Sie sind auf Seite 1von 7

Pengantar

Belum lama ini situasi keamanan di kawasan menjadi perhatian dunia,


khususnya ASEAN, dengan disanderanya warga negara asing oleh kelompok
terorisme Abu Sayyaf di wilayah perbatasan maritim. Warga negara yang
disandera itu diantaranya berasal dari Indonesia dan Malaysia. Pada 26 Maret
2016 lalu, sebanyak 10 WNI disandera Abu Sayyaf, ketika kapal tunda Brahma 12
dan kapal tongkang Anand 12 yang mereka awaki, yang berlayar dari Kalimantan
Selatan dengan tujuan Filipina, dirompak kelompok separatis yang terdiri dari
milisi Islam tersebut, di perairan Tawi-tawi, Filipina Selatan 1. Sepekan kemudian,
kelompok militan itu menculik empat kru kapal Malaysia di dekat Sabah 2.
Sebagai gantinya, kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina Selatan itu
meminta tebusan jika semua orang yang disandera itu ingin dibebaskan.
Untuk mengatasi masalah ini, ketiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan
Filipina, sepakat untuk melakukan diplomasi multirateral. Diplomasi multilateral
dapat didefinisikan sebagai negosiasi dan diskusi yang memungkinkan tindakan
kolektif dan kerjasama antara negara dan aktor non-negara 3. Pada dasarnya
diplomasi multilateral merupakan diplomasi yang dilakukan oleh lebih dari 2
negara dan dapat pula diikuti oleh aktor non negara. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Brian White (2005) yakni 4; First, states were no longer the only
actor involved. Jadi, dengan jelas telah ditegaskan oleh beliau bahwa aktor yang
terlibat bukan hanya negara. Beberapa diplomasi multilateral berlangsung
antara negara-negara yang berdekatan atau dalam satu region dan diplomasi ini
dikenal sebagai diplomasi regional.
Di sisi lain, menurut Djelantik (2008) menyatakan bahwa pola diplomasi ini
muncul ketika adanya tanggapan mengenai kekurangan dari pola diplomasi
sebelumnya yakni pola diplomasi bilateral. Hubungan yang hanya terjadi pada

1
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160330_indonesia_tebu
san_abusayyaf

2 http://jakartagreater.com/indonesia-dan-malaysia-bekerja-sama-bebaskan-
sandera-dari-kelompok-abu-sayyaf/

3 Social Science Research Network, 2012. The Unique Challenges Presented by


Multilateral Diplomacy.

4 Brian White, Diplomacy in J.Baylis and S. Smith (eds.), The Globalization of


World Politics, 3rd edition (Oxford : Oxford University Press, 2005).

1
dua negara saja dianggap kurang mampu memuaskan suatu negara dalam
pencapaian kepentingan nasionalnya. Oleh karena itu, pola diplomasi multilateral
ini muncul sebagai pilihan bagi negara-negara yang ingin melaksanakan
diplomasi dengan negara-negara lain yang cakupannya lebih luas dikarenakan
diplomasi ini dilakukan oleh banyak pihak. Diplomasi ini berkembang pada awal
abad ke 20 ketika terjadi hambatan dalam pemikiran liberal yang
menitikberatkan pada pentingnya opini publik untuk mempertahankan otoritas
penguasa. Diplomasi ini dilaksanakan secara terbuka melalui negosiasi agar
negara mendapatkan kepercayaan tidak hanya dalam negaranya akan tetapi
juga pada lingkungan internasional. Diplomasi ini pada awalnya dilakukan hanya
oleh negara-negara yang wilayahnya saling berdekatan saja. Namun, seiring
dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman yang menuntut negara-
negara harus saling berkomunikasi dengan negara lain untuk memenuhi
kepentingannya, maka diplomasi ini makin meluas tanpa mengenal batas
wilayah5.

Akhirnya, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami sejauh
mana diplomasi multilaretal dalam bidang pertahanan diantara ketiga negara
tersebut mampu mengatasi tantangan keamanan diwilayah perbatasan maritim.
Selain itu, langkah-langkah strategis apa saja yang perlu dilakukan agar
perompakan tidak terjadi lagi dimasa depan sehingga jalur pelayaran dapat
berjalan dengan aman.

Opsi-opsi penyelamatan para sandera (Warga Negara Indonesia/WNI)


Ketika WNI disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf, ada tiga opsi yang bisa
dilakukan pemerintah yaitu; (1) negosisasi, (2), pembayaran tebusan, (3) aksi
militer. Meskipun tiga opsi tersebut tersedia, tujuan utama yang paling penting
adalah keselamatan para sandera. Tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun Abu
Sayyaf bukan kelompok militan yang besar, namun mereka sulit ditaklukan.
Hingga saat ini, kelompok itu masih eksis dan tidak ada tanda-tanda untuk
menyerah.
Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan 50 juta Peso Filipina atau sekitar
Rp 15 miliar, jika ingin seluruh WNI dibebaskan. Namun permintaan itu ditolak
oleh pemerintah Indonesia karena menganggap bahwa jika tebusan itu dibayar,
berarti negara kalah oleh teroris. Di sisi lain, negosiasi atau diplomasi total terus
dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dengan otoritas Filipina dan
5 Sukawarsini Djelantik. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

2
kelompok Abu Sayyaf itu sendiri. Pemerintah Filipina bersikeras agar Indonesia
jangan membayar tebusan dan percayakan keselamatan sandera kepada militer
Filipina. Sedangkan kelompok Abu Sayyaf bersikukuh bahwa jika tebusan tidak
dibayar hingga tenggat waktu 8 April 2016, maka mereka akan mengeksekusi
mati para sandera.
Militer Indonesia, dalam hal ini TNI, tentu saja tidak tinggal diam. Panglima
TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan TNI mengerahkan dua kapal
perang ke perbatasan Filipina menanggapi aksi penyanderaan terhadap WNI
yang diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf 6. Selain itu, Kepala Penerangan
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Letnan Kolonel Inf Joko Tri Hadimantoyo
menyatakan, Kopassus siap untuk diterjunkan untuk pembebasan para sandera.
Meski sampai saat ini belum ada perintah dari pemerintah, Joko mengatakan, jika
pemerintah meminta bantuan TNI, terutama untuk misi pembebasan sandera,
jajarannya akan menerjunkan pasukan elite dari 3 matra yang ada, yakni
Kopassus (TNI AD), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)/TNI AL), dan Pasukan
Khas (Paskhas/TNI AU)7.
Namun, TNI tidak bisa serta merta memasuki wilayah Filipina untuk melakukan
operasi militer. Alasannya, konstitusi Filipina melarang tentara asing masuk
wilayahnya dan harus mendapatkan persetujuan parlemen. Kalau pun ada
tentara Indonesia yang dikirim ke Filipina, tugasnya hanya untuk melakukan
pendampingan8.
Pada 9 April 2016 lalu, militer Filipina melakukan penyerbuan ke markas
kelompok militan Abu Sayyaf di Basilan yang menewaskan 18 tentara Filipina
dan lima militan. Meski demikian, hingga kini belum ada informasi terkait 10
warga negara Indonesia anak buah kapal Anand 12 yang disandera militan itu
sejak akhir Maret lalu9. Lebih lanjut, CNN Philippines mengutip juru bicara
Komando Mindanao Barat, Mayor Filemon Tan yang menyatakan bahwa lebih dari

6 http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160416222349-20-124393/tni-kirim-
dua-kapal-perang-ke-perbatasan-filipina/

7 http://news.liputan6.com/read/2470494/tni-siapkan-3-kesatuan-untuk-
bebaskan-sandera-abu-sayyaf

8 http://www.beritamiliterindonesia.com/2016/04/bebaskan-10-wni-dari-abu-
sayyaf-tni.html

9 http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160410134912-106-
122899/filipina-serbu-abu-sayyaf-belum-ada-info-soal-sandera-wni/

3
50 prajurit lainnya terluka akibat baku tembak yang terjadi selama hampir
sepuluh jam itu. Penyerbuan itu mengakibatkan kerugian besar, jika tidak ingin
dibilang gagal, terhadap tentara Filipina karena jumlah yang korban jatuh
dipihaknya, baik yang gugur maupun luka-luka, jauh lebih besar dibandingkan
dengan kelompok militan itu.
Setelah menemui kegagalan dalam operasi militer itu, kesepuluh WNI yang
disandera akhirnya dibebaskan pada 1 Mei 2016. Memang terjadi
kesimpangsiuran dibalik cerita mengenai pembebasan itu. Sumber di Filipina
kepada media lokal menyatakan 10 WNI dibebaskan kelompok Abu Sayyaf di
Jolo, Sulu, Filipina selatan kemarin setelah uang tebusan 50 juta peso
dibayarkan. Namun, militer Filipina bungkam soal informasi itu. Sedangkan
Pemerintah Indonesia tegas membantahnya 10. Meskipun demikian, apapun
alasannya, kejadian seperti ini tidak boleh terjadi lagi dimasa depan. Oleh karena
itu, baik Indonesia, Malaysia, dan Filipina harus saling bekerjasama untuk
menciptakan keamanan di wilayah perbatasan.

Diplomasi multilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina


Seperti yang telah dijelaskan diawal, yang dimaksud diplomasi multilateral
adalah diplomasi yang dilakukan oleh lebih dari dua negara dan dapat pula aktor
non negara untuk saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks ini, diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia, Malaysia dan Filipina
adalah kerjasama untuk mencegah perompakan di perbatasan maritim ketiga
negara tersebut. Hal itu dilakukan untuk menjamin keamanan regional
dikawasan yang setiap hari digunakan sebagai jalur pelayaran dalam
perdagangan internasional.
Pada 5 Mei 2016 lalu, ketiga Menteri Luar Negeri dan Panglima Angkatan
Bersenjata dari masing-masing negara yaitu Menlu Indonesia Retno Marsudi,
Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Aman, Panglima
Angkatan Bersenjata Malaysia Tan Sri Dato Sri Jenderal Zulkifeli Mohd Zin, Menlu
Filipina Jose Rene D. Almendras dan Plt Panglima Filipina Laksamana Caesar
Taccad AFP melakukan pertemuan multirateral. Pertemuan itu menghasilkan
empat perjanjian kerjasama sebagai berikut11:

10 http://international.sindonews.com/read/1105634/40/bayar-rp14-m-ke-abu-
sayyaf-untuk-10-wni-ini-jawaban-perusahaan-kapal-1462183193

11 http://www.benarnews.org/indonesian/berita/pertemuan-trilateral-sepakat-
patroli-bersama-05052016121623.html

4
1) Patroli bersama dalam rangka menjaga keamanan perairan perbatasan tiga
negara setelah seringnya terjadi kasus perompakan di kawasan tersebut.
2) Memberi bantuan sesegera mungkin kalau ada orang atau kapal dalam
kesulitan dan memerlukan pertolongan.
3) Membentuk national focal point di antara ketiga negara untuk memfasilitasi
sharing information and intelligence dalam waktu singkat.

4) Pembuatan hotline communication untuk mempercepat respon apabila


terjadi situasi emergency.

Langkah-langkah strategis itu perlu dilakukan untuk menghadapi ancaman


perompakan di laut, penyanderaan, dan kejahatan lintas batas lainnya karena
jika tidak segera diatasi dapat menurunkan tingkat kepercayaan, perdagangan,
dan perniagaan terhadap kawasan secara umum.
Selain itu, Menlu Retno menyatakan belum banyak yang menyadari akan
pentingnya Laut Sulu dan Sulawesi sebagai alur perairan ekonomi strategis. Dari
data yang dipaparkannya, diketahui pada 2015, lebih dari 100.000 kapal
mengangkut 55 juta metric ton barang dan 18 juta lebih orang melintasi perairan
tersebut12.

Komitmen tiga negara


Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia, Malaysia, dan Filipina bukan hanya
untuk kepentingan ketiga negara itu saja, tetapi juga ASEAN secara keseluruhan.
Sesuai dengan hasil kesepakatan dalam KTT ASEAN tahun 2003 yang dikenal
dengan Bali Concord II, telah disetujui bahwa ASEAN berkomitmen untuk
menciptakan 3 pilar, yaitu kerjasama dalam bidang politik dan keamanan,
ekonomi, dan sosial budaya. Salah satu tujuan dari pilar itu, dalam hal ini politik
dan keamanan, adalah untuk menciptakan perdamaian, stabilitas dan keamanan
di kawasan.
Perdamaian, stabilitas dan keamanan merupakan faktor yang sangat penting dan
memiliki kontribusi langsung terhadap kesejahteraan ekonomi ketiga negara dan
ASEAN. Perlu disadari bahwa sebagian besar jalur perdagangan internasional
dilakukan melalui laut. Oleh karena itu, keamanan maritim harus bisa diraih
dengan upaya maksimal. Bahkan secara khusus, keamanan maritim harus
menjadi prioritas utama bagi Indonesia karena saat ini Presiden Jokowi sedang
melakukan pembangunan besar-besaran dibidang infrastruktur yang salah
satunya ialah membangun tol laut. Jika keamanan itu tidak dapat terjamin, dapat
dipastikan bahwa investor akan mengalihkan investasinya dari Indonesia.

12 Ibid.

5
Pada akhirnya, kesepakatan tiga negara untuk terus meningkatkan
kerjasama di wilayah perbatasan maritim akan menjadi kekuatan besar yang
bisa diandalkan sebagai alat penangkal. Dengan begitu, aksi terorisme,
perompakan, pembajakan atau berbagai kejahatan lintas batas lainnya dapat di
minimalisasi atau bahkan di eliminasi sepenuhnya. Konsistensi merupakan faktor
utama untuk mencapai tujuan ini. Jika hal itu dapat dilaksanakan dengan baik,
maka semua pihak akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi baik
dibidang keamanan maupun ekonomi.

Kesimpulan
Peran diplomasi pertahanan dalam bentuk multilateral sangat penting dalam
menjaga keamanan yang mencakup wilayah yang luas. Hal itu tidak dapat
dihindari karena dalam dunia yang interdependence, kemanan suatu negara juga
bergantung kepada keamanan negara lain. Selain itu, tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa tidak ada negara di dunia ini yang bisa menyelesaikan masalahnya
sendiri. Diplomasi multirateral yang telah dilakukan Indonesia, Malaysia, dan
Filipina adalah contoh nyata mengapa kerjasama antar negara perlu dilakukan
untuk mencegah aksi terorisme, perompakan, pembajakan dan lain sebagainya.
Dengan begitu, masalah-masalah internasional yang muncul dapat dihadapi
bersama yang pada akhirnya akan membangun kepercayaan sekaligus stabilitas
kawasan.
Daftar Pustaka

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Social Science Research Network, 2012. The Unique Challenges Presented by


Multilateral Diplomacy.

White, Brian. 2005. Diplomacy in J.Baylis and S. Smith (eds.), The Globalization
of World Politics, 3rd edition. Oxford : Oxford University Press.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160330_indonesia_tebu
san_abusayyaf, diakses pada 12 Juni 2016 jam 00.30.

http://jakartagreater.com/indonesia-dan-malaysia-bekerja-sama-bebaskan-
sandera-dari-kelompok-abu-sayyaf/, diakses pada 12 Juni 2016 jam 00.42.

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160416222349-20-124393/tni-kirim-
dua-kapal-perang-ke-perbatasan-filipina/, diakses pada 12 Juni 2016 jam 00.55.

http://news.liputan6.com/read/2470494/tni-siapkan-3-kesatuan-untuk-bebaskan-
sandera-abu-sayyaf, diakses pada 12 Juni 2016 jam 01.07.

6
http://www.beritamiliterindonesia.com/2016/04/bebaskan-10-wni-dari-abu-
sayyaf-tni.html, diakses pada 12 Juni 2016 jam 01.30.

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160410134912-106-
122899/filipina-serbu-abu-sayyaf-belum-ada-info-soal-sandera-wni/, diakses pada
12 Juni 2016 jam 01.50.

http://international.sindonews.com/read/1105634/40/bayar-rp14-m-ke-abu-
sayyaf-untuk-10-wni-ini-jawaban-perusahaan-kapal-1462183193, diakses pada
12 Juni 2016 jam 02.20.

http://www.benarnews.org/indonesian/berita/pertemuan-trilateral-sepakat-patroli-
bersama-05052016121623.html, diakses pada 12 Juni 2016 jam 02.45.

Das könnte Ihnen auch gefallen