Sie sind auf Seite 1von 20

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Apartemen
Definisi Apartemen
Beberapa definisi dari kata apartemen adalah sebagai berikut:
Tempat tinggal suatu bangunan bertingkat yang lengkap dengan ruang
duduk, kamar tidur, dapur, ruang makan, jamban, dan kamar mandi yang
terletak pada satu lantai, bangunan bertingkat yang terbagi atas beberapa
tempat tinggal. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994, p: 69)
Bangunan hunian yang dipisahkan secara horisontal dan vertikal agar
tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat
rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai
dengan standar yang ditentukan. (Ernst Neufert, 1980, p: 86)
Sebuah unit tempat tinggal yang terdiri dari Kamar Tidur, Kamar Mandi,
Ruang Tamu, Dapur, Ruang Santai yang berada pada satu lantai bangunan
vertikal yang terbagi dalam beberapa unit tempat tinggal. (Joseph De
Chiara & John Hancock, 1968)
Jadi secara umum apartemen dapat didefinisikan sebagai bangunan
bertingkat yang memiliki unit-unit hunian yang di mana setiap unit terdapat
ruang yang dapat menampung aktifitas sehari-hari, dan antar penghuni saling
berbagi fasilitas yang disediakan secara bersama-sama.

Dasar Hukum Apartemen


Dasar hukum dari apartemen ini hampir sama dengan dasar hukum
dari rumah susun, yang tertera di dalam UU No.16 tahun 1985, ini di
dasarkan pada fungsi/kegunaan apartemen yang memang seperti rumah
susun, namun membuat berbeda adalah Penghuninya lokasi / letak bangunan
dan kondisi fisiknya.
Penghuni yang ada di rumah susun merupakan orang / masyarakat
yang berpenghasilan menegah ke bawah, sedangkan apartemen penghuninya
merupakan orang Masyarakat dengan kondisi ekonomi nengah ke atas.

13
14

Kondisi fisik dari rumah susun sangat sederhana, dengan kelengkapan


fasilitas yang terbatas, hanya sesuai kebutuhan saja. Sedangkan Apartemen,
kelengkapan fasilitasnya sangat lengkap, dan juga menjadi daya tarik
tersendiri.
Sarana kebugaran seperti fitness center, kolam renang, jogging track,
taman bermain, minimarket, restoran, cafe, dan fasilitas lainnya akan
membuat penghuni apartemen tidak perlu pergi terlalu jauh untuk memenuhi
kebutuhannya. Dan juga penataannya yang lebih bagus di bandingkan rumah
susun.
Tingkat keamanan dari apartemen juga lebih baik karena adanya
penjagaan 24 jam dan CCTV yang memantau, sehingga penghuni dapat lebih
tenang ketika harus meninggalkan unitnya. Ini merupakan hal yang penting
karena sebagian besar masyarakat perkotaan yang bekerja akan lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar, baik untuk bekerja, makan atau rekreasi.

Fungsi Apartemen
Berikut adalah fungsi-fungsi bangunan apartemen sebagi berikut:
Fungsi utama, yaitu fungsi dominan dalam sebuah apartemen adalah
pemukiman. Apartemen mempunyai ruang-ruang yang mewadahi
aktifitas-aktifitas penghuni yang berlangsung secara rutin. Jenis aktifitas
tersebut antara lain: tidur, makan, menerima tamu,berinteraksi sosial,
melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain.
Fungsi pendukung, merupakan fungsi-fungsi skunder yang ditambahkan
pada sebuah apartemen untuk mendukung dan menambah kenyamanan
berlangsungnya fungsi utama. Fungsi pendukung tersebut antara lain:
o Layanan olahraga: fitness center, aerobic, kolam renang, dan lain-lain.
o Layanan kesehatan: poliklinik dan apotik
o Layanan komersial: minimarket, restoran dan salon
o Layanan anak: tempat penitipan anak dan area bermain.
Fungsi pelengkap, merupakan fungsi-fungsi yang diadakan untuk
melengkapi berlangsungnya fungsi utama dan fungsi pendukung. Ruang-
ruang tersebut misalnya ruang administrasi, ruang cleaning service dan
ruang satpam.
15

Karakteristik Apartemen
Berikut adalah ciri-ciri apartemen yang dirangkum dari beberapa
sumber :
Memiliki lebih dari dua lantai dan biasanya bangunan berbentuk vertikal.
Dalam satu lantai terdiri dari unit-unit hunian.
Fleksibel dalam mencapai pemanfaatan ruang secara maksimal.
Efisien, efektif, dan ekonomis.
Memiliki fasilitas bersama yang belum tentu dimiliki perumahan.
Pada umumnya terdapat area komersil pada bangunan atau lingkungan
apartemen.
Sirkulasi vertikal berupa tangga atau lift dan sirkulasi horisontal berupa
koridor.
Keamanan, ketenangan dan privasi lebih terjamin.
Akses yang mudah dan cepat untuk menjangkau fasilitas-fasilitas yang ada.
Struktur dan bahan bangunan dapat bertahan dalam jangka waktu yang
lama.

Klasifikasi Apartemen
Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan
Ada dua jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya yaitu:
Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah
Apartemen yang dibiayai oleh swasta/investor
Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh
pada statuskepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut. Apartemen yang
dibiayai olehpemerintah umumnya berharga murah dan memiliki sistem sewa
atau sistem belidengan tipe kepemilikan bersama (cooperative), dan
seringkali dibangun untukmenampung masyarakat kalangan bawah yang
tidak memiliki tempat tinggal,disebut pula dengan istilah rumah susun.
Sementara apartemen yang dibiayai olehinvestor swasta umumnya
diperuntukkan bagi kalangan menengah dan kalanganatas, dengan sistem
sewa atau sistem beli dalam bentuk condominium.
16

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem Kepemilikan


Ada dua jenis apartemen berdasarkan kepemilikan antara lain
(Apartments:TheirDesign and Development, 1967: 39-42):
Apartemen dengan sistem sewa
Pada apartemen ini, penghuni hanya membayar biaya sewa unit
yangditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya biaya itu
dibayarkan perbulan ataupun per tahun. Biaya utilitas seperti listrik, air,
gas, teleponditanggung sendiri oleh penghuni. Sementara biaya
maintenance dan gajipegawai pengelola apartemen ditanggung oleh
pemilik. Penghuni yang tidakingin tinggal lagi di apartemen tersebut harus
mengembalikan apartementersebut kepada pemiliknya, kemudian pemilik
akan mencari lagi orang baruuntuk mengisi unit-unitnya yang kosong.
Apartemen dengan sistem beli
Apartemen dengan sistem beli dapat terbagi lagi menjadi dua jenis
yaitu:
o Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama (cooperative
ownership). Pada apartemen ini, setiap penghuni memiliki saham dalam
perusahaan pemilik apartemen serta menempati satu unit tertentu sesuai
dengan ketentuan perusahaan. Penghuni hanya bisa menjual unitnya
kepada orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen
lainnya. Bila terdapat unit apartemen yang kosong, maka sahamnya
akan dibagi rata diantara penghuni dan mereka harus menanggung
semua biaya maintenance unit yang kosong tersebut, sampai unit
tersebut ditempati oleh penghuni baru.
o Condominium. Pada apartemen ini, setiap penghuni menjadi pemilik
dari unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan
penghuni lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni bebas
untuk menjual, menyewakan ataupun memberikan kepemilikannya
kepada orang lain. Jika terdapat unit apartemen yang kosong, maka
biaya maintenance unit itu ditanggung oleh badan pengelola apartemen
itu.

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tinggi dan Besar Bangunan


17

Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal, 2007)


Apartemen terdiri atas :
High-rise Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari
sepuluh lantai. Dilengkapi area parkir bawah tanah, sistem keamanan dan
servis penuh. Struktur apartemen lebih kompleksehingga desain unit
apartemen cenderung standar. Jenis ini banyak dibangun di pusatkota.
Mid-Rise Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai
dengan sepuluh lantai. Jenisapartemen ini lebih sering dibangun dikota
satelit.
Low-Rise Apartemen. Apartemen dengan ketinggian kurang dari tujuh
lantai dan menggunakan tangga sebagaialat transportasi vertikal. Biasanya
untuk golongan menengah ke bawah.
Walked-Up Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga lantai
sampai dengan enam lantai. Apartemenini kadang-kadang memiliki lift,
tetapi bisa juga tidak. Jenis apartemen ini disukai olehkeluarga yang besar
(keluarga inti ditambahkan dengan orang tua). Gedung apartemen hanya
terdiri dari dua atau tiga unit apartemen
Garden Apartemen. Bangunan apartemen dua sampai empat lantai.
Apartemen ini memiliki halaman dan taman disekitar bangunan.
Apartemen ini sangat cocok untuk keluarga inti yang memiliki anak kecil
karena anak-anak dapat mudah mencapai ke taman. Biasanya untuk
golongan menengah ke atas.

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Horisontal


Sirkulasi horisontal pada apartemen adalah berupa koridor.
Berdasarkan macambentuk koridor, apartemen dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
Single-loaded corridor apartment
Apartemen dengan tipe koridor ini dapat terbagi lagi menjadi dua
yaitu :
o Open corridor apartment. Koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan
pembatas terhadap ruang luar berupa tembok atau railing yang
ketinggiannya tidak lebih dari 11,5 meter.
18

o Closed corridor apartment. Koridor bersifat tertutup oleh dinding,


kadang memiliki bukaan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan
tidak ada bukaan sama sekali.
Double-loaded corridor apartment
Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian
sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan (central corridor).

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Vertikal


Berdasarkan sirkulasi vertikal, apartemen dapat dibagi menjadi dua
kelompokyaitu (Site Planning, 1984: 280-281):
Walk-up Apartment
Pada apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah
menggunakan tangga. Ketinggian bangunan apartemen ini maksimal hanya
4 lantai. Apartemen ini dirancang dengan koridor seminimal mungkin dan
kebanyakan unit hunian dekat dengan tangga sirkulasi. Apartemen ini
dapat dibagi lagi menjadi dua berdasarkan letak tangga sirkulasinya,
yaitu :
o Core - type walk up apartment. Pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi
(stair core) dikelilingi oleh unit-unit hunian. Berdasarkan jumlah unit
hunian yang mengelilinginya, apartemen ini dapat dibagi lagi menjadi 3
tipe yaitu :
1. Duplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi dua unit hunian
2. Triplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit hunian
3. Quadruplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi empat unit
hunian
o Corridor type walk up apartment. Pada apartemen ini tangga sirkulasi
terletak di kedua ujung koridor. Dengan menggunakan tipe sirkulasi ini
dapat memperbanyak jumlah unit pada satu lantai.
Elevator Apartment. Pada apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah
lift dan memiliki sirkulasi vertikal sekunder berupa tangga yang seringkali
juga merupakan tangga darurat. Umumnya apartemen ini dilengkapi
dengan lobby atau ruang tunggu lift. Ketinggian bangunan umumnya diatas
6 lantai. Ada dua macam sistem lift yang dapat digunakan pada tipe
apartemen ini yaitu:
19

o Lift yang digunakan berhenti di setiap lantai bangunan


o Lift yang digunakan diprogram untuk berhenti hanya pada lantai-lantai
tertentu pada bangunan (Skip - floor elevator system). Umumnya system
ini digunakan pada apartemen dengan sistem penyusunan lantai Duplex.
Kelebihan sistem ini antara lain dapat mengurangi koridor publik dan
memperluas ukuran unit hunian pada lantai dimana lift tidak berhenti.
Kelemahannya terletak pada perlunya menambah tangga pada setiap
unit hunian.

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Unit


Klasifikasi pada apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat
(Akmal,2007), yaitu :
Studio
Unit apartmen yang hanya memiliki satu ruang. Ruang ini sifatnya
multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula
terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya
kamar mandi. Apartemen tipe studio relatif kecil. Tipe ini sesuai dihuni
oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas minimal 20-35 m2.
Apartemen 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga
Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki
kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang biasa
terbuka dalam satu ruang atau terpisah. Luas apartemen ini sangat beragam
tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal
untuk satu kamar tidur adalah 25 m2, 2 kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur
85 m2, dan 4 kamar tidur 140 m2.
Loft
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian
dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-
nyekat bangunan besar ini menjadi beberapa hunian. Keunikan apartemen
adalah biasanya memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai
dalam satu unit. Bentuk bangunannya pun cenderung berpenampilan
industrial. Tetapi, beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft
untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan
20

yang baru. Sesungguhnya ini salah kaprah karena kekhasan loft justru pada
konsep bangunan bekas pabrik dan gudangnya.
Penthouse
Unit hunian ini berada dilantai paling atas sebuah bangunan
apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit di bawahnya. Bahkan,
kadang-kadang satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih
mewah, penthouse juga sangat private karena memiliki lift khusus untuk
penghuninya. Luas minimumnya adalah 300 m2.

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk Massa Bangunan


Ada 3 macam tipe apartemen berdasarkan bentuk massa bangunannya
yaitu(Apartments:Their Design and Development, 1967 : 46) :
Apartemen berbentuk Slab
Pada apartemen berbentuk slab, antara tinggi bangunan dan
lebar/panjang bangunan hampir sebanding, sehingga bangunan berbentuk
seperti kotak yang pipih. Biasanya memiliki koridor yang memanjang
dengan unit-unit hunian berada di salah satu atau kedua sisi koridor.
Apartemen berbentuk Tower
Pada apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih
kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti
tiang. Biasanya ketinggian bangunannya diatas 20 lantai. Sistem
sirkulasinya menggunakan sistem core karena menggunakan lift. Ada
berbagai variasi bentuk tower antara lain :
o Single tower
Apartemen dengan hanya satu massa bangunan. Core umumnya
terletak di tengah. Ruang koridor dapat diminimalkan. Unit-unit hunian
akan terletak dekat dengan tangga dan lift. Berdasarkan bentuk massa,
apartemen dengan satu tower dapat dibedakan menjadi tower plan,
expanded tower plan, circular plan, cross plan, dan five wing plan.
o Multi tower
Apartemen yang memiliki lebih dari satu massa bangunan.
Antara massa bangunan dapat dihubungkan oleh suatu massa
penghubung ataupun hanya berupa pedestrian penghubung saja. Bila
massa bangunan dihubungkan oleh suatu massa penghubung, umumnya
21

massa penghubung terletak di tengah dengan massa lain


mengelilinginya. Lift dan tangga diletakkan pada massa penghubung
tersebut. Sementara untuk massa yang hanya dihubungkan oleh
pedestrian, tiap massa akan memiliki lift dan tangga masing-masing.
o Apartemen dengan bentuk Varian (campuran antara Slab dan Tower)

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Golongan Sosial


Berdasarkan golongan sosial (Savitri & Ignatius & Budiharjo &
Anwar & Rahwidyasa,2007) pada pembangunan apartemen, dibagi menjadi
empat yaitu :
Apartemen Sederhana
Apartemen Menengah
Apartemen Mewah
Apartemen Super Mewah
Yang membedakan keempat tipe diatas adalah fasilitas yang terdapat
dalam apartementersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen,
maka semakin mewahapartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan
system apartemen juga berpengaruh.Semakin baik kualitas material dan
semakin banyak pelayannya, semakin mewah apartementersebut.

Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Penghuni


Pengklasifikasian yang berdasarkan penghuni (Savitri & Ignatius &
Budiharjo &Anwar & Rahwidyasa, 2007), jenis apartemen dibagi menjadi
empat, yaitu :
Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anaknya. terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur
pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk
interaksi dengan dunia luar.
Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah
dan biasanya tinggal bersama teman. Mereka menggunakan apartemen
sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.
22

Apartemen Bisnis / Ekspatrial


Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja
karena mereka telah mempunyai hunian sendiri diluar apartemen ini.
Biasanya terletak dekat dengan tempat kerja sehingga member kemudahan
bagi pengusaha untuk mengontrol pekerjaannya.
Apartemen Manula
Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan
bias dibilang tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Diluar
negeri seperti Amerika, Cina, Jepang dan lain-lain, telah banyak ditemui
apartemen untuk hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen
disesuaikan dengan kondisi fisik para manula dan mengakomodasi manula
dengan alat bantu jalan.
23

2.2 PenghawaanHybrid (Hybrid Ventilation)


2.2.1 Definisi Hybrid Ventilation
Sistem hybrid ventilation dapat digambarkan sebagai sistem yang
menyediakan lingkungan internal nyaman dengan menggunakan dua sistem
penghawaan; yakni sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan
mekanikal/buatan, tapi sistem ini menggunakan fitur dan waktu yang berbeda
dari hari atau musim. (Hybrid Ventilation Centre, Aalborg University 2002)
Dalam hybrid ventilation, kekuatan mekanikal dan alami digabungkan
dalam two-mode system, dimana variasi operating mode sesuai dengan
musim,dan dalm beberapa hari individu. Dengan demikian the active mode
mencerminkan lingkungan eksternal dan mengambil keuntungan maksimum
dari kondisi sekitar pada setiap titik dalam waktu yang sama. Perbedaan
utama antara sistem penghawaan konvensional dan sistem hybrid ventilation
adalah hybrid ventilation memiliki intelligent control system yang dapat
secara otomatis beralih antara natural mode dan mechanical mode untuk
meminimalkan konsumsi energi dan berkelanjutan.(Hybrid Ventilation
Centre, Aalborg University 2002)

2.2.2 Perkembangan Hybrid Ventilation


Selama bertahun-tahun sistem penghawaan mekanikal dan
penghawaan alami telah berkembang secara terpisah. Penghawaan mekanikal
telah dikembangkan dari sistem aliran udara tetap melalui sistem extensive
heat recoverydan demand-controlled air flows to energy-optimized low-
pressure ventilation systems. Pada periode yang sama penghawaan alami
telah berkembang dari yang hanya dianggap sebagai sistem yang sebagian
besarnya tidak terkendali, menggunakan infiltrasi udara melalui celah-celah
dan airing melalui jendela, untuk kemampuan pendingin dengan demand-
controlledventilation system.
Dua sistem penghawaan ini berfokus dalam perkembangan untuk
meminimalkan konsumsi energi dengan tetap menjaga lingkungan dalam
ruangan bisa nyaman dan sehat. Langkah berikutnya dalam proses ini adalah
perkembangan konsep penghawaan yang memanfaatkan dan menggabungkan
fitur terbaik dari masing-masing sis tem untuk menciptakan jenis sistem
24

penghawaan yang baru; yaitu hybrid ventilation.(Hybrid Ventilation Centre,


Aalborg University 2002)

Gambar 2.1Development of Natural and Machanical System


sumber: Hybrid Ventilation Centre, Aalborg University 2002

2.2.3 Bangunan yang menggunakan Hybrid Ventilation System


Schlitz Audubon Nature Center (SANC)
Semua rangan yang ditempati mematikan lampu selama hari cerah.
Pada saat cuaca yang sejuk jendela terbuka dan sistem HVAC mati. kedua
sistem ini merupakan tujuan desain dalam pemograman Schlitz Audubon
Nature Center. Untuk mencapai tujuan ini semmua ruang yang ditempati
dibutuhkan zona perimeter dengan akses terhaddap cahaya dan udara. Dengan
pengecualian dari enam ruangan kelas dan dua kantor sepanjang double-
loaded corridor padaground floor, semua ruangan pada the ground and upper
floor memiliki jendela operable pada dua bukaan yang berbeda (Gambar.
2.2). Ruang kelas dilapisi dengan jendela yang menghadap koridor
memberikan cahaya alami dari arah utara dan selatan. Jendela tertutup dengan
transom operable untuk memungkinkan ventilasi silang. (D. Michael
Utzinger, 2009)

Gambar 2.2Ground Floor Plan, Schlitz Audubon Nature Center


25

Urban Ecology Center (UEC)


Urban Ecology Center lebih padat dariSchlitz Audubon Nature Center
(Gambar 2.3). Tapak ini lebih terbatas dan anggaran pembangunan dan
pengajuan LEED yang menjadi masalah.Tim UEC memilih untuk menekan
cahaya matahari, high enclosure insulation levels (double code levels in the
walls and roof) dan ventilasi alami. Bangunan ini dibagi menjadi tiga zona
termal: kantor staf, ruang publik dan ruang kelas, serta basement. Setiap zona
dilayani oleh satu constant volume air handling unit. Hanya zona kantor yang
dilengkapi dengan AC. Ruang publik menggunakan ventilasi alami pada
musim panas dan zona basement menggunakan ventilasi buatan.
Area bukaan jendela dan distributor ditentukan dengan menggunakan
prosedur yang sama seperti bangunan Schlitz Audubon Nature Center dengan
strategi mengontrol yang lebih sederhana. Dari akhir mei sampai pertengahan
november ruang publik dan ruang kantor menggunakan mode ventilasi alami.
Jika kondisi musim panas menjadi sangat panas dan lembab, AHU pada
kantor akan nyala dengan menggunakan mode ventilasi buatan (AC) dan
jendela yang menghadap luar atau ruang publik akan tertutup. Manajer
bangunan mengaktifkan dan menonaktifkan sistem a web interface to the
building controls. Setelah dua tahun, penambahan cooling coil pada ruang
publik, untuk memberikan kenyamanan kepada para pengunjung. Ketika
cuaca sejuk, jendela kantor dan ruang publik terbuka dan sistem ventilasi
buatan (AHU) off. Seorang anggota staf memeriksa seluruh bangunan untuk
menutup dan mengunci semua jendela pada akhir hari. (D. Michael Utzinger,
2009)

Gambar 2.3Upper Floor Plan and Building Section, Urban Ecology Center
26

2.3 Aliran Udara


Udara yang bergerak kita sebut angin. Udara dinginmempunyai
kepadatan lebih tinggi dibandingkan dengan udarapanas, dan udara dingin
lebih berat daripada udara panas. Udaramengalir dari tekanan yang tinggi
menuju tekanan yang rendah.Untuk iklim tropis basah kecepatan udara tidaklah
terlalu cepat,namun bukan berarti udara tidak dapat digunakan. Perlu
adanyapemaksimalan pergerakan udara. Kecepatan angin paling cepatadalah
saat berada di puncak.

Gambar 2.4 Sifat Angin dari Tekanan Tinggi Mengalir ke Tekanan Rendah
Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001

Tanaman sangat efektif dalam memberipembayangan dan juga


membantu mengurangi panas yangditerima. Tanaman juga menyerap radiasi
dalam proses fotosintesisyang akhirnya menyebabkan lingkungan menjadi
dingin. Udaradingin mempunyai kepadatan dan massa yang lebih
dibandingudara panas. Hal ini dapat meningkatkan kecepatan angin. Ini
yangmenyebabkan di sekitar pohon kita merasa lebih sejuk.
Tanaman juga mampu meningkatkan, menurunkan dan juga
mengarahkan aliran udara dengan membuka hubungan antara udara bertekanan
tinggi dengan udara bertekanan rendah akan sangat membantu penghawaan
alami.

Gambar 2.5 Fungsi Pohon terhadap Aliran Udara


Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001
27

Dalam iklim tropis basah penghawaan alami sangatlahberguna,


perpanjangan pada elemen bangunan bisa membuat anginmempunyai arah
misalnya pada overstack ataupun bentuk atap.
Selain itu penghawaan alami butuh yang namanya inlet danoutlet
sehingga baru bisa dinamakan pengudaraan. Sebisa mungkinoutlet harus lebih
besar daripada inlet agar terjadi pertukaran danudara akhirnya mengalir.

Gambar 2.6 Perputaran Angin dalam Ruangan


Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001

Mengubah posisi outlet pada bangunan tidak akan mengubahkecepatan


angin, namun mengubah posisi inlet pada bangunandapat mengubah arah angin
dalam ruangan.

Gambar 2.7 Perubahan Posisi Inlet dan Outlet Terhadap Sirkulasi Dalam Ruangan
Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001
28

Overhang dari sebuah atap bisa membantu tekanan angin didepan


sehingga udara mengalir ke dalam ruangan.

Gambar 2.8 Pengumpulan Tekanan Udara Untuk Menekan Angin


Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001

Canopy pada jendela sebenarnya memberi efek buruk padajalannya


udara karena akan terbagi. Sebaiknya kanopi panjang(untuk menghindari
radiasi) tapi juga lebih dekat ke atas bangunanagar tidak terbagi lebih banyak
udaranya.

Gambar 2.9 Efek Kanopi pada Pola Angin


Sumber: Arvind K. Nick B, Climate responsive architecture 2001

2.4 Air Changes per Hour (ACH)


Pergantian udara per-jam (ACH, Air Changes per Hour) adalah jumlah
pergantian seluruh udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap
jamnya.
Bangunan di negara tropis lembab diperlukan media pergantian udara
pengap di dalam bangunan dengan udara yang lebih segar dari luar bangunan.
Proses pergantian ini sangat tergantung pada beberapa aspek, yang masing-
masing dapat dibedakan menjadi: aspek pada bangunan itu sendiri dan aspek di
luar bangunan. Aspek pada bangunan meliputi, penempatan jendela (baik
secara vertikal maupun horisontal), dimensi jendela dan tipe (model) jendela
29

yang dipilih. Sedangkan aspek luar bangunan meliputi: arah dan kecepatan
angin serta kerapatan dan ketinggian bangunan sekitar. Selain faktor-faktor
tersebut ada beberapa faktor lain yang dapat mendukung lancarnya proses
ventilasi tersebut, diantaranya adalah: pemilihan bentuk atap, sebab ada
bentuk-bentuk atap tertentu yang dapat meningkatkan kecepatan angin.
Keefektifan tingkat penghawaan dalam suatu bangunan ditentukan oleh
ventilation flow rates yang dihitung sebagai jumlah udara per-m3 yang dapat
dialirkan ke dalam bangunan atau ruangan setiap jamnya.
Menurut Givoni (1976), Lechner (1991) dan Moore (1993), ada
beberapa faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pertukaran udara
secara alamiah yang terjadi pada suatu ruangan atau bangunan, Faktor-faktor
tersebut adalah arah dan kecepatan angin di luar bangunan, suhu, dan
kelembaban udara di dalam dan di luar bangunan, spesifikasi lubang ventilasi
(posisi inlet dan outlet, dimensi dan bentuk serta feature penunjang). Faktor-
faktor ini saling berkaitan dan mendukung dalam menciptakan pertukaran
udara yang baik pada suatu ruangan atau bangunan. Moore (1993)
menggambarkan bahwa posisi yang baik bagi sebuah lubang ventilasi yang
berfungsi sebagai inlet(tempat memasukkan udara) adalah yang sama tingginya
dengan penghuni yang sedang beraktifitas dalam ruang tersebut. Dan untuk
memudahkan udara yang telah mengandung CO2 segera keluar dari ruangan
maka posisi outlet (tempat mengeluarkan udara) sebaiknya dibuat lebih tinggi.
Adapun rate ACH ideal bagi suatu ruang tergantung pada tujuan yang
hendak dicapai. Menurut EnREI (Energy Related Environmental Issues), untuk
tujuan kesehatan penghuni diperlukan nilai pertukaran udara sebesar 0,5-1
ACH dan untuk tinjauan kenyamanan penghuni diperlukan nilai pertukaran
udara sebesar 1-5 ACH.

Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Udara Untuk Tujuan Berbeda


Standar Kebutuhan Standar Kebutuhan
Tujuan
(ACH) (liter/detik m2)
Kesehatan 0.5-1 0.4-0.8
Kenyamanan 1-5 0.8-4
Sumber: EnREI (1991) dalam Mediastika, hal 5
30

Dalam penelitian ini tinjauan standar kebutuhan ACH yang akan


diambil sebagi acuan adalah tinjauan kesehatan dengan standar kebutuhan
ACH 0,5-1.
Untuk menghitung pertukaran udara per jam (ACH) pada
ruangan/bangunan yaitu dengan menggunakan rumus ini:

Dimana, Q = Tingkat penghawaan (m3/s), dan


Vroom = Volume ruangan (m3)

Dimana, A = Luasan bukaan (m2)


= Kecepatan angin pada bukaan (m/s)

0.025 = Faktor pengali

2.5 Novelty
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya yaitu
adanya pertukaran udara dalam ruangan-ruangan unit apartemen yang
menggunakan penghawaan hybrid(gabungan penghawaan alami dan
buatan)sistem otomatis sesuai kecepatan angin dengan tujuan untuk memenuhi
standar kebutuhan faktor air changes per hour (ACH).
31

2.6 Kerangka Berpikir

TOPIK
Environmentally, Suistainable, Healthy, and Liveable Human Settlement

LATAR BELAKANG
Apartemen sebagai solusi terjadinya kepadatan penduduk pada Jakarta

MAKSUD DAN TUJUAN


Perencanaan dan perancangan Apartemen di Kebayoran Bayu, Jakarta
selatan yang sejuk dan hijau untuk penghawaan hybrid yang memenuhi
standar kebutuhan ACH

Menggunakan dua
sistem yaitu: PENGHAWAAN
penghawaan HYBRID
mekanikal dan APARTEMEN
penghawaan
buatan
FAKTOR ACH

Terdapat standar
kebutuhan ACH
0,5-1, untuk
menghitung luas
bukaan yang PERMASALAHAN Studi
dibutuhkan untuk Penataan ruang dan luas bukaan yang apartemen yang
sebuah ruangan kurang untuk standar kebutuhan ACH ada di Jakarta
sehingga terdapat ruangan yang tidak ada
pertukaran / aliran udara
Studi literatur,
studi lapangan,
ANALISA analisa dengan
simulasi CFD
Menganalisa permasalahan dan mencari
terhadap tapak,
solusi untuk menjawab permasalahan gubahan massa
serta menerapan solusi dalam proses dan unit
perancangan apartemen
Serta
perhitungan
standar
kebutuhan
KONSEP PERANCANGAN ACH
Kesimpulan dari hasil analisa terhadap
data yang didapatkan dan dianalisa

SKEMATIK DESIGN

PERANCANGAN

Gambar 2.10 Diagram Kerangka Berpikir


32

Das könnte Ihnen auch gefallen