Sie sind auf Seite 1von 2

RESUSITASI JANTUNG PARU

A. Pengertian

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama


pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan
untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR
sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas
karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu
diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung
dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di tempatnya
sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan
jantung yang harus segera dilakukan CPR.

(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resusitasi_jantung_paru-
paru&veaction=edit&section=2)

B. Tujuan
Tujuan pelayanan kegawat-daruratan kardiovaskuler adalah untuk
mempertahankan hidup, mengembalikan kesehatan seperti semula,
mengurangi penderitaan, membatasi kecacatan dan mengembalikan penderita
dari kematian klinis. Keputusan tentang Resusitasi Jantung Paru(RJP) sangat
rumit dan sering dibuat dalam hitungan detik oleh tenaga medis tanpa
mengetahui apakah penderita mempunyai advanced directives atau tidak.
Advanced di Rectives adalah dokumen yang sah secara hukum, yang ditulis
sebelum penderita menderita penyakit yang bersifat incapacitating. Petunjuk
yang ada dalam advanced directives ini dapat membebas-tugaskan tenaga
medis dalam mengambil keputusan, dengan kata lain advanced directives
adalah pernyataan tentang keinginan penderita mengenai tindakan medis apa
yang sebaiknya dilakukan atau tidakdilakukan pada waktu penderita dalam
keadaan incompe-tency. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian
RJPsering bertentangan dengan keinginan pasien.Padahal setiap keputusan
harus dibuat dengan belas kasih,berdasarkan prinsip-prinsip etik dan referensi
ilmiah yang ada. Hasil beberapa studi mengenai RJP memperlihatkan bahwa
hasil RJP hingga saat ini masih buruk. RJP dapat berhasil pada waktu
dilakukan pembedahan jantung, henti jantung yang disaksikan langsung,
irama jantung yang tidak beraturan (ventricular fibrillation atau
tachycardia).Panduan/pedoman yang ada saat ini mengindikasikan agar
tindakan RJP dapat mengembalikan kehidupan ketika henti jantung terjadi
karena berbagai sebab kelainan jantung yang ada. Undang-undang juga secara
tidak langsung menyatakan persetujuan dilakukannya tindakan RJP sebagai
penanganan kegawat-daruratan serta respon standard terhadap henti jantung.
Padahal RJP bukan tindakan yang tepat terhadap kematian yang terjadi karena
usia lanjut,penderita yang menderita demensia berat, dan mungkin sedang
atau yang mengalami kemunduran fisik sebelum henti jantung, penderita
dengan kanker, HIV/AIDS
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/691/696

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/5345/4094 (yg
belum di edit)

Das könnte Ihnen auch gefallen