Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
STEP 2
Penelitian kesehatan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan bukti yang akurat. Setelah
dilakukan penelitian kesakitan dan penyakit dari masyarakat, termasuk kebutuhan akan
kesehatan,sistem kesehatan, tantangannya selanjutnya adalah mengetahui persis penyebab
dari kesakitan dan penyakit itu. Walaupun disadari betapa kompleksnya pengertian yang
berbasis bukti untuk dijadikan dasar dari kebijakan (Fafard, 2008)
5. Apa saja hal hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan kebijakan kesehatan?
Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis adalah
penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah organisasi publik dan
swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya yaitu:
a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip diputuskan.
b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk mengintervensi dan
dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk pelayanan kesehatan.
c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang bertanggung jawab
terhadap implementasi kebijakan.
d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi meningkatkan fungsi
dari sistem kesehatan.
Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang dan
implementasi.Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan antara lain:
- Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan kebijakan
yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar.
- Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan
bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi kebijakan
yang diprioritaskan.
- Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil langkah
mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan kelompok-kelompok
yang memprioritaskan model kebijakan.
- Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi pokok
perhatian utama dari penentu kebijakan. Masing-masing model di atas memilah proses
AULIA LBM 3 SKN
Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat dan
diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana
hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan (Walt, 1994).
Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu peran tingkat
pusat yang dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor international juga
turut berperan.
Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan. Aktor-aktor ini
biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Mereka
merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut juga mitra untuk mengkonsultasi dan
memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut (Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan
peranannya (kekuasaannya) sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung
kepada kompromi politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk
diakal (Buse, Walt and Gilson, 1994).Kebijakan itu adalah tentang proses dan power (Walt,
1994). Kebijakan kesehatan adalah efektif apabila pada tingkatan maksimal dapat
diimplementasikan dengan biaya yang rendah (Sutton & Gormley, 1999). Efisiensi dalam hal
ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam investasi untuk memantapkan status
kesehatan. Jadi adalah sangat penting untuk untuk mengalokasikan sumber daya itu kepada
masyarakat yang membutuhkan dan tentu saja berdasarkan bukti-bukti (Peabody, 1999).
Faktor konstekstual yang mempengaruhi kebijakan
o Faktor situasional: Faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak
pada kebijakan (contoh: kekeringan)
o Faktor struktural: bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah (misal: system
politik)
o Faktor Budaya: Faktor yang dapat berpengaruh seperti hirarki, gender, stigma
terhadap penyakit tertentu
Hal ini dapat di lihat dengan jelas dari gambaran penyakit utama di daerah
perkotaan Indonesia dan negara berkembang lainnya.
Siagian (2005 : 15) mengemukakan bahwa strategi adalah suatu istilah yang semula
bersumber dari kalangan militer yang memiliki arti kiat yang digunakan untuk
memenangkan peperangan." Sebuah kemenangan adalah tujuan yang ingin dicapai
dalam suatu peperangan, maka dapat diartikan bahwa strategi pada hakekatnya adalah
AULIA LBM 3 SKN
suatu cara, kiat, atau siasat untuk mencapai tujuan. Pendapat Siagian sejalan dengan
Echols (1996 : 560) yang menyatakan bahwa strategi (strategy) adalah "ilmu siasat
dalam perang", sedangkan strategis (strategic) dimaknai sebagai suatu upaya yang
dijalankan menurut siasat atau rencan
kebijakan strategis adalah suatu proses pembuatan keputusan untuk penentuan tujuan
dan cara atau alternatif terbaik dalam mencapai tujuan tersebut yang didasarkan pada
siasat/kiat atau strategi tertentu. Strategi kebijakan perlu dijalankan mengingat banyak
faktor yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap produk akhir sebuah
kebijakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusuan kebijakan tersebut
adalah faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan, sosial-politik serta
para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap produk kebijakan, dan faktor
internal seperti masalah kelembagaan, sumber daya manusia. masalah ketersediaan
waktu atau masalah sumber biaya/anggaran.
1. Dasar dari sebuah penyusunan kebijakan adalah adanya isu atau masalah publik. Disebut
isu apabila masalahnya bersifat strategis, yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak
orang, atau bahkan keselamatan bersama. Biasanya berjangka panjang, tidak bisa
diselesaikan oleh perorangan dan menuntut adanya penyelesaian.
2. Isu tersebut kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan dalam
rangka menyelesaikan masalah tersebut. Dalam perumusan kebijakan ini dimungkinkan
melibatkan berbagai unsur yang memiliki kepentingan terhadap lsu/masalah tersebut dan
nantinya seluruh keputusannya akan menjadi hukum bagi yang terkait dengan masalah
tersebut.
3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan itu dijalankan baik oleh pemerintah, masyarakat,
maupun oleh pemerintah bersama-sama masyarakat.
4. Di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan diperlukan tindakan
evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk penilaian apakah kebijakan tersebut sudah
dirumuskan dengan baik dan benar serta dijalankan dengan baik dan benar pula.
AULIA LBM 3 SKN
5. Implementasi kebiiakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri
maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pemanfaat.
6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk dampak
kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan
kebijakan tersebut.
14. Apa saja macam macam kebijakan kesehatan yang berlaku di Indonesia?
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
Peningkatan imunisasi
Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat gizi
mikro lainnya
15. Apa saja misi dan visi kebijakan kesehatan yang berlaku di Indonesia ?
Visi dan misi
Visi: Depkes sbg penggerak pembangun kesehatan menuntun terwujudnya
Indonesia Sehat
Misi: - Menetapkan menejemen kesehatan yg dinamis dan akuntable
- Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan
- Memberdayakan masy tiap daerah
- Melaksanakan pembangunan kesehatan yg berskala nasional
17. Apa saja yang berperan dalam penetapan dari kebijakan kesehatan ?
o Faktor situasional: Faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak
pada kebijakan (contoh: kekeringan)
o Faktor struktural: bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah (misal: system
politik)
AULIA LBM 3 SKN
o Faktor Budaya: Faktor yang dapat berpengaruh seperti hirarki, gender, stigma
terhadap penyakit tertentu
b. Penentuan Kriteria; pada tahap ini adalah penentuan prioritas masalah yang akan
segera dipecahkan melalui berbagai kriteria, pertimbangan logis dan
rasional. Pertanyaan-pertanyaan penting pada tahap ini adalah : Apa yang
seharusnya menjadi tujuan jangka panjang (goals) dan jangka pendek
(objectives) atau targetnya ? Apakah hubungan antara tujuan-tujuan tersebut
dengan masalah yang perlu dipecahkan sudah logis ? Apabila ya, bagaimana
mengangkat masalah tersebut secara persuasif ke suatu forum agenda kebijakan
publik supaya mendapat perhatian yang luas dan serius ? Oleh sebab itu masalah
yang disusulkan harus didasarkan pada informasi atau data yang bebas dari
rekayasa (data riil dan pasti)
c. Identifikasi Alternatif Kebijakan; Apabila masalah tersebut telah disetujui untuk
dipecahkan, maka pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab adalah sebagai
AULIA LBM 3 SKN
Maka tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk membenarkan faktor-
faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah dianalisis. Apabila terdapat
kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik maka perusahan itu harus
mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan peluang yang ada secara baik
begitu juga pihak perusahaan harus mengetahui kelemahan yang dihadapi agar
menjadi kekuatan serta mengatasi ancaman menjadi peluang.
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa
perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran
apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam menjalankan
misinya dan mewujudkan visinya. Manfaat dari analisis SWOT adalah merupakan
strategi bagi para stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau kedepan
terhadap kualitas internal maupun eksternal.