Sie sind auf Seite 1von 45

aymutz punya

Rabu, 10 Oktober 2012

LIPID
Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut
dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene,
aseton, dan petroleum eter (Lehninger 1982). Lipid dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok berdasarkan komponen dasar pembentuk lipid, sumber
penghasil lipid, kandungan asam lemak, dan sifat-sifat kimia dari lipid seperti
sifat dapat tidaknya dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya,
lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk
(compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Lipid sederhana
mengandung asam-asam lemak yang sama sebagaipenyusunnya dan tidak
dapat disabunkan, sedangkan lipid majemuk atau campuran mengandung dua
atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dan dapat disabunkan.
Berdasarkan jumlah ikatan atom C, asam lemak dibedakan kedalam
rantai asam lemak dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak
jenuh (saturated) dan rantai asam lemak dengan satu atau lebih ikatan
rangkap yang disebut asam lemak tidak jenuh (unsaturated). Ikatan rangkap
mempunyai sifat struktur yang tidak stabil dan kaku (rigit) sehingga di dalam
larutan dapat membuat dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid
yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut
lemak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat
cair pada suhu kamar dan disebut minyak.
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan
enzim lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-
asam lemak penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH)
akan menghasilkan campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Proses
hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan
terjadi jika lemak/minyak dipanaskan dengan air pada suhu 180 C dan
tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam-asam
lemak. Gliserol larut dalam air, sedangkan asam lemak terapung di atas air
(Lehninger 1982)
Hidrogenasi pada lipid akan terjadi jika minyak yang mengandung
asam-asam lemak tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi
hidrogen sehingga berubah menjadi lemak padat. Proses ini digunakan untuk
membuat mentega tiruan atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam
lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak padat oleh
proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas, lipid
yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderungmengalami
autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan
asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal.
Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Kelas lipid yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan
molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling
bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid
alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang
adalah komponen penting dari plasma lipoprotein (Florkin 1962).
Berdasarkan uji kelarutan dapat diketahui bahwa minyak kelapa,
lemak hewan, margarin, dan asam stearat hanya larut dalam pelarut eter dan
kloroform. Sementara itu, mentega dapat larut dalam pelarut eter, kloroform,
alkohol panas, dan asam encer, sedangkan gliserol dapat larut dalam pelarut
alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Hal ini menunjukkan
bahwa hampir semua lemak yang diujikan, kecuali gliserol, dapat larut dalam
eter dan kloroform. Adanya ekor hidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar
menyebabkan lemak bersifat nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform.

Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan

dapat terdispersi membentuk misel. Selain itu, gliserol juga dapat larut

dalam alkali dan asam encer. Hal ini disebabkan adanya proses penyabunan.

Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang

berupa garam asam lemak. Selain bergantung pada kepolaran pelarut,

kelarutan lipid juga bergantung pada panjang rantai hidrokarbon yang

dikandungnya. Semakin panjang rantai, kelarutannya akan semakin

berkurang (Lehninger 1982).

Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat

dalam lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat

atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang

menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa

semua bahan yang diuji kecuali pati memberikan bau yang tajam yang

diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Hal ini ditandai dengan

adanya asap putih ketika lipid dipanaskan diatas pembakar gas. Saat

pembakaran, timbul bau agak apek. Bila mengalami dehidrasi, gliserol bebas
atau gliserol yang terdapat dalam lipid dapat membentuk aldehid akrilat

atau akrolein yang menimbulkan bau ketika dipanaskan (Girindra 1988). Oleh

karena itu, dapat diketahui bahwa terdapat gliserol di dalam lipid yang diuji.

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan

rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan,

pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan

rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda

yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah

mereduksi pereaksi iod huble. Berdasarkan hasil dalam tabel 3 diketahui

minyak kelapa, mentega, dan margarin menghasilkan hasil positif ketika diuji

dengan uji ketidakjenuhan. Sementara itu, minyak kelapa tengik, dan lemak

hewan menghasilkan hasil negatif. Berdasarkandata dapat diketahui bahwa

minyak kelapa, mentega, dan margarin mengandung lemak tak jenuh,

sedangkan minyak kelapa tengik, dan lemak hewan mengandung lemak

jenuh. Pada dasarnya minyak kelapa merupakan lemak tak jenuh.

Ketengikan disebabkan oleh adanya reaksi antara molekul oksigen dengan

asam lemak berikatan ganda. Oleh karena itu, minyak kelapa tengik

menghasilkan hasil negatif ketika diuji


dengan uji ketengikan.

Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa

kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen

dalam udara bebas. Pada uji ketengikan, warna merah muda menunjukkan

bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi

antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi

lemak/minyak tersebut. Berdasarkan tabel dapat diketahui minyak kelapa

tengik, minyak kelapa dan lemak hewan menghasilkan hasil yang positif

ketika diuji dengan uji ketengikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya

perubahan warna kertas saring menjad ungu, kuning oranye dan kemerahan.

Sementara itu mentega menghasilkan hasil negatif yang ditunjukkan dengan

tidak adanya perubahan warna kertas saring. Perubahan warna dapat terjadi

akibat penambahan floroglusinol. Senyawa ini dapat menentukan jumlah


karbonil. Karbonil dapat bereaksi dengan floroglusinol dan menyebabkan

kertas berwarna merah muda (Winarno 1973). Ketengikan dapat terjadi bila

triasilgliserol yang mengandung asam lemak tak jenuh mengalami proses

oksidasi. Bila terkena udara, asam lemak tak jenuh cenderung mengalami

autooksidasi. Molekul oksigen dapat bereaksi dengan asam lemak berikatan

ganda dan menghasilkan produk kompleks yang menyebabkan timbulnya rasa

dan bau meyimpang pada lemak (Lehninger 1982). Hal-hal yang

mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan uji yang

cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas

yang menyebabkannya menjadi tengik.

Berdasarkan uji kolesterol dengan uji Salkowski dan uji Lieberman-

Buchard, diketahui menghasilkan hasil yang positif. Hal ini dibuktikan dengan

berubahnya warna lapisan atas menjadi merah dan lapisan bawah menjadi

kehijauan pada uji Salkowski. Sementara itu dengan uji Lieberman-Buchard

menghasilkan perubahan warna lapisan atas menjadi hijau dan lapisan bawah

menjadi merah. Uji Lieberman- Buchard seringkali digunakan bersamaan

dengan uji Salkowski untuk uji kuantitatif kadar kolesterol. Penambahan

asam asetat anhidrat pada uji Lieberman-Buchard dimaksudkan untuk

mencairkan asam sulfat (Cook 1958). Penggunaan asetat anhidrat dapat

diganti dengan asam asetat, etil asetat, atau butanol. Dalam uji Salkowaki

dan Lieberman-Buchard, steroid diubah menjadi hidrokarbon polimer tak

jenuh. Perlakuan kolesterol dalam kloroform dengan penambahan asam sulfat

dapatmenambahkan substansi air membentuk bikolestadienil. Senyawa ini

dapat merupakan campuran dari 3,3-biskolesta-3,5-dienil dan 3,3-

biskolesta-2,4-dienil (Cook 1958).

Sejak lama orang telah mengetahui bahwa batu empedu terdiri

sebagian besar alkohol yang berwujud kristal putih yang disebut kolesterol,

berasal dari bahasa Yunani Chole "empedu" dan stereos "padat. Penyelidikan-

penyelidikan menunjukkan bahwa kolesterol mempunyai rumus molekul

C27H46O dan mengandung sebuah ikatan rangkap. Struktur kolesterol


sesungguhnya ditentukan berdasarkan reaksi dehidrogenasi oleh selenium

yang menghasilkan hidrokarbon Diels dan berdasarkan hasil analisis sinar X

selanjutnya kolesterol telah disintesis pada tahun 1952 sebagai hasil karya

Woodward dari Amerika Serikat dan pada tahun 1953 oleh Robinson

dad Inggeris.

Molekul kosleterol terdiri atas tiga lingkar enam tersusun seperti

dalarn fenantren dan terlebur dalam suatu lingkar lima, Hidrokarbon

tetrasiklik jenuh, yang mempunyai sistem lingkar lima, hidrokarbon

tetrasiklik jenuh, yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri atas

17 atom karbon, disebut 1,2 siklopentenoperhidrofenantren, kerangka ini

sekalius merupakan ciri khusus yang membedakan steroiddengan

senyawa organik bahan alam lainnya.

Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena

merupakan komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor

biosintetik umum untuk steroid lain termasuk hormon steroida dan garam

empedu. Kolesterol berlimpah dalam otak dan jaringan saraf lainnya, dengan

mencerminkan pentingnya fungsi membran di dalam janingan-jaringan ini.

Sebagai lipida membran kolesterol terdapat di dalam membran sel organisme

tingkat tinggi, tetapi tidak terdapat di dalam membrane - membran bakteri

dan mitokondria.

Cook RP. 1958.C h olesterol C h emistry: Bioc h emistry and Path ology. New
York:
Academic Press Inc

Florkin M dan Stotz EH. 1963.Comprehensive Biochemistry Volume 6: Lipids


and
Proteins. Elsevier publishing company: New York

Girindra A, dkk. 1988. Penuntun Praktikum Biokimia. IPB Press: Bogor

Jain JL, Jain S, dan Jain N. 2005. Fundamentals of Biochemistry. S. Chand &
Co:
New Delhi

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,


penerjemah;
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Bioc h emistry
Winarno F. 1973. Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press.

Lipid adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat zat
tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Di dalam sel terdapat
bermacam jenis lipid tiogari tetapi kita akan memusatkan perhatian kita pada tiga
golongan yaitu lemak, fosfolid, dan steroid. Molekul lemak terdiri atas empat
bagian : satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri
atas rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di ujungnya. Molekul gliserol
mempunyai tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil ini dapat
mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemak (Willey, 2000).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti
triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat
sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.
Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida
dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan
lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak
bunga matahari) (Fessenden dan Fessenden, 1999).
Lemak merupakan komponen utama dari membran sistem kehidupan. Dua tipe
lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membran memiliki suatu gugusan fosfat
dalam strukturnya dan dengan demikian disebut sebagai fosfolipid. Salah satu jenis
yang memilki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memilki
sfingosin(sfingolipid) (Armstrong, 1995).
Seperti karbohidrat, lipid juga tesusun dari atom atom karbon, hidrogen, dan
oksigen tatapi lemak selalu memiliki porsi asam hifrogrn yang lebih banyak
dibanding pada molekul karbohidrat. Lemak disintesis dari gliserol dan asam asam
lemak Di dalam sel glisrol disintesis dari glukosa . Asam lemak yang palinmg
sederhana adalah asam asetat. Gugus asam lemak (-COOH) merupakan ciri dari
molekul asam asam organik (Lakitan, 2004).
Pengertian Lipid atau lemak secara umum ialah kelompok zat atau organik yang jika
disentuh dengan ujung ujung jari akan terasa berlemak. Tidak zat atau senyawa
yang berlemak dibicarakan di dalam biokimia. Ada kelompok senyawa berlemak
yang tidak berfungsi biologi yaitu kelompok lipid petrol oli mesin, oli pelumas, dan
gemuk mesin. Kelompok petrol tersebut akan dibicarakan biokimia (Hawab, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA

Lemak dicirikan dengan ketidaklarutannya didalam air dan kelarutannya di dalam


pelarut organik, benda fisik, yang merefleksikan hidrophobiknya, hidrokarbon alami.
Lipid meliputi senyawa senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak.
Klasifikasi Lipida dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lipid sederhana
b. Lipid Majemuk
c. Lipid Turunan
(Conn and Stumpf, 1963).
Ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi dalam
pelarut pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar seperti alkohol, khloro eter,
aseton, dan sebagainya. Sifat lipid yang tidak larut dalam air mengakui kurang
menarik untuk diteliti karena selain nilai ekonomi pelarut lipid tersebut juga ada sifat
fisik lain yang tidak menguntungkan yaitu mudah terbakar. Sifat lipid sukar
dimurnikan atau dikristalkan walaupun biomolekul lipid tidak sesukar atau serumit
karbohidrat atau protein (Hawab, 2005).
Istilah Lipida meliputi senyawa senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak
umum dikenal di dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatana lain sejenis
terdapat di dalam makana dan tubuh manusia. Lipida mempunyai sifat yang sama
larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform dan benzena. Klasifikasi
lipida yang penting dalam ilmu gizi menurut komposisi kimia adalah sebagai
berikut :
a. Lipid sederhana
1. Lemak netral = monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam lemak
dengan gliserol).
2. Ester asam lemak dengan alcohol berberat molekul tinggi
b. Lipid majemuk
1. Fosfolipida
2. Lipoprotein
c. Lipid turunan
1. Asam lemak
2. Sterol
(Almatsier, 2001).
Lipid sederhana dapat dibagi 2 golongan yaitu ester lemak dan gliserol dan ester
asam lemak. Lipid majemuk berupa ester asam lemak dengan alcohol yang
mengandung gugus contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida0, sulfolipida,
aminolipida, protein. Lipid Turunan merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah
disebut terdahulu. Termasuk kedalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol,
steroid, alkohol, aldehida, dan keton. Asam lemak merupakan senyawa pembangun
berbagai lipida, termasuk lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester
kolesterol, lilin, dan lain lain. Telah diisolasi lebih dari 70 macam asam lemak dari
berbagai sel dan jaringan. Semuanya berupa rantai hidrokarbon dengan ujungnya
berupa gugus karboksil. Rantai ini bisa jenuh atau bisa juga mengandung ikatan
rangkap (Girindra, 1993).
Fosfolipida terdapat dalam tiap sel hidup, dibentuk di dalam hati dan menempati
urutan ke 2 kandungan lipida dalam tubuh. Fosfolipida merupakan trigliserida di
mana asam lemak pada posisi karbon ketiga ditempati oleh gugus fosfta dan gugus
basa mengandung nitrogen. Gugus basa pada fosfolipida menentukan nama
fosfolipida tersebut. Sebagai contoh, fosfatidikolin (lesitin) mempunyai gugus kolin,
sedangkan fosfatidilserin mempunyai gugus serin sebagai gugus basanya(Fessenden
and Fessenden, 1999).
Lipid adalah bentuk yang digunakan untuk menggambarkan kelompok yang besar
dan substansi besar yang merupakan kelas dari komponen jaringan dan
pentingsebagai bahan makanan. Walaupun kita termasuk komponen grup yang
cukup tidak berhubungan di strukturnya, waalaupun begitu mereka melakukan
bersama karena mereka memiliki beberapa karakteristik kelarutan (Harrow and
Mazur, 1964).
Salah satu kelas dari lipid adalah saponifikasi lipid terdiri dari komponen yang
molekulnya memiliki satu atau lebih grup yang dapat menghidrolisis atau
saponifikasi. Sejumlah famili di kelas ini, termasuk lilin, fosfolipid, dan glikolipid.
Kelas lipid yang lain nonsaponifikasi lipid kekurangan grup yang dapat
menghidrolisis atau saponifikasi. Steroid termasuk banyak hormon sex di kelas ini
(Wiley and Sons, 1983).

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Armstrong, F. B. 1995. Biokimia edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran.
Conn, E. C and P.K. Stumpf. 1963. Biochemistry. John Willey and sons Inc. Sidney
Fessenden, J. R. and Fessenden, J. S. 1998. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A. 1993. BIOKIMIA 1. Penerbit Gramedia. Jakarta
Harrow, B. and Mazor, A. 1964. Biochemistry eight edition. W.B.SoUNDERS Camp.
London
Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan.
Lakitan, B. 2004. Dasar dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa. Bandung
Willey, J. and sons. 1983. Elements of general and Biological Chemistry Seventh
edition. New York.

Sifat fisik
rantai asam lemak didapatkan bahwa asam lemak
jenuhm e m p u n y a i r a n t a i k a r b o n p e n d e k s e p e r t i a s a m
b u t i r a t d a n k a p r o a t y a n g mempunyai titik lebur rendah,
ini berarti bahwa kedua asam ini berupa zat cair pada
suhu kamar sedangkan makin panjang rantai karbon
menunjukkanmakin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan
stearat berupa zat padat padasuhu kamar, cair pada suhu
kamar sedangkan makin panjang rantai karbon
menunjukkanmakin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan
stearat berupa zat padat padasuhu kamar.

Jenis Ikatan Jenuh dan Tidak Jenuh dari Lipid

Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur rendah. Asam oleatmempunyai rantai
karbon sama panjang dengan asam stearat, tetapi pada suhuk a m a r a s a m o l e a t
b e r u p a z a t c a i r. M a k i n b a n y a k i k a t a n r a n g k a p , m a k i n rendah titik
leburnya, ini dapat dilihat pada pada titik lebur asam linoleat yang lebih
rendah dari titik lebur asam oleat.A s a m b u t i r a t l a r u t d a l a m a i r. K e l a r u t a n
asam lemak dalam air berkurangdengan bertambah panjangnya
r a n t a i k a r b o n . A s a m k a p r o a t l a r u t s e d i k i t d a l a m a i r, s e d a n g k a n
a s a m p a l m i t a t , s t e a r a t , o l e a t d a n l i n o l e a t t i d a k l a r u t dalam air. Asam
linoleat mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil.

2 . S i f a t K i m i a Asam lemak adalah asam lemah, jika larut dalam air


molekul asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H +.
Dalam hal ini pH larutanb e r g a n t u n g p a d a k o n s t a n t a k e a s a m a n d a n
d e r a j a t i o n i s a s i m a s i n g - m a s i n g asam lemak. pH untuk asam lemak dan
ionisasinya, umumnya dapatdigambarkan sebagai berikut :R COOHR COO-+
H+
[ RCOO- ]
pH = pKa + log ---------------
[ RCOOH ]
Apabila [ RCOO-] = [ RCOOH ], maka pada keadaan ini
pH = pKa
asam lemak dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam
R COOH + NaOHR COONa + H2O
Garam natium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut
dalamair dan dikenal sebagai sabun. Molekul sabun terdiri atas rantai
hidrokarbondengan gugus COO- pada ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat
hidrofobik a r t i n y a t i d a k s u k a a i r a t a u t i d a k m u d a h l a r u t d a l a m a i r,
s e d a n g k a n g u g u s COO- bersifat hidrofobik dapat larut dalam air.Dari dua
bagian di atas, maka molekul sabun tidak sepenuhnya larut dalam air t e t a p i
membentuk misel. Sebagai bahan pembersih kotoran, sabun
d a p a t mengemulsikan lemak (fungsi emulgator). Bagian hidrofobik
molekul sabunakan masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang
bermuatan negatif di bagian luar. Dengan adanya gaya tolak antara muatan listrik
negatif, makakotoran akan terpecah menjadi partikel kecil dan membentuk emulsi,
dengan demikian kotoran dapat terlepas dari kain dll.

EKSTRAKSI LEMAK KASAR MENGGUNAKAN SOXHLET EXTRACTOR

PRINSIP SOXHLET
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik.
Soklet terdiri dari:
1. pengaduk / granul anti-bumping
2. still pot (wadah penyuling)
3. Bypass sidearm
4. thimble selulosa
5. extraction liquid
6. Syphon arm inlet
7. Syphon arm outlet
8. Expansion adapter
9. Condenser (pendingin)
10. Cooling water in
11. Cooling water out
Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet. Penentuan
kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut Fosfolipida, Sterol,
Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain . Karena itu hasil ekstraksinya
disebut Lemak kasar .

MEKANISME KERJA
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus atau
ditempatkan dalam Thimble (selongsong tempat sampel) , di atas sample ditutup
dengan kapas.
Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik didih 60 80C.
Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk
meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan Petroleum
Spirit 60 80C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan
lemak pada pelarut organik.
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alat ekstraksi lemak
mulai dipanaskan .
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa pendingin.
Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap
pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila
volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses
dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam.
Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan.

DASAR PEMILIHAN METODE, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE


SOXHLET
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi
bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu,
sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat.
Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya
digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008,http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Soxhlet_Extractor.jpg diakses
tanggal 20 Agustus 2008
Anonim, 2008, http://whale.wheelock.edu/bwcontaminants/analysis.htmldiakses
tanggal 20 Agustus 2008
Darmasih, 1997, peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf, diakses
tanggal 20 Agustus 2008
Diposkan oleh aymutz di 5:42:00 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
curcolmu Arsip Blog
Mengenai Saya 2012 (17)
o Oktober (8)
PENGAWA
PENGAWA
BAB 1. PEN
aymutz
>1.1 <!...
Lihat profil lengkapku
PERENCAN
PERAMAL
kadar abu
LIPID
BLANCHIN
o Mei (1)
o Maret (1)
o Februari (1)
o Januari (6)

Lencana Facebook
Ay MuTz
Buat Lencana Anda
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Get me outta here!


R & A. Blog
Willicoment to mein Page ^_^

Menu
Skip to content

Beranda

Beranda

About

Laporan Kimia Organik SIFAT-SIFAT


KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
Desember 24, 2012 by Nurramadhani.A.Sida

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN 2

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

OLEH :

NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA

STAMBUK : F1F1 11 114

KELAS : FARMASI A

KELOMPOK : 4

NAMA ASISTEN : MUH. DITO ERLANGGA

LABORATORIUM FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa organik.

2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.

B. LANDASAN TEORI
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa
kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Di antara
beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya; http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Hidrokarbon_aromatik&action=edit&redlink=1&#8243;>hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa
heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya;
dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang (Siregar, 2012).

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu
yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah
terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu zat
(solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa
atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya
didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London)
atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012).

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen
dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen
saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat
terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih
berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol,
aldehida, keton, dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen
dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau
hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut
dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut nonpolar (Martin, 1993).

Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis
besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik
dan sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011). Heksana
adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C 6H14 .
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010).

Umumnya minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak


bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kelapa. Fakta bahwa, ketika minyak
seperti ini yang dipanaskan untuk perpanjangan waktu (penyalahgunaan), mereka
mengalami oksidasi (degradasi) dan menimbulkan oksida. Banyak dari seperti
hidroperoksida, epoksida dan polimer zat telah menunjukkan merugikan
kesehatan / biologi efek seperti retardasi pertumbuhan, peningkatan ukuran hati
dan ginjal serta kerusakan sel (Sudhir, 2010).

Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen.
Untuk yang non polar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini
maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat
membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan
bahan. Pada bagian berikut disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang
sering digunakan di laboratorium (Iqmal, 2012).

Ikatan hidrogen dapat membentuk fase baru dan menghasilkan suatu senyawa baru
dalam ikatannya dengan atom lain seperti atom C, N, O, maupun ikatannya dengan
atom hidrogen sendiri, antara lain dalam pembentukan benzena, air(es), amoniak
dan lain-lain. Pada ikatan hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun
atomnya, yaitu gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat
dipelajari dengan mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat
diketahui perilaku proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam molekul
H2O merupakan ikatan kovalen, kajian kepadanya diperlukan untuk mengetahui
bagaimana keadaan ideal dari molekul tersebut (Kurniawan, 2005).

C. URAIAN BAHAN
a) Akuades (Dirjen POM, 1979).

Nama Resmi : Aqua destilata.

Nama Lain : air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat molekul : 18

Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : sebagai pelarut.

b) NaCl (FI.Ed.III hal. 403).

Nama Resmi : Natrium Chloridum

Nama Lain : Natrium klorida

Berat Molekul : 32.04 g/mol


Rumus Molekul : NaCl

Rumus Bangun :

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk


hablur putih; rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etano

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik

Khasiat : Hemodialisis

Kegunaan : Sebagai Sampel

c) Etanol

Nama Resmi : Etil Alkohol / etanol

Nama Lain : Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat;


alkohol absolut

Berat molekul : 46,07 g/mol

Rumus Molekul : C2H5OH

Rumus Bangun :

Pemerian : cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak


berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari

Kegunaan : sebagai pelarut.

d) Kloroform

Nama : Chloroformum
Nama lain : kloroform

Berat molekul : 119,38 g/mol

Rumus molekul : CHCl3

Rumus bangun :

Pemerian : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas;


rasa manis dan membakar.

Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut
dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik,
dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik bersumbat kaccca,


terlindung dari cahaya.

Khasiat : pengawet dan zat tambahan

Kegunaan : pereaksi

e) Glukosa (FI. Ed. III hal.268)

Nama resmi : Glucosum

Nama lain : Glukosa

BM / RM : 198,17 g/mol

Rumus molekul : C6H12O6

Rumus bangun :
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran
putih; tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih; sukar larut dalam
etanol (95%).

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai bahan uji

f) HCl

Nama resmi : Acidum Hydrochloridum

Nama lain : Asam klorida

BM / RM : 36,46 g/mol

Rumus molekul : HCl

Rumus bangun :

Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika


diencerkan dengan 2 bagian air, asao dan bau hilang.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai bahan uji

g) NaOH (Dirjen POM, 1979).

Nama resmi : Natrii hydroxydum

Nama lain : Natrium hidroksida

Berat molekul : 40,00 g/mol

Rumus molekul : NaOH


Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap CO2

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

o Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali


jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na 2CO3

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

h) Asam asetat (Dirjen POM, 1979).

Nama resmi : Acidum aceticum

Nama lain : Cuka

Berat molekul : 60,05 g/mol

Rumus molekul : C2H4O2

Rumus bangun :

Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,


tajam

Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan


dengan gliserol.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : zat tambahan.

i) Etil asetat

Nama resmi : Acidum aceticum

Nama lain : Cuka


Berat molekul : 60,05 g/mol

Rumus molekul : C2H4O2

Rumus bangun :

Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam

Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan
gliserol.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : zat tambahan.

j) Metanol (Dirjen POM, 1979).

Nama Resmi : Metil Alkohol

Nama Lain : Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil hidrat,


Alkohol kayu, Karbinol.

Berat Molekul : 32.04 g/mol

Rumus Molekul : CH3OH

Rumus Bangun :

Pemerian : Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang


ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun
dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).

Kegunaan : sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar


dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

k) Butanol (Mewal, 2011).


Nama Resmi : Butanol

Nama Lain : butil alkohol

Berat molekul : 46,07 g/mol

Rumus Molekul : C4H9OH.

Rumus Bangun :

Pemerian :

Kegunaan : sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia,


dan sebagai bahan bakar.

l) n-Heksan (Dirjen POM, 1979).

Nama : n-heksana

Berat molekul : 86.18 g/mol

Rumus molekul : C6H14

Rumus bangun :

Pemerian : cairan tak berwarna, dapat dibakar

Kegunaan : pelarut organik

m) Asam sulfat (Dirjen POM, 1979).

Nama resmi : Acidum sulfuricum

Nama lain : asam sulfat

Berat molekul : 98,07 g/mol


Rumus molekul : H2SO4

Rumus Bangun :

Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna;


jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : zat tambahan

n) Parafin (Dirjen POM, 1979).

Nama resmi : Paraffinum liquidum

Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi, tidak


berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai warna.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%),
larut dalam kloroform dan dalam eter.
D. METODE KERJA
1. 1. Alat dan Bahan

a) Alat.

Alat yang digunakan, yaitu :

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

b) Bahan.

Bahan yang digunakan, yaitu :

- Kloroform

- Etanol

- H2SO4 encer

n-Heksana

- HCl

- Butanol

- Metanol

- Glukosa

- Minyak Goreng

- Parafin

- Etil asetat

- Asam asetat

- NaOH

- Akuades
1. 2. Prosedur Kerja

Minyak goreng

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Larut dalam n-Heksana dan NaOH

Metanol

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Etanol

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi


- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Glukosa

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut

Butanol
- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Larut

Parafin

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Metanol
Larut dalam n-Heksana

Etil asetat

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Larut dalam n-Heksana

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Kloroform
- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-heksana

Asam asetat

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Asam sulfat

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Aquades
- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Tidak larut dalam n-Heksana

Natrium Hidroksida

- Dipipet

- Dimasukan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan n-heksan

- Diamati kelarutannya

- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Asam Klorida
E. HASIL PENGAMATAN
Kelarutan Dalam
No Senyawa
n-Heksana H2O NaOH HCl H2SO4

1. Minyak Goreng - - -
2. Metanol -
3. Etanol -
4. Butanol - - - - -
5. Glukosa
6. Parafin - - - -
7. Etilasetat - - - -
8. Kloroform -
9. Asam asetat -
10. Air -
11. Asam sulfat -
12. Natrium hidroksida -
13. Asam klorida -
F. PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki atom karbon sebagai salah
satu unsur yang menyusun senyawanya kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri telah banyak digunakan dalam
laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk keperluan
manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau asam asetat dalam bahan tambahan
makanan, karbohidrat yang berupa sukrosa sebagai gula pemanis makanan dan
minuman. Namun kebanyakan senyawa organik ditemui dalam bentuk padatan,
dan juga beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa organik banyak digunakan
dalam bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua
senyawa organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat
kelarutan yang berbeda pada setiap senyawa organik.

Pada percobaan ini, dilakukan pengujian kelarutan beberapa contoh senyawa


organik dalam beberapa jenis pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu air, HCl,
H2SO4dan NaOH sebagai pelarut anorganik dan n-heksan sebagai pelarut organik.
Berdasarkan kepolarannya, air, HCl, H2SO4 dan NaOH merupakan pelarut polar
dan n-heksan sebagai pelarut non polar. Berpatokan pada prinsip kelarutan Like
Dissolves Like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang
polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut
non polar.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, hanya glukosa yang
menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut. Kelarutan suatu solut dalam
sejumlah solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh
kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul pelarut. Pada
glukosa misalnya, glukosa merupakan senyawa non polar, dimana glukosa
dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan dieletriknya adalah O karena kecilnya
perbedaan elektronegativitasnya. Bila berpatokan pada prinsip Like dissolves like
maka glukosa seharusnya hanya dapat larut dalam pelarut non polar yaitu n-
heksan. Namun karena kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen melalui
atom O pada gugus glukosa yang melakukan ikatan dengan atom H pada air
sehingga glukosa dapat larut dalam pelarut air. Namun bukan saja dengan air
senyawa glukosa dapat membentuk ikatan hidrogen, pada pelarut polar lainnya
juga.
Untuk bahan kloroform, asam asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida, dan asam
klorida menunjukkan kepolaritasannya dalam kelarutan pada pelarut, dimana
bahan-bahan uji ini hanya larut dalam pelarut polarnya dan tidak pada pelarut n-
heksan. Seperti yang dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu zat untuk larut
sempurna dalam pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat
tersebut untuk berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan
membentuk suatu zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform,
asam asetat, asam klorida, natrium hidroksida dan lain sebagainya, ikatan antar
atom nya dibentuk dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik
apabila diputuskan, maka atom yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi
akan bermuatan negatif dan atom lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini
dicampurkan maka bagian parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk
membentuk ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.

Turunan alkohol yaitu metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil percobaan ini
diperoleh data yang menunjukkan hanya butanol yang tidak larut pada beberapa
pelarut yang disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa
kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya.
Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H
dan O oleh sebuah ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki
polaritas yang hampir sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang
dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan
polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya.
seperti yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang
alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya.
Pada metanol dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua senyawa ini miliki tidak
begitu panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif sehinnga etanol dan
metanol dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya
lebih mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar.
Namun, pada hasil yang diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan
sebagai pelarut nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam
mencampur bahan.

Lalu untuk kelarutan parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai senyawa
nonpolar sudah dapat dipastikan hanya akan larut dalam pelarut non polar, dan hal
ini dibenarkan pada hasil pencampuran ketiga bahan ini dengan pelarut n-heksan.
Dimana, ketiga bahan ini hanya larut total dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis
cairan apabila dilarutkan dalam pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh
senyawa polar dan senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk.
Pada literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg
ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai alkil
tidak dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar yang dapat
berikatan apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau adanya atom yng lebih
elekronegatif menarik atom H dan membentuk jembatan hidrogen.
Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kelarutan sangat diperlukan.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat kelarutan senyawa organik digunakan oleh
apoteker dalam membuat dan meracik obat sehingga obat menyenangkan untuk
dikonsumsi, selain itu pula digunakan apoteker untuk memperkirakan efek terapi
dari obat tersebut, apakah onset yang dihasilkan cepat atau lambat berdasarkan
daya larutny dalam lemak tubuh.

G. KESIMPULAN
Berdasrkan hasil percoban maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan
senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga
dapat larut dalam senyawa polar.

2. Tingkat kelarutan senyawa organik yaitu glukosa > (metanol, etanol,


klorofm, asam asetat) > (n-heksan, parafin, minyak goreng) > butanol.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo.
Kendari.

Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

Iqmal. 2012. Kaidah Kelarutan Bahan. http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=2425.


Diakses 25 November 2012.

Kurniawan. Y., Muhammad. N. 2005. Studi Pemodelan Dinamika Proton Dalam


Ikatan Hidrogen H2O Padatan Satu Dimensi. Jurnal Fisika. Vol.8, No.3.
Lestari. A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi
Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. Vol.13, No.1.

Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu


Farmasetik. Edisi Ketiga 1. UI Press. Jakarta.

Munawaroh. S., Prima.AH. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi
Teknik. Vol. 2. No.1. Hal : 73-78.

Siregar. 2012. Senyawa Organik dan


Anorganik. http://chemicalregar.blogspot.com/2012/04/senyawa-organik-dan-
anorganik.html. Diakses 17 November 2012.

Wiratmaja. I.G., I Gusti. BWK., I Nyoman. SW. 2011, Pembuatan Etanol


Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii
Sebagai Bahan Baku, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.

Sudhir, CV., NY. Sharma., p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils as
Biodiesel Feed Stock. Journal for Engineering Research. 12 (3). Hal:69-75.

Pertanyaan :
1. Simpulkan perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik !

2. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 1a 1; 1a2; 1a3 dan 1b !

3. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 2a !

4. Simpulkan hasil pengamatan percobaan 2b!

5. Simpulkan hasil ppengamatan percobaan 2c !

Jawab :

1. Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik :

- Senyawa organik memiliki atom karbon pada senyawanya, sedangkan


senyawa anorganik tidak memiliki atom karbon pada senyawanya

- Ikatan yang menyusun molekul senyawa organik yaitu ikatan kovalen,


sedangkan ikatan yang menyusun molekul senyawa anorganik yaitu ikatan ionik
dan kovalen polar

- Senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga cepat


mengalami penguapan, sedangkan senyawa anorganik memiliki titik didih yang
tinggi

- Senyawa organik bukan senyawa elektrolit, tidak mampu terionisasi


sehingga tidak dapat menghasilkan gelembung gas, sedangkan senyawa anorganik
merupakan senyawa elektrolit, mampu terionisasi sehingga menghasilkan
gelembung gas ketika diberikan kawat panas.

- Apabila dibakar, senyawa organik akan mengalami perubahan warna


menjadi hitam yang disebabkan oleh adanya karbon dalam senyawanya, sedangkan
senyawa anorganik tidak akan mengalami perubahan warna menjadi hitam.

1.

2.

3.

4. Percobaan 2c :

Senyawa organik yaitu kloroform bukanlah senyawa yang dapat membentuk ion
atau mengalami ionisasi sehingga ketika ditambahkan AgNO 3 maka tidak terjadi
ionisasi, sedangkan senyawa anorganik yang terikat secara ionik ketika
ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya akan merenggang dan putus menyebabkan
terbentuknya ion-ion bermuatan sehingga senyawa anorganik dapat terionisasi dan
tidak pada senyawa organik.

Share
About this:these ads

Twitter

Facebook7

Sukai ini:

Terkait

R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK

FARMAKOLOGI FARMASI UNHALU 2012 KEDUDUKAN

Amilase >>> faktor-faktor yang mempengaruhi kerjanya

Tinggalkan komentar

Post navigation
Pos Sebelumnya
R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN
SENYAWA ANORGANIK
Tinggalkan Balasan
SEARCH
Cari
Lanjut

1.SAYA BERSUMPAH / BERJANJI AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA


GUNA KEPENTINGAN PERIKEMANUASIAAN TERUTAMA DALAM
BIDANG KESEHATAN.

2.SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA


KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA SEBAGAI
APOTEKER.

3.SEKALIPUN DIANCAM, SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN


PENGETAHUAN KEFARMASIAN SAYA UNTUK SESUATU YANG
BERTENTANGAN DENGAN HUKUM PERIKEMANUSIAAN.

4.SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK -


BAIKNYA SESUAI DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR JABATAN
KEFARMASIAN.

5.DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR


DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH OLEH
PERTIMBANGAN KEAGAMAAN, KEBANGSAAN, KESUKUAN,
KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL.

6.SAYA IKRAR SUMPAH / JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH


DENGAN PENUH KEINSYAFAN

Song
Facebook
Iin Armadasida's Klein Fraulent

Buat Lencana Anda

my calender
Desember 2012
S S R K J S M
Nov
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31

Twitter Terbaru
Kecewa penonton seminar kkn kaga jdi diadain 1 week ago

RT @yongsarang: K-FOOD SONG LYRICS .. written and composed by


YONG HWA JUNG http://t.co/EtQbQquPN9 1 year ago

RT @CNBMinhyuk_ID: 130905 MinHyuk @ Incheon airport go to


GuangZhou (12) cr:
kpopstarz twitpic.com/dc3ndx twitpic.com/dc3ngq http 1 year ago

@NuruLawaliah ciee io tawwa mulai mi


dewasa #mulaidewasamulaidewasamulaidewasa 1 year ago

nilainya belum kluar,gimana mw menawar !! TT___TT 1 year ago


Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | The Something Fishy Theme.
Ikuti

Follow R & A. Blog

Get every new post delivered to your Inbox.

Sign me up

Ditenagai oleh WordPress.com


%d bloggers like this:

Das könnte Ihnen auch gefallen