Sie sind auf Seite 1von 15

Tugas Keperawatan Jiwa

Dosen : Ns. Akbar Asfar, S.Kep

TERAPI OKUPASI

OLEH :
KELOMPOK : 3 (Tiga)
KELAS :A
NAMA ANGGOTA :
1. SUMIATI OHORELLA (142 2011 0037)
2. JAHRA MARASABESSY (142 2011
0038)
3. MIRNAWATI DEWI (142 2011
0039)
4. LISDA SAFITRI (142 2011 0040)
5. HASMIDAR (142 2011
0042)
6. NOVITASARI (142 2011
0043)
7. YOYANTI MUKO (142 2011 0044)
8. RINI INDRIANI (142 2011 0046)
9. SUMARNI SALASA (142 2011
0047)
10. TRY HANDAYANI (142
2011 0048)
11. RESNA RUMAKEY (142
2011 0051)
12. ST. AULIA R. OHORELLA (142
2011 0052)
13. HARISMA (142 2011
0053)
14. TRY AJENG UTAMI (142
2011 0054)

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mengajarkan manusia dengan qalam,
mengajarkan manusia apa-apa yang tidak di ketahuinya. Salawat dan salam atas
junjungannya yang paling pantas untuk di jadikan keadaan hidup yakni Rasulullah
Muhammad SAW.
Kehadiran makalah ini adalah sebagai pembelajaran bagi kami dan kita
semua agar dapat mengetahui terapi okupasi,indikasi dilakukannya terapi
okupasi,Tujuan terapi okupasi maupun pelaksanaan/metode dari terapi okupasi.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaiaan makalah ini,serta penyusun berharap agar makalah ini dapat menjadi
Sharing Of Information bagi para pembaca,agar kami dapat menyempurnakan
makalah yang kami nantinya.

Makassar, Desember 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga
merupakan karunia Tuhan, oleh karenanya perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya.
Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam peningkatan kualitas kesehatan, dan merupakan pilar-pilar utama
dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010/2013. Masalah perilaku menyangkut
kebiasaan, budaya, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi.
Untuk itu semua perlu peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk hidup sehat, perlunya pengembangan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat.
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu
untuk mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai
sumber kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-
otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan
gerak badan, kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi
kesehatannya juga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksaud dengan terapi okupasi (kerja)?
2. Apa Tujuan pemberian terapi Okupasi?
3. Bagaimana langkah diagnosis penyakit akibat kerja?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kesehatan pekerja (okupasi)
2. Mengetahui Tujuan pemberian terapi Okupasi
3. Mengetahui dan memahami langkah diagnosis penyakit akibat kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Pengertian secara umum
Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan/pengobatan
terhadap suatu gangguan dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau
pekerjaan tertentu agar anak dapat mengembangkan diri dan
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin
2. Pengertian dari segi medis
Terapi okupasi adalah suatu pertolongan yang bertujuan untuk
memperbaiki otot-otot dengan jalan bekerjayang harus menggerakkan
otot-otot.
3. Pengertian melalui aspek edukatif
Terapi okupasi merupakan suatu bidang kegiatan yang bersifat
pengembangan dari bidang studi keterampilan, prakarya dan pekerjaan
tangan/SBK
Penegasan pengertian terapi okupasi
a. Terapi okupasi bukanlah usaha penyembuhan semata
b. Merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu:
Seni
Ilmu pengetahuan: materi latihan, suasana, pendekatan, alat,
tempatdan waktu
Ilmu lainnya: ilmu tubuh manusia, psikologi, neurologi, pendidikan
dan PLB
TERAPI OKUPASI bukan memberikan kerja/ melatih kerja, tetapi
pekerjaan merupakan media untuk pengobatan/penyembuhan pd
gangguan fisik, mental dan social.

B. Jenis-Jenis Gangguan Yang Memerlukan Terapi Okupasi


1) Gangguan konsentrasi
2) Gangguan motorik (gerak, clumsiness)
3) Kesulitan belajar
4) Gangguan sensori (tidak mau dipeluk, takut ketinggian, gangguan
keseimbangan)
5) Ganggan tumbuh kembang (terlambat bicara, terlambat berjalan)
6) Gangguan perilaku dan emosi (tantrum/marah-marah)
7) Gangguan interaksi sosial (menghindari kontak mata, asyik bermain
sendiri)
8) Hiperaktif
9) Keterbelakangan mental
10)Kelumpuhan otak/keterlambatan perkembangan pada otak (Cerebral
Palsy)
C. Karakteristik aktivitas terapi
Riyadi dan Purwanto, (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari aktivitas
terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti tertentu bagi
klien, harus mampu melibatkan klien walaupun minimal, dapat mencegah
bertambah buruknya kondisi, dapat memberi dorongan hidup, dapat
dimodifikasi, dan dapat disesuaikan dengan minat klien.

D. Fungsi dan Tujuan Okupasi Terapi


Okupasi terapi adalah terapan medic yang terarah bagi pasien fisik
maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam
rangka memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri
semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan
yang direncanakan dan disesuaikan dengan tujuan terapi.
Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan okupasiterapi
adalah dengan maksud sebagai berikut:
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa
Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara
wajar dan produktif.
Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan
bakat dan keadaannya.
Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose
dan penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan,
berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televise, dan
lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih,
dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di
rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan
maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien
sebagai langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan
dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja,
sosialisasi, minat, potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam
mengarahkannya kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan
waktu selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali
ke keluarga.

E. Aktivitas
1) Aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi sangat dipengaruhi oleh
konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia,
dan juga oleh kemampuan siterapis sendiri (pengetahuan,
keterampilan, minat dan kreativitasnya).
a) Jenis
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :
1. Latihan gerak badan
2. Olahraga
3. Permainan
4. Kerajinan tangan
5. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
6. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
7. Praktik pre-vokasional
8. Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)
9. Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun
dan lain-lain)
10. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah,
televise, radio atau keadaan lingkungan).
b) Karakteristik aktivitas
Aktivitas dalam okupasiterapi adalah segala macam aktivitas
yang dapat menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai
suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai
sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam
okupasiterapi harus mempunyai karakteristi sebagai berikut :
Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang
jelas. Jadi bukan hanya sekedar menyibukan pasien
Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau
ada hubungannya dengan pasien.
Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut,
dan apa kegunaannya terhadap upaya penyembuhan
penyakitnya.
Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien,
bahkan harus dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya
memelihara koondisinya.
Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih
giat sehingga dapat mandiri.
Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci
olehnya.
Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau
penyesuaian dengan dengan kemampauan pasien.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas:
Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah
dikontrol, ulet, kasar, kotor, halus dan sebagainya.
Apakah aktivitas rumit atau tidak
Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
Cara pemberian instruksi bagaimana
Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
Apakah perlu pasien membuat keputusan
Apakah perlu konsentrasi
Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
Berapa lama dapat diselesaikan
Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan pasien, dan
sebagainya.
c) Analisa aktivitas
Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas
dalam rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus
dianalisa terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisa adalah
sebagai berikut:
Jenis aktivitas
Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai
dengan tujuan terapi)
Bahan yang digunakan:
Khusus atau tidak
Karakteristik bahan:
Mudah ditekuk atau tidak
Mudah dikontrol atau tidak
Menimbulkan kekotoran atau tidak
Licin atau tidak
Rangsangan yang dapat ditimbulkan
Taktil
Pendengaran
Pembauan
Penglihatan
Perabaan
Gerakan sendi, dan sebagainya
Warna
Macam-macamnya dan namanya
Banyaknya
Bagian-bagian aktivitas
Banyaknya bagian
Rumit atau sederhana
Apakah membutuhkan pengulangan
Apakah membutuhkan perhitungan matematika
Persiapan pelaksanaan:
Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih
dahulu
Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
Pelaksanaan
Apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
Konsentrasi
Ketangkasan
Rasa social diantara pasien
Kemampuan mengatasi masalah
Kemampuan bekerja sendiri
Toleransi terhadap frustasi
Kemampuan mengikuti instruksi
Kemampuan membuat keputusan
Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi
diantara mereka
Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi,
ketangkasan, inisiatif, penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-
lain.
Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas,
pelampiasan emosi dan lain-lain
Apakah ada kontra indikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini
harus bertindak hati- hati, karena dapat berbahaya bagi pasien
maupun sekelilingnya (misalnya untuk pasien dengan paranoid
sangat riskan memberikan benda tajam).
F. Proses Okupasi Terapi yang Benar
Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasiterapi akan
menyertakan juga data mengenai pasien berupa diagnosa, masalahnya
dan juga akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien
tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak untuk
keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi
Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan
bertindak sebagai berikut:
1. Koleksi data
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang
disertakan waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi
okupasional. Jika dengan mengadakan interview dengan pasien atau
keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini
diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini
dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah
dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar
tujuan terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun
jangka panjangnya
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang
dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat
diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang kan
dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas
kelancaran pelaksanaannya.
Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat
mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan
terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia
harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan
diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.
5. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai
dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program
terapi selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Dari
hasil evaluasi dapat direncanakan kemudian mengenai peneyesuain
jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun dalam hal tertentu
penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu setelah
melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap
pasien.
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
a. Kemampuan membuat keputusan
b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
d. Kerjasama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain).
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
i. Kompetisi tanpa permusuhan
j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah
bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut
l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
m. Wajar dalam penampilan
n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
q. Kerapian bekerja
r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
s. Toleransi terhadap frustasi
t. Lambat atau cepat
u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

G. Pelaksanaan
a. Persiapan terapi okupasi
Penentuan materi latihan
materi latihan dipilih dan ditentukan dengan memperhatikan
karakteristik atau cara khas masing masing klien
Penetuan cara atau pendekatan dengan system kelompok / individu
Penentuan waktu. Kapan latihan diberikan pagi, siang atau sore
hari dan berapa lamanya.
Penetuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan
dan alat yang digunakan.
b. Metode
Okupasi terapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-
lain:
Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak
informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi
dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap
akan mengganggu kelancaran suatu kelomppok bila dia
dimasukan dalam kelompok tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar
terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif

Metode kelompok dilakukan untuk:


Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper
bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan
tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun
kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu
segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan
kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut
sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk
ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan
dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan
terapis mengawasi.

c. Waktu
Okupasiterapi dilakukan antara 1 2 jam setiap session baik yang
individu maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu
tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan
sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian yaitu - 1 jam untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam untuk diskusi.
Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan
diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

d. Terminasi
Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat
diakhiri dengan dasar bahwa pasien :
Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi
e. Implementasi
Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas
hidup sehari hari.
Tingkatkan keseimbangan antara istiraha dan aktivitas
Bantu klien untuk berwaspada, gunakan petunjuk dan penguatan
yang positif
Pertahankan keadaan fisik yang seimbang
Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang
adekuat
Membuat persediaan oto dan kondisi tubuh umumnya, berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup.
Pertahankan hubungan social yang baik
Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social dukung
dan jaga martabat pasien.
Kurangi stimulasi lingkungan bila klien cemas.

f. Evaluasi Hasil
Klien mempertahankan kemampuannya melakukan aktivitas
seharihari dalam lingkungan yang berstruktur
Klien menunjukkan perawatan diri yang baik pada segi nutrisi
maupun dirinya
Klien menunjukkan hubungan sosialisasi yang baik pada keluarga
dan lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
1. Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan/pengobatan terhadap
suatu gangguan dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan
tertentu agar anak dapat mengembangkan diri dan mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin.
2. Jenis-Jenis Gangguan Yang Memerlukan Terapi Okupasi diantaranya
yaitu: Gangguan konsentrasi, Gangguan motorik (gerak, clumsiness),
Kesulitan belajar, dll.
3. Karateristik dari aktivitas terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas,
mempunyai arti tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien
walaupun minimal, dapat mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat
memberi dorongan hidup, dapat dimodifikasi, dan dapat disesuaikan
dengan minat klien.
4. Jenis aktivitas dalam okupasiterapi diantaranya yaitu : Latihan gerak
badan, Olahraga, Permainan, Kerajinan tangan, Kesehatan, kebersihan,
dan kerapihan pribadi, Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-
hari),dll.
5. Pelaksanaan terapi dimulai dari: Persiapan terapi okupasi, Metode yang
akan digunakan, waktu, terminasi, implementasi, evaluasi hasil.

B. Saran
Untuk dapat memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat
mandiri semaksimal mungkin.
6.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available:
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi.html.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Das könnte Ihnen auch gefallen