Sie sind auf Seite 1von 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah penting yang terkait dengan hubungan manusia dengan
manuasia lainnya adalah masalah perawatan jenazah. Perawatan jenazah ini
merupakan hak jenazah dan kewajiban bagi seseorang untuk melakukannya
dengan pengurusan yang terbaik. Adapun hal-hal yang harus dilakukan
terhadap orang yang sudah meninggal adalah merawat jenazahnya yang
dimulai sejak menyiapkannya, memandikannya, mengkafaninya,
menshalatkannya, hingga menguburkannya. Merawat jenazah termasuk salah
satu kewajiban umat Islam yang termasuk dalam wajib kifayah, artinya
kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian umat Islam maka gugurlah
kewajiban sebagian umat Islam lainnya. Hal-hal yang harus dilakukan
terhadap orang yang sudah meninggal adalah sebagai berikut:
1. Segera memejamkan mata si jenazah dan mendoakannya.
2. Menutup seluruh badan si jenazah dengan pakaian (kain) selain
pakaiannya, kecuali bagi jenazah yang sedang berihram.
3. Menyegerakan pengurusan jenazah mulai dari memandikan, mengkafani
(membungkus), menshalatkan hingga menguburkannya.
4. Sebagian dari keluarganya juga hendaknya segera menyelesaikan hutang-
hutang jenazah.
Cara melakukan pemulasaraan jenazah dengan HIV/AIDS hampir
sama dengan orang yang meninggal tanpa penyakit. Hanya saja cara
memperlakukan jenazah dengan HIV/AIDS harus mengedapankan
perlindungan yang berfungsi untuk mencegah penularan secara kontak pada
petugas atau masyarakat umum.

1
B. Rumusan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan
jenazah dengan HIV/AIDS.
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara memandikan jenazah
dengan HIV/AIDS.
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara mengkafani jenazah
dengan HIV/AIDS.
4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara mensholati jenazah
dengan HIV/AIDS.
5. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara mengubur jenazah dengan
HIV/AIDS.
6. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran secara umum penyakit
HIV/AIDS.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV/AIDS
Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari
Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau
lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit
dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit
bisa menjadi lebih parah daripada biasanya.
Virus ini menyerang limfosit tertentu yang di sebut sel-sel pembantu T
(juga dikenal dengan nama sel-T), mengambil alih, dan menggandakan dirinya.
Penggandaan ini akan menyebabkan hancurnya lebih banyak sel-T, yang
berakibat rusaknya kemampuan tubuh untuk menahan serbuan kuman dan
penyakit.
Saat jumlah sel-T menurun sampai ke tingkat yang paling rendah, orang-
orang yang mengidap HIV menjadi lebih mudah terkena infeksi dan mereka
biasanya menderita sejenis kanker yang dalam keadaan normal dapat dilawan
oleh tubuh yang sehat. Kekebalan tubuh yang menurun ini (atau berkurangnya
kekebalan tubuh) dikenal dengan nama AIDS dan dapat berkembang menjadi
infeksi berat yang mengancam jiwa, berbagai jenis kanker, dan melemahnya
sistem saraf. Meskipun AIDS selalu merupakan akibat dari infeksi virus HIV,
tidak semua orang yang mengidap HIV mengalami AIDS. Bahkan, orang
dewasa yang terinfeksi HIV dapat kelihatan sehat walafiat selama bertahun-
tahun sebelum mereka terkena AIDS (Widoyono, 2005 ; Aru, Sudoyo, 2009)

3
Gejala HIV/ AIDS
Fase 1 : Tidak ada gejala. Pada tahap awal HIV, gejalanya tidak
kelihatan. Seseorang dapat saja mengidap AIDS selama bertahun-tahun tanpa
menyadarinya. Tes darah oleh dokter akan menunjukkan antibodi setelah
mereka terbentuk dalam rangka melawan virus AIDS, tapi perlu waktu tiga
bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk. Artinya bila Anda melakukan tes
darah segera setelah Anda berhubungan seks, virusnya belum akan kelihatan
sampai tiga bulan yang akan datang.
Fase 2 : Sakit yang tidak terlalu parah. Pada tahap ini, virus berkembang
di dalam sel darah putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah
dihancurkan, sistem kekebalan juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah.
Beberapa gejala yang mungkin akan kelihatan adalah : penderita mulai merasa
lelah, berat badan turun. Mereka mungkin akan terkena sakit batuk, diare,
demam atau berkeringat di malam hari. Pengidap HIV yang terkena selesma
akan lebih terancam jiwanya dibandingkan orang lain yang tidak mengidap
HIV.
Fase 3: Sakit parah. Pada saat ini, virus AIDS telah hampir
menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan
untuk melawan bakteri. Selain itu, penderita juga dapat terkena sejenis kanker
yang disebut Sarkoma Kaposi. AIDS tidak membunuh penderitanya, tapi
infeksi penyakit lainnya dan kanker lah yang melakukannya (Widoyono.
2005); Mandal,dkk. 2008).

HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:


1. Darah
2. Sperma
3. Cairan vagina
4. Air susu ibu (ASI)

4
HIV menular melalui:
1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari
orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi
(yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur;
juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung
darah yang terinfeksi HIV.

3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.

4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika
menyusui sendiri.

HIV tidak menular melalui:


1. Bersalaman, berpelukan
2. Berciuman

3. Batuk, bersin

4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar


mandi, WC, kamar tidur, dll.

5. Gigitan nyamuk

6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama

7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang

HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika
berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang
mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti clorin,
pokarit, atau formalin. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
(Aru, Sudoyo. 2009).

B. Perawatan jenazah dengan HIV/AIDS


Pada prinsipnya penanganan jenazah dengan HIV/AIDS sama dengan
jenazah penderita infeksius lainnya, hanya lebih menitikberatkan pada
Universal Precaution (UP) yaitu alat pelindung diri. Alat pelindung diri (APD)

5
yang dibutuhkan dalam pemulasaraan jenazah dengan HIV/AIDS ini sangat
mudah didapatkan di pasaran dan terjangkau dari segi harga. APD tersebut
meliputi sarung tangan (handscoone), celemek plastik (aprone), penutup kepala
(hairnet), penutup hidung (masker), kacamata dan sepatu bot.
Ketika membersihkan jenazah dengan HIV/AIDS, para modin tak boleh
memangkunya. Jenazah diletakkan di tempat tidur, sementara modin
membersihkan jenazah. Setelah itu, sesegera mungkin jenazah dikafani dan
dimakamkan. Menempatkannya di tempat pemandian bukan dipapah pohon
pisang sebagaimana biasanya, serta pembuangan air limbah harus langsung
pada tempat pembuangan. Selain itu, orang sekitar harus menghindari
kontaminasi langsung dengan jenazah. Selain pemenuhan APD bagi
pemulasara jenazah, prinsip pemulasaran jenazah dengan HIV/AIDS yang
perlu diperhatikan adalah pengelolaan air limbah saat memandikan jenazah
yang harus dilokalisir sedemikian rupa. Air bekas memandikan jenazah dengan
HIV/AIDS tidak boleh dibuang secara sembarangan melainkan harus
ditampung di dalam kubangan dan ditimbun. Walau masih kontroversi, air
bekas memandikan jenazah dengan HIV/AIDS diperlakukan sebagai limbah
infeksius, maka dari itu dapat diatasi dengan memakai antiseptic klorin dalam
air untuk memandikan jenazah. Para modin tetap menggunakan prosedur
universal precaution ketika mengafani jenazah dengan HIV/AIDS (Dahlan,
Sofwan, 2007)

C. Mempersiapkan Perawatan Jenazah


Sebelum kita memulai perawatan jenazah saudara kita seiman, perlu kita
perhatikan hal-hal dibawah ini, yaitu:
1. Siapkanlah seluruh perlengkapan untuk memandikan dan mengkafani.
2. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90 cm,
dan panjang 200 cm, untuk meletakkan jenazah.
3. Air bersih dan suci.
4. Air yang sudah dicampur dengan klorin atau kaporit.
5. Gayung secukupnya (4-6 buah).
6. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan jenazah.
7. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.
8. Menggunakan alat pelindung diri meliputi sarung tangan (handscoone),
celemek plastik (aprone), penutup kepala (hairnet), penutup hidung
(masker), kacamata dan sepatu bot.

6
9. Siapkan ruangan tertutup (bila tidak ada ruangan khusus maka tanah
lapang yang dimodifikasi pun jadilah, lihat pada bagian ini)

10. Siapkan aliran agar air bekas memandikan dapat terbuang dengan baik
tanpa mengenai orang yang memandikan. Hal ini sebagai upaya
pencegahan penyakit menular akibat memandikan jenazah.

11. Cek dengan baik fisik jenazah yang akan dimandikan, terutama tinggi dan
lebar jenazah. Jenazah yang gemuk tentu membutuhkan kain kafan yang
lebih dari pada yang kurus.

12. Khusus jenazah yang meninggal karena sakit, siapkan ruangan khusus
sebagaimana yang ada di rumah sakit. Untuk perlakuan pengamanan bagi
yang memandikan pun menyesuaikan.

13. Cari petugas yang mampu, amanah, dan mengetahui tuntunan syariat yang
benar dalam merawat jenazah.

14. Sediakan tempat sampah khusus saat perawatan jenazah.

15. Tusuk gigi untuk membersihkan kuku jenazah dengan pelan.


16. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh jenazah yang halus, seperti
mata, hidung, telinga, dan bibir. Kapas ini juga bisa digunakan untuk
menutup anggota badan jenazah yang mengeluarkan cairan atau darah,
seperti lubang hidung, telinga, dan sebagainya (Abdul Karim, 2004; Al-
Albani, 1999 ; Ali, 2011).

D. Memandikan jenazah:
Cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menaruh jenazah di tempat yang tinggi supaya memudahkan mengalirnya
air yang telah disiramkan ke tubuh jenazah.
2. Melepaskan pakaian jenazah lalu ditutup dengan kain agar auratnya tidak
terlihat.
3. Orang yang memandikan jenazah harus menggunakan APD yang sudah
disebutkan di atas.
4. Mengurut perut si jenazah dengan pelan untuk mengeluarkan kotoran-
kotoran yang ada dalam perutnya.

7
5. Memulai membasuh anggota badan si jenazah sebelah kanan dan anggota
tempat wudlu.
6. Membasuh seluruh tubuh si jenazah dengan rata tiga kali, lima kali, tujuh
kali, atau lebih dengan bilangan ganjil. Di antaranya dicampur dengan
daun bidara atau yang sejenisnya yang dapat menghilangkan kotoran-
kotoran di badan jenazah.
7. Menyiram jenazah berulang-ulang hingga rata dan bersih dengan jumlah
ganjil. Waktu menyiram tutuplah lubang-lubang tubuh jenazah agar tidak
kemasukan air.
8. Jangan lupa membersihkan rongga mulut jenazah, lubang hidung, lubang
telinga, kukunya, dan sebagainya.
9. Untuk jenazah perempuan setelah rambutnya diurai dan dimandikan
hendaknya dikeringkan dengan handuk lalu dikelabang menjadi tiga, satu
di kiri, satu di kanan, dan satu di ubun-ubun, lalu ketiga-tiganya.
10. Setelah selesasi dimandikan jenazah di siram dengan larutan kaporit,
tunggu 5 10 menit dan bilas ulang dengan air sampai kering dengan dosis
kaporit dengan konsentrasi 35 % : 14 gr kaporit dalam 1 liter air, kaporit
dengan konsentrasi 60% : 8 gr kaporit dalam 1 liter air, kaporit dengan
konsentrasi 70 % :7,1 % gr kaporit dalam 1 liter air. Atau dengan
pengenceran klorin 1:10 sampai 1:100. Cara ini akan meminimalkan risiko
terpajan darah atau cairan tubuh.
11. Setelah selesai dimandikan, badan jenazah kemudian dikeringkan dengan
handuk (Buku Ajar Praktik Ibadah, 2012. Kamal, 2003; Shalih, 2008;
Atmadja, 2002).

E. Mengkafani jenazah
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
1. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh
tubuh.
2. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
3. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan
perempuan lima lapis.

8
4. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi
wangi-wangian.
5. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah (Abdul Karim, 2004 Shalih,
Syaikh. 2008).

Cara mengafani jenazah laki-laki:


1. Sebelum mengkafani jenazah, petugas pengurus jenazah tetap
menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD).
2. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas. Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
3. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
atas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
4. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
5. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan
cara yang lembut.
6. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan
tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
7. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah
bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan
rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain
kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa
saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh
dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian,
kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap
syuhadak dalam perang uhud.
Cara mengafani jenazah perempuan
1. Sebelum mengkafani jenazah, petugas pengurus jenazah tetap
menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD).
2. Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:
Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya
yang lebih lebar. Lembar kedua untuk kerudung kepala. Lembar ketiga
untuk baju kurung. Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
3. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup

9
dengan kain dan letakkna diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan
wangi-wangian atau dengan kapur barus.
4. Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
5. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
6. Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
7. Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
8. Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
9. Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
10. Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat
dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di
bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan ddilepaskan ikatanya
setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di
sholatkan.

F. Menyalatkan jenazah
Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah
fardlu kifayah. Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah
satu diantaranya tidak dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh
syarak. Diantara rukun menyalatkan jenazah sebagai berikut:
1. Berniat menyalatkan jenazah sebelum menyalatkan jenazah,
hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti sholat biasa. Kemudian,
berniat hendak menyolatkan jenazah. Niat menegakkan sholat jenazah
karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan maupun anak-
anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
2. Takbir empat kali. Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan
mengangkat tangan dilanjutkan membaca surat al-Fatiha. Mengangkat
tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut.

. . .
Artinya:
Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana telah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad
dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada

10
Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala mini, engkaulah yang
Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
3. Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah.
Dengan doa seperti berikut.


.
Artinya: :
Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan,
maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat
tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air dan salju serta smbun.
Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih yang
bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik
dari rumahnya yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang
lebih baik dari pada ahli keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari
bencana kubur dan siksa api neraka.
4. Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau
membaca doa. Doa merupakan rukun sholat jenazah yang telh
disepakati para fukaha. Disunnahkan doa setelah takbir keempat,
meskipun seseorang telah berdoa setelah takbir.

Artinya: Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat
pahalanya, janganlah Engkau jadikan fitnah kami setelah dia tiada,
ampunilah kami dan dia.
5. Mengucapkan salam
Berdiri bagi yang kuasa. Berdiri merupakan rukun menyalatkan
jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu, tidak sah menyalatkan
jenazah sambil berkendaraan (Abdul Karim, 2004)

G. Menguburkan jenazah
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul
oleh empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang
kubur dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar
bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga
kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah

11
dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan
dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian
kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung. Agar posisi
jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah
atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu
atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena
dengan tanah (Abdul Karim, 2004 ; Ali, 2011).

12
BAB III
KESIMPULAN

Tata cara dalam mengurus jenazah dengan HIV/AID hampir sama dengan
jenazah tanpa penyakit menular. Hanya perlu diperhatikan pada Universal
Precaution (UP) yaitu alat pelindung diri. Alat pelindung diri (APD) yang
dibutuhkan dalam pemulasaraan jenazah dengan HIV/AIDS ini sangat mudah
didapatkan di pasaran dan terjangkau dari segi harga. APD tersebut meliputi
sarung tangan (handscoone), celemek plastik (aprone), penutup kepala (hairnet),
penutup hidung (masker), kacamata dan sepatu bot.
Seseorang yang akan mengurus jenazah dengan HIV/AIDS harus mengerti
prosedur yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan
ruhnya akan bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah
tersebut harus dalam keadaan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. (2004). Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:


Amzah.

Al-Albani, Nashiruddin. (1999). Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta:


Gema Insani.

Ali (2011). Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah. Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis Bandung.

Atmadja. (2002). Pengawetan Jenazah Dan Aspek Medikolegalnya. Majalah


kedokteran Indonesia.

Aru, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Buku Ajar Praktik Ibadah. (2012). Medan: Fakultas Tarbiyah IAIN Medan.

Dahlan, Sofwan. (2007). Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kamal Pasha, B.Ed, Drs. Musthafa dkk. (2003). Fiqih Islam sesuai dengan
putusan majlis tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Mandal,dkk. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Shalih,Syaikh. (2008). Ringkasan Fiqih Lengkap. Jakarta: PT Darul Falah

Widoyono. (2005). Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen