Sie sind auf Seite 1von 7

JITV Vol. 11 No. 2 Th.

2006

Efektivitas Bioaktif Lidah Buaya (Aloe vera barbadensis) pada Ayam Petelur
di Tingkat Peternak Komersial
TIURMA PASARIBU, A.P. SINURAT dan T. PURWADARIA

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

(Diterima dewan redaksi 23 Maret 2006)

ABSTRACT

PASARIBU, T., A.P. SINURAT and T. PURWADARIA. 2006. The effectiveness of Aloe vera barbadensis bioactives on laying hens on
commercial farmers. JITV 11(2): 85-91.
A field trial was conducted to study the effectiveness of dry gel Aloe vera (DG) as a feed additive for laying hens in
commercial farms. The trial was consisted of two treatments, one was control, commonly used farmer ration containing
antibiotic of zinc bacitracin at 0.5 g/kg and the second feed containing DG equal to 1.0 g/kg. Every treatment had two replicates
with 504 Loghman laying hens. The hen day production (% HD), egg weight, feed consumption, feed conversion ratio (FCR),
egg quality comprising yolk colour, albumin and yolk weights, egg shell eight and thikness, and mortality were observed for 24
weeks. The results showed that feed consumption, % HD, egg weight, FCR, yolk colour, albumin weight, yolk weight, egg shell
weight, and egg shell thickness were not significantly different (P>0.05) between the control and DG treatment, except for the
Haugh unit (HU). Thus, it can be concluded that Aloe vera bioactives has the same effectiveness as antibiotic as a feed additive
at the level of commercial farms.
Key Words: Laying Hens, Egg Production, Egg Quality, Aloe vera barbadensis Bioactives, Antibiotic

ABSTRAK

PASARIBU, T., A.P. SINURAT dan T. PURWADARIA. 2006. Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) pada ayam
petelur di tingkat peternak komersial. JITV 11(2): 85-91.
Suatu penelitian telah dilakukan pada ayam petelur di tingkat peternak komersial untuk mempelajari apakah efektivitas
bioaktif lidah buaya bentuk kering (KBK) dapat berfungsi sebagai imbuhan pakan pada tingkat peternak. LBK dicampurkan ke
dalam ransum dengan konsentrasi setara dengan 1,0 g LBK/kg ransum dan sebagai pembanding adalah ransum yang biasa
digunakan peternak, yaitu ransum yang mengandung antibiotika (Zink Bacitracin 0,5 g/kg ransum). Penelitian ini terdiri dari 2
perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 2 ulangan dengan 504 ekor ayam strain Loghman per ulangan. Percobaan pemberian
pakan perlakuan telah dilakukan selama 24 minggu. Parameter yang diukur: % HD, bobot telur, konsumsi pakan, konversi
pakan, kualitas telur yang terdiri dari indeks warna kuning telur, Haugh Unit (HU), bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot
kerabang dan tebal kerabang, dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi, produksi (% HD), bobot telur
(g/ekor), dan FCR serta kualitas telur yang terdiri dari indeks warna kuning telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot
kerabang dan tebal kerabang tidak nyata (P>0,05) berbeda antara kontrol dan perlakuan LBK 1,0, kecuali Haugh Unit (HU).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bioaktif lidah buaya mempunyai efektifitas yang sama dengan antibiotika sebagai imbuhan
pakan di tingkat peternak komersial.
Kata Kunci : Ayam Petelur, Produksi Telur, Kualitas Telur, Bioaktif Lidah Buaya, Antibiotika

PENDAHULUAN sedikit (23%) yang tidak perduli (RESURRECCION dan


GALVEZ, 1999).
Dalam industri perunggasan, antibiotika digunakan Beberapa negara maju (terutama negara Eropa)
untuk meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan dan mulai mempertanyakan resiko penggunaan antibiotika
mengurangi penyakit (DONOGHUE, 2003). Penggunaan dalam pakan terhadap kesehatan manusia yang
antibiotika diizinkan secara legal sebagai imbuhan mengkonsumsi produk ternak tersebut (MELOR, 2000;
pakan unggas, namun akhir-akhir ini ada kekuatiran BARTON dan HART, 2001). Beberapa negara seperti
dalam penggunaan antibiotika dengan alasan Swedia dan Denmark sudah melarang penggunaan
kemungkinan adanya residu antibiotika pada daging antibiotika sebagai feed additive. Komisi NRC
atau telur yang dapat membahayakan kesehatan (National Research Council) telah melakukan
manusia. Survei yang dilakukan menunjukkan bahwa pengkajian mendalam terhadap penggunaan obat-obatan
mayoritas (77%) konsumen mempunyai kepedulian termasuk antibiotika di dalam pakan dan berkesimpulan
terhadap residu antibiotika dalam daging dan hanya bahwa mikroorganisme yang resisten terhadap
antibiotika dapat berpindah dari ternak ke manusia

85
PASARIBU et al.: Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) terhadap ayam petelur di tingkat peternak komersial

(GILL dan BEST, 1998). Oleh sebab itu dicari solusi lain dibuat sama dengan kontrol, kecuali antibiotika diganti
yang lebih aman seperti penggunaan herba yang dengan gel lidah buaya yang sudah dikeringkan (LBK)
mengandung zat bioaktif yang diharapkan dapat dengan dosis 1,0 g LBK /kg ransum.
menggantikan fungsi antibiotika. Herba yang Materi zat bioaktif lidah buaya (Aloe vera
dimanfaatkan secara tradisional pada ternak, khususnya barbadensis) dipersiapkan dengan cara memisahkan gel
di negara sedang berkembang, dikenal sebagai dari kulit daun, kemudian dikeringkan menurut
ethnoveterinary medicine (SREENIVAS, 1999). Lidah prosedur BINTANG et al. (2005), dan hasilnya
buaya (Aloe vera) sudah lama digunakan sebagai bahan dinamakan lidah buaya kering (LBK). Ransum
kesehatan dan kecantikan manusia. Selain pemanfaatan diberikan pada ayam percobaan sebanyak 60 kg/hari
lidah buaya di bidang kesehatan dan kecantikan juga pada umur 46-53 minggu, 63 kg/hari pada umur 54-66
dicobakan untuk kepentingan peternakan yang minggu, dan 62 kg/hari pada umur 67 minggu hingga
dimanfaatkan sebagai bahan pengganti antibiotika akhir penelitian. Pakan biasanya dihabiskan setiap hari
(PASARIBU et al., 2005). dengan cara meratakan pakan yang bersisa ke ayam
Di Balai Penelitian Ternak telah dilakukan beberapa lainnya yang pakannya sudah habis, sehingga tidak
penelitian untuk mengganti antibiotika dengan bioaktif didapatkan sisa pakan setiap hari.
lidah buaya sebagai pakan imbuhan ternak khususnya
pada unggas. Adanya kandungan antrakinon dalam Tabel 1. Komposisi bahan pakan ayam petelur pada
lidah buaya yang ditambahkan dalam ransum peternakan PT. Union Persada Semesta
mengindikasikan dapat memperbaiki efisiensi pakan
(PASARIBU et al., 2005). Analisis ekstrak kloroform dan Bahan pakan Jumlah (kg)
metanol menunjukkan gel lidah buaya mengandung Jagung 485,00
senyawa antrakinon dan uji in vivo menunjukkan bahwa Bungkil kedelai 135,00
senyawa antrakinon (ekstrak kloroform) dapat
Kedelai pelet 55,00
menggantikan fungsi antibiotika dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (SINURAT et al., 2003). Dedak 135,00
Perbedaan manajemen pemeliharaan di laboratorium Tepung daging dan tulang 50,00
dan di peternak komersial, memungkinkan terjadi Tepung ikan lemuru 38,00
perbedaan efektivitas penggunaan suatu imbuhan
Tepung gluten 30,00
pakan. Antibakteri (antibiotik) sebagai imbuhan pakan
(feed additive) dalam ransum unggas sudah umum Tepung kerang 40,00
digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan Tepung batu 43,00
pakan. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan Biofos 2,25
pengujian pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera
Tepung tulang 2,25
barbadensis) dalam bentuk kering sebagai pengganti
antibiotika di tingkat peternak komersial. Penambahan Vitamin premix 0,20
lidah buaya ke dalam ransum sebagai imbuhan pakan Rapseed meal 25,00
ayam petelur diharapkan dapat menggantikan Metionin 1,00
antibiotika dan dapat memperbaiki konversi pakan
Koline 1,00
(FCR) di tingkat peternak.
Zn-basitrasin 0,50
Ramical 0,50
MATERI DAN METODE
Garam 2,50
Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam PT. Lisin 0,20
Union Persada Semesta di Desa Ciapus, Bogor dengan Jumlah 1.046,40
susunan ransum seperti terlihat pada Tabel 1. Sejumlah Kandungan gizi (hasil analisis
2016 ekor ayam petelur jenis Loghman digunakan laboratorium):
selama 24 minggu (6 bulan) mulai umur 46 minggu. Bahan kering (%) 89,20
Ayam dipelihara di kandang batere dengan isi 2 Protein kasar (%) 19,87
ekor/sangkar dan diberi ransum kontrol (K) untuk 1008 Lemak 10,08
ekor dan perlakuan lidah buaya kering (LBK) untuk
Abu (%) 15,14
1008 ekor dimana masing-masing terdiri dari 2 ulangan
Ca (%) 4,20
dengan 504 ekor/ulangan. Ransum kontrol (Tabel 1)
disusun untuk ayam petelur dengan penambahan P total (%) 0,95
antibiotika (Zinc-bacitracin atau ZnB 0,5 g/kg ransum)
Selama penelitian dilakukan pengamatan terhadap
seperti biasanya dilakukan di peternakan tempat uji
konsumsi pakan, produksi telur per hari (% HD),
coba. Sementara itu, untuk perlakuan, susunan ransum

86
JITV Vol. 11 No. 2 Th. 2006

konversi pakan (FCR) dengan perhitungan konsumsi pada unggas (HUYGHEBAERT dan DE GROTE (1997).
pakan dibagi jumlah produksi telur dikali jumlah berat ZnB berperan memperbaiki flora dan struktur dinding
telur per hari, dan mortalitas. Pada akhir penelitian intestinum (STUTZ et al., 1983; FREE et al., 1986;
sebanyak 16 butir telur dari masing-masing perlakuan BOORMAN, 1987), sehingga penyerapan nutrisi lebih
digunakan untuk mengukur kualitas telur yang terdiri sempurna, serta mendukung toleransi terhadap panas
dari indeks warna kuning telur, Haugh Unit (HU), (DAMRON et al., 1991; MANNER dan WANG, 1991).
bobot putih telur, bobot kuning telur, serta bobot dan MANNER dan BRONSCH (1987) melaporkan bahwa ZnB
tebal kerabang. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang dikenal sebagai feed additive dapat meningkatkan
antara kontrol dengan perlakuan, maka data yang pemakaian ME dalam proses pembentukan daging dan
diperoleh diuji dengan T-test (STEEL dan TORRIE, produksi telur. Hal tersebut sama dengan hasil yang
1980). diperoleh dalam penelitian ini dan penelitian
sebelumnya (PASARIBU et al., 2005) bahwa pemberian
bioaktif lidah buaya mempunyai pengaruh yang sama
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kontrol terhadap produksi telur. Pada ayam
pedaging pemberian bioaktif lidah buaya kering pada
Konsumsi pakan konsentrasi 1,0 g/kg ransum tidak nyata berbeda dengan
kontrol-ZnB (SINURAT et al., 2002). DONOGHUE (2003)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menyatakan bahwa pemberian antibiotika pada unggas
tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi konsumsi pakan dapat meningkatkan pertumbuhan, mengurangi
(Tabel 2). Sesuai dengan kebiasaan manajemen yang penyakit, dan menghasilkan produksi telur yang tinggi.
dilakukan di peternakan ini, jumlah pakan yang Dengan perkataan lain, pemberian bioaktif lidah buaya
diberikan selalu sama dan tidak ada sisa. Jumlah pada ayam petelur mempunyai fungsi yang tidak
konsumsi pakan pada bulan pertama dan ke dua (umur berbeda dengan antibiotika khususnya ZnB, jika dilihat
46 dan 53 minggu) adalah 119,05 g/ekor, pada bulan dari hasil produksi telur yang tidak berbeda nyata
ketiga hingga bulan kelima (umur 54 66 minggu) (P>0,05) antara pemberian bioaktif lidah buaya kering
adalah 125,00 g/ekor dan pada bulan ke enam (umur 67 dengan kontrol yang ditambahkan ZnB.
- 70 minggu) adalah 123,58 g/ekor. Baik pada bulan
pertama hingga ke enam konsumsi ransum tidak Bobot telur
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) antara
kontrol dan perlakuan. Hal tersebut disebabkan adanya
Bobot telur tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh
pembatasan jumlah pemberian. Data menunjukkan
perlakuan. Perlakuan LBK pada bulan pertama hingga
pemberian imbuhan pakan bioaktif lidah buaya terhadap
bulan keempat dan bulan keenam tidak ada perbedaan
konsumsi pakan di tingkat perusahaan tidak dapat
yang nyata (P>0,05) antara kontrol dan perlakuan, tapi
ditentukan karena jumlah pakan yang dikonsumsi sama
pada bulan kelima bobot telur pada kontrol nyata
antara kontrol dengan perlakuan LBK 1,0. Pada
(P<0,05) lebih berat dari perlakuan LBK 1,0 (Tabel 2).
penelitian SINURAT et al. (2002); BINTANG et al.
Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembentukan
(2005); PASARIBU et al. (2005), dilaporkan bahwa
telur belum stabil dan pada bulan keenam bobot telur
pemberian bioaktif lidah buaya kering pada konsentrasi
kembali tidak berbeda nyata (P>0,05) antara kontrol
1,0 g/kg ransum tidak mempengaruhi konsumsi pakan.
dan perlakuan LBK. Bila dirata-ratakan selama
penelitian maka bobot telur pada perlakuan tidak
Produksi telur berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol. MANNER dan
WANG (1991) menyatakan pemberian ZnB pada ayam
Produksi telur tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh petelur berpengaruh baik terhadap bobot telur dan LI et
perlakuan LBK pada bulan pertama sampai bulan al. (2000) menyatakan ZnB dapat meningkatkan
keempat dan bulan keenam. Sementara itu, pada bulan pertumbuhan bakteri Lactobacillus dalam yeyunum
kelima produksi telur pada perlakuan kontrol nyata sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri patogen,
(P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan LBK masing- dengan demikian proses metabolisme pencernaan lebih
masing 84,97 dan 83,00%. Namun pada bulan keenam sempurna yang akhirnya dapat mendukung proses
produksi telur pada perlakuan LBK tidak berbeda nyata pembentukan telur. Dengan demikian fungsi zat
(P>0,05) dengan kontrol. Hal ini mengindikasikan bioaktif dari lidah buaya menunjukkan fungsi yang
bahwa mekanisme kerja bioaktif lidah buaya tidak sama dengan antibiotika Zn basitrasin. Hal ini sama
berbeda dengan zinc bacitracin (ZnB) terhadap dengan penelitian PASARIBU et al. (2005) bahwa
produksi telur. Pemberian antibiotika dapat pemberian bioaktif lidah buaya kering pada konsentrasi
meningkatkan laju pertumbuhan dan produksi telur 1,0 g/kg mempunyai pengaruh yang sama baiknya
dengan kontrol-ZnB terhadap bobot telur.

87
PASARIBU et al.: Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) terhadap ayam petelur di tingkat peternak komersial

Konversi pakan (FCR) 1,0 g/kg ransum (PASARIBU et al., 2005). Dengan
perkataan lain zat bioaktif lidah buaya dalam bentuk
Nilai konversi pakan tidak nyata (P>0,05) berbeda kering 1,0 (LBK 1,0) memiliki kinerja yang sama
antara kontrol dan perlakuan LBK 1,0 baik pada bulan dengan antibiotika ZnB terhadap konversi pakan pada
pertama hingga bulan keenam (Tabel 2). Hal ini ayam petelur di tingkat peternak komersial.
menunjukkan zat bioaktif dalam lidah buaya memiliki
pengaruh yang sama dengan ZnB terhadap konversi Kualitas telur dan indeks warna kuning telur
pakan. HUYGHEBAERT dan DE GROTE (1987)
menyatakan pemberian antibiotika seperti ZnB pada Kualitas telur diukur hanya satu kali selama
ayam petelur dapat meningkatkan efisiensi konversi penelitian. Warna kuning telur antara kontrol dan
pakan. Berbeda dengan laporan BINTANG et al. (2005) perlakuan tidak nyata berbeda (P>0,05) (Tabel 3). Hal
bahwa pemberian gel lidah buaya kering 0,5 g/kg ini mengindikasikan ZnB tidak nyata berbeda (P>0,05)
ransum (LBK 0,5) pada ayam petelur menyebabkan dengan zat bioaktif dalam mempengaruhi indeks warna
perbaikan konversi pakan sebesar 6,10% dibandingkan kuning telur. Demikian juga pada penelitian PASARIBU
dengan kontrol-ZnB. Sementara itu SINURAT et al. et al. (2005) bahwa indeks warna kuning telur pada
(2003) melaporkan adanya perbaikan konversi pakan perlakuan LBK 1,0 g/kg ransum tidak menunjukkan
sebesar 8,40% dengan pemberian gel lidah buaya kering warna yang berbeda dibandingkan dengan kontrol-ZnB
1,0 g/kg ransum (LBK 1,0) pada ayam broiler. Hal ini atau bahwa daya kerja bioaktif lidah buaya pada
bisa terjadi karena kemungkinan adanya interaksi antara konsentrasi 1,0 g/kg ransum sama dengan daya kerja
nutrisi dengan ZnB sehingga bisa mengakibatkan ZnB. DAMRON et al. (1991) menyatakan bahwa ZnB
bioresponnya (dalam bentuk FCR atau laju dapat memperbaiki warna kuning telur, oleh karena itu
pertumbuhan) tidak selalu konsisten (MORAN dan pada warna kuning telur cenderung lebih tinggi pada
MCGINNIS, 1965; FOSTER dan STEVENSON, 1983). perlakuan. Pewarnaan kuning telur yang optimal pada
Demikian juga pada penelitian sebelumnya pada ayam umumnya disebabkan kayanya kandungan karoten
petelur skala laboratorium menunjukkan hasil yang dalam ransum (HAMILTON et al., 1990; LAI et al.,
tidak berbeda antara kontrol-ZnB dan perlakuan LBK 1996).

Tabel 2. Konsumsi bahan kering, produksi telur, bobot telur, dan konversi pakan (FCR) pada ayam petelur di tingkat peternak
komersial yang diberi bioaktif lidah buaya

Variabel
Bulan ke Perlakuan
Konsumsi (g/ekor/hari) Produksi (% HD) Bobot telur (g) FCR
a a a
1 Kontrol 119,0 85,25 64,77 2,15a
LBK 1,0 119,0a 84,89a 64,75a 2,16a
2 Kontrol 119,5a 83,44a 64,86a 2,21a
a a a
LBK 1,0 119,5 82,56 64,92 2,23a
3 Kontrol 125,0a 83,97a 65,12a 2,28a
LBK 1,0 125,0a 83,34a 65,15a 2,30a
4 Kontrol 125,0a 84,95a 65,37a 2,25a
LBK 1,0 125,0a 83,91a 65,27a 2,27a
5 Kontrol 125,0a 84,97a 65,39a 2,25a
LBK 1,0 125,0a 83,00b 65,18b 2,31a
a a a
6 Kontrol 123,6 83,20 65,45 2,27a
LBK 1,0 123,6a 82,07a 65,47a 2,29a
Rataan Kontrol 122,84 84,30 65,16 2,23
LBK 1,0 122,84 83,85 65,12 2,26

LBK 1,0 g/kg ransum


Superskrip yang berbeda pada kolom dalam waktu bulan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

88
JITV Vol. 11 No. 2 Th. 2006

Tabel 3. Kualitas telur ayam dengan pemberian bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) di tingkat peternak komersial

Variabel Kontrol LBK 1,0 Taraf nyata (P)

Indeks warna kuning telur 8,00a 7,75a 0,5680


a b
Haugh unit (HU) 96,91 89,44 0,0125
a a
Bobot putih telur (%) 63,22 62,92 0,7747
a a
Bobot kuning telur (%) 27,02 26,97 0,9626
a a
Berat kerabang (%) 9,76 10,11 0,2040
Tebal kerabang (nm) 37,05a 36,01a 0,2477

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Lidah buaya kering seperti tepung daun lain umumnya Bobot kuning telur
mengandung senyawa karoten. Hal tersebut
mengindikasikan pemberian bioaktif lidah buaya dalam Perlakuan LBK tidak berbeda nyata (P>0,05)
bentuk kering pada konsentrasi 1,0 g/kg ransum atau dengan kontrol dalam mempengaruhi bobot kuning
antibiotika ZnB pada ayam petelur di tingkat telur. Zat bioaktif lidah buaya kering 1,0 g/kg ransum
perusahaan mempunyai pengaruh yang sama terhadap mempunyai kemampuan yang sama dengan ZnB dalam
indeks warna kuning telur. Dengan demikian bioaktif mempengaruhi bobot kuning telur. Pada penelitian
lidah buaya dapat menggantikan antibiotika khususnya sebelumnya (PASARIBU et al., 2005) melaporkan bobot
ZnB sebagai imbuhan pakan pada ransum ayam petelur kuning telur pada kontrol-ZnB lebih rendah (13,26 g)
di tingkat peternak komersial. dari perlakuan LBK (14,25). Perbedaan ini bisa terjadi
karena kemungkinan interaksi biorespons antara nutrisi
Haugh unit (HU) dengan ZnB yang tidak selalu konsisten (MORAN dan
MCGINNIS, 1965; FOSTER dan STEVENSON, 1983). Hal
Indeks kekentalan putih telur (HU) nyata (P<0,05) tersebut mengindikasikan daya kerja ZnB sama dengan
lebih tinggi pada kontrol daripada perlakuan LBK daya kerja zat bioaktif lidah buaya dalam
masing-masing 96,91 dan 89,44%. Demikian pula pada mempengaruhi bobot kuning telur. Dengan demikian
penelitian sebelumnya nilai HU pada kontrol-ZnB lebih pemberian bioaktif lidah buaya dalam bentuk kering
tinggi daripada perlakuan LBK (PASARIBU et al., 2005). (LBK 1,0) di tingkat peternak komersial mempunyai
Dengan demikian ZnB mempunyai pengaruh yang lebih pengaruh yang tidak jauh berbeda dengan kontrol
baik daripada bioaktif lidah buaya terhadap HU. Hal terhadap bobot kuning telur. Jadi pemberian bioaktif
tersebut mengindikasikan ZnB memiliki suatu lidah buaya dalam bentuk kering dengan konsentrasi 1,0
mekanisme kerja yang dapat mempengaruhi nilai g/kg ransum di tingkat peternak komersial dapat
kekentalan putih telur sedangkan zat bioaktif tidak menggantikan ZnB terhadap bobot kuning telur.
berpengaruh terhadap kekentalan putih telur.
Bobot dan tebal kerabang
Bobot putih telur
Perlakuan LBK 1,0 tidak berbeda nyata (P>0,05)
Bobot putih telur pada kontrol tidak nyata (P>0,05) dengan kontrol dalam mempengaruhi bobot dan tebal
berbeda dengan perlakuan LBK (Tabel 3). Hal ini kerabang. Hal ini mengindikasikan bahwa zat bioaktif
menunjukkan ZnB mempunyai pengaruh yang sama lidah buaya dan ZnB pada ayam petelur tidak
dengan perlakuan bioaktif lidah buaya kering 1,0 g/kg mempunyai pengaruh terhadap proses mobilisasi
ransum terhadap bobot putih telur. Hal ini menunjukkan kalsium dan fosfor dalam pembentukan kerabang.
bahwa ZnB dan zat bioaktif lidah buaya kering 1,0 g/kg Kualitas kerabang telur dipengaruhi oleh tinggi
mempunyai pengaruh yang sama dalam proses rendahnya suhu lingkungan, sedangkan bobot kerabang
pembentukan putih telur, sehingga memiliki bobot putih konstan selama ayam bertelur (KESHAVARZ, 2003).
telur yang tidak berbeda. Dengan demikian zat bioaktif Dengan demikian pemberian bioaktif lidah buaya pada
lidah buaya kering 1,0 g/kg memiliki potensi konsentrasi 1,0 dapat menggantikan ZnB dalam ransum
menggantikan ZnB terhadap bobot putih telur. ayam petelur di tingkat peternak komersial.

89
PASARIBU et al.: Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) terhadap ayam petelur di tingkat peternak komersial

Mortalitas DAMRON, B.L., H.R. WILSON and R.V. FELL. 1991. Growth
and performance of broiler breeders fed bacitracin
Selama penelitian mortalitas pada perlakuan LBK methylene disalicylate and zinc bacitracin. Poult. Sci.
70: 1487-1492.
adalah 1,39% dan pada kontrol 1,29%. Mortalitas pada
jumlah tersebut pada perusahaan tidak mempengaruhi DONOGHUE, D.J. 2003. Antibiotic residues in poultry tissues
nilai ekonomi produksi peternakan komersial and eggs: Human health concerns. Poult. Sci. 82:618-
bersangkutan. 621.
FOSTER, W.H. and M.H. STEVENSON. 1983. The interaction of
food additives and protein content in broiler diets. Br.
KESIMPULAN Poult. Sci. 24: 455-462.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat FREE, S.M., T.O. LINDSAY and R.D. HEDDE. 1986. Possible
bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) dalam mode of action of antibiotics on energy utilization.
bentuk kering pada konsentrasi 1,0 g/kg ransum (LBK Zootec. Int. 10: 48-49.
1,0 g/kg ransum) pada ayam petelur di tingkat peternak GILL, S. and P. BEST. 1998. Antibiotic resistance in USA:
komersial tidak berbeda dengan zinc bacitracin (ZnB) Scientist to look more closely. Feed Int. 19: 16-17.
terhadap konsumsi ransum, produksi telur (% HD), HAMILTON, D.B., F.J. TIRADO and F. GARCIA-HERNANDEZ.
bobot telur, dan konversi pakan. Demikian juga 1990. Deposition in egg yolks of the carotenoids from
terhadap kualitas telur yang terdiri dari indeks warna saponified and unsaponified oleoresin of red peper
kuning telur, bobot kuning telur, bobot putih telur, (Capsicum annuum) fed to laying hens. Poult. Sci. 69:
bobot dan tebal kerabang tidak menunjukkan perbedaan 462-470.
antara perlakuan bioaktif lidah buaya dengan zinc HUYGHEBAERT, G. and G. DE GROOTE. 1997. The bioefficacy
bacitracin, kecuali haugh unit/HU (indeks kekentalan of Zinc Bacitracin in practical diets for broilers and
putih telur), dan mortalitas yang rendah. Dapat laying hens. Poult. Sci. 76: 849-856.
disimpulkan bahwa bioaktif lidah buaya (Aloe vera
KESHAVARZ, K. 2003. Effects of reducing dietary protein,
barbadensis) dalam bentuk kering dan pada konsentrasi
methionine, choline, folic acid, and vitamin B12 during
1,0 g/kg ransum mempunyai potensi untuk the late stages of the egg production cycle on
menggantikan zinc bacitracin sebagai imbuhan ransum performance and eggshell quality. Poult. Sci. 82: 1407-
ayam petelur di tingkat peternak komersial. 1414.
KESHAVARZ, K. and S. NAKAJIMA. 1993. Re-evaluation of
UCAPAN TERIMA KASIH calcium and phosphorus requirement of laying hens for
optimum performance and eggshell quality. Poult. Sci.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada 72: 144-153.
Bapak Untung Tribowo dan staff perusahaan PT. Union LAI, S.M., J.I. GRAY, C.J. FLEGAL and T. COOPER. 1996.
Persada Semesta, Ibu Saulina Sitompul, dan Ibu Jernih Deposition of carotenoids in eggs from hens fed diets
Rosida yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini containing saponified and unsaponified oleoresin
hingga dapat berjalan dengan baik. paprika. J. Sci. Food Agric. 72: 166-170.
LI, D., S. ZANG, T. LI, Q. QIAO, P.A. THACKER and J.H. KIM.
DAFTAR PUSTAKA 2000. Effect of feed antibiotics on the performance and
intestinal microflora of weanling pigs in China. Asian-
Aust. J. Anim. Sci. 13: 1554-1560.
BARTON, M.D. and W.S. HART. 2001. Public health risks:
Antibiotic resistance. A Review. Asian-Aust. J. Anim. MANNER, K. and BRONSCH. 1987. Zur Wirkung von
Sci. 14: 414-422. Zinkbacitracin auf den energieumsatz von legehenmen
bei unterschiedlichen umgebungstemperaturen. J. Anim.
BINTANG I.A.K., A.P. SINURAT dan T. PURWADARIA. 2005.
Physiol. Anim. Nutr. 58: 59-74.
Pengaruh tingkat penambahan bioaktif lidah buaya
terhadap produksi telur ayam. JITV 10: 85-89. MANNER, K. and K. WANG. 1991. Effectiveness of zinc
bacitracin on production traits and energy metabolism
BOORMAN, K.N. 1987. Mode of action of gut-active
of heat-stressed hens compared with hens kept under
(antibiotic) performance promoters. Proc. The Sixth
moderate temperature. Poult. Sci. 70: 2139-2147.
European Symposium on Poultry Nutrition. Vogt, H.
(Ed). Worlds Poultry Science Association. Celle, MELLOR, S. 2000. Alternatives to antibiotics. Feed Mix.
Germany. pp. D12-20. Special Edition. November 2000. pp. 6-8.

90
JITV Vol. 11 No. 2 Th. 2006

MORAN, E.T., Jr. and MCGINNIS. 1965. The effect of cereal SINURAT, A.P., T. PURWADARIA, M.H. TOGATOROP dan T.
grain and energy level on the diet on the response of PASARIBU. 2003. Pemanfaatan bioaktif tanaman sebagai
turkey poults to enzyme and antibiotic supplement. feed additive pada ternak unggas: Pengaruh pemberian
Poult. Sci. 44: 1253-1261. gel lidah buaya atau ekstraknya dalam ransum terhadap
penampilan ayam broiler. JITV 8: 139-145.
PASARIBU, T., A.P. SINURAT dan S.I.W. RAKHMANI. 2005.
Pengaruh pemberian bioaktif lidah buaya (Aloe vera) SREENIVAS, P. 1999. Herbal healing. Far Eastern Agriculture,
dan antrakinon terhadap produktivitas ayam petelur. September/October 1999. pp. 31-32.
JITV 10: 169-174.
STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and
RESURRECCION, A.V.A. and F.C.F. GALVEZ. 1999. Will Procedures of Statistics. 2nd Ed. Mc.Graw Hill. New
consumers buy irradiated feed? Food Technol. 53: 52- York.
55.
STUTZ, M.W., S.I. JOHNSON and F.R. JUDITH. 1983. Effect of
SINURAT A.P., T. PURWADARIA, M.H. TOGATOROP, T. diet and bacitracin on growth, feed efficiency and
PASARIBU, I.A.K. BINTANG, S. SITOMPUL dan J. ROSIDA. population of Clostridium perfringens in the intestine of
2002. Respon ayam pedaging terhadap penambahan broiler chicks. Poult. Sci. 62: 1619-162.
bioaktif tanaman lidah buaya dalam ransom : Pengaruh
berbagai bentuk dan dosis bioaktif dalam tanaman lidah
buaya terhadap performans ayam pedaging. JITV 7: 69-
75.

91

Das könnte Ihnen auch gefallen