Sie sind auf Seite 1von 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). WHO dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
dalam Bab 1, pasal 1 ayat 2 bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60
tahun ke atas dan karena proses menua akan mengalami banyak keterbatasan sehingga
memerlukan bantuan dalam kesejahteraan
kesehatan dan sosial. Dengan adanya keterbatasan akibat penuaan, maka lansia
membutuhkan perhatian yang serius apalagi dengan peningkatan jumlah lansia yang semakin
pesat.
Data United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) bahwa
hampir setengah jumlah penduduk lansia di dunia hidup di Asia yang proporsi populasi
lansianya pada tahun 2006 sebesar (9%) dan tahun 2050 diperkirakan (24%). Indonesia
adalah salah satu negara berkembang di Asia yang menempati posisi ke 4 setelah Cina,
India dan Jepang yang memiliki populasi lansia terbanyak (Komnas Lansia, 2011). Dari data
USA Bureau of The Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga
lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990 - 2025, yaitu sebesar 414 % (Kinsella &
Tauber, 1993 dalam Martono, 2011).
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(ageing structured population) karena proporsi penduduk lanjut usia sudah mencapai lebih
dari 7 persen (Menkokesra, 2005). Data Sensus Penduduk menunjukkan bahwa proporsi
penduduk lanjut usia semakin meningkat. Jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000
sebesar 7,18%. Sepuluh tahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi sekitar 9,77% (BPS,
2011).
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di
Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun

1
2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Sementara menurut
Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut
usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun
2005 sebesar 77.837 orang (3,85%). Fenomena peningkatan jumlah penduduk lanjut usia ini
menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lanjut usia
terutama karena faktor usia dan biologis.
UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Dan Anak Balita Wilayah Binjai-Medan merupakan
salah satu Unit Pelayanan Teknis ( UPT) adalah unsur pelaksana teknis yang berkedudukan
dibawah dab bertanggung jawab kepada kepala dinas melalui wakil kepala dinas.
UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Dan Anak Balita Wilayah Binjai-Medan dibentuk
Dan melaksanakan kegiatan berdasarkan hal berikut:
1. UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial.
2. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
4. Peraturan pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang pelaksana upaya peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia .
5. Keputusan Mentri Sosial No. 50/HUK/ 2004 tentang perubahan keputusan Mentri Kesehatan
dan kesejahteraan Sosial No. 193/KEMENSOS RI/III/2003 Tentang Standardisasi Sosial
6. Peraturan Daerah Nomor: 3 tahun 2001 tanggal 21 Juli 20011, tentang Dinas di Provinsi
Sumatera Utara.
UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Dan Anak Balita Wilayah Binjai-Medan Dibangun
Pada tahun 1980 yang diberi nama Panti Tresna Werdha lalu diresmikan pada tahun 2002
sebelumnya bersama panti sosial tahun 2001 berubah namanya menjadi UPTD Abdi Dharma
Asih Binjai dan tahun 2010 berubah namanya menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan
Anak Balita Wilayah Binjai-Medan Dikelolah Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara dibawah
naungan Gubernur Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada Februari 2017, Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan memiliki 19 wisma dengan jumlah penghuni
sebanyak 160 orang dan terdapat beragam latar belakang, sebanyak 144 lansia yang berasal dari
keluarga tidak mampu dan 16 lansia berasal dari keluarga swadaya. Alasan lansia untuk tinggal
di UPT Pelayanan Sosial ini juga beragam, ada karena keinginan sendiri dan ada yang dibawa

2
oleh keluarga. Adapun Pelayanan sosial yang diterima lanjut usia meliputi: pelayanan makan tiga
kali sehari, makanan selingan/snack satu kali, minum, pakaian, pelayanan kesehatan, rekreasi
dan pembinan kerohanian sesuai dengan agamanya. Kegiatan warga binaan sosial di dalam panti
sudah mempunyai jadwal tertentu sehingga petugas dan binaan sosial saling mengetahui secara
terbuka sehingga kerja sama warga binaan dengan staf dapat saling mengingatkan. Kegiatan staf
memberikan pelayanan harian, mengarahkan kegiatan olah raga yang tepat bagi orang tua,
memfasilitasi keperluan lanjut usia untuk kegiatan ketrampilan dan mengawasi kebersihan
wisma lanjut usia.
Lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan pada umumnya
penyakit yang mereka derita yaitu hipertensi, rematik, diabetis, dentis/gigi, ISPA, hipotensi,
batuk dan flu.
Berdasarkan data yang didapat oleh mahasiswa profesi ners STIKes Flora Medan di UPT
Pelayanan Sosial Wilayah Binjai Medan, maka asuhan keperawatan gerontik yang akan
dilakukan yaitu sesuai dengan masalah-masalah kesehatan yang didapat ditempat tersebut.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Lanjut Usia


.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Menurut WHO 2008, dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk berdasarkan

kelompok usia lainnya, peningkatan proporsi jumlah lansia penduduk berusia lebih dari 60 tahun

meningkat cukup cepat di berbagai negara sebagai hasil dari semakin panjangnya tingkat harapan

hidup dan menurungnya angka kematian (Murwani, 2010).

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang

dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia tua adalah periode

penutup dalam rentang hidup seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 2000).

Menurut Undang-Undang RI nomor 13 1998, Depkes (2001) yang dimaksud dengan usia

lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang

secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu

berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).

.1.2 Proses Menua

Secara teknis proses menua (aging process) berlangsung setelah konsepsi, istilah menua

(aging) tidak sinonim dengan tua (aged, misalnya aged adult). Aged adult atau lanjut usia adalah

orang dewasa yang sistem-sistem biologisnya telah dewasa (matur). Dan karena usianya yang

sudah lanjut terjadi perubahan-perubahan struktual dan fungsi. Perubahan itu sangat berjalan

dengan mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan

berakibat ketidakmampuan total (Adriani, 2009).

4
Proses menua merupakan proses terus menerus secara ilmiah, yang dimulai sejak lahir

dan pada umumnya dialami oleh semua makluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ

tubuh juga tidak sama cepatnya. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam maupun dari luar tubuh

(Nugroho, 2000).

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/dan mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita

(Nugroho, 2000). Proses menua adalah suatu perubahan progesif pada organisme yang telah

mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran

sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,

psikologis, maupun sosial akan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Proses menua yang

terjadi pada usia lanjut secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap, yaitu antara lain : (a)

Kelemahan (imparment) , (b) keterbatasan fungsional (fungtional limitation), (c) keterhambatan

(handicap).

Tiga tahap tersebut akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Keadaan ini

cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa

(psikolagis) pada usia lanjut.

Menurut Morse & Furst, proses penuaan dapat dilihat dari tiga segi, yaitu :

a) Penuaan biologis
Gejala-gejala penuaan ini adalah berkurangnya kekenyalan pembulu darah dan

kekuatan otot, menurunya daya pandang, pendengaran, cita rasa, penciuman, dan rabaan

serta meningkatnya tekanan darah.


b) Penuaan psikologis

5
Gejala-gejala penuaan ini misalnya menurunya daya ingat, kekurangan gairah dan

kecemasan terhadap kematian.


c) Penuaan sosiologis
Gejala-gejala penuaan ini misalnya, kehilangan pekerjaan (karena pensiun),

kekuasaan dan status (Hariyanto, 2005).


Selain kerena proses penuaan itu sendiri, kesehatan pada usia lanjut dipengaruhi

oleh lima faktor (Ardiani, 2009) :


) Faktor intelektual
Faktor ini menyangkut kecerdasaan pikir seseorang, termasuk kesadarannya

tentang hidup sehat.


) Faktor biologis
Faktor ini bersangkutan dengan berbagi segi hayati yang tentu terdapat atau

berlangsung dalam diri setiap orang. Misalnya makan tidur, istirahat untuk

mengembangkan tenaga.
) Faktor fisik
Faktor khusus pertalian dengan jasmani seseorang. Mislanya memelihara

pernafasan yang baik dan jantung yang sehat.


) Faktor psikologis
Faktor ini khusus bertalian dengan rohani seseorang. Misalnya pengendalian stres

daan pengembangan emosi halus.

e) Faktor sosial
Faktor ini berhubungan dengan pergaulan dan hidup dalam masyarakat. Misalnya,

hubungan dengan teman, kontak sosial, dan kegiatan dalam masyarakat.


.1.3 Macam-Macam Proses Menua
a) Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti

DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi

mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang

6
mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi

infeksi.
b) Penuaan Sekunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial.

Stres fisik, psikis, dan gaya hidup dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet

suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat

mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian tipe A yang tidak pernah

puas dengan apa yang diperolehnya.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Gambaran UmumUPT PelayananSosialLanjutUsia


UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dibangun
pada tahun 1980 yang diberi nama Panti Tresna Werdah lalu diresmikan 2002, sebelumnya
bersama sosial 2001 berubah namanya menjadi UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Pada tahun
2010berubah namanya menjadi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah
Binjai dan medan diambil ahli Pemerintah dan dikelolah oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Utara dibawah naungan Gubernur Sumatera Utara. Terbentuknya UPT Pelayanan Sosial Lanjut

7
Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara No. 3 Tahun 2001.
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan beralamat
di Jalan Perintis Kemerdekaan Gang Sasana No .2 Cengkeh Turi Binjai dan di UPT tersebut
terdapat 19 wisma, poli klinik, perpustakan, kantor, dapur umum dan tersedianya lahan untuk
bercocok tanam, lapangan untuk berolah raga, aula tempat perkumpulan, mesjid, kuburan dan
Kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bernama
BapakDrsHalomuanSamosir.
Adapun visi misi UPT pelayanan sosial lanjut usia Binjai :

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia, melalui kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2. Menumbukan sikap kemandirian, kesehatan, kebersamaan dan perlindungan kepada
lanjut usia
3. Meningkatnya hubungan yang harmonis, antara sesame lanjut usia, la nutusi adengan
pegawai dan lanjut usia dengan masyarakat
4. Melaksanakan pengasuhan dan perawatan lanjut usia dari keluar gak kurang mampu
5. Memberi perlindungan dan pembinaan dengan program bermain sambil belajar
6. Memberikan pendidikan sebagai generasi harapan bangsa

Visi :

1. Terwujudnya lanjut usia sejahtera dan bahagia di hari tua


2. Meningkatnya kesejahteraan anak balita dari keluarga tidak mampu secara holistic
( keseluruhan, terpadu dan berkesinambungan)

8
3.1.Gambaran Umum UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai

3.1.1. Dimensi Biologis

a. Umur
Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Usia di UPT Pelayanan
Sosial lanjut usia Tahun 2017

Kelompok Umur F %
60- 69 Tahun 61 Orang 38.1%
70- 79 Tahun 60 Orang 37.5%
80- 89 Tahun 34 Orang 21.2%
>90 Tahun 5 Orang 3.2%
Total 160 100
Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

9
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa kelompok usia 50-69 Tahun
sebanyak 61 orang (38.1%), kelompok usia 70-79 tahun sebanyak 60 orang (37.5%),
kelompok usia 80-89 tahun sebanyak 34 orang (21.2%) dan kelompok usia >90 sebanyak
5 orang (3.2%).

b. Jenis Kelamin
Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di UPT Pelayanan
Sosial lanjut usia Tahun 2017

Jenis Kelamin F %
Laki- laki 81Orang 50.6%
Perempuan 79Orang 49.4%
Total 160 100
Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 81
orang (50.6%) dan perempuan sebanyak 79 orang (49.4%).

c. Status Perkawinan
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan status perkawinan di UPT Pelayanan
Sosial lanjut usia Tahun 2017

Status Perkawinan F %
Belum Menikah 14 Orang 8.8%
Menikah 30 Orang 18.7%
Janda 59 Orang 36.9%
Duda 57 Orang 35.6%
Total 160 100
Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa status perkawinan belum menikah
sebanyak 14 orang (8.8%), menikah sebanyak 30 orang (18.7%), Janda sebanyak 59
orang (36.9%) dan duda sebanyak 57 orang (35.6%).

d. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di UPT Pelayanan
Sosial lanjut usia Tahun 2017

Tingkat Pendidikan F %
Tidak Sekolah 39 Orang 24.4%
SD 71 Orang 44.4%
SMP 20 Orang 12.5%

10
SMA 25 Orang 15.6%
PT 5 Orang 3.1%
Total 160 100
Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak sekolah
sebanyak 39 orang (24.4%), tamat SD sebanyak 71 orang (44.4%), tamat SMP sebanyak
20 orang (12.5%), tamat SMA sebanyak 25 orang (15.6%) dan perguruan tinggi sebanyak
5 orang (3.1%).

e. Suku
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan suku di UPT Pelayanan Sosial lanjut

usia Tahun 2017

Kelompok Suku F %
Aceh 5 Orang 3.1%
Batak 48 Orang 30%
Betawi 3 Orang 1.9%
Melayu 6 Orang 3.8%
Minang 8 Orang 5%
Nias 1 Orang 0.6%
Sunda 3 Orang 1.9%
Jawa 83 Orang 51.9%
Tionghoa 2 Orang 1.2%
India 1 Orang 0.6%
Total 160 100
Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa suku Aceh sebanyak 5 orang (3.1
%), suku batak sebanyak 48 orang (30%), suku betawi sebanyak 3 orang (1.9%), suku
melayu sebanyak 6 orang (3.8%), suku minang sebanyak 8 orang (5%), suku nias
sebanyak 1 orang (0.6%), suku sunda sebanyak 3 orang (1.9%), suku jawa sebanyak 83
orang (51.9%), suku tionghoa sebanyak 2 orang (1.2%) dan suku india sebanyak 1 orang
(0.6%).

11
f. Masalah Kesehatan
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Kesehatan di UPT Pelayanan
Sosial lanjut usia Tahun 2017

Masalah kesehatan F %
Asam Urat 48 Orang 30%
Hipertensi 36 Orang 22.5%
Sesak Nafas 15 Orang 9.4%
Diabetes 5 Orang 3.2%
Stroke 16 Orang 10%
Demensia 20 Orang 12.5%
DLL (Batuk, Flu, Demam)
Tidak Ada Keluhan 4 Orang 2.5%
16 Orang 10%

Total 160 100%


Sumber: Hasil Survey mahasiswa Profesi Ners STIKes Flora Medan 2017

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa masalah kesehatan asam urat
sebanyak 48 orang (30 %) Hipertensi sebanyak 36 orang (22,5%), sesak napas sebanyak
15 orang (9,4%),Strok sebanyak 16 orang (10%), Demensia sebanyak 20 orang (12,5%),
penyakit lain-lain (batuk, Flu, demam) 4 orang (2,5%).

3.1.2 Dimensi Fisik


a. Lokasi
Lokasi/tempat target di jl Perintis Kemerdekaan Gg. Sasana No 2 cengkeh turi Binjai
b. Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan
1. Tempat tidur
Ditemukan kutu tilam, di beberapa tempat tidur lansia, bantal dan kasur kotor, kamar gelap , dan
terdapat WC yang tersumbat dan kurang lancar.
2. Tidak ada pegangan besi pada dinding di seluruh ruangan
3. Lantai kamar mandi sebangian licin
c. Resiko Penyakit : Gangguan saluran pernapasan , Resiko jatuh
d. Perumahan
Kamar laki-laki : 37 unit
Kamar perempuan : 44 unit
Jumlah wisma : 19 unit
3.1.3. Dimensi prilaku
a. Kebutuhan nutrisi
1. Lansia makan 3 kali dalam satu hari yang terdiri dari :

Hari Pagi Siang-Malam


Senin Kentang tumis, ikan teri Ayam gulai, acar timun

12
Selasa Tahu sambal/tempe goreng Gulai terong, tempe sambal, ikan teri
Ikan sambal, sayur rebus
Rabu Tempe goreng/tahu sambal Telur sambal, sayur rebus
Kamis Mie lidi basah Tempe tahu gulai, kerupuk
Jumat Tempe goreng Ikan sambal, sayur rebus
Sabtu Telur dadar Ikan goreng, sayur rebus
Minggu Tahu/tempe goreng

Lansia mendapatkan snack tambahan pada hari :

- Jumat : telur rebus, biscuit


- Selasa : susu, bubur kacang ijo
- Kamis : pisang
- Jumat : telur rebus, biscuit
- Minggu : pisang
b. Meroko
Berdasarkan hasil obserpasi dan wawancara dari 160 lansia, didapatkan bahwa lansia yang
meroko sebanyak 55 orang (34,4%) dan yang tidak meroko sebanyak 105 orang (66%).
c. Gerak badan
Berdasarkan hasil obserpasi dan wawancara dari 160 lansia terdapat 85 orang (53,2%) yang
aktif melakukan gerakan anggota badan ataupun olah raga, 75(46,9%) yang tidak aktif
melakukan pergerakan anggota badan.
d. Aktivitas rekreasi
1. Berdasarkan obserpasi dan wawancara dari 160 lansia didapatkan data 78
orang (48,8%) lansia yang aktif melakukan kegiatan .
2. Berdasarkan hasil obserpasi dan wawancara dari 160 lansia didapatkan data
82 (51,3%) berdiam diri dikamar.

3.1.4. Dimensi kesehatan


1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh para lansia UPT poli klinik, tenaga
perawat dan adanya pelayannan kesehatan oleh dokter dua kali seminggu (senin
dan kamis).
2. Sikap penghuni terhadap kesehatan dan playanan kesehatan berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan mayoritas lansia merasa puas terhadap playanan
kesehatan yang ada di UPT dan merasa pelayanan kesehatannya terpenuhi, bila

13
lansia menggalami sakit berat segera dibawa kepuskesmas lalu di rujuk ke rumah
sakit.
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan UPT memiliki poli klinik yang bekerja sesuai
dengan yang jam kerja 8 jam dan perawat siap on call setiap harinya termasuk
pada hari libur. Petugas poli klinik dapat dipanggil jika ada lansia mengalami
kesehatan gawat darurat dan butuh tindak lanjut yang segera . UPT kerja sama
puskesmas terdekat dan dirujuk ke rumah sakit bandung untuk pasien yang akan
di opname.

3.2. Analisa SWOT UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah


Binjai Dan Medan

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


1 Dimensi biologis
Factor internal
kekuatan
a. Mayoritas 53,2% mampu
0,30 3 0,9
melakukan gerak badan serta ikut
melakukan senam
b. Untuk biaya hidup atau
0,35 2 0,7
perawatan selama di UPT berasal
dari pemerintah.
c. Sebagian besasr lansia berada
pada usia 60-69 tahun (38,1%). 0,35 2 0,7
Total
Kelemahan 1 3,3
a. Lansia dengan tingkat perokok
b. Beberapa lansia terkena penyakit
0,60 3 1,80
berat: asam urat, hipertensi, sesak
0,40 1 0,40
nafas, diabetes.
Total
Factor eksternal
1 0,20
Peluang

14
a. Adanya kerjasama sama dalam
pemeriksaan kesehatan dengan
instalasi kesehatan seperti 0,50 2 1
puskesmas terdekat dan rumah
sakit bandung
b. Dibawah bimbingan gubernur
provinsi Sumatra utara dati 1
Total 0,50 2 1
Ancaman
a. Penurunan status kesehatan lansia 1 2
yang disebabkan oleh prilaku
lansia (tidak patuh minum obat
1 1 1
dan tidak melakukan BHBS).

Dimensi Fisik
Paktor Internal
1 1
Kekuatan
a. Tersediannya kamar laki-laki
perempuan dan pasangan suami
II. istri.
0,4 2 0,8
b. Tersedianya wisma dengan
kategori.
c. Masing-masing pasien memiliki
1 tempat tidur.
0,2 2 0,4
d. Tempat tidur tidak terlalu jauh
untuk menjangkau lantai
e. Lokasi UPT bebas dari populasi. 0,25 1 0,25
Total
Kelemahan
0,51 1 0,15
a. Tidak ditemukan pegangan besi
di wisma baik dikamar maupun
1 1,6
di kamar mandi dan lantai kamar
mandi licin

15
0,5 1 0,5
Total
Faktor ekternal
Peluang
a. Adanya kerjasama dengan dinas
sosial dan pardonatur dalam 1 1
pengembangan UPT.
Total
Dimensia Lingkungan Sosial
1 1 1
Kekuatan
a. Memiliki pelayannan kesehatan
yang bersifat proteksi seperti
tongkat wall car dan kursi roda.
b. Lantai ruangan yang tidak licin
untuk mencegah resiko cedera
6,2 2 0,4
pada lansia.
c. UPT memberika pelayanan yang
optima sesuai dengan kebutuhan
0,2 2 0,4
lansia.
d. Adanya kegiatan senam,
pengajian, wiritan,
kotongroyong dan kebaktian .
0,2 3 0,4
Total

Kelemahan
a. Ada beberapa lansia yang tidak
0,2 2 0,3
mau mengikuti kegitan di UPT
pelayanan lansia binjai.
1 2 2
Total

Factor eksternal
Peluang
1 3
a. Adanya kepercayaan dari

16
keluarga para lansia terhadap
pihak UPT adanya peluang bagi
1 3 2
UPT untuk mendapatkan
sumbangan dari bantuan atau
sumbangan dari masyarakat
yang tidak terikat.
0,6 2 1,8
Total

Ancaman
a. Adanya tuntutan dari lansia
untuk meningkatkan pelayanan
di UPT.
1 2,6
Total
Dimensi Prilaku
Factor Internal
Kekuatan
1 2,0
a. Pola makan para lansia di UPT 3
kali sehari dengan menu yang
1 3 2
berbeda-beda setiap harinya.
b. Sebanyak 85 orang (53,2%)
lansia mengikuti kegiatan senam
2 kali seminggu setiap hari
selasa dan jumat.
c. Tersedianya alat perlindungan 0,4 2 1,2
khusus (tongkat, kruk, kursi
roda).
0,4 1 0,8

Kelemahan
a. Terdapat lansia merokok
sebanyak 55 orang (34,1%).
0,2 0,2
b. Ada beberapa lansia yang tidak
patuh minum obat dan ada

17
beberapa lansia yang tidak
melakukan prilaku hidup bersih
dan sehat 1 2 2,2

Factor eksternal
0,5 2 1,0
Peluang
a. Adanya mahasiswa yang sedang
0,5 1,0
peraktek belajar lapangan (PBL)
yang mendampingi para lansia di
UPT.
Total
Ancaman 1 2 2,0
a. Harapan lansia yang tinggi untuk
pelayanan
Total
0,6 2 0,8
Dimensin kesehatan
Factor internal
Kekuatan
0,6 2 0,8
a. Tersedianya poli klinik 8 jam
beserta obat-obatan, namun
petugas poli klinik dapat di 1 2 2
panggil di luar jam kerja jika
1 2 2
terjadi emerjensi.
b. Adanyan pelayan kesehatan oleh
dokter minimal 2 kali seminggu.
c. Adanya pemeriksaan tanda-
tanda vital yang di lakukan pada
pagi hari
d. Terdapat petugas UPT untuk
1 3 0,4
menjaga kebersihan lansia dan
lingkungan tempat tinggalnya
e. Tersedianya tenanga kesehatan :

18
dokter umum 1 orang perawat 2
orang dan ahli gizi 1 orang.
0,2 2 0,4
f. Terdapat poli klinik dan tenaga
kesehatan serta ambulance di
0,2 2 0,4
UPT pelayannan lansia binjai
Total
Kelemahan
0,2 2 0,3
a. Kurangnya tenaga kesehatan
sebagai pendamping lansia dan
kurangnya pemantauan terhadap
0,1 3 0,2
keluhan lansia setiap harinya.
b. Penyakit terbanyak di temukan
di UPT adalah asam urat,
hipertensi, Dm. 0,1 2 0,2
Total
Factor eksternal
Peluang 0,1 3 0,2
a. Bekerja sama dengan dinas
kesehatan dan dinas sosial 0,2 2 2,2
provisi Sumatra utara yang
membantu untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan oarng tua.
b. Adanya mahasiswa yang
0,8 1 1,8
peraktek lapangan baik dalam
bidang kesehatan baik sekolah
khusus kesehatan tingkat siswa 1 4
dan mahasiswa
c. Membina hubungan kerja sama
dengan rumah sakit bandung
d. Adanya mahasiswa yang
0,4 2 6,8
peraktek lapangan membantu
memberrikan pelayannan
kesehatan di UPT.
Total

19
Ancaman
a. Tuntutan lansia akan pelayanan
0,1 3 0,2
kesehatan yang maksimal

Total

0,3 2 0,4

0,2 2 0,4

1 1,8

1 2 2

1 2

20

Das könnte Ihnen auch gefallen