Sie sind auf Seite 1von 6

Perjalanan menuju Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque) di Istanbul Turki

Oleh:

Romi Novriadi
Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Staf Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Sengsara membawa nikmat. Mungkin ungkapan ini sangat cocok untuk menggambarkan
perjalanan yang saya lakukan kali ini menuju Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque). Betapa
tidak, akibat badai salju yang menerpa Istanbul dari tanggal di minggu pertama Januari 2017,
sekitar 631 penerbangan, termasuk pesawat Turkish Airlines TK 0057 yang saya tumpangi harus
ditunda atau dialihkan ke bandar udara lainnya. Perjalanan yang saya lakukan dari bandara
Soekarno Hatta tanggal 6 Januari 2017 yang seharusnya tiba di Atlanta Amerika Serikat
tanggal 7 Januari 2017 setelah singgah sebentar di Istanbul harus ditunda bahkan hingga tanggal
11 Januari 2017. Akibat penundaan ini, sekitar 4 hari saya harus tinggal di Istanbul.

Secara pribadi, saya berpendapat bahwa Turkish Airlines sebagai armada yang
memenangkan penghargaan Best Airlines in Europe dari tahun 2011 sampai dengan 2016, cukup
professional mengendalikan banyaknya penundaan penerbangan yang melibatkan lebih dari 6000
penumpang Internasional. Pengendalian ini meliputi intensifnya penggantian tiket dan
penjadwalan ulang keberangkatan seluruh penumpang hingga kepada akomodasi yang
disediakan untuk memberikan rasa aman dan nyaman selama berada di Istanbul. Walaupun harus
diakui bahwa tidak sedikit dari penumpang yang kehilangan peristiwa penting akibat tidak dapat
tiba di tempat tujuan sesuai dengan waktu yang diharapkan.

Setelah mengantri cukup panjang, saya akhirnya mendapatkan tiket ganti dan voucher hotel
untuk menginap selama di Istanbul. Pada awalnya saya berpikir bahwa mungkin saya hanya
diberikan penginapan seadanya. Namun ketika sampai di penginapan, saya cukup terkejut
dengan standar penginapan yang disediakan. Saat itu saya diinapkan di Hotel Crowne Plaza-
Florya yang berdampingan langsung dengan pusat perbelanjaan, wahana akuarium tematik dan
letaknya persis di tepi laut Marmara. Hari pertama saya habiskan untuk bersantai dan menikmati
seluruh fasilitas hotel yang seluruhnya biayanya di cover oleh Turkish Airlines, namun di hari
kedua dan ketiga saya telah memiliki agenda tersendiri untuk menikmati kota Istanbul ini.

Tujuan utama saya pastinya adalah mengunjungi Masjid Sultan Ahmed atau lebih dikenal
dengan Blue Mosque. Untuk mengunjungi masjid ini cukup gampang, sahabat bisa
menggunakan transportasi umum seperti kereta Metro dan Tram yang di Turki disebut
Marmaray. Perjalanan ini juga dapat dilakukan bagi yang memiliki jadwal transit cukup lama di
Istanbul, tentunya setelah memiliki elektronik VISA yang dapat dibeli on line dengan membayar
fee aplikasi sebesar US$ 25 untuk single entry. Jikalau Istanbul Ataturk Airport dijadikan titik
awal keberangkatan menuju masjid Sultan Ahmed, sahabat dapat langsung turun kebawah ruang
terminal Internasional untuk mengambil metro menuju Zeytinburnu (pemberhentian ke-5 setelah
bandara). Dari Zeytinburnu ambil moda transportasi tram menuju Masjid Sultan Ahmed dan
turun di halte Sultan Ahmed (Halte ke-15 setelah Zeytinburnu). Perjalanan dari bandara hingga
menuju Blue Mosque ini kurang lebih sekitar 45 menit. Setibanya di Masjid Sultan Ahmed,
cukup banyak wisata sejarah yang bisa dilakukan. Hal pertama yang saya lakukan adalah
menikmati keindahan masjid yang saat itu putih diselimuti salju sambil menunaikan ibadah
sholat wajib dan sunnah.

Gambar. Tiket metro dan tram di Istanbul Turki (Tampak belakang dan depan).
Gambar. Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque)

Di kawasan kota tua ini, sahabat juga dapat mengunjungi Hagia Sophia, sebuah bangunan
indah yang awalnya merupakan sebuah gereja dan kemudian berubah menjadi masjid. Saat ini
Hagia Sophia atau sering juga disebut aya sofia sudah beralih fungsi menjadi museum dan dapat
dieksplor dengan membayar uang masuk sebesar 25 Turkish Lira. Kalau waktu masih
mencukupi, beberapa objek wisata lain seperti Topkapi palace, Basilica cistern dan Hippodrome
sangat direkomendasikan untuk sahabat kunjungi karena semua lokasi tersebut berada di jarak
yang tidak terlalu jauh dari Sultan Ahmet square.
Gambar. Hagia Sophia

Seperti kawasan wisata lainnya, Sultan Ahmed square menwarkan sensasi wisata kuliner dan
wisata belanja yang cukup menggoda. Sahabat bisa mengunjugi berbagai restoran yang
menyajikan makanan khas Turki atau sekedar menikmati kopi Turki dengan aroma relaksasi
yang menggoda. Sedikit saran untuk sahabat, agar Turkish Lira yang sahabat miliki tidak
terkuras banyak, sahabat bisa memilih restoran yang langsung memajang harga makanan. Saat
ini banyak restoran di wilayah Sultan Ahmed square sudah memiliki fasilitas free internet
connection, jadinya menjadi kesempatan yang bagus untuk mengabarkan ke kerabat dan keluarga
kisah perjalanan sahabat di Istanbul sambil menunggu hidangan tersaji di meja makan.

Satu hal yang selalu menjadi kegiatan ketika selesai mengunjungi daerah wisata adalah
membeli souvenir sebagai oleh-oleh atau kenangan. Saran yang bisa diberikan kepada sahabat
adalah selalu waspada dan bijak dalam menilai harga. Kebiasaan yang dilakukan para pedagang
di wilayah ini adalah menyebut nama negara yang mirip dengan identitas kita dan ketika kita
tanggapi langkah berikutnya yang mereka lakukan adalah dengan menawarkan the/kopi sambil
melihat barang dagangan yang mereka tawarkan. Sebagai orang timur, tentu ada yang memiliki
perasaan tidak enak untuk tidak membeli setelah menikmati segelas teh/kopi hangat yang
akhirnya sahabat mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak semestinya. Untuk situasi ini,
tidak mengapa kalau sahabat menolak pemberian teh/kopi atau tidak setuju dengan harga yang
ditawarkan dan menurut saya hal ini tidak terlalu kasar bagi kita para wisatawan.

Gambar. Kuliner jagung bakar dengan 2 TL


Gambar. Kebab Turki dipadu dengan kopi tradisional

Bagi yang memiliki waktu transit cukup singkat di Istanbul, sahabat dapat kembali ke airport
menggunakan jalur dan arah yang sama. Namun, kalau sahabat ingin menikmati suasana malam
kota Istanbul dari tepi laut marmara, disekitar Sultan Ahmed square cukup banyak ditawarkan
penginapan dengan harga bervariatif. Sahabat tidak perlu khawatir dengan mata uang yang
digunakan, karna di Istanbul, masyarakat disana sudah terbiasa untuk bertransaksi menggunakan
Turkish Lira sebagai mata uang nasional, Euro hingga United States Dollar

Bagi saya pribadi, perjalanan ini saya anggap sebagai berkah yang luar biasa. Walaupun
pernah tinggal di Belgia untuk menuntut ilmu selama 2 tahun, keinginan saya saat itu untuk
mengunjungi Istanbul sulit tercapai mengingat kesibukan jadwal kuliah. Kali ini, akibat badai
salhju yang cukup hebat, keinginan ini dapat tercapai. Oleh karena itu saya anggap perjalanan ini
sebagai perjalanan sengsara membawa nikmat***

Das könnte Ihnen auch gefallen