Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
13 (3)
ISSN 1907-1760
Kloning Gen Penyandi Antigen HBsAg100 dalam Rangka Produksi Protein Rekombinan
Sebagai Model Imunogen untuk Menghasilkan Antibodi
ABSTRACT
Since one decade ago, a new paradigm of vaccine design is emerging. Instead of
attenuated virulent microorganisms or killed virulent microorganisms, effective subunit
vaccines were developed using recombinant DNA technology. By using the technology, selected
genes of the virulent microorganisms can be cloned, expressed, and evaluated as vaccine
components. In this research, hydrophilic domain of S protein (aa 100-164)-encoding gene of
hepatitis B surface antigen was cloned for vaccine candidate production. The gene was ligated
with pGEX-4T-2 vector and sequenced. Sequences aligment of the amplified fragment with
genome of hepatitis B virus indicated that the sequences were identical. A major result achieved
from this research was clones carrying S antigens-encoding gene that could be used further for
production of recombinant hepatitis B vaccine candidates.
hepatitis B,oleh karena itu, pada tahun 1987, hepatitis B rekombinan dengan teknologi
WHO menetapkan Pulau Lombok sebagai rekayasa DNA menggunakan bakteri ini
model imunisasi masal hepatitis B pertama akan menggantikan metode produksi vaksin
di dunia. Hasil proyek tersebut menunjukkan konvensional dari plasma yang memiliki
penggunaan vaksin konvensional mampu kelemahan seperti rendahnya imuno-
menurunkan prevalensi hepatitis B hanya genisitas, sumber plasma yang terus
sampai 70% (Mulyanto et al., 2002). Hasil berkurang (karena jumlah penderita penyakit
imunisasi tersebutdinyatakan belum optimal, hepatitis B menurun sejalan dengan
hal ini antara lain disebabkan karena vaksin keberhasilan vaksinasi), serta kekhawatiran
konvensional yang digunakan (Korean adanya kontaminasi penyakit lain pada
Green Cross) berasal dari plasma darah serum donor. Karena gen penyandi antigen
orang asing sehingga tidak mampu tersebut diisolasi dari virus hepatitis B yang
menstimulasi munculnya tanggap kebal terdapat di Indonesia, maka antigen ini
(antibodi) spesifik yang mampu melawan diharapkan dapat menghasilkan kandidat
virus hepatitis B yang terdapat di Indonesia vaksin rekombinan hepatitis B yang sesuai
(Joung et al., 2004). dengan genetik virus tersebut di Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
pada penelitian ini dilakukan rekayasa METODE
terhadap gen penyandi antigen permukaan
hepatitis B untuk menghasilkan antigen Untuk mengamplifikasi fragmen S
HBsAgpada E. coli dengan menggunakan (asam amino nomor 100-164) dari gen
teknologi rekombinan. Kendala utama penyandi antigen permukaan virus hepatitis
produksi antigen tersebut pada bakteri E. B, digunakan plasmid pGET-HB (disediakan
coli adalah tingkat ekspresinya sangat oleh Prof. Mulyanto, Laboratorum Hepatitis
rendah (Maruyama et al., 2000). Rendahnya Mataram) yang membawa gen-gen per-
tingkat ekspresi tersebut disebabkan oleh mukaan virus hepatitis B sebagai cetakan.
bagian hidrofobik (Lu et al., 2002; Kumar et Untuk amplifikasi tersebut, digunakan
al., 2005). Oleh karena itu, pada penelitian primer HBVS.100(f) (5-TATCAAGG-
ini bagian yang dikloning adalah bagian TATGTTGCCCGTTTG -3) dan HBV-
penyandi epitop yang bersifat hidrofilik (dari ADWS (r) (5-AAGCTTCATTACTCCC-
asam amino 100-164). Selain itu, gen ATAGGTATTTTGCGAAAG-3). Enzim
penyandi antigen permukaan hepatitis B di DNA polimerase yang digunakan adalah
atas akan digabung (fusi) dengan gen enzim pyrobest (Takara Bioinc., Otsu,
penyandi enzim gluthation-S-transferase Japan). Fragmen tersebut kemudian diligasi
(GST) untuk meningkatkan ekspresi maupun dengan teknik Kloning TA menggunakan
solubilitas antigen yang sangat penting vektor pGEX-4T-2 (Pharmacia). Plasmid
untuk aktivitas maupun proses purifikasi rekombinan tersebut kemudian ditrans-
(Sheu et al., 1995; Vikis and Guan, 2000; formasi ke bakteri E. coli DH5. Kultur
Koschoreck et al., 2005). Gen penyandi bakteri dilakukan pada media Luria Bertani.
antigen permukaan hepatitis B yang Sedangkan isolasi plasmid untuk sekuensing
digunakan pada penelitian ini adalah gen digunakan Kit Nucleospin (Macherey,
yang diisolasi dari virus hepatitis B sub tipe Nalgen).
adw sebagai subtype utama di Indonesia.
Hal ini dimaksudkan untuk membuat Amplifikasi gen penyandi HBsAg100
kandidat vaksin galur lokal yang mampu Campuran PCR yang digunakan
memberikan respon antibodi yang spesifik adalah 0,1 unit enzim DNA polymerase
sesuai dengan genetik virus hepatitis B yang pyrobest (Takara Bioinc., Otsu, Japan)
terdapat di Indonesia. dengan bufernya; 0,5 M primer forward (f)
Dihasilkannya kandidat vaksin dan reverse (r); 0,2 mM dNTP; 1 ng/ml
memudahkan ekspresi pada bakteri. cepat, yaitu 40 detik per 1 kilo pasang basa.
Untuk mendapatkan gen tersebut, Hal ini dikarenakan enzim polymerase
berbagai upaya optimalisasi terhadap kondisi Pyrobest merupakan enzim dengan tingkat
reaksi amplifikasi telah dilakukan. Langkah- kecermatan tinggi (high fidelity) yang
langkah optimalisasi tersebut diantaranya memiliki kemampuan proof-reading.
mengatur suhu dan waktu annealing, Produk PCR selanjutnya dimurnikan
mengatur konsentrasi DNA sebagai cetakan dari adanya kelebihan primer-primer mau-
dan primer, serta mengatur konsentrasi pun substrat dan enzim yang digunakan pada
enzim polymerase DNA. campuran PCR dengan teknik pemotongan
Campuran PCR yang berhasil gel menggunakan DNA Gel extraction kit.
digunakan untuk mendapatkan hasil PCR Selanjutnya, hasil pemurnian tersebut
yang optimal adalah 0,1 unit enzim DNA digunakan pada tahap ligasi dengan plasmid
polymerase pyrobest (Takara Bioinc., Otsu, pGEX-4T-2 (Pharmacia) yang telah dipotong
Japan) dengan bufernya; 0,5 M primer dengan enzim Sma1. Karena enzim yang
forward (f) dan backward (b); 0,2 mM digunakan untuk proses amplifikasi di atas
dNTP; 1 ng/ml plasmid pGEMT-HB sebagai adalah enzimPyrobestyang tergolong enzim
cetakan. Penggunaan DNA dengan kon- yang mempunyai tingkat kecermatan tinggi
sentrasi kurang dari 1 ng/ml menghasilkan (high fidelity), maka produk PCR yang
pita gen target yang tidak terlalu jelas. dihasilkan berbentuk blunt-end. Oleh karena
Sedangkan penggunaan DNA melebihi 1 itu, teknik ligasi yang sesuaiadalah teknik
ng/ml menyebabkan munculnya beberapa blunt-end.
pita produk PCR yang tidak sesuai dengan Campuran reaksi dari reaksi ligasi
ukuran pita target. Program PCR yang tersebut adalah produk PCR yang telah
berhasil digunakan adalah 94oC selama 5 diphosphorilasi sebanyak 2 l, 25 ng/l
menit, 25 siklus pada 94oC selama 30 detik, plasmid pGEX-4T-2 yang telah di-
54oC selama 30 detik dan 72oC selama 30 phosphorilasi, 1 l kit ligasi,kemudian
detik, diakhiri dengan 72oC selama 5 menit diinkubasi pada suhu 12oC selama 18 jam.
dan 20oC sampai sampel diangkat untuk Selanjutnya, dilakukan transformasi dengan
dielektroforesis. Untuk menemukan suhu E. coli DH5dan kemudian ditumbuhkan
annealing yang ideal (54oC), telah dilakukan pada media LB yang mengandung ampisilin
PCR menggunakan beberapa suhuannealing pada suhu 37oC selama 14 jam. Koloni
mulai dari 50oC, 52oC, dan 56oC. Namun bakteri yang tumbuh diduga memiliki
pita gen target terjelas diperoleh pada saat plasmid rekombinan. Untuk memastikan hal
menggunakan suhu 54oC. tersebut, dilakukan skrining koloni yang
Ketepatan suhu dan waktu annealing, membawa plasmid tersebut dengan teknik
konsentrasi DNA dan primer, serta kon- PCR koloni.
sentrasi enzim polymerase DNA yang Introduksi plasmid pGEX-HB100 ke
digunakan sangat menentukan keberhasilan dalam bakteri inang E. coli DH5
amplifikasi. Penggunaan suhu annealing (transformasi) berhasil dilakukan dengan
54oC selama 30 detik telah menyebabkan teknik heat shock.Koloni bakteri E. coli
primer-primer yang digunakan dapat DH5 pembawa plasmid rekombinan pGEX-
menempel pada daerah spesifik dari DNA HB100hasil transformasi ditumbuhkan
cetakan. Selain itu, waktu yang diperlukan pada media seleksi (ampisilin 50 l/ml)
untuk tahap extention selama 30 detik pada yang mengandung X-gal dan IPTG. Hasil
suhu 72oC karena enzim polymerase kultur dari bakteri tersebut dapat dilihat pada
Pyrobest yang dipergunakan memerlukan Gambar 2. Koloni bakteri yang berwarna
waktu 1 menit per 1 kilo pasang basa. putih diduga membawa plasmid rekombinan
Berbeda dengan enzim polymerase Ex Taq pGEX-HB100, sedangkan koloni bakteri
yang biasanya memiliki kemampuan lebih yang berwarna biru tidak membawa plasmid
gen insert dengan bagian genom virus DH5. Hasil sekuensing menunjukkan tidak
Hepatitis B dapat dilihat pada Gambar4. terdapat mutasi pada gen hasil kloning. Oleh
Hasil pensejajaran (aligment) sekuensing karena itu, penelitian lanjutan yang harus
plasmid rekombinan yang diisolasi dari dilakukan adalah uji ekspresi untuk
koloni bakteri rekombinan menunjukkan menghasilkan protein rekombinan sebagai
kesamaan dengan sekuen dari bagian genom kandidat vaksin.
virus hepatitis B. Hal ini menunjukkan
bahwa gen hasil amplifikasi tersebut tidak UCAPAN TERIMA KASIH
mengalami mutasi dan dapat digunakan
untuk menghasilkan antigen hepatitis B Pada kesempatan ini penulis
bagian S pada bakteri. Plasmid rekombinan mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
yang tidak memiliki mutasi pada sekuen dr. Mulyanto (Direktur Laboratorium
insertnya selanjutnya disimpan untuk Hepatitis Mataram) yang telah menyediakan
ditransformasikan pada E. coli BL21 untuk bakteri E. coli DH5 pembawa plasmid
memproduksi protein HBsAg100. pGEMT-HB. Juga kepada Dr. Sulaiman
Ngongu Depamede dan I Gusti Ayu Sri
KESIMPULAN DAN SARAN Andayani, S.Si. (Laboratorium Imunologi
Universitas Mataram) serta kepada Dedy
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Iswaini, S.Pt. dan Susila Yati, S.Si.
disimpulkan bahwa gen penyandi antigen (Laboratorium Mikrobiologi dan
HBsAg100 berhasil diamplifikasi, kemudian Bioteknologi) atas bantuannya selama
diligasi dengan vektor pGEX-4T-2, dan penelitian.
ditransformasikan ke dalam bakteri E. coli
19.329 pb
7.743 pb
6.223 pb
4.254 pb
3.472 pb
2.690 pb
1.882 pb
1.489 pb
925 pb
421 pb
Gambar 3. Pita DNA plasmid pGEX-4T-2 rekombinan hasil elektroforesis dalam 1% agrosa M :
marker DNA . Lajur 1 : Pita DNA plasmid utuh pGEX-4T-2 rekombinan. Lajur 2, 3, 4, 5, 6, 7 :
pita DNA plasmid pGEX-4T-2 rekombinan yang dipotong dengan enzim Sma1.
Gambar 4. Alignment sekuen gen insert (penyandi antigen HBsAg100) dengan bagian genom
virus Hepatitis B (VHB)
Koschorreck M., Fischer M., Barth S., and mass immunization program. Report
Pleiss J. 2005. How to find soluble meeting of the US-Japan cooperative
proteins: a comprehensive analysis of medical science program asian region
alfa/beta hydrolases for recombinant collaboration research project 2001,
expression in E. coli. BMC Genomics, Sanghai.
6, 1-10. Sambrook, J., Fritsch, EF., and Maniatis, T.
Kumar, S. G. B., Ganapathi, TR., Revathi, 1989. Molecular Cloning: A
L., Srinivas, VA. and Bapat. 2005. Laboratory Manual. ColdSpringHarbor
Expression of hepatitis B surface Laboratory Press, New York.
antigen in transgenic pitaana plants. Sheu SY., and Lo SJ. 1995. Deletion or
Planta, 222, 484-493.
alteration of hydrophobic amino acids
Lu YY., Li K., Cheng J., Wang L., Liu Y., at the firs and third transmembrane
and Zhang LX. 2002. Cloning and domains of hepatitis B surface antigen
expression of the preS1 gene of enhances its production in Escherichia
hepatitis B virus in yeast cells. coli. Gene, 160, 179-184.
Hepatobiliary Pancreat Dis Int. 1, 238- Vikis HG., and Guan KL. 2000. Glutathione-
242. S-Transferase-Fusion Based Assays
Maruyama, J., Ohnuma, H., Yoshikawa, A., for Studying Protein-Protein
Kadokura, H., Nakajima, H., and Interaction. In: Methods in Molecular
Kitamoto. 2000. Production and Biology, vol. 261. Humana Press Inc.,
product quality assessment of human Totowa, NJ.
hepatitis B virus pre-S2 antigen in Winarno FG, Agustinah W. 2007. Pengantar
submerged and solid-state culture of Bioteknologi. Ed Revisi. Bogor: M-
Aspergillus oryzae. J. Biosci. Bioeng., Brio Press.
90, 118-120.
Yamada T., Iwabuki H., Kanno T., Tanaka
Muladno. 2002. Tekonologi Rekayasa H., kawai T., Fukuda H., Kondo A.,
genetikaa. Bogor Baru: Pustaka Seno M., Tanizawa K., and Kuroda S.
Wirausaha Muda. Bogor. 2001. Physicochemical and
Mulyanto, Soewignjo, S., Gunawan, S., immunological characterization of
Sumarsidi, D., Kadir, S., and Wiryo, hepatitis B virus envelope particles
H. 2002. Hepatitis B seroprevalence exclusively consisting of the entire L
among children in Mataram, (pre-S1+pre-S2+S) protein. Vaccine,
Indonesia: following a seven-year 19, 3154-3163.