Sie sind auf Seite 1von 6

Cerebral palsy

a. ) Definisi
CP merupakan kerusakan otak atau kegagalan perkembangan otak selama
didalam kandungan ( uterus ) atau pada awal pertumbuhan anak, kerusakan
bersifat non progresif ( tidak berlanjut ) dan terjadi pada otak yang belum
matang. Sehingga mengganggu proses pematangan otak yang normal
( Weinstein dan Trap, 1972 ).
Menurut Eicher dan Batshaw (1993) CP didefinisikan merupakan suatu payung
terminologi yang digunakan unutk mendeskripsikan sekumpulan gannguan non
progeresif dengan manifestasi berupa abnormalitas tonus dan gannguan postur
yang merupakan akibat dari kerusakan susunan saraf pusat pada saat awal
dimasa perkembangan otak.
Dalam definisi Ilmu Kesehatan Anak menjelaskan tentang CP yaitu suatu
keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan bersifat non progresif, terjadi
pada waktu masih muda ( sejak dilahirkan ) dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basalis dan cerrebellum, dan kelainan
mental.CP adalah gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu
dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik didalam susunan saraf
pusat, bersifat kronik, dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada
jarinagn otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Menurut Shepherd (1995) CP didefinisikan sebagai sekumpulan kelainan otak
non progresif yang menyebabkan lesi atau perkembangan yang abnormal pada
kehidupan janin atau awal masa anak-anak. Miller dan Bachrach (1998)
mendefinisikan CP sebagai sekumpulan gangguan motorik yang diakibatkan dari
kerusakan pada otak yang terjadi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Kerusakan otak pada anak mempengaruhi sistem motorik dan akibatnya anak
tersebut mempunyai koordinasi yang lemah, keseimbangan yang lemah, pola
gerak yang abnormal atau gabungan dari karakteristik tersebut.
Dalam kamus kedokteran dorlan (2005) definisi CP yaitu setiap kelompok
gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang terjadi pada anak kecil
yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat trauma lahir atau patologi intra
uterine. Gangguan ini ditandai dengan perkembangan motorik yang abnormal
atau terlambat, seperti paraplegia spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang
sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataksia.
Definisi spastik menurut kamus kedokteran Dorlan (2005) adalah bersifat atau
ditandai dengan spasme. Hipertonik, dengan demikian otot-otot kaku dan
gerakan kaku.
Diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh, paralisis bilateral
(Dorlan, 2005). Diplegia merupakan salah satu bentuk CP yang utamanya
mengenai kedua belah kaki (Dorlan, 2005)
Klasifikasi dari CP yaitu (1) spastik, merupakan gangguan pada UMN dengan
tanda hiperrefleksia, bentuk gerak yang abnormal, kelemahan, (2) athetoid,
merupakan tanda lesi ekstrapiramidal, ditandai adanya gerak involunter
( athetosis, dystonia, ataksia dan rigid ), (3) Ataksia, merupakan lesi dari
cerebellum, ditandai dengan adanya gangguan keseimbangan dan kooordinasi,
(4) mixed, merupakan kombinasi dari spastis, athetoid dan ataksia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CP Spastik Diplegia adalah suatu
gangguan tumbuh kembang motorik anak yang disebabkan karena adanya
kerusakan pada otak yang terjadi pada periode sebelum, selama dan sesudah
kelahiran yang ditandai dengan kelemahan pada anggota gerak bawah yang
lebih berat daripada anggota gerak atas, dengan karakteristik tonus postural
otot yang tinggi terutama pada regio trunk bagian bawah menuju ekstremitas
bawah. Pada CP spastik diplegia kadang-kadang disertai dengan retardasi
mental, kejang dan gambaran ataksia.
b. ) Etiologi
Pada umumnya penyebab CP dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu ;
1. ) Pranatal
Biasanya terjadi akibat infeksi dalam kandungan sehingga menyebabkan
kelainan pada janin seperti toksoplasmosis, rubella, lues, dan penyakit inklusi
sitomegalik. Selain itu juga oleh karena anoksia dalam kandungan, terkena sinar
radiasi sinar- X dan keracunan kehamilan.
2. ) Perinatal
Pada masa ini meliputi ;
a. ) Hipoksia ( anoksia )
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa masa perinatal adalah brain
injury (cedera pada otak ). Keadan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini
dapat terjadi pada presentasi bayi abnormal, disporposi sefalo-pelvis, partus
lama, plasenta praevia, partus dengan menggunakan instrumen tertentu dan
lahir dengan sectio caesar.
b. ) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan yang terjadi diruang subarakhnoid akan menyebabkan penyumbatan
cairan cerebrospinal sehingga mengakibatkan hidrocepallus. Perdarahan diruang
subdural dapat menekan cortek cerebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
c. ) Prematuritas
Bayi yang lahir dengan usia kandungan yang belum cukup bulan mempunyai
kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup
bulan, hal ini karena pembuluh darah, enzim, dan faktor pembekuan darah
masih belum sempurna.
d. ) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak akibat
masuknya billirubin ke ganglia basalis, misalnya pada kelainan inkompatibilitas
golongan darah dan faktor Rh.
e. ) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi apabila terlambat atau tidak tepat
penangananya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.

3. ) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan CP. Misalnya pada trauma capitis, menigitis, ensefalitis dan luka
parut pada otak pasca-operasi, bayi dengan berat badan rendah.
c. ) Patologi
Kelainan neuropatologis terjadi tergantung dari berat ringannya kerusakan. Jadi
kelainan neuropatologis terjadi sangat kompleks dan difus yang dapat mengenai
korteks motorik, traktus piramidalis, daerah paraventrikular ganglia basalis,
batang otak dan ceebellum.
Anoksia cerebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan
subependim. Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan ischemia yang bisa
menyebabkab necrosis.
Kern icterus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan
akan menempati ganglia basalis, hipocampus, sel-sel nukleus batang otak, dapat
mnenyebabkan CP tipe athetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi.
Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi
obsturksi ruangan subarachnoid dan timbul hidrocepalus. Perdarahan dalam otak
dapat meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel.
Trauma lahir akan menimbulkan kompressi cerebral atau perobekan sekunder.
Trauma lahir menimbulkan gejala yang irreversibel. Lesi irreversibel lainnya
akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipocampus yaitu pada
ammonis, yang bisa mengakibatkan timbulnya epilepsi.
d. ) Tanda dan gejala klinik
Gambaran klinik CP tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang
mengalami kerusakan, semisal paralisis, gerakan involunter, dan ataksia.
Pada kondisi CP diplegia spastik yaitu keadaan dimana anggota gerak bawah
tidak berfungsi maksimal dibandingkan dengan anggota gerak atas akibat
adanya spastisitas yang terjadi pada anggota gerak bawah ( kedua tungkai
bawah) . Adanya spastisitas menyebabkan kontrol gerak yang tidak terkendali
sehingga mempengaruhi postur tubuh dan keseimbangan. Dengan demikian
dapat mengganggu aktifitas fungsional anak penderita CP.
e. ) Prognosis
Prognosis tergantung pada gejala dan tipe CP. Di inggris dan Skandinavia 20 50
% pasien dengan CP mampu sebagai buruh kerja penuh, sebanyak 30 35 %
dari semua pasien CP dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus.
Prognosis paling baik pada derajat fungsional ringan. Prognosis bertambah berat
apabila disertai dengan retardasi mental, kejang, gangguan penglihatan dan
pendengaran. Pengamatan jangka panjang yang dilakukan Cooper dkk seperti
dikutip oleh Suwirno T menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi
dan motorik dengan bertambahnya umur pasien CP yang memperoleh
rehabilitasi baik.

B. Deskripsi Problematik Fisioterapi


1. ) Permasalahan Utama ( impairment )
Adanya abnormalitas tonus postural ( spastisitas ) menyebabkan kontrol gerak
yang tidak terkendali sehingga mempengaruhi postur tubuh. Apabila tidak
segera ditangani maka akan terjadi permasalahan lain berupa deformitas yaitu
kontrakur otot, kekakuan sendi, skoliosis.
2. ) Keterbatasan Fungsional ( functional limitation )
Akibat adanya postur tubuh yang jelek dan kontrol gerak yang tidak terkendali
maka akan mempengaruhi aktifitas fungsional sehari-hari yaitu makan, memakai
baju, mandi, bermain.
3. ) Keterbatasan berpartisipasi dalam masyarakat
Dengan terbatasnya aktifitas sehari-hari maka anak penderita CP tersebut akan
terbatas aktifitas di luar rumah seperti bergaul dengan anak-anak atau orang-
yang tinggal di dekat tempat tinggalnya.

C. Tekhnologi Intervensi Fisioterapi


Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan untuk menangani permasalahan
yang ada pada kondisi CP spastik diplegi meliputi latihan pada mobilitas trunk,
stretching pasif dan latihan gerak aktif dengan pendekatan terapi dengan
permainan serta latihan berjalan.
1. ) Mobilisasi trunk.
Latihan mobilitas trunk merupakan latihan yang diberikan baik pasif maupun
aktif ke seluruh luas gerak tubuh ( fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi trunk)
dengan tujuan untuk memperbaiki co-contraksi otot-otot trunk dan untuk
memperoleh fleksibilitas dari trunk yang diharapkan dapat memperbaiki postur
pada kondisi CP diplegi spastik yang cenderung kifosis. Pada akhir gerakan pasif
dapat disertai dengan pemberian stretching ( penugluran jaringan ) dan elongasi
(pemanjangan trunk ke arah atas).
2. ) Stretching
Streching merupakan suatu bentuk terapi yang di susun untuk mengulur struktur
jaringan lunak yang mengalami pemendekan secara patologis dan dengan dosis
tertentu dapat menambah range of motion. Passive stretching dilakukan ketika
pasien dalam keadaan rileks, menggunakan gaya dari luar, dilakukan secara
manual atau dengan bantuan alat untuk menambah panjang jaringan yang
memendek (Kisner & Colby, 1996). Diharapkan dengan rileks tersebut dapat
mengurangi spastisitas pada ekstrimitas bawah khususnya kedua tungkai.

3. )Latihan gerak aktif dengan pendekatan terapi dengan permainan


Selain berguna untuk mengembangkan potensi anak, bermain juga menjadi
media terapi yang baik bagi anak-anak yag bermasalah. Bermainm merupakan
media yang baik dan sebagai stimulasi anak dengan gangguan perkembangan.
Pada CP bermain dapat melatih ketrampilan motorik halus dan kasarnya. Dalam
bermain anak CP diberikan keleluasaan gerak untuk mengikuti permainan.
4. Latihan pola jalan ( aktifitas fungsional )
Latihan pola jalan dilakukan dengan tujuan mengajarkan pola jalan yang benar
pada anak sehingga anak dapat berjalan dengan pola yang baik dan benar. Pada
akhirnya dapat melatih kemandirian anak dalam melakukan aktifitas fungsional.
B. Problematik fisioterapi
Permasalahan pada CP yaitu adanya gangguan tonus postural tubuh akibat
adanya spastisitas sehingga control gerak terganggu dan juga mengakibatkan
postur tubuh yang salah. Dari permasalahan yang telah disebutkan pada
akhirnya akan mengganggu aktifitas fungsional sehari-hari anak penderita CP.

C. Rencana penatalaksanaan Fisioterapi


1 .) Tujuan pelaksanaan terapi latihan
a. Untuk menurunkan abnormalitas tonus ( spastisitas ) terutama pada kedua
tungkai bawah.
b. Mencegah terjadinya kontraktur sehingga mencegah deformitas.
c. Memperbaiki kemampuan aktifitas fungsional melalui peningkatan pada
keseimbangan dan memperbaiki postur tubuh sehingga diharapkan
bertambahnya tingkat kemandirian anak dengan kasus cerebral palsy dalam
melakukan aktifitas sehari-harinya semisak bermain.

2. ) Rencana pelaksanaan fisioterapi


a. ) Latihan mobilisasi trunk
Tujuan dari latihan mobilitas trunk ini adalah untuk memperbaiki postur yaitu
dengan cara mendudukkan pasiel long sittig dan kedua tungkai membuka lebar (
abduksi tanpa eksternal rotasi ). Fisioterapis dibelakang pasien, tangan
menempel bahu kemudian diberikan pressure tapping pada segmen lumbal,
thorak atas dan bawah.
b. ) Streching secara pasif
Streching atau penguluran jaringan lunak ini merupakan cara yang digunakan
untuk menurunkan spastisitas sehingga bias merileksasikan kerja otot-otot yang
berlebihan ( over use ). Pada kondisi CP diplegi spastis biasanya dilakukan
stretching pada group otot (1) hamstring (2) adductor lutut (3) abductor lutut (4)
otot perut (5) illiopsoas dan (6) pelvic tilting.
c. ) Latihan gerak aktif dengan menggunakan permainan
Latihan ini diberikan dengan melibatkan anak secara aktif. Pada pendekatan ini
anak akan diberikan bentuk-bentuk latihan aktifitas fungsional yang akan
dilakukan bersamaan dengan bermain untuk tujuan meningkatkan aktivitas
fungsional, seperti latihan berdiri dan berjalan.

d. ) Latihan aktifitas fugsional dengan mengajarkan pola jalan yang benar.


Anak akan diajari berjalan dengan pola yang benar, karena pada umumnya anak
CP akan berjalan dengan pola salah akibat dipengaruhi adanya spastisitas.
Seperti yang telah disebutkan bahwa spastisitas akan mengganggu kenormalan
postur tubuh dan control gerak. Padahal pada pola jalan yang benar dibutuhkan
postur tubuh yang baik dan control gerak yang baik pula.
D. Rencana Evaluasi Hasil Terapi

Evaluasi dilakukan untuk mngetahui tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan


terapi yang diberikan. Evaluasi dilakukan sesaat setelah terapi dan pada akhir
pelaksanaan program terapi. Beberapa pengukuran yang dilakukan meliputi : 1.)
evaluasi spastisitas dengan menggunakan skala asworth, 2 ) evalusi gross motor,
keseimbangan dan kemampuan berjalan ( aktifitas fungsional ) dengan
menggunakan GMFM.

Das könnte Ihnen auch gefallen