Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
LIPID
Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut
dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene,
aseton, dan petroleum eter (Lehninger 1982). Lipid dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok berdasarkan komponen dasar pembentuk lipid, sumber
penghasil lipid, kandungan asam lemak, dan sifat-sifat kimia dari lipid seperti
sifat dapat tidaknya dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya,
lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk
(compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Lipid sederhana
mengandung asam-asam lemak yang sama sebagaipenyusunnya dan tidak
dapat disabunkan, sedangkan lipid majemuk atau campuran mengandung dua
atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dan dapat disabunkan.
Berdasarkan jumlah ikatan atom C, asam lemak dibedakan kedalam
rantai asam lemak dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak
jenuh (saturated) dan rantai asam lemak dengan satu atau lebih ikatan
rangkap yang disebut asam lemak tidak jenuh (unsaturated). Ikatan rangkap
mempunyai sifat struktur yang tidak stabil dan kaku (rigit) sehingga di dalam
larutan dapat membuat dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid
yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut
lemak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat
cair pada suhu kamar dan disebut minyak.
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan
enzim lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-
asam lemak penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH)
akan menghasilkan campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Proses
hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan
terjadi jika lemak/minyak dipanaskan dengan air pada suhu 180 C dan
tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam-asam
lemak. Gliserol larut dalam air, sedangkan asam lemak terapung di atas air
(Lehninger 1982)
Hidrogenasi pada lipid akan terjadi jika minyak yang mengandung
asam-asam lemak tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi
hidrogen sehingga berubah menjadi lemak padat. Proses ini digunakan untuk
membuat mentega tiruan atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam
lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak padat oleh
proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas, lipid
yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderungmengalami
autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan
asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal.
Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Kelas lipid yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan
molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling
bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid
alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang
adalah komponen penting dari plasma lipoprotein (Florkin 1962).
Berdasarkan uji kelarutan dapat diketahui bahwa minyak kelapa,
lemak hewan, margarin, dan asam stearat hanya larut dalam pelarut eter dan
kloroform. Sementara itu, mentega dapat larut dalam pelarut eter, kloroform,
alkohol panas, dan asam encer, sedangkan gliserol dapat larut dalam pelarut
alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Hal ini menunjukkan
bahwa hampir semua lemak yang diujikan, kecuali gliserol, dapat larut dalam
eter dan kloroform. Adanya ekor hidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar
menyebabkan lemak bersifat nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform.
Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan
dapat terdispersi membentuk misel. Selain itu, gliserol juga dapat larut
dalam alkali dan asam encer. Hal ini disebabkan adanya proses penyabunan.
Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang
Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat
atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang
menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa
semua bahan yang diuji kecuali pati memberikan bau yang tajam yang
diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Hal ini ditandai dengan
adanya asap putih ketika lipid dipanaskan diatas pembakar gas. Saat
pembakaran, timbul bau agak apek. Bila mengalami dehidrasi, gliserol bebas
atau gliserol yang terdapat dalam lipid dapat membentuk aldehid akrilat
atau akrolein yang menimbulkan bau ketika dipanaskan (Girindra 1988). Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwa terdapat gliserol di dalam lipid yang diuji.
pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan
yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah
minyak kelapa, mentega, dan margarin menghasilkan hasil positif ketika diuji
dengan uji ketidakjenuhan. Sementara itu, minyak kelapa tengik, dan lemak
asam lemak berikatan ganda. Oleh karena itu, minyak kelapa tengik
dalam udara bebas. Pada uji ketengikan, warna merah muda menunjukkan
bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi
tengik, minyak kelapa dan lemak hewan menghasilkan hasil yang positif
ketika diuji dengan uji ketengikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perubahan warna kertas saring menjad ungu, kuning oranye dan kemerahan.
tidak adanya perubahan warna kertas saring. Perubahan warna dapat terjadi
kertas berwarna merah muda (Winarno 1973). Ketengikan dapat terjadi bila
oksidasi. Bila terkena udara, asam lemak tak jenuh cenderung mengalami
cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas
Buchard, diketahui menghasilkan hasil yang positif. Hal ini dibuktikan dengan
berubahnya warna lapisan atas menjadi merah dan lapisan bawah menjadi
menghasilkan perubahan warna lapisan atas menjadi hijau dan lapisan bawah
diganti dengan asam asetat, etil asetat, atau butanol. Dalam uji Salkowaki
sebagian besar alkohol yang berwujud kristal putih yang disebut kolesterol,
berasal dari bahasa Yunani Chole "empedu" dan stereos "padat. Penyelidikan-
selanjutnya kolesterol telah disintesis pada tahun 1952 sebagai hasil karya
Woodward dari Amerika Serikat dan pada tahun 1953 oleh Robinson
dad Inggeris.
tetrasiklik jenuh, yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri atas
biosintetik umum untuk steroid lain termasuk hormon steroida dan garam
empedu. Kolesterol berlimpah dalam otak dan jaringan saraf lainnya, dengan
dan mitokondria.
Cook RP. 1958.C h olesterol C h emistry: Bioc h emistry and Path ology. New
York:
Academic Press Inc
Jain JL, Jain S, dan Jain N. 2005. Fundamentals of Biochemistry. S. Chand &
Co:
New Delhi
Lipid adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat zat
tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Di dalam sel terdapat
bermacam jenis lipid tiogari tetapi kita akan memusatkan perhatian kita pada tiga
golongan yaitu lemak, fosfolid, dan steroid. Molekul lemak terdiri atas empat
bagian : satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri
atas rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di ujungnya. Molekul gliserol
mempunyai tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil ini dapat
mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemak (Willey, 2000).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti
triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat
sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.
Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida
dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan
lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak
bunga matahari) (Fessenden dan Fessenden, 1999).
Lemak merupakan komponen utama dari membran sistem kehidupan. Dua tipe
lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membran memiliki suatu gugusan fosfat
dalam strukturnya dan dengan demikian disebut sebagai fosfolipid. Salah satu jenis
yang memilki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memilki
sfingosin(sfingolipid) (Armstrong, 1995).
Seperti karbohidrat, lipid juga tesusun dari atom atom karbon, hidrogen, dan
oksigen tatapi lemak selalu memiliki porsi asam hifrogrn yang lebih banyak
dibanding pada molekul karbohidrat. Lemak disintesis dari gliserol dan asam asam
lemak Di dalam sel glisrol disintesis dari glukosa . Asam lemak yang palinmg
sederhana adalah asam asetat. Gugus asam lemak (-COOH) merupakan ciri dari
molekul asam asam organik (Lakitan, 2004).
Pengertian Lipid atau lemak secara umum ialah kelompok zat atau organik yang jika
disentuh dengan ujung ujung jari akan terasa berlemak. Tidak zat atau senyawa
yang berlemak dibicarakan di dalam biokimia. Ada kelompok senyawa berlemak
yang tidak berfungsi biologi yaitu kelompok lipid petrol oli mesin, oli pelumas, dan
gemuk mesin. Kelompok petrol tersebut akan dibicarakan biokimia (Hawab, 2005).
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Armstrong, F. B. 1995. Biokimia edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran.
Conn, E. C and P.K. Stumpf. 1963. Biochemistry. John Willey and sons Inc. Sidney
Fessenden, J. R. and Fessenden, J. S. 1998. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A. 1993. BIOKIMIA 1. Penerbit Gramedia. Jakarta
Harrow, B. and Mazor, A. 1964. Biochemistry eight edition. W.B.SoUNDERS Camp.
London
Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan.
Lakitan, B. 2004. Dasar dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa. Bandung
Willey, J. and sons. 1983. Elements of general and Biological Chemistry Seventh
edition. New York.
Sifat fisik
rantai asam lemak didapatkan bahwa asam lemak
jenuhm e m p u n y a i r a n t a i k a r b o n p e n d e k s e p e r t i a s a m
b u t i r a t d a n k a p r o a t y a n g mempunyai titik lebur rendah,
ini berarti bahwa kedua asam ini berupa zat cair pada
suhu kamar sedangkan makin panjang rantai karbon
menunjukkanmakin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan
stearat berupa zat padat padasuhu kamar, cair pada suhu
kamar sedangkan makin panjang rantai karbon
menunjukkanmakin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan
stearat berupa zat padat padasuhu kamar.
Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur rendah. Asam oleatmempunyai rantai
karbon sama panjang dengan asam stearat, tetapi pada suhuk a m a r a s a m o l e a t
b e r u p a z a t c a i r. M a k i n b a n y a k i k a t a n r a n g k a p , m a k i n rendah titik
leburnya, ini dapat dilihat pada pada titik lebur asam linoleat yang lebih
rendah dari titik lebur asam oleat.A s a m b u t i r a t l a r u t d a l a m a i r. K e l a r u t a n
asam lemak dalam air berkurangdengan bertambah panjangnya
r a n t a i k a r b o n . A s a m k a p r o a t l a r u t s e d i k i t d a l a m a i r, s e d a n g k a n
a s a m p a l m i t a t , s t e a r a t , o l e a t d a n l i n o l e a t t i d a k l a r u t dalam air. Asam
linoleat mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil.
PRINSIP SOXHLET
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik.
Soklet terdiri dari:
1. pengaduk / granul anti-bumping
2. still pot (wadah penyuling)
3. Bypass sidearm
4. thimble selulosa
5. extraction liquid
6. Syphon arm inlet
7. Syphon arm outlet
8. Expansion adapter
9. Condenser (pendingin)
10. Cooling water in
11. Cooling water out
Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet. Penentuan
kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut Fosfolipida, Sterol,
Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain . Karena itu hasil ekstraksinya
disebut Lemak kasar .
MEKANISME KERJA
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus atau
ditempatkan dalam Thimble (selongsong tempat sampel) , di atas sample ditutup
dengan kapas.
Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik didih 60 80C.
Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk
meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan Petroleum
Spirit 60 80C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan
lemak pada pelarut organik.
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alat ekstraksi lemak
mulai dipanaskan .
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa pendingin.
Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap
pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila
volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses
dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam.
Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008,http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Soxhlet_Extractor.jpg diakses
tanggal 20 Agustus 2008
Anonim, 2008, http://whale.wheelock.edu/bwcontaminants/analysis.htmldiakses
tanggal 20 Agustus 2008
Darmasih, 1997, peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf, diakses
tanggal 20 Agustus 2008
Diposkan oleh aymutz di 5:42:00 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Pengikut
curcolmu Arsip Blog
Mengenai Saya 2012 (17)
o Oktober (8)
PENGAWA
PENGAWA
BAB 1. PEN
aymutz
>1.1 <!...
Lihat profil lengkapku
PERENCAN
PERAMAL
kadar abu
LIPID
BLANCHIN
o Mei (1)
o Maret (1)
o Februari (1)
o Januari (6)
Lencana Facebook
Ay MuTz
Buat Lencana Anda
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Menu
Skip to content
Beranda
Beranda
About
PERCOBAAN 2
OLEH :
NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA
KELAS : FARMASI A
KELOMPOK : 4
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
KENDARI
2012
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
B. LANDASAN TEORI
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa
kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Di antara
beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya; http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Hidrokarbon_aromatik&action=edit&redlink=1″>hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa
heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya;
dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang (Siregar, 2012).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu
yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah
terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu zat
(solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa
atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya
didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London)
atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012).
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen
dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen
saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat
terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih
berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol,
aldehida, keton, dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen
dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau
hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut
dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut nonpolar (Martin, 1993).
Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis
besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik
dan sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011). Heksana
adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C 6H14 .
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010).
Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen.
Untuk yang non polar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini
maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat
membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan
bahan. Pada bagian berikut disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang
sering digunakan di laboratorium (Iqmal, 2012).
Ikatan hidrogen dapat membentuk fase baru dan menghasilkan suatu senyawa baru
dalam ikatannya dengan atom lain seperti atom C, N, O, maupun ikatannya dengan
atom hidrogen sendiri, antara lain dalam pembentukan benzena, air(es), amoniak
dan lain-lain. Pada ikatan hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun
atomnya, yaitu gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat
dipelajari dengan mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat
diketahui perilaku proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam molekul
H2O merupakan ikatan kovalen, kajian kepadanya diperlukan untuk mengetahui
bagaimana keadaan ideal dari molekul tersebut (Kurniawan, 2005).
C. URAIAN BAHAN
a) Akuades (Dirjen POM, 1979).
Berat molekul : 18
Rumus Bangun :
Rumus Bangun :
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etano
Khasiat : Hemodialisis
c) Etanol
Rumus Bangun :
d) Kloroform
Nama : Chloroformum
Nama lain : kloroform
Rumus bangun :
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut
dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik,
dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Kegunaan : pereaksi
BM / RM : 198,17 g/mol
Rumus bangun :
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran
putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih; sukar larut dalam
etanol (95%).
f) HCl
BM / RM : 36,46 g/mol
Rumus bangun :
Khasiat : -
Rumus bangun :
i) Etil asetat
Rumus bangun :
Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan
gliserol.
Rumus Bangun :
Rumus Bangun :
Pemerian :
Nama : n-heksana
Rumus bangun :
Rumus Bangun :
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%),
larut dalam kloroform dan dalam eter.
D. METODE KERJA
1. 1. Alat dan Bahan
a) Alat.
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
b) Bahan.
- Kloroform
- Etanol
- H2SO4 encer
n-Heksana
- HCl
- Butanol
- Metanol
- Glukosa
- Minyak Goreng
- Parafin
- Etil asetat
- Asam asetat
- NaOH
- Akuades
1. 2. Prosedur Kerja
Minyak goreng
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Metanol
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
- Dipipet
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Glukosa
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Tidak larut
Butanol
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Larut
Parafin
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Metanol
Larut dalam n-Heksana
Etil asetat
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Larut dalam n-Heksana
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Kloroform
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Asam asetat
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Asam sulfat
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Aquades
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Tidak larut dalam n-Heksana
Natrium Hidroksida
- Dipipet
- Ditambahkan n-heksan
- Diamati kelarutannya
- Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Asam Klorida
E. HASIL PENGAMATAN
Kelarutan Dalam
No Senyawa
n-Heksana H2O NaOH HCl H2SO4
1. Minyak Goreng - - -
2. Metanol -
3. Etanol -
4. Butanol - - - - -
5. Glukosa
6. Parafin - - - -
7. Etilasetat - - - -
8. Kloroform -
9. Asam asetat -
10. Air -
11. Asam sulfat -
12. Natrium hidroksida -
13. Asam klorida -
F. PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki atom karbon sebagai salah
satu unsur yang menyusun senyawanya kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri telah banyak digunakan dalam
laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap dipakai untuk keperluan
manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau asam asetat dalam bahan tambahan
makanan, karbohidrat yang berupa sukrosa sebagai gula pemanis makanan dan
minuman. Namun kebanyakan senyawa organik ditemui dalam bentuk padatan,
dan juga beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa organik banyak digunakan
dalam bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan terlarut. Namun, tidak semua
senyawa organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut yang sama, ada beberapa sifat
kelarutan yang berbeda pada setiap senyawa organik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, hanya glukosa yang
menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut. Kelarutan suatu solut dalam
sejumlah solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh
kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul pelarut. Pada
glukosa misalnya, glukosa merupakan senyawa non polar, dimana glukosa
dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan dieletriknya adalah O karena kecilnya
perbedaan elektronegativitasnya. Bila berpatokan pada prinsip Like dissolves like
maka glukosa seharusnya hanya dapat larut dalam pelarut non polar yaitu n-
heksan. Namun karena kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen melalui
atom O pada gugus glukosa yang melakukan ikatan dengan atom H pada air
sehingga glukosa dapat larut dalam pelarut air. Namun bukan saja dengan air
senyawa glukosa dapat membentuk ikatan hidrogen, pada pelarut polar lainnya
juga.
Untuk bahan kloroform, asam asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida, dan asam
klorida menunjukkan kepolaritasannya dalam kelarutan pada pelarut, dimana
bahan-bahan uji ini hanya larut dalam pelarut polarnya dan tidak pada pelarut n-
heksan. Seperti yang dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu zat untuk larut
sempurna dalam pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat
tersebut untuk berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan
membentuk suatu zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform,
asam asetat, asam klorida, natrium hidroksida dan lain sebagainya, ikatan antar
atom nya dibentuk dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik
apabila diputuskan, maka atom yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi
akan bermuatan negatif dan atom lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini
dicampurkan maka bagian parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk
membentuk ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
Turunan alkohol yaitu metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil percobaan ini
diperoleh data yang menunjukkan hanya butanol yang tidak larut pada beberapa
pelarut yang disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa
kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya.
Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H
dan O oleh sebuah ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki
polaritas yang hampir sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang
dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan
polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya.
seperti yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang
alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya.
Pada metanol dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua senyawa ini miliki tidak
begitu panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif sehinnga etanol dan
metanol dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya
lebih mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar.
Namun, pada hasil yang diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan
sebagai pelarut nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam
mencampur bahan.
Lalu untuk kelarutan parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai senyawa
nonpolar sudah dapat dipastikan hanya akan larut dalam pelarut non polar, dan hal
ini dibenarkan pada hasil pencampuran ketiga bahan ini dengan pelarut n-heksan.
Dimana, ketiga bahan ini hanya larut total dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis
cairan apabila dilarutkan dalam pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh
senyawa polar dan senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk.
Pada literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg
ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai alkil
tidak dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar yang dapat
berikatan apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau adanya atom yng lebih
elekronegatif menarik atom H dan membentuk jembatan hidrogen.
Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kelarutan sangat diperlukan.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat kelarutan senyawa organik digunakan oleh
apoteker dalam membuat dan meracik obat sehingga obat menyenangkan untuk
dikonsumsi, selain itu pula digunakan apoteker untuk memperkirakan efek terapi
dari obat tersebut, apakah onset yang dihasilkan cepat atau lambat berdasarkan
daya larutny dalam lemak tubuh.
G. KESIMPULAN
Berdasrkan hasil percoban maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan
senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga
dapat larut dalam senyawa polar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Munawaroh. S., Prima.AH. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi
Teknik. Vol. 2. No.1. Hal : 73-78.
Sudhir, CV., NY. Sharma., p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils as
Biodiesel Feed Stock. Journal for Engineering Research. 12 (3). Hal:69-75.
Pertanyaan :
1. Simpulkan perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik !
Jawab :
1.
2.
3.
4. Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu kloroform bukanlah senyawa yang dapat membentuk ion
atau mengalami ionisasi sehingga ketika ditambahkan AgNO 3 maka tidak terjadi
ionisasi, sedangkan senyawa anorganik yang terikat secara ionik ketika
ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya akan merenggang dan putus menyebabkan
terbentuknya ion-ion bermuatan sehingga senyawa anorganik dapat terionisasi dan
tidak pada senyawa organik.
Share
About this:these ads
Facebook7
Sukai ini:
Terkait
Tinggalkan komentar
Post navigation
Pos Sebelumnya
R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN
SENYAWA ANORGANIK
Tinggalkan Balasan
SEARCH
Cari
Lanjut
Song
Facebook
Iin Armadasida's Klein Fraulent
my calender
Desember 2012
S S R K J S M
Nov
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31
Twitter Terbaru
Kecewa penonton seminar kkn kaga jdi diadain 1 week ago
Sign me up