
Sum squared resid 1.286410 Schwarz criterion 0.359937
Log likelihood -1.794246 Durbin-Watson stat 1.808405

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
152

Hasil estimasi model kointegrasi tabungan swasta

Dependent Variable: LS
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 12:34
Sample: 1984 2003
Included observations: 19
Excluded observations: 1
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
C -0.502127 3.540013 -0.141843 0.8892
LGNDI 0.896195 0.249202 3.596262 0.0029
LR 0.309395 0.138571 2.232751 0.0424
LP 0.316355 0.198761 1.591637 0.1338
DUMMY -0.274807 0.157854 -1.740891 0.1036
R-squared 0.561806 Mean dependent var 13.15459
Adjusted R-squared 0.436608 S.D. dependent var 0.295600
S.E. of regression 0.221876 Akaike info criterion 0.047536
Sum squared resid 0.689204 Schwarz criterion 0.296073
Log likelihood 4.548404 F-statistic 4.487330
Durbin-Watson stat 2.122523 Prob(F-statistic) 0.015302

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
153

Hasil estimasi model kointegrasi investasi swasta

Dependent V ariable: LI
Method: Least Squares
Date: 03/04/09 Time: 11:51
Sample: 1984 2003
Included observations: 19
Excluded observations: 1
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
C -9.969824 1.009105 -9.879871 0.0000
LY 1.545180 0.072368 21.35166 0.0000
LP 0.112592 0.060521 1.860379 0.0856
LR -0.012053 0.042053 -0.286623 0.7789
LGIY -0.240387 0.098137 -2.449502 0.0292
DUMMY -0.521000 0.094753 -5.498514 0.0001
R-squared 0.980717 Mean dependent var 12.15430
Adjusted R-squared 0.973300 S.D. dependent var 0.403474
S.E. of regression 0.065928 Akaike info criterion -2.348432
Sum squared resid 0.056504 Schwarz criterion -2.050188
Log likelihood 28.31010 F-statistic 132.2338
Durbin-Watson stat 1.798793 Prob(F-statistic) 0.000000

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
154

Uji kointegrasi model tabungan swasta

Null Hypothesis: RESIDO1 has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.855639 0.0001
Test critical values: 1% level -2.708094
5% level -1.962813
10% level -1.606129
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RESIDO1)
Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 12:53
Sample(adjusted): 1985 2003
Included observations: 17
Excluded observations: 2 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
RESIDO1(-1) -1.282279 0.264080 -4.855639 0.0002
R-squared 0.594444 Mean dependent var 0.016063
Adjusted R-squared 0.594444 S.D. dependent var 0.293840
S.E. of regression 0.187127 Akaike info criterion -0.457033
Sum squared resid 0.560266 Schwarz criterion -0.408021
Log likelihood 4.884784 Durbin-Watson stat 0.980790

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
155

Hasil estimasi ecm tabungan swasta

Dependent Variable: D(LS)


Method: Least Squares
Date: 03/05/09 Time: 12:56
Sample(adjusted): 1985 2003
Included observations: 17
Excluded observations: 2 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
C 0.202734 0.278400 2.728212 0.4817
D(LGNDI) -2.338508 4.720243 -2.495421 0.6301
D(LR) 0.277961 0.108945 2.551390 0.0269
D(LP) 0.382890 0.169630 2.257214 0.0453
DUMMY -0.174260 0.170470 -1.022234 0.3286
RESIDO1(-1) -1.022718 0.530771 -1.926851 0.0802
R-squared 0.670680 Mean dependent var 0.029231
Adjusted R-squared 0.520989 S.D. dependent var 0.302941
S.E. of regression 0.209667 Akaike info criterion -0.016026
Sum squared resid 0.483564 Schwarz criterion 0.278049
Log likelihood 6.136224 F-statistic 5.480432
Durbin-Watson stat 0.958002 Prob(F-statistic) 0.017959

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
156

Uji kointegrasi model investasi swasta

Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.179695 0.0003
Test critical values: 1% level -2.708094
5% level -1.962813
10% level -1.606129
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations
and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(RESIDO2)
Method: Least Squares
Date: 03/04/09 Time: 15:57
Sample(adjusted): 1985 2003
Included observations: 17
Excluded observations: 2 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
RESIDO2(-1) -0.951894 0.227742 -4.179695 0.0007
R-squared 0.521375 Mean dependent var -0.002627
Adjusted R-squared 0.521375 S.D. dependent var 0.077529
S.E. of regression 0.053637 Akaike info criterion -2.956146
Sum squared resid 0.046030 Schwarz criterion -2.907133
Log likelihood 26.12724 Durbin-Watson stat 1.570584

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
157

Hasil estimasi ecm investasi swasta

Dependent Variable: D(LI)


Method: Least Squares
Date: 03/04/09 Time: 16:11
Sample(adjusted): 1985 2003
Included observations: 17
Excluded observations: 2 after adjusting endpoints
Variable Coefficien Std. Error t-Statistic Prob.
t
C -0.148948 0.071389 -2.086433 0.0635
D(LY) 3.868674 1.142344 3.386611 0.0069
D(LP) 0.085963 0.045339 1.895990 0.0872
D(LR) -0.015342 0.030024 -0.510980 0.6205
D(LGIY) -0.178868 0.062984 -2.839901 0.0176
DUMMY 0.056042 0.040264 1.391875 0.1941
RESIDO2(-1) -0.850221 0.265308 -3.204659 0.0094
R-squared 0.862648 Mean dependent var 0.079875
Adjusted R-squared 0.780237 S.D. dependent var 0.118916
S.E. of regression 0.055746 Akaike info criterion -2.643111
Sum squared resid 0.031076 Schwarz criterion -2.300023
Log likelihood 29.46644 F-statistic 10.46762
Durbin-Watson stat 1.804374 Prob(F-statistic) 0.000805

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009
158

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di
Indonesia, 2008.
USU Repository 2009

Das könnte Ihnen auch gefallen