Sie sind auf Seite 1von 147

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG

EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT


INVESTASI PADA
PT. BANK X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh:

ELOK IZZA AFRIANISWARA


2006310332

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2010
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG
EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA
PT. BANK X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh:

ELOK IZZA AFRIANISWARA


2006310332

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2010

i
PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG
EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA
PT. BANK X

Diajukan oleh:

ELOK IZZA AFRIANISWARA


2006310332

Skripsi ini telah dibimbing


Dan dinyatakan siap diuji

Dosen Pembimbing,
Tanggal: 22 Februari 2010

Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak.,M.Si.

ii
SKRIPSI

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG


EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT
INVESTASI PADA
PT. BANK X

Disusun oleh

ELOK IZZA AFRIANISWARA


2006310332

Dipertahankan di depan Tim Penguji


dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi
pada tanggal 24 Februari 2010

Tim Penguji

Ketua : Sasongko Budi Susetyo, M.Si., CPA, CPMA, LIFA

Sekretaris : Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.

Anggota : Supriyati, S.E., Ak., M.Si.

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Elok Izza Afrianiswara


Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 16 Februari 1988
N.I.M : 2006310332
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : S1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul : Peranan Audit Internal Dalam Menunjang
Efektifitas Pengendalian Internal Kredit Investasi
Pada PT. Bank X

Disetujui dan diterima baik oleh :


Dosen Pembimbing,
Tanggal: 31 Maret 2010

Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.

Ketua Jurusan Akuntansi,


Tanggal : 31 Maret 2010

Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.

iv
MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak

pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita

jatuh

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirobbil alamin tuNai sudah


perjuangan selama 3.5 thn dengan selesainya skripsi
ini. Tanpa dukungan dan doa dari semua pihak tentu
takkan bisa seperti ini, maka dari itu aQ pengen
ngucapin makasih banyak buat :

ALLAH SWT... peNguasA jagAd aLam.. teRima


Kasih ataS segaLa keniKmatan n muKzizat yg
ENGKAU briKan paDaQ sLama ini..

Mama-Papa yang sangat aQ cintai yang seLaLu


mendOakan daN menDukung apa yaNg Q
kerjAkan. aQ jaNji akAn seLaLu
membaHagiakan ma2-pa2.. eLoK aLways LovE u..

My brothers (mas Adi, iPan, iJaL) thenqu bgt


ya.. atas sgaLa baNtuan n dukungaNnya dan
Kakak IparQ (mb eVi thEa) yg selalu peRhatiaN n
noLongin aQ saat aQ keSusaHan ngeRjain
skripsi..

v
Ponakan tercintaQ (kk deNy n dd sHifa).
keHadiran kaLian selalu membeRikan keceRiaan
saAt stRess n Bete Q muNcuL... aunty Luv u

SodaRa-soDaraQ, keL. besAr aSpiLin bsoDaRa n


keL. besaR alm. abaH emaN jugA keL.bu
daRmini... triMs doAnya...

PaRa M..T (disensoR, hehe..) riZka weK cHoii


makaSih Loh daH neMenin aq kLiLing sBy wat
nyAri peRusaHaan.. tRus waT rEvi cemot
tHanx baNtuan, suppoRt, n dOax... akHirnya qt
biSa LuLus saMa2.. Lg2 saMa2... mOga2
peRsahaBatan Qt LanggeNg.. HIDUP M..T !!! luv
u guys..

teMen2Q kuLiah, SaRi, mAuLia, iKa, diA pus,


fitRi, yoHana, amik boZu, desy, nely, eNdang,
gRace, puTri, itA, riFda, mbaK saPta, niNda,
yaSinta, iStri ayu... tQ guys bwt dukungannya...
kalian akan selaLu di hatiq....

teMen2 HMJA sePerjuaNgan (ipOel, harYo,


abAng, etiK, mAya, deWi ngOng, utrEx, ciSka
mbaK tiN, fideL, kiKi, supRie) n paRa HMJA
angKatan 05 n 07..

teMen2 seKoLahQ sMua yg daRi


maKassaR(anAk2 SPENDELS n SMANELS) n
naBire (SPENSA n SMANSA) yg g bisA Q seButin
satU2 (g cuKup ntaR haLamannYa..) tHanx y
doAnya.. miss U guYs..

guRu2Q SMANSA naBire, tutaMa ustaD jaFar..


triMa kaSih doA n duKungaN spiRituaLx..

vi
RIC Bank Mandiri kanwil VIII Sby yaNg daH
baNtuin aq tuK nyeLeseiN sKripSiQ, paK SarLi,
mbk tiKA, paK gaNis, maS yoGa... makaSih yaH
ataS baNtuanx.. maaP ngeRepotiN truss..

waT si aXioo n caNnonQ.. tHanx beRat kaLian


daH seTia nge-Bantuin aQ daRi aWaL sampE
akHir n daRi pagi amPe maLem..

waT si jaGo mEraH reVo.. souLmateQ yg seTia Q


ajaK kmaNa2, tHanx y km g pNah reWeL..

Buat semuanya yang belum sempat aQ sebutin satu


persatu triMS dah dukung dan doain aQ... thenqu
yah... Semoga ALLAH SWT membaLas kebaiKan
kaLian sMua... Amin!

Salam sukses selalu...

Elok bo2 izzA

vii
KATA PEGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal
Kredit Investasi dengan lancar dan sukses. Skripsi ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat penyelesaian program pendidikan Strata 1 jurusan akuntansi
kosentrasi keuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Penulis menyadari terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dra. Psi. Hj. Tatik Suryani. MM.
(Ketua STIE Perbanas Surabaya)
2. Ibu Dra. Gunasti Hudiwinarsih Ak., M.Si
(Kepala Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing)
3. Ibu Pepie Diptyana S.E.,Ak. Msi.
(Dosen wali penulis)
4. Para Dosen penguji skripsi
a. Bpk. Sasongko Budi Susetyo, M.Si.,CPA,CPMA,LIFA
b. Ibu Supriyati, S.E., Ak., M.Si.
c. Bpk. Prof. Dr. R. Wilopo, Ak., M.Si.
d. Bpk. Nanang Shonhadji, S.E., Ak., M.Si.
5. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
Surabaya yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengalamannya
selama proses pembelajaran.
6. Staff Akademik dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Pebanas Surabaya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengaharpkan saran dan kritik agar dapat berguna bagi semua pihak.
Surabaya, 20 Maret 2010

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. i
HALAMAN PERSETUJUAN SIAP DIUJI . ii
HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR .. viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL . xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN . xiv
ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah .... 1
2.2 Perumusan Masalah ....... 4
2.3 Tujuan Penelitian 4
2.4 Manfaat Penelitian .. 4
2.5 Sistematika Penulisan penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu .. 7
2.2 Landasan Teori .. 13
2.2.1 Audit Internal 13
2.2.2 Fungsi Audit Internal 14
2.2.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal . 15
2.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal ... 17
2.2.5 Program Audit Internal . 18
2.2.6 Tahap-tahap Audit Internal ...... 18
2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal 20
2.2.8 Tindak Lanjut Atas Laporan Hasil Audit Internal

ix
Oleh Manajemen .. 21
2.2.9 Pengertian Efektivitas 22
2.2.10 Pengendalian Internal 22
2.2.11 Tujuan Pengendalian Internal ... 23
2.2.12 Komponen Pengendalian Internal 26
2.2.13 Keterbatasan Pengendalian Intern 27
2.2.14 Aplikasi Pengendalian Internal dalam Perbankan . 28
2.2.15 Indikator keberhasilan pelaksanaan Sistem Pengendalian
Intern dalam Perbankan 30
2.2.16 Pengendalian Internal Kredit 31
2.2.17 Tujuan Pengendalian Internal Kredit 32
2.2.18 Kredit 34
2.2.19 Unsur-unsur Kredit .. 34
2.2.20 Tujuan dan Fungsi Kredit . 35
2.2.21 Jenis-jenis Kredit . 36
2.2.22 Kredit Investasi 37
2.2.23 Tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit Investasi . 40
2.2.24 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit 41
2.2.25 Prosedur Audit Bidang Perkreditan . 42
2.2.26 Penerapan Audit Internal Pemberian Kredit .. 47
2.2.27 Peranan Audit Internal Bank 52
2.2.28 Efektifitas Pengendalian Internal Bank 53
2.2.29 Hubungan Audit Internal dengan Efektifitas Pengendalian
Internal Kredit Investasi 55
2.3 Kerangka Pemikiran .. 57
2.4 Proposisi Penelitian .... 57

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian . 58
3.2 Batasan Penelitian .. 58
3.3 Unit Analisis Data . 59

x
3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data . 60
3.4.1 Jenis Data ... 60
3.4.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan
Data .. 60
3.5 Teknis Analisis Data .. 64

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA


4.1 Gambaran Subyek Penelitian . 67
4.1.1 Riwayat singkat PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. ... 67
4.1.2 Satuan kerja audit internal PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk 69
4.2 Analisis Data 75
4.2.1 Analisis deskriptif ... 75
4.2.2 Gambaran singkat kredit investasi PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Kanwil VIII 75
4.2.3 Pelaksanaan pemeriksaan efektivitas pengendalian inern
Pengawasan kredit .. 76
4.2.4 Aktivitas audit internal PT. Bank Mandiri Kanwil
VIII Surabaya . 79
4.2.5 Audit pengawas kredit investasi unit RIC Bank
Mandiri 96
4.2.6 Pembahasan hasil wawancara . 106
4.2.7 Pembahasan 115
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Keterbatasan Penelitian 123
5.3 Saran 124
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Pelaksanaan Pemeriksaan Efektivitas 77
Pengendalian Intern Pengawasan Kredit.
Tabel 4.2 : Pelaksanaan prosedur audit berdasarkan tahap 81
pemberian kredit dan risikonya.
Tabel 4.3 : Prosedur audit dalam mencapai tujuan audit kredit 93

investasi

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Bagan Rerangka Pemikiran . 57
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi kedudukan SKAI di
PT. Bank Mandiri 73

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Contoh Format Laporan Hasil Audit

xiv
THE ROLE OF INTERNAL AUDIT ON THE EFFECTIVENESS OF

INTERNAL CONTROL SUPPORTING THE INVESTMENT CREDIT AT

THE PT. BANK X.

ABSTACT

Internal audit is an oversight in the bank, which can assist in the process of
achieving goals. These functions assist management in operating the internal
control process that the bank vulnerable to a variety of specific risks. For banks,
this internal audit is a very important process and can not be separated by the
internal control management investment credit. This can be caused by the credit
control has the objective to invest in risk management of investment credit can be
minimized, so that the credit objectives could be achieved both in terms of safety
and in terms of profit earned by the investment credit. Based on the above, the
author writing his thesis entitled "The Role of Internal Audit on the Effectiveness
of Internal Control Supporting the Investment Credit at the PT. Bank X". The
purpose of this research is to obtain a picture of the effectiveness of intenal audit
and how the role of internal audit in supporting the effectiveness of the investment
credit control. The method used in this research is descriptive analysis method,
where data obtained by the author analyzed and compared with some existing
theories. Based on the research,
Based on the results of the research authors conclude that the overall
implementation of internal audit in the PT. Bank Mandiri for credit monitoring
activities have been adequate for investment in accordance with the rules and
policies set by the central office, but it also includes compliance, verivication and
evaluation. Thus, these findings have been in accordance with the propositions
that have been made in the implementation of the study conducted internal audits
can adequately support the achievement of the effectiveness of internal control in
the process of granting investment credits PT. Bank Mandiri (Persero).

Keywords : Internal Audit role, Internal control system, Investment credit

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan

dapat dinikmati oleh seluruh rakyat, maka pemerintah mengarahkan khususnya

pada bidang ekonomi, dimana pemerintah memberikan bimbingan dan

pengarahan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat

bagi perkembangan di dunia usaha yang dilaksanakan melalui langkah-langkah

dan kebijaksanaan untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai

dengan yang diharapkan. Diantara berbagai kebijakan ekonomi yang

dilaksanakan, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat

perhatian pemerintah karena bank merupakan salah satu sumber permodalan yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Sehingga bank dituntut peransertanya untuk mensukseskan pembangunan melalui

jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Pemberian kredit sangat berguna bagi masyarakat karena dapat

meningkatkan perekonomian mereka dalam daya guna suatu barang atau jasa.

Salah satu jenis kredit yang diberikan bank adalah kredit investasi. Dalam hal ini

kredit investasi merupakan bantuan dari pihak bank yang diberikan pada para

pengusaha untuk keperluan investasi yaitu untuk kegiatan yang erat hubungannya

1
2

dengan investasi misalnya untuk mendirikan suatu proyek baru, membangun

pabrik, membeli mesin-mesin, rehabilitasi serta perluasan usaha.

Pemberian kredit investasi mengandung resiko tertentu, sehingga pihak

bank tidak begitu saja memberikannya. Kredit investasi akan diberikan apabila

manajemen bank merasa yakin bahwa nasabahnya dapat mengembalikan kredit

investasi tersebut sesuai dengan waktu yang telah disepakati, baik pokok ataupun

bunga pinjaman yang ditetapkan, sehingga bank dapat menghindari diri dari tidak

tertagihnya kredit tersebut, yang nantinya akan menimbulkan masalah kredit

macet. Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen

bank dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor penguasaan kredit

yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat dan kompetensi dari

sumber daya manusia yang masih lemah.

Sehubungan dengan banyaknya kasus-kasus kredit macet yang disebabkan

karena ketidak-mampuan nasabah dalam memenuhi kewajibannya, maka timbul

permasalahan yang tidak diinginkan seperti kekurangmampuan masing-masing

bank menilai mutu kredit yang telah mereka berikan. Untuk menghindari

terjadinya penyimpangan pemberian kredit dari semestinya, bank harus menyusun

kebijakan kredit yang komprehensif dan jelas dengan memperhitungkan berbagai

macam faktor dan kriteria yang menentukan mutu kebijakan tersebut. Salah satu

cara yang dapat membantu perusahaan dalam menilai efisiensi dan efektivitas

prosedur pemberian kredit adalah dengan adanya audit internal yang memadai.

Kredit macet dalam jumlah yang sangat besar akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut operasional bank dan dampak
3

psikologis yang terjadi. Dengan adanya kredit macet, kegiatan bank akan

terhambat sebab keuntungan utama bank diperoleh dari selisih bunga simpanan

bank kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Selain

itu, dampak psikologis yang akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap bank.

Masalah tingginya jumlah kredit macet sangat meresahkan masyarakat

terutama masyarakat perbankan, karena hal tersebut berkaitan dengan kredibilitas

bank. Sebagian dari kredit macet yang diserahkan bank-bank terutama milik

pemerintah kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tidak jelas

statusnya. Disamping tidak didukung dokumen-dokumen legal yang kuat dan

lengkap, jaminan assetnya juga tidak cukup dan nilainya pun tidak cocok.

Tingkat persaingan antar bank dan risiko perkreditan yang tinggi

menyebabkan pihak manajemen bank perlu menerapkan suatu pengendalian

internal yang memadai. Pengendalian internal yang memadai pada dasarnya

bertujuan untuk melindungi harta milik perusahaan dengan meminimalkan

kemungkinan terjadinya penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta

meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Dengan pengendalian internal yang

memadai diharapkan dapat menjamin proses pemberian kredit tersebut akan dapat

terhindar dari kesalahan-kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan yang akan

terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap pengendalian internal,

yaitu dengan melakukan pemeriksaan internal atau audit internal. Audit internal

adalah fungsi penilaian yang independen yang ditetapkan oleh organisasi untuk

memeriksa dan mengevaluasi secara obyektif aktivitas-aktivitas organisasi, yang


4

hasil penelitiannya berupa saran, rekomendasi, analisis, dan informasi akan

bermanfaat bagi manajemen dalam mengusahakan agar perusahaan berjalan

dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan demikian diperlukan suatu penilaian yang independen dalam

perusahaan yang bersangkutan untuk menilai dan mengevaluasi aktivitas

pemberian kredit agar pengendalian internal tersebut dapat memadai. Fungsi yang

melakukan pengendalian ini dilakukan oleh audit internal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menyusun skripsi

yang berjudul:

Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian

Internal Kredit Investasi pada PT. Bank X.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang akan

diidentifikasi adalah:

Bagaimana peran audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian

internal terhadap masalah pemberian kredit investasi PT. Bank X?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui dan

menilai peran audit internal di dalam menunjang efektifitas pengendalian internal

terhadap masalah pemberian kredit investasi pada PT. Bank X.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat antara

lain:
5

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru yang dapat menambah

wawasan pembaca mengenai peran audit internal dalam menunjang efektifitas

pengendalian internal kredit investasi pada bank.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan atau pertimbangan bagi

peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang audit

internal.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bank untuk lebih

waspada dalam memberikan kredit investasi pada para nasabahnya.

1.5 Sistematika Penulisan Penelitian

Dalam penulisan ini dibagi ke dalam beberapa bab yang disusun secara

sistematis dalam urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara keseluruhan tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu, teori-

teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kerangka

pemikiran teoritis dan preposisi penelitian.


6

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, batasan

penelitian, unit analisis data, jenis data dan metode pengumpulan

data, serta teknik analisis data yang akan dilakukan.

BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini dijelaskan tentang secara garis besar profil

perusahaan, tentang analisis deskriptif dari data yang diperoleh dan

intepretasi hasil penelitian yang mengarah pada pemecahan masalah

penelitian.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan

penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rujukan dari:

1. Iriyadi (2004), dalam penelitiannya mengenai peranan internal auditor

dalam menunjang efektifitas sistem pengendalian intern penggajian pada

PT. Organ Jaya, dalam penelitiannya permasalahan yang diangkat yaitu

apakah peranan internal auditor dalam perusahaan tersebut telah memadai

dan bagaimana peranan internal auditor dalam menunjang efektifitas

sistem pengendalian internal penggajian. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan

metode analisis deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa

penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap efektifitas

pengendalian internal perusahaan. Hal itu terbukti ketika dilakukan

evaluasi pengawasan internal pada divisi pembagian umum bahwa

tanggung jawab untuk waktu pencatatan dan menyiapkan daftar gaji

ditemukan kesalahan yaitu daftar jam kerja palsu dan daftar fiktif gaji

pewagai perusahaan. Perusahaan juga telah memiliki pelaksana audit

internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggungjawab

kepada direktur utama. Pengawas intern yang dimiliki perusahaan

mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian yang

7
8

diperiksanya. Hal ini terlihat dengan tidak terlibatnya pengawas intern

terhadap salah satu fungsi yang ada pada perusahaan.

Persamaan:

Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti

tentang peran auditor internal dalam menunjang efektifitas sistem

pengendalian intern perusahaan. Metode yang dipakaipun sama yaitu

analisis deskriptif.

Perbedaan:

Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui peran

auditor internal dalam pengendalian internal pada bagian penggajian

perusahaan, sedangkan peneliti saat ini mencoba untuk meneliti peran

audit internal dalam efektifitas pengendalian internal kredit investasi

perusahaan. Obyek yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah

perusahaan dagang yaitu PT. Organ Jaya, seangkan dalam penelitian saat

ini menggunakan PT. Bank X.

2. Ihsan Kusumah (2008), dalam penelitiannya tentang peranan audit

internal dalam pencegahan fraud. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah pelaksanaan audit internal telah dilaksanakan secara

memadai, dan apakah pelaksanaan audit internal dapat berperan dalam

pencegahan kecurangan di Kantor Cabang Utama PT. Bank Jabar.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Dapat

disimpulkan bahwa audit internal bermanfaat dalam pencegahan

kecurangan (Fraud). Untuk mencegah terjadinya fraud pada perusahaan,


9

penulis mengajukan saran bahwa audit internal hendaknya terus-menerus

meninjau dan melakukan tindak lanjut audit untuk memastikan apakah

tindakan perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang

ditemukan dalam audit sudah dilaksanakan oleh manajemen, audit

internal hendaknya memahami dan mengerti kegiatan auditee, dalam hal

mengevaluasi sistem pengendalian intern, sehingga kegiatan auditee

dapat dimaksimalkan, dan kecurangan dapat dihindarkan, serta kinerja

auditor internal PT. Bank Jabar Banten hendaknya terus ditingkatkan agar

dapat mengetahui dan menghindari terjadinya kecurangan.

Persamaan :

Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti

tentang peranan auditi internal dan obyek penelitiannya sama-sama

merujuk pada Bank .

Perbedaan :

Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui peranan

audit internal dalam hal pencegahan terjadinya kecurangan-kecurangan

(fraud) dalam segala bagian, sedangkan pada penelitian saat ini, hanya

dibatasi pada bagian kredit investasi.

3. Cristina Palfi (2007) dalam penelitiannya tentang globalisasi - sebuah

tantangan untuk sistem pengendalian internal dan audit dalam perbankan.

Mengingat kepatuhan Rumania ke Uni Eropa, kerangka kerja baik sistem

internal kontrol di lembaga-lembaga kredit dan fungsi audit internal perlu

direvisi dengan mempertimbangkan semua persyaratan diselesaikan oleh


10

Pengawasan Basel Committee on Banking . Oleh karena itu, sistem

pengendalian internal bank yang harus dibangun pada unsur-unsur penting

dalam rangka memastikan bahwa bank akan mematuhi hukum dan

peraturan, akan mencapai profitabilitas jangka panjang, akan menjaga

pelaporan keuangan dan manajemen yang dapat diandalkan dan akan

menurunkan risiko kerugian atau kerusakan pada reputasi bank.

Kesimpulannya bahwa fungsi audit internal dalam bank yang terorganisir

di antara semua prinsip di atas menyebutkan memfasilitasi kerjasama

antara pengawas otoritas, internal dan auditor eksternal, yang bertujuan

untuk membuat proses pengawasan lebih efisien dan efektif. Juga,

kerjasama ini akan mengoptimalkan pengawasan sementara yang

memungkinkan masing-masing pihak untuk berkonsentrasi pada tanggung

jawab sendiri, tetapi harus didasarkan pada pertemuan pengawas periodik

dan auditor internal dan eksternal dan menyiratkan hubungan kepercayaan

antara mereka. Akibatnya, sementara sistem internal kontrol bank harus

dirancang dengan mempertimbangkan semua risiko signifikan yang

mungkin muncul dalam kegiatan mereka dalam proses kegiatan

pengawasan harus memusatkan perhatian terutama pada risiko. Jadi, risiko

tidak hanya elemen penyebab utama mengatur kegiatan pengawasan, tetapi

juga unsur yang menghubungkan antara manajemen bank, yang terutama

bertanggung jawab untuk menilai suatu sistem pengendalian internal yang

sesuai, dan otoritas pengawas, seperti internal dan eksternal auditor, dan

supervisor.
11

Pesamaan :

Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti

tentang audit internal dan pengendalian internal Bank.

Perbedaan :

Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengetahui pentingnya

sistem pengendalian internal dan audit untuk memastikan aman dan

kesehatan dari aktivitas lembaga kredit, dan stabilitas sistem perbankan

secara keseluruhan di Negara Rumania. Sedangkan peneliti saat ini

mencoba meneliti peran audit internal dalam menunjang pengendalian

intern Bank di Indonesia.

4. Edward Cahill (2006) dalam penelitiannya mengenai Komite audit dan

efektivitas audit internal di sebuah anak perusahaan bank multinasional.

Studi kasus ini mengkaji keterkaitan operasi dan audit internal dan komite

audit di sebuah bank kliring di Republik Irlandia selama sepuluh tahun

sampai 1998. Fokusnya adalah pada efektivitas mereka dalam kaitannya

dengan spesifik tertentu 'praktek-praktek yang tidak benar' yang terjadi.

Bank tersebut telah menjadi anak perusahaan dari Bank Midland di Inggris

sejak pertengahan 1960-an sampai diakuisisi oleh National Australia Bank

di tahun 1987. Sistem perbankan . Irlandia adalah subjek penyelidikan

Parlemen pada tahun 1999. Kepatuhan dengan bunga deposito baru

pemotongan pajak, efektif dari bulan April 1986, telah ditemukan untuk
12

menjadi miskin di empat bank kliring (dan lain-lain juga) sampai sekitar

1992. Bank yang diteliti, Bank Irlandia Nasional (NIB), adalah satu-

satunya bank kliring yang merupakan subjek dari penyelidikan Pengadilan

Tinggi'. Berbagai praktek-praktek perbankan yang memungkinkan

pelanggan untuk menghindari pajak melalui penyembunyian dana,

berlanjut sampai akhir 1990-an dan pada akhirnya ditemukan oleh

Mahkamah Pengadilan Tinggi. Sistem pemerintahan internal, khususnya

audit internal dan komite audit, tampaknya telah menyadari banyak

praktek - namun mereka tidak diperbaiki dengan tepat. Mengarah pada

beberapa konsep teori budaya, analisis usaha untuk menggambarkan

bagaimana sistem pemerintahan internal dapat gagal untuk memenuhi

fungsi mereka.

Persamaan :

Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti

tentang audit internal bank.

Perbedaan :

Pada penelitian terdahulu peneliti mencoba untuk mengkaji keterkaitan

operasi audit internal dan komite audit di sebuah bank kliring di Republik

Irlandia. Sedangkan penelitian saat ini mencoba untuk meneliti peranan

audit internal dalam menunjang pengendalian intern kredit investasi pada

bank konvensional di Indonesia.


13

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Audit internal.

Menurut Institute of Internal Auditors mengenai pengertian audit internal

Internal auditing is an independent appraisal function established within an

organization to examine and evaluate its activities as a service in the

organization..

Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan tujuh kunci audit

internal, yaitu:

1. Independent

Bahwa audit bersifat bebas dari pembatasan ruang lingkup dan

efektivitas hasil audit yang berupa temuan dan pendapat.

2. Appraisal

Bahwa keyakinan penelitian audit atas kesimpulan yang dibuatnya.

3. Established

Pengakuan perusahaan atas peranan audit internal.

4. Examine and evaluate

Bahwa kegiatan audit internal sebagai auditor menguji serta menilai

terhadap fakta-fakta yang ditemukan dalam perusahaan.

5. Its Activities

Bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal mencakup seluruh

aktivitas organisasi.
14

6. Services

Bahwa dalam intinya audit internal berusaha untuk membantu

manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, oleh karena itu

hasil pekerjaan audit internal pun harus diserahkan kepada manajemen.

7. To the Organization

Ruang lingkup pelayanan audit internal ditujukan kepada seluruh

bagian organisasi, termasuk semua personil perusahaan, dewan

komisaris dan pemegang saham.

Sedangkan pengertian audit internal menurut Mulyadi (1998;202) adalah

sebagai berikut:

Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas yang terdapat


dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi
keuangan dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis
penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan
manajemen.
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa audit internal adalah suatu

fungsi atau kegiatan penilaian yang bebas dalam suatu organisasi dan sebagai

pelayanan jasa terhadap organisasi tersebut.

2.2.2 Fungsi audit internal

Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998;202) mendefinisikan Fungsi audit

internal adalah Menyediakan jasa analisis dan evaluasi juga memberikan

keyakinan dan rekomendasi serta informasi lain kepada manajemen dan dewan

komisaris serta pihak lain yang memiliki wewenang dan tanggungjawab yang

setara.
15

Fungsi audit internal yang terperinci dan relatif lengkap menunjukkan

bahwa aktivitas audit internal harus diterapkan secara menyeluruh terhadap

seluruh aktivitas perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas

catatan-catatan akuntansi.

Divisi audit internal merupakan bagian integral dari organisasi dan

berfungsi sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen

senior dan atau dewan. Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab divisi audit

internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam

anggaran organisasi. Anggaran organisasi harus menerangkan tentang tujuan

divisi audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan

menyatakan bahwa divisi audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung

jawab dalam kegiatanyang mereka periksa.

2.2.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal.

Audit internal bertujuan untuk membantu semua bagian dalam perusahaan

agar dapat melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien. Audit internal akan

memberikan penilaian, pandangan ataupun saran-saran yang akan dapat

membantu semua bagian dalam perusahaan untuk melaksanakan aktivitasnya

dengan baik.

Menurut Hiro Tugiman (1997;11) tujuan audit internal adalah sebagai

berikut :

Tujuan dasar audit internal adalah untuk membantu para anggota


organisasi agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif,
untuk tujuan tersebut, pengawasan internal menyediakan bagi mereka
16

berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat dan informasi


sehubungan dengan aktifitas yang diperiksa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus melakukan

kegiatan-kegiatan berikut :

1. Menelaah dan menilai kebaikan penerapan dari sistem pengendalian

manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasional

lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya

yang tidak terlalu mahal.

2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana-rencana, dan

prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan

dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,

kecurangan dan penyalahgunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam

organisasi dapat dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas-tugas

yang diberikan oleh manajemen.

6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Audit internal meliputi evaluasi dan pemeriksaan atas efektifitas

pengendalian serta kualitas pelaksanaan tugas setiap personil.

Ruang lingkup audit internal yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman

(1997;99) adalah sebagai berikut :


17

Menilai keefektivan sistem pengendalian internal yang dimiliki

organisasi, serta kualitaas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

2.2.4 Wewenang dan Tanggung jawab Audit internal.

Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalah memantau kinerja

pengendalian internal dalam perusahaan. Pada waktu auditor berusaha memahami

pengendalian internal, ia harus berusaha memahami fungsi audit internal untuk

mengidentifikasi aktivitas audit internal yang relevan dengan perencanaan audit.

Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung

atas sifat aktivitas audit internal tersebut.

Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan

Akuntan Indonesia dalam Standar Profesi Akuntan Publik (2004;322.1) yaitu :

Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis


dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain
kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lain yang
setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung
jawabnya tersebut auditor intern mempertahankan obyektivitasnya yang
berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Wewenang yang dapat ditetapkan bagi auditor internal antara lain:

1. Menyusun program audit internal secara menyeluruh atau semua

aktifitas dalam perusahaan.

2. Menguji keandalan pengendalian manajemen.

3. Tanpa batasan untuk memasuki semua bagian perusahaan, meneliti

catatan, pelaporan serta harta milik perusahaan.


18

2.2.5 Program Audit Internal.

Dalam program audit internal, untuk dapat melakukan audit yang

sistematis dan terarah maka pada saat audit dimulai, audit intenal terlebih dahulu

menyusun suatu perencanaan atau program audit yang akan dilakukan. Program

audit ini dapat dipergunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan yang

efektif atas pekerjaan audit secara keseluruhan. Mulyadi mengemukakan

pentingnya program audit, Bahwa audit diperlukan untuk pengawasan dan

pengarahan atas aktifitas audit yang dilakukan oleh audit internal dengan maksud

untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas audit (Mulyadi ,1998;82).

Sedangkan menurut Hiro Tugiman (1997;58) dalam program audit haruslah :

1. Membuktikan prosedur audit dalam pengumpulan, analisis, penafsiran

dan penyimpangan informasi yang diperoleh selama audit.

2. Menetapkan tujuan audit.

3. Menyatakan lingkup dan tingkat pengujian yang diperlukan untuk

mencapai tujuan audit.

4. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis, resiko, proses dan transakasi yang

akan diteliti.

5. Menetapkan sifat, luas pengujian yang diperlukan.

6. Merupakan persiapan bagi awal pelakssanaan pekerjaan.

2.2.6 Tahap-tahap Audit Internal

Tahap-tahap pelaksanaan audit internal menurut Hiro Tugiman (1997;53)

adalah sebagai berikut:


19

1. Perencanaan Pemeriksaan

Perencanaan audit internal harus didokumentasikan yang meliputi hal-hal

berikut ini:

a. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaannya.

b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang

kegiatan yang diaudit.

c. Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan audit.

d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan

yang diperlukan, risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan untuk

mengidentifikasi area yang ditekankan dalam audit, serta untuk

memperoleh berbagai alasan dan sasaran dari pihak yang akan

diperiksa.

f. Penulisan program audit.

g. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit

akan disampaikan.

h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.

2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Audit internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan

dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.

3. Pemberitahuan Hasil

Auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah

audit selesai dilaksanakan. Suatu laporan harus obyektif, jelas, singkat,


20

konstruktif dan tepat waktu. Laporan haruslah mengemukakan tentang

maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu

dapat pula dicantumkan pernyataan tentang pendapat pemeriksa.

4. Tindak Lanjut (Follow Up)

Auditor internal harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow

up) untuk memastikan bahwa temuan audit yang dilaporkan telah

dilakukan tindakan yang tepat.

2.2.7 Laporan Hasil Audit Internal

Laporan hasil audit internal dibuat setelah audit dilakukan. Laporan

merupakan hal yang sangat penting karena dalam laporan ini auditor internal

menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi dari

tanggung jawab auditor internal untuk menginformasikan hasil pengukuran

aktivitas perusahaan yang telah diauditnya.

Hiro Tugiman (1997;68) menyatakan bahwa auditor internal harus

melaporkan hasil audit yang dilakukannya dengan memperhatikan hal-hal

berikut ini:

1. Laporan tertulis yang telah ditandatangani dikeluarkan setelah pengujian

terhadap pemeriksaan selesai dilakukan, sedangkan laporan sementara

dapat dibuat secara tertulis maupun lisan dan diserahkan secara formal

atau informal
21

2. Sebelum laporan itu diterbitkan, auditor harus terlebih dahulu

mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan

manajemen, sebelum mengeluarkan laporan akhir.

3. Laporan harus obyektif, ringkas, jelas, konstruktif dan tepat waktu.

4. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil

pelaksanaan pemeriksaan, bila dipandang perlu laporan harus berisikan

pernyataan tentang pendapat auditor.

5. Laporan dapat mencakup rekomendasi yang membangun dan menyatakan

hasil serta tindakan koreksi yang memuaskan.

6. Laporan harus mencakup pandangan dari pihak yang diperiksa tentang

berbagai kesimpulan atau rekomendasi dan dapat pula dicantumkan

dalam laporan audit.

7. Laporan harus disetujui oleh kepala bagian auditor internal sebelum

diterbitkan serta harus menyatakan kepada siapa laporan tersebut

ditujukan.

2.2.8 Tindak Lanjut Atas Laporan Hasil Audit Internal Oleh Manajemen

Setelah laporan hasil audit internal diberikan kepada auditee, proses

audit belum benar-benar selesai. Langkah selanjutnya dari proses audit adalah

tindak lanjut atas laporan hasil audit internal oleh manajemen. Tiga bentuk

umum tindak lanjut pihak manajemen menurut The Institute of Internal

Auditors terdiri dari:


22

1. Manajemen puncak melakukan konsultasi dengan auditee untuk

memutuskan jika, kapan, dan bagaimana rekomendasi auditor internal

dilaksanakan.

2. Auditee melakukan tindakan atas keputusan tersebut.

3. Auditor internal bersama auditee melakukan pengecekan kembali untuk

melihat apakah tindakan perbaikan telah di ambil dan hasil yang

diinginkan tercapai, atau manajemen dan komite audit telah menerima

tanggung jawab apabilia tidak melakukan tindakan perbaikan tersebut.

2.2.9 Pengertian Efektifitas

Menurut Arens dan Loebbecke (2000;789) adalah sebagai berikut :

Effevtiveness refers to the accomplishment of obyectives, whereas


efficiency refers to the resource used to achive those obyective. An
example of effectiveness is the production of parts without defects.
Efficiency concerns whether those parts are produced at minimum cost.
Berdasarkan uraian diatas, keadaan efektif jika tujuan dapat tercapai sesuai

dengan yang diharapkan.

2.2.10 Pengendalian Internal

Pengedalian internal menurut Mulyadi (1998;171) yaitu:

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh


dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi
operasi.
23

Konsep yang terkandung dalam definisi ini adalah:

1. Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian intern merupakan

cara untuk mencapai tujuan, bukan untuk tujuan itu sendiri.

2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern

bukan hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir,

tetapi juga orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi,

termasuk dewan komisaris, manajemen, serta personel lainnya.

3. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan memadai, bukan

keyakinan penuh. Yaitu bagi manajemen dan komisaris satuan usaha

karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh

sistem pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan

manfaat.

4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan, yaitu pelaporan

keuangan, kesesuaian dan operasi.

2.2.11 Tujuan pengendalian internal

Menurut COSO, Internal control merupakan suatu proses yang

dilaksanakan oleh komisaris, manajemen dan pegawai lainnya, dirancang untuk

memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) dalam pencapaian

tujuan sebagai berikut :

1. Operasional

Berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber-sumber

daya. Usaha penjagaan asset merupakan bagian dari tujuan ini.


24

2. Ketaatan

Berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum, aturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

3. Pelaporan Keuangan.

Berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan

tepat waktu.

Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan kepentingan

manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahanya dan juga harus

memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan.

Dalam rangka merancang suatu pengedalian intern yang baik, perlu melihat tujuan

pengendalian. Kategori dalam tujuan pengendalian internal menurut Commite of

Sponsoring Organization (COSO) adalah:

1. Reability of financial reporting

2. Compliance with applicable laws and regulations

3. Effectiveness and efficiency of operations.

Pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Keandalan Laporan Keuangan

Manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan untuk

investor, kreditor dan para pemakai lainnya baik secara hukum maupun

profesionalnya untuk meyakinkan bahwa informasi tersebut disajikan

secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


25

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

Dalam akuntansi tidak semua hukum dan undang-undang berhubungan

dengan akuntansi, hukum dan peraturan yang tidak berhubungan dengan

akuntansi yaitu perlindungan terhadap lingkungan. Sedangkan hukum dan

peraturan yang berhubungan dengan akuntnasi yaitu peraturan tentang

perpajakan.

3. Efektifitas dan efisiensi operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat untuk mengurangi

kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu serta mengurangi penggunaan

sumber daya yang tidak efektif dan efisien. Bagian penting lain dari

efektifitas dan efisiensi adalah penggunaan aktiva dan catatan fisik

perusahaan yang dapat dicuri, disalahgunakan atau dirusak apabila tidak

dilindungi oleh pengendalian yang memadai. Kondisi yang sama juga

berlaku untuk aktiva non fisik seperti piutang usaha, dokumen-dokumen

kontrak dan sebagainya.

Menurut Z. Dunil (2004;40), Bank Indonesia dalam SEBI No.5/22/DPNP

tanggal 29 September 2003 tentang Pedoman Pengendalian Intern bagi Bank

Umum menetapkan empat tujuan pengendalian intern sebagai berikut:

1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

(tujuan kepatuhan).

2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan

tepat waktu (tujuan informasi).

3. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha bank (tujuan operasional).


26

4. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culturre) pada organisasi

secara menyeluruh (tujuan budaya risiko).

2.2.12 Komponen Pengendalian Internal

Pengendalian internal (internal control) menurut COSO (Commite of

Sponsoring Organization) terdiri atas 5 komponen, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

Inti dari setiap perusahaan adalah faktor manusia-yang meliputi integritas,

nilai-nilai etika, dan kompetensi; filosofi dan gaya manajemen; cara yang

ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan

tanggungjawabnya; pengorganisasian dan pengembangan sumber daya

manusia; dan perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi.

2. Penilaian Risiko

Perusahaan harus menyadari dan menghadapi risiko. Perusahaan harus

menetapkan tujuannya dipadukan dengan kegiatan keuangan serta kegiatan

lainnya agar dapat beroperasi secara terkoordinasi. Perusahaan juga harus

membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola

risiko terkait.

3. Aktivitas Pengendalian

Kebijakan pengendalian dan prosedur harus ditetapkan dan dilaksanakan.

Hal ini akan memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diidentifikasi

manajemen untuk menghadapi risiko, yang terkait dengan pencapaian

tujuan perusahaan, dilaksanakan secara efektif. Aktifitas pengendalian

merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses


27

pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit

dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan,

otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian

tugas dan keamanan terhadap asset perusahaan.

4. Informasi dan Komunikasi

Merupakan sistem informasi dan komunikasi yang memberikan informasi

yang diperlukan kepada para pegawai, dalam melaksanakan, mengelola

dan mengendalikan operasinya. Sistem informasi dan komunikasi

merupakan suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional,

financial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku.

5. Monitoring

Seluruh proses harus dipantau dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Dengan

demikian sistem yang ada dapat secara dinamis berubah sesuai keadaan

yang dihadapi. Monitoring merupakan proses penilaian terhadap kualitas

sistem internal control termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat

dan unit struktur perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal,

dengan ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada

Direksi dan tembusannya disampaikan kepada Komite Audit.

2.2.13 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2000;173) struktur pengendalian internal setiap entitas

memiliki keterbatasan bawaan. Oleh karena itu, telah disebutkan bahwa struktur

pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak,


28

kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.

Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap struktur

pengendalian internal:

1. Kesalahan dalam pertimbangan

2. Gangguan

3. Kolusi

4. Pengabaian oleh manajemen

5. Biaya lawan manfaat

2.2.14 Aplikasi Pengendalian Internal dalam Perbankan.

Beberapa bentuk aplikasi pengendalian internal dalam perbankan

menurut Teguh Pudjo Mulyono (1999;25) dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Division of Duties (Pemisahan Tugas)

Yaitu saat pemisahan tugas antara fungsi-fungsi administratif,

operasional dan penyimpanan khususnya dalam kegiatan perkreditan.

2. Dual Control (Pengendalian Ganda)

Yaitu suatu bentuk prosedur kerja yang menciptakan adanya suatu

pengecekan ulang atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan oleh

petugas sebelumnya untuk menentukan :

a. Apakah petugas pelaksana telah bertindak sesuai dengan batas

wewenangnya untuk menangani transaksi yang telah dilakukannya.

b. Apakah transaksi yang telah dicatat, dibukukan, diadministrasikan

dengan benar.
29

c. Apakah transaksi tersebut telah disesuaikan dengan prosedur yang

benar.

3. Joint Custodody (Penjagaan Bersama)

Dalam kegiatan sehari-hari bank banyak mengelola berbagai barang

dimana beberapa di antaranya harus disimpan oleh bank. Untuk menjaga

kemungkinan yang tidak menguntungkan, dibuat untuk suatu sistem

pemegang kunci lebih dari satu orang. Apabila memungkinkan para

pemegang saham memiliki perbedaan kunci dalam perusahaannya dan

apabila tempat penyimpanan akan dibuat maka setiap pemegang saham

harus hadir.

4. Mandatory Vacation (Pemberian Hak Cuti)

Yaitu bentuk mekanisme pengendalian dengan cara pemberian hak dan

kewajiban karyawan untuk melaksanakan cuti dalam jangka waktu

tertentu. Pemberian cuti dimaksudkan untuk memiliki kesegaran mental

dan jasmani, serta dalam rangka memberi kesempatan pada

penggantinya untuk menilai kesalahan dan mengadakan tindakan koreksi

bila terdapat kesalahan yang tidak disadari yang telah dilakukan oleh

pegawai yang melaksanakan cuti tersebut.

5. Number Control (Pengendalian dengan Penomoran)

Yaitu bentuk mekanisme pengendalian melalui penomoran atas formulir

dan kertas kerja yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan kerja serta

pemberian kode nomor yang sistematis atas setiap transaksi yang

dilakukan.
30

6. Outside Activities of Bank Personnel (Pembatasan Kegiatan Pegawai

Bank)

Misalnya : tiap personel bagian pekreditan idealnya tidak memiliki

kegiatan usaha yang bersifat positive motive, khususnya yang

berhubungan dengan debiturnya yang dapat memberikan keuntungan

pribadi diluar usaha bank tersebut.

7. Rotation of Duty Assigment (Rotasi Kerja)

Yaitu suatu bentuk mekanisme pengendalian melalui rotasi pegawai

secara sistematis dengan tujuan :

1. Menghilangkan kejenuhan

2. Menghilangkan sikap apatis

3. Menimbulkan motivasi

4. Memperkecil kemungkinan terjadinya kolusi.

8. Independence Balancing (Pengendalian Melalui Persamaan)

Yaitu suatu bentuk pengendalian melalui persamaan akuntansi. Apabila

proses akuntansi dilakukan dengan benar, maka secara otomatis akan

menghasilkan keseimbangan antara saldo debit atau kredit.

2.2.15 Indikator keberhasilan pelaksanaan sistem pengendalian internal

dalam perbankan.

Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;49) sebagai indikasi dari keberhasilam

pelaksanaan pengendalian bisa dilihat antara lain:

1. Menurunnya angka pengaduan atau keluhan nasabah.


31

2. Menurunnya angka penyelewengan dan kebocoran.

3. Berkurangnya kemacetan-kemacetan dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Berkurangnya frekuensi audit khusus pada umumnya ataupun

berkurangnya kasus-kasus khusus.

5. Meningkatnya keterampilan pegawai bank dalam pelaksanaan pekerjaan.

6. Meningkatnya efisiensi pelayanan bank.

7. Meningkatnya disiplin kerja pegawai yang diimbangi pula dengan

meningkatnya kegairahan, prestasi dan produktivitas kerjanya.

8. Dan akhirnya, meningkatnya kesehatan bank secara keseluruhan.

2.2.16 Pengendalian internal Kredit

Pada umumnya pengendalian internal kredit meliputi unsur-unsur

pengendalian internal berupa penelaahan dan penekanan pada tujuan pengendalian

yang ingin dicapai perusahaan. Menurut La Midjan (1994;355) memuat prinsip-

prinsip berikut:

1. Perlu adanya pemisahan fungsi antara :

a. Fungsi pembahasan kredit pada bagian analisa kredit.

b. Fungsi realisasi kredit pada bagian penyelenggara kredit atau

administrasi kredit.

c. Fungsi pengawasan kredit berada pada bagian pengawasan kredit.

2. Perlu disusun pencatatan dan pelaporan harian yang baik dan tepat

waktu mengenai posisi dana dengan kredit.

3. Perlu perlu penyusun ikhtisar mutasi keuangan bulanan.


32

4. Perlu pelaksanaan inventarisasi fisik dalam waktu yang pendek berikut

pengawasan administratif.

5. Perlu diciptakan peraturan-peraturan intern yang akan menjamin

keamanan atas kelayakan, baik bersifat prefentif maupun represif.

6. Penandatanganan surat-surat berharga oleh dua orang pejabat.

7. Perlu disusun sistem pencatatan dan pengarsipan surat-surat dan berkas

pemberian kredit berikut rekening-rekrning giro, kredit, dan lain-lain

secara baik (filling system).

2.2.17 Tujuan Pengendalian Internal Kredit

Tujuan pengendalian intern kredit menurut Teguh Pudjo Mulyono

(1999;463) adalah sebagai berikut:

1. Agar penjagaan atau pengawasan dalam pengelolaan kekayaan bank

dibidang perkreditan dapat dilakukan dengan baik untuk

menghindarkan penyelewengan-penyelewengan baik dari pihak

ekstern bank maupun intern bank.

2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data akuntansi di bidang

perkreditan

3. Untuk meningkatkan efisiensi didalam pengelolaan dan tata laksana

usaha di bidang perkreditan dan mendorong tercapainya rencana yang

ada.

Masing-masing tujuan pengendalian internal kredit diatas mempunyai

kaitan satu dengan yang lainnya. Seperti adanya administrasi kredit yang
33

dilaksanakan secara teliti dan benar akan membantu dan mempermudah

menemukan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Adanya sistem

dokumentasi yang baik terhadap arsip-arsip perkreditan akan memajukan efesiensi

pengelolaaan di bidang perkreditan. Jadi dengan demikian, pelaksanaan

pengendalian internal kredit tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas

dan tidak semata-mata mencari atau menemukan adanya penyimpangan-

penyimpangan atau penyelewengan.

Ada beberapa indikator pengendalian internal pemberian kredit yang

efektif yang merupakan tujuan dari pengendalian internal pemberian kredit, yaitu

meliputi adanya:

1. Pemberian kredit sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan dan

prosedur-prosedur serta ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank.

2. Adanya keamanan kredit.

3. Adanya keuntungan bank dalam bentuk bunga.

4. Penggunaan kredit sesuai dengan rencana yang telah diajukan.

5. Pemberian kredit yang selektif berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh bank.

6. Tingkat kolektibilitas kredit yang tinggi.

7. Pengembalian kredit sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan.


34

2.2.18 Kredit

Pengertian kredit menurut Raymond P. Kent yang telah dikutip oleh

Thomas Suyatno (1995;13) mengemukakan pengertian kredit adalah hak untuk

menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu

diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang

sekarang.

2.2.19 Unsur-unsur kredit

Unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa

kredit yang diberikan (baik berupa uang atau jasa) benar-benar dapat

diterima kembali di masa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu

kredit.

2. Kesepakatan

Unsur kepercayaan dituangkan dalam suatu perjanjian kredit antara

kreditur dengan debitur yang disebut dengan akad kredit. Akad ini

ditandatangani oleh kedua belah pihak dan bersifat mengikat.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu

ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati


35

sebelumnya. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian

angsuran kredit yang disepakati oleh kedua belah pihak.

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan

memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau kredit macet. Semakin

panjang waktu pembayaran kredit, maka tingkat risikonya semakin besar

pula.

5. Balas jasa

Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas

pemberian suatu kredit. Dalam bank konvensional, balas jasa tersebut

dinamakan bunga. Disamping bunga, bank juga membebankan biaya

administrasi kepada nasabah yang juga merupakan keuntungan bagi bank.

2.2.20 Tujuan dan fungsi kredit

Menurut Kasmir (2002;105) tujuan pemberian kredit adalah untuk mencari

keuntungan, membantu usaha nasabah, membantu pemerintah.

Sementara fungsi kredit itu sendiri, menurut Kasmir (2002;107) adalah

sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan daya beli uang.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

4. Untuk meningkatkan peredaran barang.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.


36

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

2.2.21 Jenis-jenis kredit

Beragam jenis usaha menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.

Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga semakin beragam.

Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan oleh nasabah.

Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suharjono (2002;76) jenis-jenis kredit dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan ciri dan tujuan penggunaannya:

a. Kredit modal kerja

b. Kredit investasi

c. Kredit konsumtif

2. Berdasarkan cara pelunasannya:

a. Kredit dengan angsuran tetap

b. Kredit dengan plafond menurun setiap periode tertentu

c. Kredit dengan plafond tetap

3. Berdasarkan jangka waktu:

a. Kredit jangka pendek

b. Kredit jangka menengah

c. Kredit jangka panjang

4. Berdasarkan besarnya fasilitas kredit :


37

a. Kredit kecil (kredit usaha kecil)

b. Kredit menengah

c. Kredit besar

5. Berdasarkan bentuk kredit:

a. Kredit berbentuk persekot

b. Kredit berbentuk rekening koran.

2.2.22 Kredit investasi

Menurut Kasmir (2002;109), pengertian kredit investasi adalah sebagai


berikut :
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya

digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik

baru atau keperluan rehabilitasi.

Ciri-ciri investasi adalah :

1.Diperlukan untuk penanaman modal.

2.Mempunyai perencanaan yang terarah.

3.Waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.

Sehubungan dengan ciri-ciri diatas, maka pada umumnya jumlah uang

dalam kredit investasi relatif besar dan jangka waktunya relatif lama. Hal ini akan

menyangkut resiko pada pihak bank. Untuk menghindari atau memperkecil resiko

atas pemberian kredit maka bank harus menetapkan suatu prosedur tertentu dalam

memberikan kredit.

Kredit Investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para

investor untuk mendanai pembangunan proyek baru atau perluasan proyek yang
38

sudah ada. Jadi, sebagian besar kredit investasi dipergunakan untuk mendanai

pengadaan tanah, gedung, infrasruktur, mesin, peralatan, kendaraan, inventaris

kantor, dan modal kerja awal.

Hal tersebut berbeda dengan kredit korporasi jangka pendek, yang

sebagian besar penggunaannya untuk mendanai peningkatan kebutuhan

perusahaan akan persediaan dan piutang dagang. Karena sasaran utamanya adalah

membantu pendanaan proyek, maka kredit investasi sering kali juga disebut

fasilitas pendanaan proyek atau project financing facility.

Kredit investasi merupakan sebagian dari seluruh sumber dana

pembangunan dan pengoperasian proyek. Adapun sumber utama dana

pembiayaan yang lain datang dari para investor, dalam bentuk penyertaan dana

modal sendiri (equity financing) dan pinjaman pemegang saham. Dalam sebagian

besar kasus, kredit investasi merupakan bagian terbesar dari seluruh dana

pembangunan proyek.

Kredit investasi diberikan dalam jangka menengah atau panjang, berkisar

antara lima sampai sepuluh tahun. Jangka waktu tersebut disesuaikan dengan

tujuan penggunaan kredit, yaitu untuk pengadaan harta tetap perusahaan, yang

oleh investornya tidak akan diuangkan kembali dalam jangka pendek.

Hampir dalam semua kasus, bank memberikan masa tengggang

pembayaran kembali kredit. Jangka waktu masa tenggang tersebut biasanya

disesuaikann dengan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

konstruksi proyek dan mengadakan produksi percobaan. Selama masa konstruksi


39

proyek, seringkali bank juga memberikan masa tenggang pembayaran bunga

kredit.

Pembayaran kembali kredit investasi dilakukan dengan cara mengangsur,

dimulai sejak masa tenggang pembayaran angsur berakhir. Jadwal pembayaran

angsuran dapat berbeda-beda, dimulai dari bulanan, kwartalan, enam bulanan,

sampai dengan tahunan.

Jumlah kredit investasi yang dibutuhkan oleh investor berbeda-beda,

sesuai dengan sektor usaha yang akan dimasuki proyek. Jumlah kredit investasi

yang diperlukan untuk membangun proyek industri petrokimia misalnya,

biayanya cukup besar. Di lain hal, jumlah kredit investasi yang diperlukan untuk

membangun berbagai macam proyek di sektor industri kerajinan rakyat, biasanya

tidak begitu besar.

Bisa dimengerti bahwa semakin besar jumlah kredit investasi yang

diberikan bank, akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Apalagi

mengingat jangka waktu kredit investasinya adalah menengah dan panjang.

Namun, bila sebelumnya telah dianalisa secara professional, dan kemudian setelah

proyek beroperasi dimonitor dengan baik, kredit investasi dapat menjadi salah

satu sumber penghasilan yang menguntungkan bagi bank. Penghasilan (berupa

bunga) yang dipetik bank dari usaha mereka membiayai proyek yang sehat

tersebut, dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama pula.

Sebelum memutuskan untuk meluluskan permintaan kredit investasi, bank

akan meneliti tiga hal yaitu faktor intern bank, kredibilitas investor, dan prospek

masa depan proyek yang akan dibangun.


40

Kredibilitas investor dan tim manajemen mereka menjadi penting sekali

peranannya dalam kasus kredit investasi. Hal tersebut disebabkan karena bank

yang selain bertindak sebagai kreditur, juga sebagai mitra usaha. Bank bekerja

sama dalam jangka waktu lama dengan investor dan tim manajemennya, minimal

selama jangka waktu kredit. Agar dapat bekerja sama dengan baik, sudah barang

tentu bank akan menuntut kredibilitas tinggi dari para investor.

2.2.23 Tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit Investasi

Menurut Z.Dunil (2004; 301) tujuan Pemeriksaan Substantif Kredit

Investasi adalah sebagai berikut :

1. Untuk menyakini bahwa penilaian dan keputusan kredit telah dilakukan

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (termasuk struktur

pengendalian intern dan perhitungan risiko kredit yang build-in dalam

prosedur).

2. Untuk menyakini bahwa penetapan besarnya limit kredit sudah sesuai

dengan kebutuhan dan dalam batas ketentuan yang berlaku.

3. Untuk meyakini bahwa pencairan kredit dilakukan setelah semua

persyaratan legal dan persyaratan jaminan dipenuhi oleh nasabah.

4. Untuk meyakini bahwa fasilitas kredit investasi yang diberikan telah

digunakan sesuai peruntukannya dan penarikan atau pemakaian kredit

sebanding dengan realisasi investasi yang bersangkutan.


41

5. Untuk meyakini bahwa investasi nasabah telah direalisir sesuai dengan

rencana dan pembayara cicilan kredit dan bunga dilaksanakan dengan

tertib.

6. Untuk melihat kemungkinan penyimpangan yang terjadi, sengaja atau

tidak sengaja, baik oleh petugas atau pejabat bank maupun nasabah yang

ber-indikasi merugikan bank.

2.2.24 Prinsip-prinsip pemberian kredit

Penilaian kredit oleh bank dilakukan untuk mendapatkan keyakinan

tentang nasabahnya. Adapun bentuk penilaian pemberian kredit secara umum

dilakukan dengan analisis 5 C sebagai berikut :

1. Caracter

Merupakan sifat atau watak seseorang yang harus benar-benar dapat

dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur maka

dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan dan sifat pribadinya seperti

gaya hidup yang dianutnya.

2. Capacity

Menunjukkan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam

membayar kreditnya. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar

belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola bidang

usahanya.

3. Capital

Analisis capital dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan

modal yang dapat dilihat dari laporan keuangannya (neraca dan laporan
42

laba rugi) yang disajikan dengan pengukuran likuiditas, solvabilitas dan

rentabilitasnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber

mana saja modal diperoleh sekarang ini, berapa prosentase modal kerja

yang digunakan untuk membiayai proyek yang dijalankan, berapa modal

sendiri dan beberapa alokasi modal pinjaman.

4. Condition of Economic

Penilaian kondisi ekonomi sangat penting guna penelitian prediksi

pembayaran kredit di masa yang akan datang.

5. Collaterral

Merupakan jaminan dari calon nasabah baik berupa fisik maupun non

fisik. Jaminan ini hendaknya melebihi dari jumlah kredit yang diberikan

serta harus diteliti keabsahannya.

2.2.25 Prosedur Audit Bidang Perkreditan

Salah satu tujuan audit bidang perkreditan adalah mengurangi terjadinya

kegagalan atau debitur macet yang akan merupakan pukulan berat bagi bank yang

bersangkutan. Berbagai sebab kegagalan perkreditan tersebut salain diakibatkan

faktor-faktor intern bank itu sendiri. Oleh karena itu dalam melaksanakan

auditnya, auditor juga harus memusatkan perhatiannya pada sebab-sebab

terjadinya kegagalan atau kemacetan kredit yang mungkin akan menimpa bank

yang bersangkutan.
43

Menurut Teguh Pudjo Mulyono (1999;103) Sebab-sebab kegagalan perkreditan.

1. Adanya self dealing yaitu adanya vested interest (kepentingan pribadi) dari

para eksekutif bank dalam memutuskan kreditnya. Self dealing ini erat

hubungannya dengan masalah mental yang kurang baik dari pejabat kredit

bank.

2. Tidak terdapatnya perencanaan dan pedoman kredit dalam pelaksanaan

kebijaksanaan perkreditan yang sehat.

3. Incomplete Credit Information, yaitu jeleknya management information

system, baik dari lingkungan bank itu sendiri maupun informasi-informasi

yang menyangkut kegiatan usaha nasabah yang bersangkutan.

4. Failure to obtain or enforce liquidation agreement, yaitu ketidakmampuan

untuk memperoleh atau mengambil tindakan likuidasi sesuai isi perjanjian

kredit yang disebabkan mungkin posisi yuridis bank yang tidak

menguntungkan, tidak lengkapnya dokumen-dokumen yang menyangkut

legelitas nasabah dan seterusnya.

5. Technical incompetency, yaitu kurangnya kemampuan teknis para pejabat

kredit dalam menganalisa permohonan kredit

6. Poor Selection of Risk, yaitu ketidakmampuan eksekutif kredit dari bank

yang bersangkutan dalam melakukan seleksi risiko dalam pemberian

kredit kepada para nasabahnya.


44

7. Over financing underfinancing, yaitu ketidakmampuan pengelola kredit

dalam memberikan kredit dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan, baik

ditinjau dari jumlahnya maupun ditijau dari timming-nya, mungkin

pemberian kredit terlalu lambat ataupun juga terlalu cepat.

8. Lack of Supervising, banyak pinjaman yang cukup sehat pada saat kredit

diberikan tetapi karena tidak adanya pengawasan yang efektif, maka

kredit-kredit tersebut menuju kearah kredit macet dan lain-lain.

Didalam upaya menekan atau menghindarkan sedari dini kegagalan

didalam pemberian kredit, maka Bank Indonesia pada tanggal 31 Juli 1995 telah

mengeluarkan SE No.27/7/UPDB yang menetapkan tentang penyusunan dan

pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bank pada setiap bank umum. Ada enam

hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank

(KPB) tersebut yaitu:

1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan

Untuk menghindarkan kegagalan dalam pemberian kredit maka dalam

pemberian kredit tersebut setiap bank wajib memiliki pokok-pokok

peraturan mengenai tata cara pemberian kredit yang sehat, pokok-pokok

pengaturan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan

debitur besar tertentu, kredit yang mengandung risiko yang tinggi serta

kredit yang perlu dihindari, untuk memantau kualitas kredit yang diberikan

tersebut, bank juga diharuskan melakukan penilaian kolektabilitas kredit

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.


45

2. Organisasi dalam manajemen perkreditan

Untuk lebih mendukung pemberian kredit yang sehat dan telah mengandung

unsur pengendalian intern mulai tahap awal proses kegiatan perkreditan,

maka setiap bank juga wajib memiliki Komite Kebijaksanaan Perkreditan

(credit policy committe) dan komite ini mempunyai tugas membantu direksi

bank dalam merumuskan kebijaksanaan, mengawasi pelaksanaan

kebijaksanaan, memantau perkembangan dan kondisi portfolio perkreditan

serta memberikan saran-saran langkah perbankan.

3. Kebijaksanaan persetujuan kredit

Persetujuan pemberian kredit merupakan langkah yang kritis dalam proses

perkreditan oleh karena itu bank diwajibkan memiliki kebijaksanaan

persetujuan kredit yang sekurang-kurangnya mencakup konsep hubungan

total permohonan kredit (Total Credit Relationship Concept), penetapan

batas wewenang kredit, tanggungjawab pejabat pemutus kredit, proses

persetujuan kredit, perjanjian kredit dan proses persetujuan pencairan kredit.

4. Dokumentasi dan administrasi kredit

Bank harus menetapkan jenis-jenis dokumen yang diperlukan sesuai dengan

jenis kredit yang diberikan, serta harus memastikan keabsahan dan legalitas

setiap dokumen kredit yang diterbitkan oleh bank maupun yang diterima

dari nasabah. Selanjutnya dokumen kredit tersebut harus disimpan dengan

aman dan tertib. Tata cara penggunaan atau pengambilan dokumen kredit

dari tempat penyimpanan harus mengandung unsur pengamanan ganda.


46

5. Pengawasan kredit

Mengingat perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha bank yang

mengandung kerawanan yang dapat merugikan bank yang pada gilirannya

dapat berakibat pada kepentingan masyarakat penyimpan dana dan

pengguna jasa perbankan, maka setiap bank wajib menerapkan dan

melaksanakan fungsi pengawasan kredit yang menyeluruh.

Setiap bank harus mempunyai struktur pengendalian intern yang memadai

dalam perkreditan yang mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan

perkreditan dapat dicegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh

berbagai pihak yang dapat merugikan bank dan terjadinya praktik pemberian

kredit yang tidak sehat.

6. Penyelesaian kredit bermasalah

Didalam proses perkreditan bank akan selalu dihadapkan pada risiko

timbulnya kredit bermasalah yang selalu harus diwaspadai dan sedapat

mungkin dapat dicegah. Dalam upaya untuk meningkatkan pemantauan

secara dini terhadap kredit-kredit yang akan atau di duga akan merugikan

bank, maka bank wajib melakukan pengawasan secara khusus dan secara

berkala wajib melakukan evaluasi terhadap daftar kredit dalam pengawasan

khusus tersebut serta hasil penyelesaiannya. Apabila jumlah seluruh kredit

yang kolektabilitasnya tergolong diragukan dan macet telah mencapai 7,5%

atau criteria lain yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia maka bank wajib

untuk:

a. Melaporkan kredit bermasalah ke Bank Indonesia


47

b. Membentuk satuan kerja penyelesaian kredit bermasalah

c. Menyusun program penyelesaian kredit bermasalah

d. Melaksanakan program penyelesaian kredit bermasalah

e. Melakukan evaluasi efektivitas program penyesuaian kredit

bermasalah.

Jadi kalau ditelit lebih mendalam sebab-sebab kegagalan kredit di atas

terlihat terutama disebabkan karena lemahnya internal control. Oleh karena itu

dalam audit ini auditor bank perlu memberikan perhatian yang besar pada

penilaian Internal Control bidang perkreditan apakah telah memadai atau belum.

2.2.26 Penerapan Audit Internal Pemberian Kredit

Salah satu syarat agar audit internal dapat dilakukan secara efektif dan

memadai adalah dengan adanya kualifikasi audit internal. Dalam kualifikasi audit

internal ini terdapat dua sikap yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu

sikap kompeten dan independen. Kompeten disini berarti seorang auditor harus

memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai dalam

melaksanakan audit dan juga memiliki ketegasan sikap, teliti serta

bertanggungjawab atas hasil audit yang dilakukannya. Sedangkan dengan adanya

sikap independen, diharapkan seorang auditor dapat memberikan hasil audit yang

optimal. Independen berarti seorang auditor harus mandiri dan terpisah dari

berbagai kegiatan yang diperiksanya.


48

Sebelum melaksanakan tahapan-tahapan audit, maka perlu disusun

program terlebih dahulu. Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;132), program audit

harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:

a. Merupakan dokumentasi prosedur bagi auditor intern dalam mengumpulkan,

menganalisis, menginterprestasi, dan mendokumentasi informasi selama

pelaksanaan audit, termasuk catatan untuk audit yang akan datang.

b. Menyatakan tujuan audit

c. Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang diperlukan guna

mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit

d. Menetapkan jangka waktu audit

e. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis,resiko, proses, dan transaksi yang harus

diuji, termasuk pengolahan data elektronik.

Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan pengendalian

audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit tersebut dapat diubah sesuai

dengan kebutuhan selama audit berlangsung. Adapun menurut SPFAIB (Standar

Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank) oleh Tjukria P. Tawaf (1999;132) proses

audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan relevan.

2. Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk

mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.

3. Menetapkan metode pengujian dan teknik pengembilan sample yang dapat

dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya pengujian

atas rekening simpanan dan kredit.


49

4. Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian

yang telah dilakukan.

5. Mendokumentasikan kertas kerja audit.

6. Membahas hasil audit atau temuan dengan auditee.

Setelah melakukan kegiatan-kegiatan audit, auditor interen bank

berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan

tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat

kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang baik.

Namun dalam praktiknya banyak masalah yang muncul dalam penyusunan

laporan hasil audit intern ini. Agar dapat mengurangi masalah-masalah yang

muncul dalam standar pelaporan tersebut, menurut SPFAIB (Standar Pelaksanaan

Fungsi Audit Intern Bank) oleh Tjukria P. Tawaf (1999;140) perlu diterapkan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Laporan harus tertulis

2. Laporan diuraikan secara singkat dan mudah dipahami

3. Laporan harus didukung kertas kerja yang memadai

4. Laporan harus obyektif

5. Laporan harus konstruktif

6. Laporan harus ditandatangani oleh auditor intern dan atau kepala SKAI

(Satuan Kerja Auditor Intern)

7. Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu

8. Laporan harus dituangkan secara sistematis


50

Setelah itu satuan kerja audit intern bank harus memantau dan

menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan

yang telah dilakukan auditee. Menurut Tjukria P. Tawaf (1999;153) tindak

lanjut tersebut meliputi :

1. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

Dengan menggunakan catatan, temuan audit yang memerlukan tindak

lanjut akan selalu terpantau. Auditor bisa memantau dengan berbagai cara,

antara lain degan menggunakan Laporan rutin kegiatan unit kerja auditee

dan Laporan khusus sesuai permintaan auditor.

2. Analisis kecukupan tindak lanjut

Analisis ini bisa dilakukan melalui surat atau memo dan mengirimkan

bukti penyelesaian atau perkembangan temuan tersebut. Namun bila

ternyata tidak ada tindak lanjut atau tidak ada kemajuan sama sekali, bisa

saja SKAI mengirimkan petugas khusus untuk melakukan review kembali.

3. Pelaporan tindak lanjut

Pelaporan tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh auditee, satuan kerja audit

intern bisa memberikan laporan tertulis kepada direktur utama dan dewan

audit untuk ditindak lanjuti.

Audit internal sebagai alat bantu manajemen berfungsi dalam menunjang

keandalan informasi keuangan pemberian kredit, efisiensi dan efektivitas operasi

pemberian kredit, dan ketaatan kepada hukum dan peraturan pemberian kredit.

Audit internal atas pemberian kredit bertujuan untuk memberikan analisis,


51

penilaian dan rekomendasi dalam rangka meminimumkan usaha-usaha

penyalahgunaan dan penyelewengan dalam pemberian kredit.

Salah satu kegiatan bank adalah memberikan kredit. Suatu bank harus

mempunyai audit internal yang efektif dan memadai dalam perkreditan yang

mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan perkreditan dapat dicegah terjadinya

penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak yang dapat merugikan

perusahaan.

Sistem pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan operasi tata usaha

bank yang termuat di dalam sistem akuntansi manual pada suatu bank. Sistem

pemberian kredit tersebut tercakup prosedur kredit. Tujuan prosedur pemberian

kredit adalah untuk memutuskan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak.

Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu

dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada

kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan

langsung ditolak.

Adanya audit internal sangat penting dalam pemberian kredit karena

apabila terjadi penyimpangan atas prosedur yang telah ditetapkan akan dapat

diketahui secara cepat oleh manajemen sehingga dapat diambil perbaikan secara

tepat pula. Selain itu audit internal juga berfungsi untuk menilai kebijakan dan

prosedur akibat adanya perubahan kondisi yang mengharuskan prosedur

diperbaharui.

Prinsip-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C serta prosedur umum

perkreditan merupakan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pemberian


52

kredit. Hal tersebut harus dijaga agar tetap berfungsi dengan baik sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai. Jadi dengan adanya audit internal yang memadai,

diharapkan segala kesalahan, penyimpangan, kecurangan dan lain-lain yang dapat

merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin.

2.2.27 Peranan Audit Internal Bank

Fungsi audit intern bank sangat penting, karena peranan yang diharapkan

dari fungsi tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen pada

bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana dari

masyarakat. Disamping itu kedudukan bank sebagai lembaga keuangan

kepercayaan masyarakat sangat strategis dalam perekonomian, maka audit intern

bank diperlukan untuk menjaga perkembangan bank kearah yang dapat

menunjang program pembangunan dari pemerintah, sekaligus dapat memelihara

kepercayaan masyarakat (SPFAIB Bank Indonesia tentang kebijakan umum audit

intern Bank).

Keberadaan dan aktivitas yang dilakukan oleh auditor internal bank antara lain

bertujuan :

a. Melengkapi perbankan dengan sarana untuk mencegah timbulnya kredit

bermasalah

b. Mendorong bank untuk menyadari pentingnya fungsi audit intern dalam

mengamankan usaha bank


53

c. Mendorong bank untuk memelihara kesehatannya dengan mengefektifkan

sarana pengendalian intern sehingga dapat mencegah timbulnya risiko

yang dapat mengancam usaha bank

d. Sebagai langkah awal mendorong dilaksanakannya self-regulation

banking, yaitu upaya bank untuk mengatur dirinya sendiri lebih rinci

dengan acuan dari bank Indonesia.

Fungsi dari auditor internal bank adalah membantu direktur utama dan

dewan audit dengan menjabarkan secara operasional perencanaan, pelaksanaan,

dan pemantauan atas hasil audit. Disamping itu juga, auditor internal bank harus

mampu mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan

meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dana serta meningkatkan

kegiatan yang ada dibank tersebut.

2.2.28 Efektifitas Pengendalian Internal Bank

COSO (Commite of Sponsoring Organization) menyebutkan bahwa:

Internal Control can be judged effective for each of the three business
objectives if management have reasonable assurance that they understand the
extent to which the organizations objectives are being met; financial and
management reports are being prepared reliably; and applicable laws and
regulations are being complied with.

Pernyataan COSO di atas menyebutkan bahwa pengendalian intern akan

dianggap efektif untuk tiga misi organisasi tersebut di atas jika manajemen

memiliki keyakinan yang memadai bahwa tujuan organisasi tercapai, laporan

manajemen dan laporan keuangan yang telah disajikan dapat dihandalkan, serta

peraturan perundang-undangan telah dipatuhi.


54

Untuk menilai keefektifan suatu pengendalian intern, maka haruslah

dilakukan penilaian (assesment) terhadap komponen-komponen pengendalian

intern. Jadi pengendalian intern mencakup lima kategori kebijakan dan prosedur

yang didesain oleh manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai

bahwa tujuan organisasi dapat tercapai.

Pengendalian intern memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan

pengelolaan risiko . Hal ini seperti yang diungkapkan dalam kerangka konseptual

COSO dalam Spira dan Page (2003, hal 651) adalah A companys system of

internal control has a key role in the management of risks that are significant to

the fulfillment of its business objectives. Definisi COSO tersebut menyimpulkan

bahwa sistem pengendalian intern yang ada pada perusahaan memiliki peranan

kunci dalam pengelolaan risiko yang ada pada perusahaan dan berpengaruh secara

signifikan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang efektif merupakan komponen

penting dalam manajemen Bank dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional

Bank yang sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif dapat

membantu pengurus Bank menjaga aset Bank, menjamin tersedianya pelaporan

keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan Bank

terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek

kehati-hatian. Terselenggaranya Sistem Pengendalian Intern Bank yang handal

dan efektif menjadi tanggung jawab dari pengurus dan para pejabat Bank. Selain

itu, pengurus Bank juga berkewajiban untuk meningkatkan risk culture yang
55

efektif pada organisasi Bank dan memastikan hal tersebut melekat di setiap

jenjang organisasi. Sistem Pengendalian Intern perlu mendapat perhatian Bank,

mengingat bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan usaha Bank

adalah adanya berbagai kelemahan dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

Bank.

2.2.29 Hubungan Audit Internal dengan Efektifitas Pengendalian Internal

Kredit Investasi

Pengendalian internal pemberian kredit memerlukan laporan untuk

menganalisis jumlah kredit yang diberikan serta ketepatan jangka waktu

pengembaliannya sehingga menguntungkan bagi pihak bank sebagai kreditur.

Laporan tersebut juga harus mengungkapkan perkembangan yang tidak

diinginkan atau penyimpangan-penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Fungsi audit internal meliputi penilaian dan pemeriksaan kelayakan dan

efektivitas pengendalian internal yang telah ditetapkan, serta penilaian mengenai

petugas yang melaksanakan pengendalian internal. Selanjutnya fungsi audit

internal akan mengambil cara yang tepat untuk memungkinkan tindakan korektif

dalam bentuk pemberian analisis-analisis, penilaian-penilaian dan rekomendasi

dalam rangka meminimumkan usaha-usaha penyalahgunaan kredit. Hal tersebut

diarahkan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit.


56

Selanjutnya, manajemen akan mengandalkan hasil audit internal ini sebagai alat

analisis yang obyektif atas pengendalian internal yang sedang dijalankan

perusahaan.

Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan pada pemberian kredit, maka

auditor internal dan manajemen terus menerus mengevaluasi dan menilai

pelaksanaan pemberian kredit pada Bank. Sehingga tujuan perusahaan dapat

tercapai. Agar tujuan audit internal tercapai maka kegiatan audit internal yang

dijalankan pada dasarnya harus mencakup verifikasi, compliance, dan evaluasi.

Tujuan audit bagi suatu perusahaan tidak hanya sekedar untuk mengamati

dan mengecek kegiatan secara fisik saja, tetapi juga untuk melaksanakan suatu

fungsi yang sangat berguna dalam melakukan pengecekan secara periodik

terhadap catatan-catatan dan untuk menetapkan kebenaran catatan tersebut,

mengevaluasi pengendalian internal dan mengecek adanya ketaatan pada prosedur

yang telah ditetapkan. Audit internal merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari suatu pengendalian disuatu perusahaan. Audit internal membantu

manajemen dalam menjalankan pengendalian di perusahaan, sehingga bila ada

penyelewengan- penyelewengan dapat dideteksi lebih dini.

Dapatlah dipahami bahwa audit internal mempunyai peranan penting

didalam mengefektifkan pengendalian internal atas kredit investasi, karena

melalui fungsi ini kesepadanan serta keefektifan pengendalian internal selalu

dikaji atau dinilai secara kontinyu dan tidak memihak (independent), sehingga

pengendalian internal atas kredit investasi dapat dijaga agar tetap memadai dan

berfungsi sebagaimana yang diharapkan.


57

2.3 Kerangka Pemikiran

Peran Audit
Internal

Pengendalian Kredit Investasi


Internal

Gambar 2.1

Bagan Rerangka Pemikiran

2.4 Proposisi Penelitian

Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut maka ditetapkan proposisi

penelitian sebagai berikut :

Pelaksanaan audit internal yang dilaksanakan dengan memadai

dapat mendukung tercapainya efektifitas pengendalian internal dalam

proses pemberian kredit investasi PT. Bank X.


58

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

yaitu meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, dan analisis data.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian internal tentang audit internal

dalam efektifitas pengendalian internal kredit investasi.

Sedangkan desain dalam penelitian ini berupa studi kasus, dimana studi kasus

adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu

spesifik dari keseluruhan personalitas (Robert K. Yin, 2008;08).

Tempat penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya.

3.2 Batasan Penelitian

Agar arah pembahasan dalam penelitian ini tidak mengalami

kesimpangsiuran serta terhindar dari pembahasan yang terlalu luas, maka

penelitian ini memiliki batasan-batasan antara lain :

a. Kegiatan hanya dibatasi pada obyek audit internal terhadap

pengendalian internal kredit investasi pada PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk Kantor Wilayah VIII Surabaya.

58
59

b. Kegiatan hanya meliputi bidang pengawasan pemberian kredit

investasi pada PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Wilayah VIII

Surabaya.

3.3 Unit Analisis Data

Unit analisis data secara fundamental berkaitan dengan masalah penentuan

apa yang dimaksud dengan kasus dalam penelitian yang bersangkutan-suatu

problema yang telah mengganggu banyak peneliti di awal studi kasusnya Robert

K. Yin (2008;30). Defenisi unit analisis (dan karenanya juga kasus) hendaknya

dikaitkan dengan cara penentuan pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah peran audit internal dalam

menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi. Keberadaan audit

internal dapat menentukan keandalan pengendalian internal yang menyangkut

kebijakan pemberian kredit investasi yang telah ditetapkan sehingga efektifitas

dapat tercapai apabila terdapat indikator sebagai berikut:

Indikator Subindikator

1. Verifikasi a. Mendorong kebenaran informasi.


b. Memeriksa kewajaran atau keandalan dokumen, catatan,
dan laporan-laporan.
2. Compliance
a. Menilai ketaatan terhadap prosedur dan kebijakan
perusahaan.

3. Evaluasi b. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemberian kredit.

a. Penilaian terhadap pelaksanaan prosedur


b. Penilaian terhadap pemberian kredit yang sedang
60

berjalan.
c. Memberi masukan-masukan bagi pengambil keputusan.

3.4 Data dan Metode Pengumpulan data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan studi kasus dengan

menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kemudian

menganalisis dan menginterprestasikan data dan fakta yang diperoleh untuk

membuat kesimpulan dan rekomendasi dengan membandingkan data yang ada

dengan teori yang relevan.

3.4.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data

kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari survei lapangan yang

berupa dokumen, penjelasan dan keterangan-keterangan. Data kualitatif meliputi

sejarah pendirian perusahaan, lokasi perusahaan, bidang usaha perusahaan,

struktur organisasi, prosedur pelaksanaan audit internal dalam kredit investasi.

3.4.2 Sumber Data dan Metode pengumpulan data

Sumber data dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


61

1. Rekaman Arsip

Rekaman arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Modul yang berisi profil dan penjelasan singkat tentang PT.

Bank Mandiri (Persero) Tbk.

b. Struktur organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Kantor Wilayah VIII Surabaya.

c. Laporan tim auditor internal (RIC) bagian perkreditan atas

hasil pemeriksaannya terhadap pengendalian internal

bagian kredit investasi.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini tipe wawancara yang digunakan adalah open-

ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci

tentang faktafakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai

peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa

meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri

terhadap peristiwa tertentu (Robert K.Yin,2008;108).

Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan cara diskusi dan tanya

jawab peneliti dengan pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian

ini seperti tim leader audit intern (RIC) bagian perkreditan PT. Bank

Mandiri dan staf kredit.


62

Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Apakah dengan dilakukannya audit internal dapat menjamin

kualitas/kebenaran informasi tentang kredit investasi yang

dibutuhkan oleh manajemen?seperti kewajaran dokumen-

dokumen, catatan, informasi nasabah, dll.

2. Apakah dengan adanya audit internal dapat menilai ketaatan

pegawai/karyawan bagian kredit investasi terhadap prosedur dan

kebijakan yang ada pada perusahaan?

3. Apakah kegiatan audit internal dapat mendeteksi kelemahan-

kelemahan ataupun kekurangan terhadap prosedur kredit

investasi yang ada dalam perusahaan?

4. Bagaimana audit internal dapat membrikan pengaruh besar

terhadap pengendalian internal kredit investasi yang sedang

berjalan?

5. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan pengendalian internal pemberian

kredit menjadi lebih efektif?

6. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan pengeluaran biaya dalam proses

pemberian kredit menjadi lebih efisien?


63

7. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan resiko kredit macet menjadi lebih

kecil?

8. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan berkurangnya kolusi antara

personel bagian kredit dengan calon debitur?

9. Bagaimana prosedur pelaksanaan dan pelaporan internal audit

bagian kredit investasi yang dilaksanakan oleh PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya?

10. Bagaimana tim audit internal (RIC) bagian perkreditan dalam

memberikan opini? Bagaimana tindakan yang dilakukan apabila

menemukan penyimpangan atas aktivitas pemberian kredit

investasi?

3. Observasi Langsung.

Observasi langsung dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan

data yang formal hingga yang kausal. Yang paling formal, protokol

observasi dapat dikembangkan sebagai bagian dari protokol studi

kasus dan peneliti yang bersangkutan bisa diminta untuk mengukur

peristiwa tipe perilaku tertentu dalam periode waktu tertentu

dilapangan. Hal ini dapat melibatkan observasi pertemuan-pertemuan,

kegiatan perusahaan, dan semacamnya. Yang kurang formal, observasi

langsung bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan lapangan


64

termasuk kesempatan-kesempatan selama pengumpulan bukti yang

lain seperti wawancara (Robert K.Yin, 2008;112).

Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung ke PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII dijalan Pahlawan no.120

Surabaya selama kurang lebih 23 hari mulai tanggal 1 februari 2010

hingga skripsi ini selesai, namun dikarenakan pihak yang bersangkutan

mengalami kesibukan dalam pekerjaan (keluar kota/meeting) maka

peneliti tidak melakukan penelitian secara penuh. Pada hari pertama

peneliti disambut oleh Ibu Kartika Maya Prihatini selaku tim leader

auditi intenal RIC Kanwil VIII Surabaya diruang unit RIC. Beliau

menjelaskan tentang struktur organisasi RIC Bank Mandiri Kanwil

VIII Surabaya, tugas dan wewenangnya. Kemudian peneliti dikenalkan

oleh Bpk. Ganis Andaru selaku tim Leader RIC perkreditan untuk

lebih fokus pada penelitian ini. Dalam penelitian observasi ini

dilakukan untuk mendukung dokumen ataupun arsip yang telah

diperoleh peneliti.

3.5 Teknis Analisis Data.

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengembangan deskripsi kasus yang dalam prosesnya mengembangkan kerangka

kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus. Adapun tahapan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan
65

Pada tahap perencanaan, penulis melakukan dua langkah yaitu:

a. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan

Dalam penelitian ini, ruang lingkup pemeriksaan terletak pada

kegiatan audit internal pada bidang perkreditan (kredit investasi)

Bank Mandiri.

b. Merencanakan kegiatan pemeriksaan

Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk kegiatan

pemeriksaan, meliputi:

i. Meninjau sasaran pemeriksaan yaitu terhadap fungsi audit

interen PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII

Surabaya yang terletak di jalan Pahlawan No.120 Surabaya.

ii. Melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mendapatkan data

dan informasi yang bersifat umum dengan cara memahami

latar belakang perusahaan dan pengawasan kredit investasi

perusahaan.

iii. Melakukan wawancara secara langsung dengan Bpk. Ganis

Andaru selaku tim leader RIC perkreditan dan Bpk.Syamsul

Anam selaku staf kredit Bank Mandiri untuk mendukung

pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pengumpulan

Data-data dikumpulkan melalui penilaian atas hasil wawancara dan

observasi dilapangan. Proses pengumpulan data yang akan dilakukan oleh


66

penulis adalah melakukan tanya jawab dan diskusi dengan Bpk. Ganis,

pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

3. Tahap mengevaluasi bahan bukti

Setelah data-data hasil penelitian yang diperoleh terkumpul, kemudian di

analisis dan dilakukan pengujian dari proposisi yang telah dibuat oleh

peneliti untuk mengetahui peranan audit internal dalam pencapaian

efektifitas pengendalian internal kredit investasi pada perusahaan tersebut.

4. Tahap Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan harus disesuaikan dengan keseluruhan hasil dari

proses pengumpulan data. Kemudian seluruh temuan penelitian

dideskripsikan dan disimpulkan sehingga diperoleh penjelasan tentang

hasil peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian

internal kredit investasi.


67

BAB IV

GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Subyek Penelitian

4.1.1. Riwayat singkat PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai

bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah

Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- Bank Bumi Daya,

Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindodilebur menjadi Bank Mandiri.

Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan

dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank

Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi

dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

Bank mandiri telah bertekad untuk memberikan pelayanan terbaik dan

menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh di bidang investment banking,

perbankan syariah serta bancassurance bagi nasabah perusahaan swasta maupun

milik Negara, komersial, usaha kecil, dan mikro serta nasabah consumer. Tekad

yang diwujudkan dalam kerja keras ini telah diakui melalui pemberian peringkat

pertama Banking Service Excellence Award 2007 dari majalah info bank dan

MRI.

Dalam kiprah usahanya, Bank Mandiri memiliki visi dan misi sebagai berikut:

67
68

Visi:

Bank terpecaya pilihan anda

Misi:

Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar

Mengembangkan sumber daya manusia professional

Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

Melaksanakan manajemen terbuka

Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

Sejalan dengan misi PT. Bank Mandiri (persero) Tbk, fungsi perkreditan

mempunyai arti yang sangat penting. Kredit akan mendorong pengembangan

usaha, mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan sumbangan

pendapatan usaha bank.

Dalam menjalankan fungsi perkreditannya, sasaran pembiayaan yaitu

untuk sektor usaha yang prospektif kepada debitur skala kecil, menengah dan

besar yang dinilai mampu mengembalikan segala kewajibannya yang meliputi

hutang pokok dan bunga serta biaya-biaya lainnya, dengan tetap

mempertimbangkan persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk. Beberapa sektor atau kategori dalam kaitannya dengan jasa kredit

yang diberikan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kepada nasabahnya adalah

sebagai berikut:
69

1. Corporate Banking

2. Commercial Banking

3. Small

4. Micro

5. Consumer Loan

4.1.2. Satuan Kerja Audit Internal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Bank Indonesia dalam PBI Nomor 1/6PBI/1999 pasal 8 mewajibkan Bank

memiliki Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) yaitu satuan kerja yang melaksanakan

fungsi audit intern. Pada SPFAIB juga dicantumkan bahwa penggunaan

nama/istilah untuk satuan kerja tersebut dapat ditetapkan oleh masing-masing

bank. Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. fungsi SKAI dijalankan oleh

Direktorat Internal Audit (DIA) yang berada pada kantor pusat di Jakarta,

sedangkan untuk masing-masing kantor wilayah dikenal dengan istilah Regional

Internal Control (RIC). Hubungan kerja RIC dan DIA adalah:

1. RIC dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan DIA dalam hal :

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan monitoring tindak lanjut hasil

pemeriksaan serta realisasi KPI.

2. RIC dapat melakukan pemeriksaan bersama DIA (joint audit) dalam

pemeriksaan umum (rutin) maupun pemeriksaan khusus, termasuk fraud

investigation.

3. Realisasi hasil pemeriksaan RIC dan DIA akan dilaporkan kepada pihak

eksternal (BI/BPK/KAP/dll) sebagai satu kesatuan Laporan Bank.


70

Sedangkan tugas dan tanggungjawab DIA sebagai Pembina system RIC

adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan SOM (System Operating Manual) RIC

2. Membina kompetensi dan profesionalisme RIC.

3. Memfasilitasi RIC dalam menindaklanjuti penyelesaian penyimpangan dan

pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

4. Berkoordinasi dengan Unit Kerja terkait untuk pelaksanaan tugas dan

pengembangan keahlian RIC, termasuk kompetensi dalam pengelolaan

manajemen risiko dengan Market & Operational Risk Group (MORG).

Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas fungsi

SKAI yang berada di kantor wilayah tepatnya RIC kantor wilayah VIII Surabaya.

Sasaran pokok dalam pemeriksaan RIC yaitu memastikan tujuan SPI telah

tercapai, meliputi :

1. Laporan (informasi) keuangan dapat diandalkan (financial objective)

2. Aktivitas operasional Bank dan pengamanan terhadap harta kekayaan Bank

telah berjalan efektif dan efisien (operational objective)

3. Aktivitas operasional Bank telah memnuhi ketentuan yang berlaku termasuk

di dalamnya :

a. Indentifikasi kelemahan dan penyimpangan termasuk kecurangan (fraud)

secara dini untuk meminimalkan dampak kerugian Bank.

b. Pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian (compliance objective)


71

Dalam pedoman Organisasi dan Tata Kerja PT. Bank Mandiri (Persero)

dijelaskan bahwa unit audit RIC mempunyai fungsi pokok melakukan

pengawasan serta pengendalian aktivitas Bank, dengan tujuan:

a. Menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank

b. Menjamin tersedianya laporan yang akurat

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

d. Mengurangi dampak kerugian keuangan, penyimpangan termasuk

kecurangan (fraud) dan pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian

e. Meningkatkan efektifitas organisasi dan efisiensi

SKAI Bank secara rutin melakukan audit operasional, pada unit kerja RIC

di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya. Lingkup audit

operasional meliputi seluruh bidang kegiatan, yaitu mencakup seluruh aspek dan

unsur kegiatan Bank yang secara langsung diperkirakan dapat mempengaruhi

tingkat terselenggaranya dengan baik kepentingan Bank dan masyarakat. Audit

pengawasan kredit merupakan bagian dari audit operasional yang rutin dilakukan

oleh tim audit RIC bagian perkreditan. Audit dilakukan berdasarkan pendekatan

Risk Based Audit, yaitu pemeriksaan mengacu pada profil risiko yang tinggi yang

menjadi focus pemeriksaan.

Komite Audit PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. sudah dibentuk sejak

tanggal 19 Agustus 1999 berdasarkn Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk. No. 013/KEP/KOM/1999 dan diperbaharui berdasarkan

keputusan dewan komisaris PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. No.

001/KEP/KOM/2005 tanggal 1 juli 2005.


72

Secara struktural, kedudukan unit RIC PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

merupakan unit yang berada langsung diawah Regional Manajer. Struktur

organisasi dibuat dengan menggunakan pendekatan kantor wilayah (wilayah

regional), yang mana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. memiliki 12 Kantor

wilayah yang tersebar diseluruh Indonesia, yaitu :

1. RIC Kanwil I/Medan

2. RIC Kanwil II/Palembang

3. RIC Kanwil III/Jakarta Kota

4. RIC Kanwil IV/Jakarta Thamrin

5. RIC Kanwil V/Jakarta Sudirman

6. RIC Kanwil VI/Bandung

7. RIC Kanwil VII/Semarang

8. RIC Kanwil VIII/Surabaya

9. RIC Kanwil IX/Banjarmasin

10. RIC Kanwil X/Makassar

11. RIC Kanwil XI/Denpasar

12. RIC Kanwil XII/Papua


73
74

Masing-masing unit RIC melakukan internal audit beberapa cabang

dibawah naungan Kantor wilayah. Unit RIC memiliki wewenang dan tanggung

jawab dalam pekerjaannya, yaitu:

1. RIC berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Unit Kerja sbb :

a. Tim RIC Kanwil melakukan pemeriksaan atas Unit Kerja di Kanwil dan

Unit Kerja Kantor Pusat yang berada di bawah koordinasi Kanwil

b. Tim RIC Area melakukan pemeriksaan atas Area beserta seluruh Unit

Kerja di bawah supervisi Area.

c. Tim RIC Perkreditan melakukan pemeriksaan atas Unit Kerja perkreditan

yang berada dibawah koordinasi Kanwil.

Pembagian kerja tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi yang

ada dengan mendapat persetujuan dari RIC Manager.

2. RIC berwenang melakukan pemeriksaan di bidang keuangan, akuntansi,

operasional secara langsung (on site) maupun pemeriksaan tidak langsung (on

desk).

3. RIC memiliki wewenang untuk menggunakan semua teknik, sistem, personel,

sarana/prasarana dan prosedur pemeriksaan sesuai Standar Operating Manual

(SOM) RIC.

4. Memberikan rekomendasi perbaikan dan informasi yang objektif tentang

kegiatan yang diperiksa.

5. RIC memiliki wewenang untuk mereview fungsi ORM

6. RIC bertanggungjawab atas pelaporan Profil Risiko Operasional pada Kantor

Wilayahnya.
75

7. RIC bertanggungjawab untuk menjalankan tugas perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan dan monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan.

8. RIC bertanggungjawab terhadap realisasi Key Performance Indicator (KPI)

yang telah disetujui oleh Kepala Wilayah dan Direktorat Internal Audit (DIA).

9. RIC bertanggungjawab untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara

obyektif, independen dan profesional.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Analisis deskriptif

Pada analisis deskriptif penelitian ini, terlebih dahulu dijelaskan

bagaimana aktivitas audit satuan kerja audit internal (RIC) dan pelaksanaan audit

pengawasan kredit dari tim audit RIC bidang perkreditan pada PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya untuk memahami mengenai obyek

yang akan diaudit. Sehingga nantinya akan mendapat pandangan pentingnya peran

audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian internal kredit investasi.

4.2.2 Gambaran singkat kredit investasi PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk.

Kanwil VIII

Seperti bank lain pada umumnya, maka kredit di PT. Bank Mandiri

Kanwil VIII Surabaya juga merupakan sumber penyaluran dana yang utama

sekaligus merupakan sumber pendapatan operasional terbesar. Sebagian besar

kredit di Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya diberikan dalam bentuk Kredit
76

Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) yang berjangka waktu pendek,

menengah, dan panjang.

Kredit investasi yang diberikan di Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya

digunakan untuk membiayai pengembangan usaha dalam bentuk pembuatan

bangunan usaha (misalnya pembuatan gudang, perluasan bangunan untuk

produksi, perluasan bangunan bagian kantor dan lainnya), pembelian mesin-mesin

(misalnya mesin pemintal kapas, mesin pembuat kain, dan lainnya), kendaraan

(misalnya bis, truk, dan lainnya), dan peralatan.

Sasaran yang ingin dicapai Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya didalam

penyaluran dana dalam bentuk kredit investasi ini adalah untuk mengembangkan

portofolio kredit investasi yang sehat dan menguntungkan melalui pemberian

kredit investasi di kantor cabang yang memperhatikan asas kehati-hatian dengan

memfokuskan pada segmen pasar serta memberikan pelayanan produk yang

sesuai dengan kebutuhan peminjam/calon peminjam.

4.2.3 Pelaksanaan pemeriksaan Efektivitas Pengendalian intern

pengawasan kredit.

Dalam SPFAIB ditetapkan bahwa tugas SKAI adalah melakukan

pemeriksaan dan penilaian atas kecukupan dan efektivitas dari struktur

pengendalian intern. Tim auditor intern harus mempelajari dan mengevaluasi

sistem pengendalian internal. Unit RIC Bank Mandiri telah melakukan

pemeriksaan dan penilaian atas efektivitas pengendalian intern pengawasan kredit

Bank Mandiri, yang kurang lebih implementasinya dijelaskan dalam tabel berikut.
77

Tabel 4.1

Pelaksanaan Pemeriksaan Efektivitas Pengendalian Intern Pengawasan

Kredit

No Elemen pengendalian internal yang Prosedur yang dilakukan


harus diperiksa SKAI Bank Mandiri
1. Personil yang kompeten dan dapat
dipercaya
Relationship officer/MKA/MKS Pemeriksaan terhadap formulir
secara dini harus mengetahui segenap penilaian hasil prestasi yang
permasalahan yang dihadapi diisi oleh analis kredit dan
nasabahnya. mencocokkan dengan data-data
Relationship officer/MKA/MKS pendukungnya, seperti laporan
mampu memahami laporan keadaan keuangan, cash flow, dll.
usaha nasabah serta mampu
menganalisanya
Relationship officer/MKA/MKS
memiliki inisiatif untuk menggali
persoalan yang mungkin ada dalam
usaha nasabah, baik dari laporan yang
ada maupun informasi lainnya.
2. Pemisahan tugas yang memadai
Petugas bank yang mengelola Pemeriksaan terhadap file
rekening (customer service) secara kredit, untuk melihat apakah
aktif memberikan informasi kepada informasi rekening yang ada
Relatinship officer/MKA/MKS, atas didalamnya selalu di-update
terjadinya pergerakan rekening atau tidak.
nasabah, terutama bila pergerakan
rekening kredit yang diberikan di luar
kewajaran.
78

Relationship officer/MKA/MKS aktif


melakukan komunikasi dengan
Customer Service untuk selalu dapat
mengetahui kondisi rekening nasabah.
3. Prosedur otorisasi yang wajar
Dalam proses pemantauan ini, dari Mencocokkan antara
pemimpin cabang atau Relationship kolektibilitas dengan daftar
officer/MKA/MKS dalam memberi tunggakan untuk melihat apakah
catatan ataupun diposisi baik pada penggolongan kolektibilitas
laporan ataupun surat menyurat debitur di sistem sudah sesuai
lainnya perlu memperhatikan dengan ketentuan BI
ketentuan yang berlaku.
4. Dokumentasi dan catatan yang
memadai
Pendapatan bank (bunga dan provisi) Memeriksa pengisian formulir
selalu terpantau dengan baik riwayat pembayaran yang
Kewajiban nasabah (angsuran) selalu terdapat dalam file kredit untuk
terpantau dengan baik melihat apakah kewajiban
nasabah baik bunga maupun
angsuran selalu terpantau
dengan baik.
5. Pemeriksaan fisik aktiva dan catatan
Untuk melihat kondisi perkembangan Melakukan review terhadap
usaha nasabah dengan cara selama laporan kunjungan setempat
masa pemantauan, Relationship (laporan kunjungan
officer/MKA/MKS melakukan nasabah/LKN) yang terakhir.
kunjungan/inspeksi ke lokasi usaha
nasabah.
Hasil peninjauan ini direview dan
dicocokkan dengan laporan yang
79

disampaikan nasabah ke bank untuk


meyakinkan kebenaran data selama
ini.

4.2.4 Aktivitas audit internal PT. Bank Mandiri kanwil VIII Surabaya

Aktivitas audit satuan kerja audit internal dalam melakukan fungsinya

meliputi audit rutin dan audit khusus (Surprise Audit). Audit rutin dilaksanakan

berdasarkan sampling data dan jadwal yang telah ditentukan yang terdapat dalam

program kerja pengawasan tahunan, minimal audit rutin dilakukan satu kali dalam

setahun. Umumnya audit rutin dilakukan pada unit kerja/cabang yang mempunyai

pertumbuhan kredit investasi yang cukup tinggi dan cepat, cabang yang

mempunyai NPL kredit investasi yang cukup tinggi, cabang yang mempunyai

permasalahan kredit/fraud, dsb. Sedangkan audit khusus hanya dilaksanakan

apabila dipandang penting untuk dilakukan atau adanya permintaan khusus dari

kantor pusat.

Aktivitas yang dilakukan oleh satuan kerja audit internal PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya adalah sebagai berikut:

A. Memeriksa Dan Menilai Pelaksanaan Perencanaan Kredit.

Kantor cabang dibawah pimpinan Kantor wilayah VIII Surabaya harus

melaksanakan perencanaan kredit yang telah ditetapkan oleh kantor pusat

dan diwajibkan membuat laporan secara tertulis secara periodik.

a. Jumlah plafon maksimum kredit.


80

Jumlah plafon maksimum kredit pada kantor wilayah ditentukan dan

direncanakan oleh kantor pusat untuk setiap tahunnya dan dijadikan

dasar oleh kantor wilayah didalam melakukan ekspektasi kreditnya.

Penentuan jumlah plafon kredit untuk setiap kantor wilayah akan

berbeda-beda. Plafon maksimum kredit investasi yang diberikan PT.

Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII Surabaya untuk

kredit sector mikro adalah sampai Rp.200.000.000,-.

Tim audit RIC perkreditan memeriksa dan menilai jumlah plafon

maksimum kredit yang diberikan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

kantor wilayah VIII Surabaya kepada debitur, sehingga dapat dilihat

apakah ekspansi kredit kantor-kantor cabang dibawah kantor wilayah

sudah memenuhi jumlah plafon kredit atau belum.

b. Alokasi sector kredit

Didalam perencanaan kredit juga ditentukan alokasi sektor kredit,

dimana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor wilayah VIII

Surabaya mengalokasikan sebagian besar kreditnya kepada kredit

usaha kecil (micro business) sesuai dengan kebijakan kredit yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sebagian besar nasabah Bank Mandiri

yang mendapat kredit investasi pada sektor mikro bergerak dibidang

perdagangan.
81

B. Memeriksa Dan Menilai Prosedur-Prosedur Kredit Berdasarkan Risiko Yang

Muncul.

Tim RIC bagian perkreditan dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. kantor

wilayah VIII Surabaya akan melakukan audit atas pelaksanaan kebijakan

prosedur kredit bank dengan acuan pada pedoman-pedoman, syarat-syarat

dan ketentuan-ketentuan, surat edaran dan lainnya yang telah dikeluarkan

oleh kantor pusat maupun Bank Indonesia. Audit ini dilakukan atas beberapa

tahap berikut:

Tabel 4.2

Pelaksanaan prosedur audit berdasarkan tahap pemberian kredit dan

risikonya.

TAHAP RISK DESCRIPTION PROSEDUR


PEMBERIAN AUDIT
KREDIT
Pengajuan Pelanggaran kriteria/syarat calon Memeriksa
permohonan kredit debitur (lokasi usaha atau tempat dokumen yang
tinggal jauh dari lokasi Micro berhubungan
Business Unit/ lebih dari 5km). dengan alamat
lokasi tempat
tinggal/tempat
usaha debitur (foto
copy KTP, akte
pendirian
bangunan/usaha,dl
l ).
Kegagalan mendeteksi kelengkapan Melakukan ceklist
82

permohonan kredit (tanpa didukung ulang terhadap


oleh dokumen yang sah/memadai: seluruh dokumen
identitas, legalitas, data keuangan, permohonan kredit
perjanjian sewa tempat debitur seperti
usaha/tempat tinggal). surat permoohonan
kredit, surat
perjanjian kredit,
surat kepemilikan
agunan,dokumen
legalitas usaha,dll.
Dan memeriksa
keaslian datanya.
Kegagalan mendeteksi pemenuhan Melakukan
persyaratan calon debitur (status wawancara baik
kepegawaian, masa kerja/lama via teleppon atau
usaha, penghasilan minimum, usia, kunjungan
dll), permohonan tetap diproses. langsung (OTS) ke
tempat debitur.
Penilaian dan Ketidakakuratan laporan hasil OTS Me-recheck
analisa (tidak informative/lengkap kebenaran dan
sehingga tidak dapat digunakan kelengkapan hasil
untuk proses analisa/ perlu OTS OTS.
dan wawancara ulang oleh Melakukan OTS
MMM/MKA). kelokasi usaha
untuk meyakini
keberadaan dan
status kepemilikan
tempat usaha.
Kesalahan penilaian agunan (nilai Melakukan
taksasi agunan tambahan over perhitungan ulang
83

value). atas agunan kredit


debitur.
Dokumen pendukung pengajuan Melakukan
kredit tidak memadai (penghasilan wawancara kepada
tidak up todate karena debitur tidak pihak debitur dan
menyerahkan asli slip gaji/surat mengkonfirmasi
keterangan penghasilan terakhir). ke perusahaan
tempat debitur
bekerja tentang
kebenaran slip gaji
debitur.
Kesalahan perhitungan limit (belum Memeriksa IDI BI
memperhitungkan kewajiban dan
kepada bank lain). membandingkan
dengan nota
analisa.
Kesalahan perhitungan limit Memverifikasi
(adanya pencantuman komponen dokumen
pendapatan lain yang tidak pendukung
jelas/tidak berdasar). komponen
pendapatan lain.
Kesalahan perhitungan limit Memverifikasi
(penghasilan calon debitur tidak penghasilan
didukung data yang valid antara berdasarkan
lain slip /surat keterangan gaji dokumen yang
terakhir/nota penjualan, dll). memadai dan
dilakukan
konfirmasi kepada
pihak yang terkait.
Kegagalan mendeteksi rekayasa Melakukan cross
84

data pada scoring system. check antara data


hasil input pada
MBSS dengan data
pendukung.
Kesalahan perhitungan limit Melakukan re-
(besarnya gaji bersih over value check dan
karena memasukkan komponen gaji memastikanf
yang tidak rutin/besarnya tidak bahwa analisa
tetap antara lain seperti lembur, sudah
bonus, komisi,dll). memperhitungkan
komponen biaya
yang seharusnya
menjadi
pengurang.
Ketidakakuratan memverifikasi Me-recheck
penghasilan istri/suaami calon komponen gaji
debitur. tidak tetap debitur.
Kegagalan mendeteksi kondisi Memeriksa dan
keuangan debitur yang sering analisa atas
menunggak di bank asal yang tidak laporan keuangan
terdeteksi dari IDI BI (untuk nasabah, aktivitas
fasilitas kredit take over). rekening dan data
aktivitas usahanya.
Keputusan Kegagalan mendeteksi status Memverifikasi SK
kepegawaian calon debitur (kredit pengangkatan
serbaguna mikro diberikan kepada pegawai/surat
peawai tidak tetap). keterangan kerja
dan Melakukan
check informasi
kepada perusahaan
85

tempat debitur
bekerja.
Pelanggaran pemberian fasilitas top Melakukan
up (tidak memenuhi persyaratan pemeriksaan atas
kolektibilitas lancar selama dibulan rekening Koran
terakhir atau selama setengah dan atau histori
jangka waktu kredit). kolektibilitas
terhadap debitur
yang akan
diberikan fasilitas
top up.
Pencairan Kegagalan penguasaan agunan Memeriksa bukti
(BPKB digandakan karena belum pemblokiran
dilakukan pemblokiran ke pihak BPKB untuk
kepolisian). semua agunan
kendaraan.
Kegagalan pengikatan agunan Melakukan review
(fidusia ditandatangani bukan oleh atas kesesuaian
pemilik yang namanya tercantum data BPKB dengan
dalam BPKB). penandatanganan
fidusia.
Kesalahan pengikatan agunan Melakukan
(cover note notaris tidak sesuai negoisasi dengan
format bank Mandiri sehingga pihak notaries
kurang melindungi kepentingan untuk melakukan
bank). penyesuaian
format cover note
dan memonitor
pelaksanaannya.
Kesalahan penetapan jangka waktu Cross check ceklist
86

kredit (jangka waktu disistem pemenuhan syarat


berbeda dengan PK). untuk memastikan
bahwa seluruh
syarat kredit telah
disetujui sebelum
kredit dicairkan.
Dan meminta I&T
Operation untuk
melakukan
Perbaikan
schedule.
Kegagalan mendeteksi kelengkapan Memeriksa ceklist
persyaratan pencairan kredit (tidak pemenuhan syarat
dilengkapi cover note pencairan sebelum
notaris/asuransi, surat kuasa/ dilakukan aktivasi
pernyataan memotong gaji dan kredit.
menyerahkan tunjangan dan THT,
dll ).
Kegagalan pengamanan agunan Melakukan
(agunan yang insurable tidak pengikatan/penga
ditutup asuransi, under insurance, manan agunan
jangka waktu tidak sesuai,dll). melalui notaris
rekanan bank
mandiri.
Pengikatan kredit tidak memadai Memeriksa ceklist
(penambahan limit kredit/top up pemenuhan syarat
dan restrukturisasi dengan membuat pencairan sebelum
PK baru tidak disertai perubahan dilakukannya
akte penghasilan sehingga aktivasi kredit.
pengikatan gugur).
87

Kegagalan penetapan tanggal Me-recheck


pembayaran kewajiban (mismatch schedule angsuran
dengan tanggal penerimaan sumber dengan PK dan
pelunasan). meminta pada I&T
operation untuk
melakukan
perbaikan
schedule.
Keterlambatan pencairan kredit Me-recheck PK
(proses pemberian kredit mulai dari apakah telah sesuai
data lengkap sampai proses dengan kebijakan
pencairan melampaui SLA). dan melakukan
wawancara kepada
petugas loan
service dan
debitur.
Monitoring Kesalahan perhitungan penalty Menghitung ulang
pelunasan kredit sebelum jatuh perhitungan
tempo tidak tepat penalty pelunasan
kredit dan
membandingkan
dengan yang ada
di schedule.
Kesalahan penetapan kolektibilitas Memeriksa daftar
(debitur mendapat beberapa kolektibilitas
fasilitas kredit dari Bank Mandiri debitur.
dengan kolektibilitas berbeda).
Collection Keterlambatan penyelesaian Memeriksa ceklist
tunggakan angsuran debitur (tidak pemenuhan syarat
ditindaklanjuti sesuai tahapan pencairan dan
88

collection). melakukan
wawancara pada
petugas loan
service serta
menindaklanjuti
penyelesaian
tunggakan
angsuran debitur.

C. Melakukan Audit Terhadap File Kredit Investasi

1. Permohonan kredit

a. Pastikan bahwa fasilitas diberikan setelah debitur mengajukan Surat

Permohonan Kredit Investasi.

b. Surat Permohonan Kredit Investasi yang asli dari debitur harus

disimpan dalam file jaminan kredit.

c. Surat permohonan Kredit Investasi harus ada minimal sejak kredit

pertama kali diberikan.

d. Melakukan penelitian apakah jenis industri nasabah termasuk dalam

pasar sasaran. Selain itu, perlu dibuktikan adanya kunjungan petugas

bank ke lokasi nasabah dan surat dari bank yang meminta nasabah

untuk membiayai proyek berikut checklist data dari nasabah.

e. Periksa apakah semua data nasabah telah diteliti dengan baik oleh

R/O.

f. Periksa apakah cara-cara yang digunakan auditee dalam

mempersiapkan analisis kreditnya sudah berjalan benar.


89

g. Periksa apakah bank memanfaatkan informasi kredit perbankan,

informasi dari pemasok, pelanggan dan sumber-sumber lain untuk

menentukan proses kredit selanjutnya.

2. Persetujuan permohonan kredit.

Setiap fasilitas yang tercatat dalam neraca harus dilengkapi dengan surat

keputusan kredit yang ditandatangani oleh Komite Kredit secara

lengkap. Untuk fasilitas dengan jumlah diatas limit cabang harus ada

persetujuan dari Kantor Pusat (bandingkan plafon kredit dengan

wewenang anggota komite kredit dan bandingkan tingkat bunga yang

dibebankan dengan yang berlaku saat pemberian kredit).

Fasilitas kredit berjangka waktu 1 tahun, surat keputusan kredit

sebaiknya harus ditinjau secara periodik, misalnya 2 (dua) bulan

sebelum jatuh tempo kredit.

3. Penentuan plafon.

Teliti kewajaran plafon yang diberikan kepada debitur. Pastikan bahwa

tidak terdapat indikasi under finance atau over finance yang dapat

mempengaruhi usaha debitur. Disamping itu, pastikan juga bahwa

pemberian plafon bukan semata-mata memaksimalkan plafon cabang

dan menghindari persetujuan Kantor Pusat (splitting kredit).

a. Dalam hubungan ini perhatikan bagaimana perhitungan kredit dalam

penetapan plafon itu dilakukan, misalnya:

i. Bagaimana rencana usaha/proyek nasabah, rencana

penggunaan kredit dan berapa keperluan pembiayaannya.


90

ii. Berapa jumlah pembiayaan dana bank yang diperlukan.

iii. Bagaimana sumber dan jangka waktu pelunasannya.

iv. Bagaimana penilaian jumlah jaminan untuk menutup

kreditnya.

b. Kebutuhan pembiayaan suatu rencana usaha dihitung dangan cara

mengurangi dana yang disetujui bank dengan dana nasabah sendiri.

Hasil pengurangan itu tidak melebihi persentase maksimum tertentu,

yang dihitung dari jumlah seluruh kebutuhan pembiayaan.juga tidak

melebihi jumlah nilai jaminan yang diserahkan ke bank.

c. Setelah jumlah maksimum kredit ditetapkan, teliti cash flow (untuk

investasi) untuk melihat rencana penarikan serta rencana pelunasan

berikut jangka waktunya.

4. Analisis keuangan.

Fasilitas kredit untuk investasi harus dilengkapi dengan analisis

keuangan dan perhitungan kebutuhan kredit secara terperinci, yang

berkaitan dengan kelayakan pemberian fasilitas. Pastikan kewajaran

analisis finansial tersebut.

Review kembali kondisi debitur berdasarkan laporan keuangan yang

terakhir, antara lain mengenai:

a. Apakah laporan keuangan telah tersedia secara berkala (laporan in

house figure per triwulan dan diserahkan paling lambat 1 bulan

setelah tanggal laporan, laporan yang sudah diaudit per tahun dan

diserahkan paling lambat 9 bulan setelah tanggal laporan).


91

b. Apakah realisasi arus kas cocok dengan proyeksi yang diajukan

debitur pada saat permohonan/perpanjangan kreditnya. Periksa

apakah ada penyimpangan.

c. Apakah terdapat tanda-tanda awal dari suatu kemunduran usaha atau

struktur permodalan yang kurang sehat.

d. Apakah penggunaan kredit sesuai dengan tujuan pemberiannya. Hal

ini tercermin pada laporan sumber dan penggunaan dana (sources

and uses of fund) atau dengan membandingkan laporan keuangan

dua periode yang berturutan.

5. Analisis yuridis.

Pastikan bahwa tidak ada perkembangan/perubahan statuss debitur yang

dapat mempengaruhi opini yuridis yang telah diberikan. Bila perlu,

periksa kembali subyek hukum debitur, yaitu:

a. Perorangan/perusahaan perorangan/Firma.

Perhatikan keaslian identitas debitur.

b. Perusahaan dan badan hukum.

i. Perhatikan keaslian identitas debitur.

ii. Teliti hak/kewenangan untuk meminjam dalam akte

pendirian dan anggaran dasar.

iii. Pastikan dokumen apa saja yang diharuskan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

6. Taksasi agunan.
92

Pastikan bahwa hasil taksasi sesuai jenis maupun nilainya seperti yang

tertuang dalam surat keputusan kredit. Periksa kewajaran hasil taksasi

dan bandingkan dengan seluruh informasi yang dapat diperoleh selama

audit. apabila terdapat keraguan dalam hasil taksasi yang dilakukan lebih

dari 1(satu) tahun, auditor bisa meminta ijin melakukan retaksasi.

7. Kelengkapan persyaratan administratif.

Periksa persyaratan seperti yang ditentukan dalam surat keputusan

kredit, misalnya SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), TDP, NPWP,

bukti pembayaran PBB, IMB, dsb.

8. Realisasi.

a. Pastikan bahwa realisasi pemberian kredit sesuai dengan surat

keputusan kredit, baik dalam hal jenis fasilitas, plafon, jangka waktu,

agunan, provisi, suku bunga serta persyaratan lainnya. Setiap surat

keputusan kredit tidak boleh dicoret, kecuali dilengkapi dengan

paraf/tandatangan anggota komite kredit.

b. Pastikan bahwa setiap penarikan (promissory note) kredit selalu di

cover dengan surat sanggup yang ditandatangani oleh debitur.

c. Periksa apakah petugas administrasi kredit melakukan penarikan

kredit setelah ada fiat dropping dari bagian administrasi kredit.

D. Program Audit Dalam Mencapai Tujuan Audit Kredit Investasi.

Program audit pada PT. Bank Mandiri merupakan daftar prosedur audit

kredit yang akan dilakukan. Kerangka dari program pemeriksaan kredit


93

adalah mencakup tujuan dan prosedur audit kredit. Secara umum prosedur

audit untuk mencapai tujuan audit kredit investasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Prosedur audit dalam mencapai tujuan audit kredit investasi

Prosedur Audit yang


No. Tujuan Audit dilakukan oleh SKAI
Bank Mandiri
1. Meyakinkan bahwa pengawasan
dan pembinaan debitur telah
dilaksanakan secara efektif
a. Pastikan bahwa Bank dapat a. Memeriksa file kredit
memantau perkembangan apakah laporan
uusaha debitur, melalui laporan keuangan didalamnya
keuangan yang dibuat secara sudah merupakan
berkala. laporan keuangan
debitur yang terbaru.
b. Review cash flow debitur, b. Membandingkan
apakah yang terjadi cocok antara laporan arus kas
dengan yang diajukan debitur debitur dengan
pada saat kredit proyeksi arus kas yang
diajukan/perpanjangan. Periksa diajukan nasabah pada
apakah terdapat penyimpangan- saat pengajuan kredit.
penyimpangan

c. Dalam hal terdapat c. Periksa file kredit, bila


pelanggaran-pelanggaran syarat ada tunggakan
kredit atau penyimpangan angsuran/bunga,
lainnya, harus terdapat bukti apakah sudah direspon
adanya teguran resmi secara dengan teguran resmi
94

tertulis oleh Bank kepada dari Bank.


debitur.

d. Pastikan bahwa ada bukt d. Periksa formulir


monitoring secara kontinyu oleh penelitian hasil prestasi
Pembina kredit selama kredit yang menurut BPP
belum lunas. kredit, harus diisi
setiap semester oleh
analisis kredit.

e. Pastikan apakah terdapat tanda-


e. Memeriksa pengisian
tanda awal dari suatu
formulir riwayat
kemunduran usaha atau struktur
pembayaran (schedule
permodalan yang kurang sehat.
angsuran) yang
terdapat dalam file
kredit untuk melihat
apakah terdapat
tunggakan
angsuran/bunga.
2. Meyakinkan bahwa penilaian
kualitas kredit yang diberikan telah
dilaksanakan secara efektif.
a. Periksa pemenuhan kewajiban a. Memeriksa mutasi
debitur sesuai dengan jadwal rekening, formulir
yang diperjanjikan dalam akad riwayat pembayaran
kredit. yang terdapat dalam
file kredit untuk
melihat apakah
terdapat tunggakan
angsuran/bunga.
95

b. Periksa realisasi pembayaran b. Pada sampel loan yang


kewajiban bunga dan angsuran, direview, bandingkan
serta cocokan dengan daftar antara akta perjanjian
tunggakan bunga atau angsuran, kredit yang memuat
cocokan penggolongan ketentuan pembayaran,
kolektibilitas debitur apakah mutasi rekening, dan
sudah sesuai dengan ketentuan data di system
BI. mengenai jumlah
tunggakan bunga dan
angsuran.
Bandingkan data yang
ada di system antara
lama tunggakan
dengan penggolongan
kolektibilitas debitur,
apakah sudah sesuai
dengan lampiran II
surat edaran BI No.
7/3/DPNP tanggal 31
januari 2005. Perihal
penilaian kualitas
aktiva Bank umum.
3. Audit untuk menyakinkan bahwa
semua berkas debitur telah
didokumentasi dengan tertib.
a. Periksa apakah akta perjanjian a. Lakukan pemeriksaan
kredit telah dibuat untuk setiap file kredit, pastikan
fasilitas kredit dan pastikan kelengkapan dokumen
akta asli tersebut telah yang ada didalamnya
96

disimpan dalam file debitur. sesuai dengan yang


disyaratkan BPP
kredit.
b. Akta notaris yang belum b. Lakukan sighting
diserahkan harus dibuktikan terhadap akta dan
dengan cover-notes dari notaris dokumen asli, apakah
pembuat akta tersebut. sudah disimpan di
tempat yang aman dan
terpisah.

Berdasarkan SPFAIB, program audit harus merupakan

dokumentasi prosedur bagi auditor Intern dalam mengumpulkan,

menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan informasi

selama pelaksanaan audit dan menyatakan tujuan audit.

4.2.5 Audit pengawasan kredit investasi unit RIC Bank Mandiri.

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci bagaimana pelaksanaan audit

pengawasan kredit investasi oleh tim audit RIC untuk masing-masing tahap:

A. Tahap perencanaan pemeriksaan

Berdasarkan wawancara dan pengamatan terhadap pedoman audit intern

Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor wilayah VIII Surabaya, tahap

perencanaan audit (on site audit) terdiri dari:

a. Tim auditor melakukan penelitian risk profile terhadap unit kerja yang

akan diaudit dan penelitian pendahuluan untuk mengenal dan

memahami setiap kegiatan atau fungsi auditee secara umum supaya


97

audit dapat difokuskan pada hal-hal strategis sehingga auditor dapat

merumuskan tujuan secara jelas.

b. Penyampaian surat pemberitahuan audit, berupa surat tugas yang

ditandatangani oleh Manajer RIC Bank Mandiri Kantor wilayah VIII

Surabaya kepada kepala divisi yang diaudit, yang selanjutnya akan

memberitahukan kepada bawahannya tentang adanya audit dan

memberikan instruksi untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan.

c. Susunan tim audit.

Susunan Tim Pemeriksa terdiri dari Ketua Tim dan Anggota. Ketua

Tim bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pemeriksaan di

lapangan mulai dari perencanaan sampai sampai dengan pelaporan dan

monitoring tindaklanjut hasil pemeriksaan. Susunan tim audit RIC

perkreditan Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya:

Tim leader : Bpk. Ganis Andaru

Officer 1 : Errens Kabio

Officer 2 : Deddi Yunierli

Pelaksana : A. Yoga Trinugraha

d. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit.

Pada ruang lingkup audit dijelaskan mengenai cakupan audit yang akan

dilaksanakan. Ruang lingkup pemeriksaan RIC meliputi pemeriksaan

financial, operasional dan kepatuhan yang mencakup penilaian terhadap

keandalan, efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian intern bank.


98

Tujuan audit secara umum adalah untuk merealisasikan rencana kerja

tahunan tim audit RIC perkreditan dan memberikan penilaian serta

rekomendasi atau saran kepada pihak yang berwenang guna

pengambilan tindakan perbaikan. Sedangkan tujuan audit internal

secara khusus yaitu untuk memberikan informasi dan rekomendasi

kepada Manajemen mengenai SPI Unit Kerja terperiksa, kewajaran

laporan keuangan, aktivitas pencapaian anggaran, pelasanaan kebijakan

dan prosedur serta efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber data.

e. Waktu dan periode Pemeriksaan

Waktu pemeriksaan merupakan lamanya waktu (jumlah jari kerja) yang

diperlukan oleh Tim RIC dalam melakukan pemeriksaan pada suatu

obyek pemeriksaan. Sedangkan periode pemeriksaan dihitung sejak

pemeriksaan terakhir s/d. berakhirnya pemeriksaan.

f. Metodologi Pemeriksaan

Metodologi audit yang dipakai adalah RBA (risk based audit) untuk

menilai efektivitas control operational dalam kerangka COSO. Proses

audit dilakukan melalui dua pendekatan yaitu control characteristics

based (untuk menilai internal environment, objective setting, event

identification, risk assessment dan risk response) dan control process

based (untuk menilai control activity, information&communication,

dan monitoring).

g. Persiapan pemeriksaan

i. Hasil pemeriksaan yang lalu (internal dan eksternal)


99

ii. Tindak lanjut pemeriksaan yang lalu

iii. Penilaian risiko dari obyek yang diperiksa (Risk Self

Assessment).

B. Tahap pelaksanaan penugasan audit

Pelaksanaan audit merupakan inti aktivitas audit, karena pada tahap ini

diperoleh temuan-temuan yang merupakan ciri khas aktivitas audit.

Pelaksanaan penugasan audit dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah

dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penugasan audit meliputi pemeriksaan

seluruh dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemberian kredit

investasi mulai dari dari tahap permohonan hingga tahap monitoring,

pengumpulan bukti dan informasi yang cukup kompeten dan relevan

berupa semua data dan informasi yang dapat dipakai auditor untuk

mendukung temuan auditnya.

Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan ini meliputi:

a. Opening Meeting, adalah proses awal dimulainya penugasan

pemeriksaan, meliputi penyerahan Surat Pembeitahuan Pemeriksaan,

penyampaian hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

pemeriksaan, mendapatkan informasi awal mengenai kegiatan dan

kondisi obyek pemeriksaan, mendapatkan informasi awal mengenai

kegiatan dan kondisi obyek pemeriksaan, mendokumentasikan hasil

opening meeting.

b. Pengumpulan dan pengujian bukti-bukti.


100

c. Konfirmasi dan pembahasan Catatan Atas Temuan (CAT).

d. Exit Meeting, adalah proses akhir dari penugasan pemeriksaan

melalui pembahasan konsep dan penandatanganan Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP).

Berdasarkan hasil wawancara untuk mengumpulkan bukti selama audit

pengawasan kredit, maka tehnik yang dilakukan tim audit RIC perkreditan

adalah:

a. Scanning, melakukan tindakan scanning terhadap daftar nominatif

debitur untuk melihat debitur dengan nilai nominal kredit yang besar

untuk diperiksa lebih lanjut.

b. Dokumentasi, memeriksa file kredit atas debitur yang dipilih menjadi

sampel.

c. Wawancara/interview dengan unit kerja kredit dan calon/debitur

kredit, dilakukan untuk memperoleh dan mendukung informasi yang

berkaitan dengan pemeriksaan.

d. Rekonsiliasi.

C. Laporan hasil audit

Setelah menganalisa temuan-temuan dan mendiskusikan dengan bagian

perkreditan dikantor cabang yang menjadi obyek audit, selanjutnya tim

audit RIC bagian perkreditan membuat laporan hasil audit yang memuat

mengenai laporan kegiatan audit, temuan-temuan yang didapat dari hasil


101

audit, kesimpulan, serta pendapat atau saran-saran perbankan mengenai

aktivitas yang diaudit.

Laporan audit internal kredit PT. Bank Mandiri diterbitkan dalam bentuk

proposal laporan hasil pemeriksaan dan saran perbaikan. Laporan ini

memiliki ketentuan sebagai berikut:

1. Temuan-temuan disusun berdasarkan urutan pentingnya yang semakin

menurun, biasanya antara lain:

i. Kesalahan dalam system dan prosedur, misalnya penyelesaian

administrasi yang belum lengkap karena belum ditandatangani.

ii. Adanya penyimpangan pemberian kredit melebihi batas maksimum

pemberian kredit.

2. Setiap temuan diberi nomor dan ditegaskan dalam kalimat yang

ringkas dan jelas

3. Setiap temuan pemeriksaan terdiri dari risk description, mitigation

measures/controls, risk event, penyebab (cause), pengaruhnya

terhadap obyek bisnis, saran rekomendasi dari auditor, komentar dari

auditee, dan action plan.

Tim audit memberikan rekomendasi atau saran-saran yang dikemukakan

dalam laporan hasil audit yang didasarkan pada temuan-temuan yang

didukung oleh bukti-bukti yang obyektif serta harus bersifat konstruktif,

sehingga dapat meyakinkan bagi pihak auditee dan membangkitkan reaksi

positif terhadap temuan dan rekomendasi yang diajukan.


102

Hasil akhir dari pemeriksaan adalah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tim

audit RIC perkreditan PT. Bank Mandiri (Persero) kanwil VIII Surabaya.

Proses penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan harus dilakukan dengan

cermat, agar dihasilkan laporan yang bermanfaat bagi auditee. Proses

penyusunan laporan oleh tim RIC PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor

wilayah VIII Surabaya adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan dan menganalisa temuan audit, apakah temuan-

temuan tersebut berpengaruh signifikan atau tidak terhadap

operasional perusahaan. Misalnya menemukan beberapa nasabah yang

menunggak dalam angsuran pembayaran kredit, maka dibuat suatu

daftar kredit macet, yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh unit

kerja.

b. Mengkonfirmasi temuan audit dengan auditee.

Semua temuan audit dikonfirmasikan ke auditee agar auditee

mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada pada unit kerjanya

sehingga dapat segera langsung mencari solusi atas kesalahan

tersebut. Apabila auditee merasa kesulitan dalam mencari solusi

permasalahannya, maka tim audit internal RIC membantu memberi

rekomendasi perbaikan masalah.

c. Mendiskusikan temuan audit dengan Manager RIC.

Semua temuan audit didiskusikan, apabila terdapat temuan yang

secara signifikan berpengaruh dengan aktivitas operasional kantor


103

cabang, maka temuan tersebut langsung didiskusikan dengan Manager

RIC untuk mendapatkan rekomendasi perbaikannya.

d. Diskusi dengan auditee, untuk menanyakan kesanggupan auditee

untuk melakukan perbaikan dalam batas waktu yang dijanjikan.

e. Membuat konsep laporan berdasarkan format yang telah distandarkan

dan menyerahkan ke Manager RIC untuk direview.

Dalam menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), tim audit RIC

menggunakan prosedur pelaporan internal sebagai berikut:

a. Landasan Pemeriksaan

b. Pendahuluan

i. Pelaksanaan Pemeriksaan

ii. Tujuan Pemeriksaan

iii. Periode Pemeriksaan

iv. Ruang Lingkup Pemeriksaan

v. Metodologi Pemeriksaan

vi. Susunan Tim Pemeriksa

c. Gambaran Umum Unit Kerja

i. Informasi Umum

ii. Sarana Pendukung

iii. Proses bisnis (Business Processes)

iv. (Financial Condition)

v. Kebijakan
104

vi. External and Internal Environment

d. Hasil Pemeriksaan

Laporan hasil audit ditandatangani oleh Manager RIC dan tim auditor yang

disampaikan kepada:

a. Internal Audit Group (DIA)

b. Micro Business group

c. MBDC (Micro Business District Centre) Surabaya

d. RIC manager

e. Auditee.

Setelah laporan audit selesai dibuat dan ditandatangani, maka laporan

tersebut didistribusikan ke kantor cabang yang menjadi obyek audit dan

diarsip dibagian audit internal RIC Bank Mandiri Kanwil VIII.

D. Tindak lanjut laporan hasil audit

Pada tahap ini, tim audit RIC, membantu memberikan solusi/rekomendasi,

memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan

tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan oleh auditee. Tindak lanjutnya

meliputi:

a. Tim audit RIC membantu auditee dalam memberikan rekomendasi

atas prosedur yang keliru.

b. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut.


105

Pemantauan ini harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan

mengingatkan auditee bila belum dapat melaksanakan komitmen

perbaikan sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

c. Laporan tindak lanjut

Laporan ini berisikan hasil tindak lanjut atas temuan audit.

Kantor cabang Bank Mandiri yang menjadi obyek audit berusaha

semaksimal mungkin untuk segera melakukan tindak lanjut terhadap

rekomendasi yang diberikan tim audit RIC perkreditan (auditor internal).

Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan penilaian yang dilakukan oleh

kantor pusat terhadap kantor wilayah/cabang. Pihak-pihak yang terkait

dalam proses tindak lanjut adalah tim audit RIC bidang perkreditan (auditor

internal), kantor cabang yang menjadi obyek audit, serta bagian-bagian yang

terkait dengan perkreditan. Dalam memulai prosedur tindak lanjut, kantor

wilayah VIII PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. membuat perencanaan

dengan tujuan untuk menetapkan luas tindak lanjut yang akan dilakukan.

Rencana dimasukkan dalam resume hasil audit yang diketahui yang

ditandatangani oleh pimpinan cabang serta auditor internal. Resume hasil

pemeriksaan memuat perasalahan yang ada pada kantor cabang dan tindak

lanjut yang akan dilakukan.


106

4.2.6. Pembahasan hasil wawancara

Dalam penelitian studi kasus ini peneliti melakukan observasi, berdiskusi

dan melayangkan beberapa pertanyaan karena penelitian ini bersifat kuantitatif

yaitu mendiskripsikan apa yang terjadi di lapangan. Berikut adalah tanggapan atas

pertanyaan-pertanyaan hasil dari proses wawancara:

1. Apakah dengan dilakukannya audit internal dapat menjamin

kualitas/kebenaran informasi tentang kredit investasi yang dibutuhkan

oleh manajemen? seperti kewajaran dokumen-dokumen, catatan,

informasi nasabah, dll.

Dengan dilakukannya audit internal di bidang kredit dapat meningkatkan

kualitas pemberian kredit ataupun kebenaran informasi tentang kredit yang

dibutuhkan oleh manajemen. Sedangkan untuk menjamin kualitas/kebenaran

informasi kredit diperlukan verifikasi secara rutin oleh bagian supervisor

kredit berupa dokumen-dokumen, catatan, informasi nasabah, dll. yang

berfungsi sebagai verifikator, juga oleh pemutus kredit dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip prudential banking sebelum kredit

diputus/dicairkan.

Fungsi internal audit/internal control pada dasarnya bertujuan untuk menilai

efektivitas pelaksanaan pengendalian internal yang dilakukan oleh unit

kredit tersebut. Pelaksanaan audit dilakukan secara berkala dengan sampling

data yang ditentukan ataupun dengan surprise audit apabila dipandang

penting untuk dilakukan (bersifat urgent).


107

2. Apakah dengan adanya audit internal dapat menilai ketaatan

pegawai/karyawan bagian kredit investasi terhadap prosedur dan

kebijakan yang ada pada perusahaan?

Pelaksanaan audit internal dapat menilai ketaatan pegawai atau karyawan

bagian kredit investasi terhadap prosedur dan kebijakan. Para pegawai dapat

patuh dan tidak satupun prosedur yang dilewatkan dalam proses pemberian

kredit. Sehingga para pegawai dapat melakukan pekerjaan dengan baik

sesuai dengan prosedur yang ada sehingga nantinya akan mengakibatkan

berkurangnya hubungan spesial dengan para calon nasabah kredit.

3. Apakah kegiatan audit internal dapat mendeteksi kelemahan-

kelemahan ataupun kekurangan terhadap prosedur kredit investasi

yang ada dalam perusahaan?

Pelaksanaan audit internal / internal control berfungsi untuk mendeteksi dan

menilai kelemahan/kekurangan terhadap prosedur kredit yang ada yang

disesuaikan dengan kondisi perusahaan, persaingan bisnis, ataupun hal-hal

lain yang sedang berkembang.

Selain itu juga berfungsi untuk menilai pemberian kredit apakah sudah

sesuai dengan prosedur/aturan/kebijakan yang telah ditentukan perusahaan.

4. Bagaimana audit internal dapat memberikan pengaruh besar terhadap

pengendalian internal kredit investasi yang sedang berjalan?

Fungsi audit internal/internal control dapat memberikan pengaruh besar

terhadap pelaksanaan internal control dalam pemberian kredit kepada

debitur dengan pertimbangan seperti kondisi perusahaan, persaingan bisnis,


108

ataupun hal-hal lain yang sedang berkembang. Sehingga selain menilai

pelaksanaan ketaatan (compliance) terhadap prosedur/aturan/kebijakan yang

telah ditentukan perusahaan, juga menilai mitigasi resiko yang telah

dilakukan dalam pemberian kredit meskipun sedikit menyimpang/belum

diatur dalam prosedur/aturan/kebijakan, serta selain itu dapat berfungsi

sebagai penghubung (catalyst) antara unit kredit dengan manajemen selaku

pembina sistem melalui usulan yang diberikan oleh bagian internal

audit/internal control kepada manajemen berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan di lapangan maupun isu/hal-hal yang sedang berkembang di

masyarakat.

5. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan pengendalian internal pemberian kredit

menjadi lebih efektif?

Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas

pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga

secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada efektivitas internal

control.

6. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan pengeluaran biaya dalam proses

pemberian kredit menjadi lebih efisien?

Audit internal secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada

efisiensi biaya-biaya yang timbul dalam pemberian kredit setelah dilakukan


109

audit internal, meski biaya tersebut apabila dinilai tidak terlalu material.

Misalnya biaya OTS (On The Spot) ke perusahaan debitur yang berada

diluar kota, staf kredit yang melakukan OTS bisa saja mengklaim biaya-

biaya lain selain untuk keperluan dinas, seperti biaya pribadi.

7. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan resiko kredit macet menjadi lebih kecil?

Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas

pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga

secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada resiko kredit macet

menjadi berkurang. Tidak hanya risiko kredit macet yang dapat

diminimalisir tetapi risiko-risiko lain seperti risiko operasional, risiko

hukum, risiko reputasi dan risiko kepatuhan juga dapat dihindari. Dengan

berkurangnya kedit macet, Bank dapat melakukan aktivitas usahanya dengan

lancar dan reputasi yang dimiliki Bank menjadi lebih baik sehingga

masyarakat akan merasa aman dan percaya. Sesuai dengan visi PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk. yaitu Bank Terpecaya Pilihan Anda.

8. Apakah dengan dilakukannya audit internal atas pemberian kredit

investasi dapat menyebabkan berkurangnya kolusi antara personel

bagian kredit dengan calon debitur?

Pelaksanaan audit internal / internal control berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan di lapangan dapat mengatasi kelemahan/kekurangan atas

pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian kredit, sehingga


110

secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada berkurangnya

kolusi antara personel bagian kredit dengan debitur. Misalnya, calon debitur

memiliki hubungan spesial dengan staf kredit bank, karena hubungan spesial

ini staf kredit bank mengabulkan permohonan kredit investasinya walau

calon nasabah tersebut tidak memiliki jaminan yang cukup untuk bisa

mendapatkan kredit, atau calon nasabah memberikan jaminan yang non-

marketible tetapi dalam pengakuannya dikatakan marketable, atau yang

lebih parah adalah membuat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan

kenyataan. Hal ini dapat menimbulkan munculnya kredit macet. Dengan

demikian peran audit internal disini sangat diperlukan, tim audit RIC

perkreditan dapat memeriksa lebih lanjut bukti kelayakan calon debitur

kredit. Namun untuk kejadian seperti ini sudah tidak ada lagi di Bank

Mandiri karena begitu ketatnya pengawasan dan beratnya sanksi yang

diberikan.

9. Bagaimana prosedur pelaksanaan dan pelaporan internal audit bagian

kredit investasi yang dilaksanakan oleh PT. Bank X?

Prosedur pelaksanaan internal audit bagian kredit investasi adalah sebagai

berikut :

1. Review pelaksanaan investigasi oleh unit kerja.

2. Verifikasi apakah data Feasibility Study (dengan mempertimbangkan 7

aspek kelayakan kredit yaitu : legal, manajemen, teknis produksi,

pemasaran, keuangan & proyeksi cash flow, agunan dan AMDAL)


111

telah direview dan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan

dalam menentukan kelayakan dan perhitungan pembiayaan proyek .

3. Review kedalaman analisa yang dibuat oleh unit kerja.

4. Review kewajaran penentuan limit/plafond kredit.

5. Yakini bahwa keputusan kredit telah sesuai ketentuan yang berlaku di

Bank Mandiri.

6. Lakukan inquiry Aplikasi Pinjaman untuk mengetahui apakah pemutus

kredit secara sistem sesuai dengan pejabat yang berwenang (sama

dengan yang ada di Nota Analisa).

7. Verifikasi apakah syarat kredit (Legal, Penandatanganan Perjanjian

Kredit dan Pencairan Kredit) yang ditetapkan unit kerja telah

mencakup tindakan pengamanan kredit antara lain penyerahan surat-

surat perizinan proyek sebelum kredit cair.

8. Vouch ceklist pemenuhan syarat kredit.

9. Yakini bahwa setiap pencairan kredit tahap berikutnya dapat

dilaksanakan apabila debitur telah menyerahkan bukti-bukti realisasi

atas pencairan sebelumnya dan atau prestasi proyek, antara lain dengan

melakukan inquiry rekening debitur.

10. Yakini bahwa penggunaan kredit sesuai dengan tujuan pemberian

kredit. Misalnya, nasabah bank mengajukan kredit untuk tujuan

pengadaan mesin-mesin pabrik, maka tima audit RIC menyakini

apakah nasabah benar-benar menggunakan fasilitas kredit ini untuk

membeli mesin pabrik. Dalam hal ini tim audit RIC meminta
112

bukti/nota pembelian atas aktiva tsb kepada unit kerja, apabila perlu

tim audit RIC mengadakan OTS (on the spot) langsung ketempat

nasabah.

11. Yakini pada Feasibility Study (studi kelayakan atau proposal kredit)

dan Nota Analisa Kredit telah memuat analisis SWOT (Strong,

Weakness, Opportunity, Threat) yang mengidentifikasi faktor ancaman

eksternal. Pada Feasibility Study memuat tentang informasi mengenai

usaha calon nasabah yang mana harus memuat analisis SWOT, apabila

dalam analisis ini yang menonjol kebanyakan dalam sisi positif maka

bank setidaknya akan merasa aman untuk membiayai usaha calon

nasabah tersebut.

12. Yakini unit kerja maupun debitur telah membuat contingency plan

untuk pembiayaan dan obyek kredit/proyek untuk meng-cover risiko

eksternal, misalnya dengan hedging, asuransi kredit, asuransi jiwa,

kecukupan jaminan (tercantum dalam syarat-syarat kredit).

13. Verifikasi surat-surat ijin khusus sehubungan dengan deregulasi sesuai

industri yang dibiayai.

14. Review mekanisme pengadaan barang oleh nasabah untuk mengetahui

apakah nasabah melakukan perubahan / peningkatan pengadaan

barang.

15. Bandingkan antara schedule dan biaya investasi dengan realisasinya.

Membandingkan schedule (misalnya schedule pendirian bangunan

pabrik atau perakitan mesin) baik waktu pelaksanaannya maupun


113

jumlah investasinya yang telah dibuat dalam proposal kredit

sebelumnya dan telah disepakati dengan realisasinya dilapangan.

Apakah telah sesuai atau tidak dengan realisasinya.

16. Yakini unit kerja tidak memberikan penjadual kembali (reschedule)

dan penambahan limit kredit yang berbeda dari kriteria awal

pemberian kredit.

17. Bandingkan antara baki debet (limit kredit) dengan schedule angsuran

sesuai Perjanjian Kredit. Membandingkan antara limit plafon kredit

yang diberikan dengan schedule/periode angsuran nasabah

18. Bandingkan antara baki debet dengan schedule angsuran dengan

melakukan inquiry rekening debitur. Tim audit memeriksa rekening

debitur untuk memastikan apakah debitur telah melakukan angsuran

sebelum jatuh tempo.

19. Interview apakah unit kerja telah meminta I&T Operation untuk

melakukan patching data untuk mengetahui adanya perubahan

schedule angsuran.

Prosedur pelaporan internal audit adalah sebagai berikut :

A. Landasan Pemeriksaan

B. Pendahuluan

a. Pelaksanaan Pemeriksaan

b. Tujuan Pemeriksaan

c. Periode Pemeriksaan
114

d. Ruang Lingkup Pemeriksaan

e. Metodologi Pemeriksaan

f. Susunan Tim Pemeriksa

C. Gambaran Umum Unit Kerja

a. Informasi Umum

b. Sarana Pendukung

c. Business Processes

d. Financial Condition

e. Kebijakan

f. External and Internal Environment

D. Hasil Pemeriksaan

10. Bagaimana SKAIB memberikan opini? Bagaimana tindakan yang

dilakukan oleh SKAIB jika menemukan penyimpangan atas aktivitas

pemberian kredit investasi?

Opini atau Pokok-pokok permasalahan yang perlu mendapat perhatian

(Catatan Atas Temuan / CAT) diberikan kepada auditan setelah

dilakukannya audit internal di bidang kredit yang dapat meningkatkan

kualitas pemberian kredit ataupun kebenaran informasi tentang kredit yang

dibutuhkan oleh manajemen.

Tindakan yang dilakukan oleh audit internal yaitu memberikan

Rekomendasi Perbaikan dengan cara memperbaiki / melakukan koreksi

terhadap prosedur-prosedur yang keliru dan disesuaikan dengan prosedur

atau Surat edaran yang berlaku pada Kredit Investasi tersebut.


115

4.2.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari observasi, wawancara dan pertanyaan yang

diajukan peneliti kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini,

maka peneliti memperoleh hal-hal berikut :

1. Audit internal pada perusahaan

a) Kedudukan Regional Internal Control (auditor internal) dinilai

independen dan obyektif karena tidak terlibat langsung dalam aktivitas

operasional yang rutin sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik dan bertanggungjawab langsung kepada Manajer Regional (Kepala

Kanwil).

b) Ruang lingkup audit yang telah dilaksanakan telah mencakup

compliance, verifikasi, dan evaluasi terhadap kebijakan dan prosedur

yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

c) Adanya program audit yang merupakan pedoman bagi auditor internal

dalam melaksanakan audit agar audit yang dilakukan tersusun dan

terencana dengan baik.

d) Laporan audit dibuat setelah audit dilakukan, laporan tersebut berisi

temuan hasil audit, rekomendasi dan saran mengenai kelemahan yang

ditemukan dengan melampirkan bukti-bukti yang diperoleh.

e) Adanya tindak lanjut bagian atau obyek yang diperiksa atas saran dan

rekomendasi yang diberikan oleh tin audit RIC (audit internal) dan

kemudian dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut perbaikan yang

dilaksanakan bagian yang bersangkutan oleh audit internal.


116

2. Pengendalian internal pemberian kredit pada perusahaan

Pengendalian internal pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri

dilaksanakan oleh semua bagian yang terkait mulai dari staf marketing yang

mencari calon nasabah kredit yang potensial dan atau calon nasabah kredit

yang datang sendiri. Pada tahap ini staf marketing menilai proposal calon

nasabah yang kemudian jika dinilai sudah cukup baik diteruskan oleh bagian

staf kredit untuk kemudian ditelaah kembali semua persyaratan

dokumentasi. Kemudian dinilai agunan yang dijaminkan oleh bagian

appraisal, setelah ini supervisor kredit menelaah kembali semua data dan

jika sudah lengkap dan memadai diteruskan untuk minta persetujuan komite

kredit yaitu wakil pimpinan cabang bidang pemasaran dan atau pimpinan

cabang pembantu. Pimpinan cabang memutuskan jika plafond kredit sesuai

dengan batas wewenang memutus kredit (BWMK) apakah kredit diterima

atau ditolak.

Tahapan proses pemberian kredit diatas dilakukan untuk menjaga

terlaksananya pengendalian internal pemberian kredit yang efektif pada PT.

Bank Mandiri. Keberadaan auditor internal dalam hal ini tim audit RIC

PT.Bank Mandiri mempunyai peranan yang penting dalam menunjang

efektifitas pengendalian internal pemberian kredit investasi melalui

kegiatannya memeriksa dan mengumpulkan data yang cukup dengan teknik

pengambilan sampel yang memadai pada setiap proses yang harus dilalui

dalam pemberian kredit sehingga bagian-bagian yang terkait dalam proses


117

pemberian kredit pun menjadi lebih hati-hati dan berusaha menjaga proses

pemberian kredit sesuai prosedur.

3. Peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal

pemberian kredit.

Kredit merupakan usaha pokok bagi setiap bank, dimana dari kredit ini dapat

ditarik keuntungan yaitu selisih antara bunga yang diterima dengan pokok

yang dikeluarkan kredit merupakan sumber pendapatan utama dari suatu

bank. Jika tidak dilakukan pengendalian terhadap kredit, akan ada peluang

besar timbulnya penyelewengan dan penyalahgunaan yang tentunya sangat

merugikan bagi bank. Oleh karena itu manajemen harus menerapkan suatu

alat untuk mengendalikan kredit, khususnya kredit investasi yaitu dengan

adanya fungsi audit internal.

Pelaksanaan audit internal atas kredit investasi PT. Bank Mandiri (Persero)

Tbk. Kantor Wilayah VIII Surabaya yang didasarkan pada program audit,

dapat mencerminkan pengendalian internal yang dilakukan terhadap bagian

kredit khususnya kredit investasi. Berdasarkan pelaksanaan audit tersebut,

maka dapat dilihat sampai sejauh mana audit yang dilakukan dapat berperan

dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi, hal

tersebut meliputi:

a) Compliance

Tim Audit RIC perkreditan melakukan penilaian ketaatan para

karyawan bagian perkreditan terhadap prosedur yang telah ditetapkan


118

oleh perusahaan, apakah telah dilaksanakan dengan benar. Contohnya

antara lain:

i. Memeriksa kebenaran dari pengisian formulir pada bagian analisis

kredit, apakah data-data yang diisi oleh calon debitur sudah benar

dan persyaratannya sudah lengkap.

ii. Memeriksa penandatanganan dokumen calon debitur, apakah telah

ditandatangani oleh bagian analisis kredit dan kepala cabang.

iii. Menilai apakah prosedur pemberian kredit telah mendapat

persetujuan dari pihak yang berwenang, yang terdiri dari kepala

cabang, analisis kredit dan petugas Loan Service.

iv. dll.

b) Verifikasi

Dalam hal verifikasi, tim audit RIC perkreditan melakukan audit

terhadap kebenaran dokumen-dokumen, catatan-catatan dan laporan-

laporan pemberian kredit, contohnya antara lain:

i. Memeriksa apakah seluruh dokumen dan catatan perkreditan calon

debitur telah dicatat dengan benar oleh petugas Loan Service dan

bagian analisis kredit, adapun dokumen yang diperiksa seperti:

bukti-bukti aplikasi kredit.

ii. Memeriksa ketepatan dan kebenaran perhitungan dan penjumlahan

serta perkalian dokumen-dokumen perkreditan calon debitur,

adapun dokumen yang diperiksa seperti: daftar plafond kredit yang


119

telah ditentukan oleh perusahaan dengan tarif yang tercantum pada

ketentuan kredit.

iii. Meneliti penentuan harga pemberian kredit yang diberikan dengan

memeriksa penentuan tarif kredit yang telah ditetapkan oleh

PT.Bank Mandiri.

c) Evaluasi

Tim Audit RIC bagian perkreditan mengawasi apakah perkreditan yang

telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan sistem, prosedur, dan

kebijakan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Apabila terdapat

penyimpangan maka auditor internal harus segera melaporkan kepada

kepala cabang. Selain itu auditor internal juga memberikan saran-saran

atau rekomendasi untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan

yang terjadi. Auditor internal melakukan penilaian secara terus menerus

terhadap pelaksanaan perkreditan yang terjadi.

Audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang

efektifitas pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri. Hal ini

dilakukan untuk menciptakan suatu pelaksanaan pemberian kredit yang sehat dan

teratur sehingga akan memperkecil resiko yang akan dihadapi oleh perusahaann

atas kredit yang disalurkannya.

Tim audit internal RIC Bank Mandiri dapat meningkatkan efektivitas

pengendalian internal pemberian kredit investasi benar-benar diyakini telah


120

memadai karena sebagian besar pelaksanaannya masuk dalam kriteria-kriteria

audit internal yang memadai sebagai berikut:

1. Sudah terdapat struktur organisasi serta uraian tugas, wewenang dan

tanggungjawab dari bagian audit internal.

2. Kedudukan audit internal dalam organisasi telah ditempatkan sedemikian

rupa sehingga auditor internal dapat menjalankan independensi secara

penuh.

3. Adanya program audit yang menunjukkan apa yang telah dicapai serta

saran perbaikan

4. Adanya program audit yang disusun dengan baik, sehingga dapat tercapai

tujuan audit yang diharapkan.

5. Hasil audit staf audit internal yang disertai dengan saran tindakan perbaikan

mendapat dukungan dari manajemen untuk ditindaklanjuti sampai tujuan

audit internal tercapai.

Jadi tim audit RIC Bank Mandiri yang memadai sangat berperan dalam

meningkatkan efektivitas pengendalian dalam hal ini khususnya pengendalian

internal pemberian kredit investasi. Selanjutnya pengendalian internal pemberian

kredit akan efektif bilamana adanya unsur pengendalian internal yaitu

pengendalian penetapan risiko, efektivitas pengendalian, informasi dan

komunikasi, serta monitoring. Disamping itu juga terciptanya keandalan

pemberian kredit, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi pemberian kredit,

dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan pemberian kredit investasi.


121

Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan pada pemberian kredit

investasi, maka Tim audit RIC bidang perkreditan dan manajemen secara terus

menerus mengevaluasi dan menilai pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank

Mandiri agar tujuan perusahaan dapat tercapai.


122

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara, dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-

pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh tim RIC

perkreditan Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah sesuai

dengan pedoman pelaksanaan audit internal yang ditetapkan oleh

kantor pusat.

2. Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah memiliki pelaksana

audit internal yang dilakukan oleh tim audit RIC perkreditan yang

bertanggungjawab kepada manager regional yang fungsinya adalah

memeriksa, mengevaluasi dan memberi solusi atas sistem

pengendalian internal kredit investasi.

3. Auditor intern (RIC) perkreditan yang dimiliki perusahaan

mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian

yang diperiksanya. Hal ini terlihat dengan tidak terlibatnya tim

audit intern terhadap kegiatan operasional perusahaan.

122
123

4. Pelaksanaan audit intern Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya telah

mencakup verifikasi, compliance, dan evaluasi terhadap aktivitas

pengelolaan kredit investasi.

5. Pelaksanaan audit intern untuk kredit investasi dilaksanakan rutin

minimal satu kali setahun, baik dilakukan dengan pemberitahuan

sebelumnya atau dengan surprise audit (bersifat urgent).

Hal-hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan audit internal atas

kredit investasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor

Wilayah VIII Surabaya telah memadai sehingga dapat mendorong

tercapainya pengendalian internal perusahaan yang efektif. Sesuai

dengan proposisi yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti yaitu

Pelaksanaan audit internal yang dilaksanakan dengan memadai dapat

mendukung tercapainya efektivitas pengendalian internal dalam proses

pemberian kredit investasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitan ini tentang peranan audit internal dalam

menunjang efektivitas pengendalian internal kredit investasi, masih

banyak terdapat keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan oleh

peneliti selanjutnya. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :

1. Peneliti merasa kesulitan untuk mendapatkan bukti seperti contoh

kertas kerja pemeriksaan, surat penugasan pemeriksaan, dan

dokumen bukti pendukung lainnya karena faktor kerahasiaan


124

dokumen perusahaan. Sehingga membuat penelitian ini menjadi

kurang sempurna.

5.3 Saran

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas

masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu penulis

menyampaikan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi pihak yang

memiliki kepentingan dengan hasil penelitian.

1. Diharapkan penelitian selanjutnya bisa mendapatkan lampiran bukti

atau contoh kertas kerja pemeriksaan, surat penugasan pemeriksaan,

dan dokumen bukti pendukung lainnya.

2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak melakukan penelitian pada

periode audit perusahaan, agar proses penelitian tidak memiliki

hambatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arrens, Alvin A., And Loebbecke., James K., 2000, Auditing And Integrated
Approach, Eight Edition, Eglewood Clif, New Jersey. Prentice Hall Inc.

Azhar Susanto La Midjan. 1994. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedelapan.


Bandung. Lembaga Informatika Akuntansi.

Cahill, Edward. 2006. Audit Committee And Internal Audit Effectiveness In A


Multinational Bank Subsidiary: A Case Study. Journal Of Banking
Regulation (Online), (Http://www.Palgrave
Journals.Com/Jbr/Journal/V7/N1/Abs/2340011a.Html)

Hiro Tugiman. 1997. Standar Profesional Audit Internal. Cetakan Ke-5.


Yogyakarta. Kanisius.

Ihsan Kusumah. 2008. Peranan Audit Internal Dalam Pencegahan Fraud.


Skripsi Sarjana (Online). Bandung. Universitas Widyatama.
(Http://Hdl.Handle.Net/10364/1048)

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba


Empat.

Iriyadi. 2004. Peranan Internal Auditor Dalam Menunjang Efektifitas Sistem


Pengendalian Intern Penggajian Pada PT. Organ Jaya. Jurnal Ilmiah
Ranggagading. Volume 4 No 2. Pp 67-72.

Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

K. Yin, Robert. 2003. Studi kasus; desain dan metode. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada
Mulyadi, dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi Ke-5. Jakarta. Salemba
Empat.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Ke-5.


Yogyakarta. Liberty.

Messier, Jr., William F., et al. 2005. Jasa Audit & Assurance: Pendekatan
Sistematis. Jakarta. Salemba Empat.

Palfi, Cristina. 2007. Globalization - a challage for internal control and audit in
banking system. Globalization, Risks, Internal control system, Internal
audit, Banking supervision Journal (Jurnal SSRN). Romania. Babe-Bolyai
University of Cluj-Napoca.

Teguh Pudjo Mulyono. 1999. Bank Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Intern Bank.
Edisi Ke-5. Yogyakarta. Djambatan.

Thomas Suyatno, Dkk. 1995. Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta. PT.Gramedia


Pustaka Utama.

Tjukria P. Tawaf. 1999. Audit Intern Bank. Jakarta. Salemba Empat.

Z. Dunil 2004. Risk-Based Audit: Dalam Pemeriksaan Bank Umum. Jakarta.


Indeks.
Lampiran 1

CONTOH FORMAT

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)


I. Executive Summary

A. Audit Rating .

B. Risk Profile .

C. Audit Findings Summary

D. Rekomendasi .

II. Penduluan

A. Metodologi Penilaian Resiko ..

B. Klasifikasi Risiko ..

C. Gambaran Umum Unit Kerja ..

D. Risk Maturity Level ..

E. Risk Process Mapping ..

F. Risk Profile .

III. Pendekatan Audit

A. Tujuan Audit .

B. Periode Audit .

C. Ruang Lingkup Audit .

D. Metodologi Audit .

E. Susunan Tim Pemeriksa .

IV. Hasil Audit

A. Summary of Audit .
B. Areas with Possitive Findings .

C. Results of Audit Findings for Improvement


JADWAL PENULISAN SKRIPSI

KETERANGAN Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan Proposal

Presentasi Proposal

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penulisan Laporan Skripsi

Penyerahan Skripsi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Elok Izza Afrianiswara

Alamat : Jl. Arjuna no.11 Pepelegi Indah Waru

NIM : 2006310332

Jurusan : Akuntansi

Program Studi : Strata 1

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul:

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIFITAS


PENGENDALIAN INTERNAL KREDIT INVESTASI PADA PT. BANK X.
adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri dan bukan jiplakan (plagiat)
dari karya ilmiah orang lain serta bukan hasil dibuatkan oleh orang/pihak lain.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan Skripsi beserta segala hal yang
terkait dengan Skripsi tersebut.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 22 Februari 2010


Yang menyatakan,

Elok Izza Afrianiswara

Das könnte Ihnen auch gefallen