Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB 1
PENDAHULUAN
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak
yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan
neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko
terjadi dekubitus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hidrosefalus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: hydro yang
berarti air dan cephalus yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan kepala air) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya,
khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular.
Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi
di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel
IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi
CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32).
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-
Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
a) Sindrom Dandy-Walker
b) Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
2) Infeksi
3) Neoplasma
2.4 Klasifikasi
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut
ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). (Darsono, 2005:213).
A. Bayi :
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2. Gelisah
7. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas
Iris
1. Nyeri kepala
2. Muntah
4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
6. Strabismus
7. Perubahan pupil
2.7 Komplikasi
1. Sakit kepala
2. Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena
3. Pengurangan cairan serebrospinal
4. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot.
5. Infeksi
6. Herniasi
7. Untrakranial subdural hematom
8. Hematom dengan penekanan pada radiks
9. Tumor epidermoid intraspinal
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu :
2) Transimulasi
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal
hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
5) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai
nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada
pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
2.8 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / shunting :
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
1. Internal
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
c. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
Prognosis
BAB III
1. Keluhan Utama :
Yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung
dari seberapa jauh dampak hidrosefalus pada peningkatan tekanan intrakranial
meliputi muntah, gelisah, nyeri kepala, letargi, lelah, apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, dan konstriksi penhliatan perifer.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini :
Adanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak dan meningen)
sebelumnya. Pengkajian yang di dapat meliputi keluhan anaknya mengalami
pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS <15), kejang, muntah, sakit
kepala, wajah tampak kecil secara disproposional, anak menjadi lemah, kelemahan
fisik umum, akumulasi sekret pada saluran pernafasan, serta adanya liquor dari
hidung. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan
dengan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.
4. Riwayat Perkembangan :
Kelahiran : Prematur, lahir dengan pertolongan pada waktu lahir menagis keras atau
tidak. Riwayat penyakit keluarga, kaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita stenosis aquaduktus yang sangat berhubungan dengan penyakit
keluarga/keturunan yang terpaut seks.
5. Pemeriksaan Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua) untuk
menilai respons terhadap penyakit yang di derita dan perubahan peran dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang
tua, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, cemas, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal.
Karena klien harus menjalani rawat inap, maka apakah keadaan ini memberi dampak
pada status ekonomi klien, karena perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Hidrosefalus memerlukan baiya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan dapat mengkacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi serta pikiran klien dan keluarga. Perawat juga
memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan
neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan olehdefisit
neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang
akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologus di dalam sistem dukungan
individu.
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Infeksi, di dapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan. Terdapat retraksi
klavikula/dada, pengembangan paru tidak simetris. Ekspansi dada : Di nilai penuh/tidak
penuh dan kesimetrisnya. Ketidaksimestrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis,
lesi pada paru, obstruksi pada bronkus. Pada observasi ekspansi dada juga perlu di
nilai : retraksi dari oto-otot interkostal, substrernal, pernafan abdomen, dan respirasi
paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini dapat terjadi jika oto-otot
interkostal tidak mampu menggerakkan dinding dada.
Palpasi : Taktil
BAB 4
Kasus
Seorang Bayi C (Perempuan) berusia 8 bulan dibawa ke RS dengan keluhan
kepala bayi C semakin lama semakin membesar dan demam 3 bulan yang lalu
pasien sudah pernah dibawa dan dirawat di RS dengan Dx. Medis : Meningitis
bacterial. Tax : 39 C, LK : 58 cm, terdapat lesi di area oksipital, ditemukan
Cracked-pot sign, sunset phenomenon, vena-vena di area cerebral melebar,
sutura nelebar.