Sie sind auf Seite 1von 24

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

PUSKESMAS BANDONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN


PASIEN MINUM OBAT TB DI PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN
MAGELANG TAHUN 2015-2016

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh :
Yesi Oktafarina
10711006

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PASIEN


MINUM OBAT TB DI PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015-2016
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

DisusunOleh :

Yesi Oktafarina
10711006

Telah disetujui dan disahkan oleh :

DosenPembimbingFakultas

dr. Nur Aisyah Jamil, M.Kes

Dosen Pembimbing Lapangan I Dosen Pembimbing Lapangan II

dr. Benyamin Tri Darma P. N. dr. Evi Restu Pertiwi


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbilalamin puji syukur atas kehadirat dan rahmat Allah SWT
yang telah memberikan curahan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
berpartisipasi, berbakti dan mengabdi di masyarakat melalui kegiatan kepanitraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Segala kekurangan dan kesalahan yang penulis tidak harapkan mungkin pernah
terjadi, namun berkat adanya dukungan semangat dari diri sendiri dan pihak-pihak yang
sangat berjasa, dalam segi fisik maupun moril akhirnya seluruh tahap dapat dilalui dengan
lancar. Sehubungan dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drg. Maya Christanti selaku Kepala Puskesmas Bandongan
2. dr. Benyamin Tri Darma P. N.
3. dr. Evi Restu Pertiwi
4. dr. Nur Aisyah Jamil., M.Kes selaku pembimbing dari fakultas.
5. Kedua orang tua saya yang tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat,
dan tak pernah lelah untuk selalu mendoakan.
6. Seluruh teman-teman stase IKM FK UII Puskesmas Bandongan.
7. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah ikut
membantu kelancaran seluruh kegiatan dan laporan ini, maka penulis ucapkan
terimakasih.

Banyak sekali kekurangan yang mungkin masih ditemukan, sehubungan dengan itu
penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk pendapat, kritik dan saran yang
membangun. Diharapkan pada penulisan yang akan datang, penulis dapat menjadi lebih baik
lagi.

Magelang, 24 April 2016

Penulis
FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PASIEN
MINUM OBAT TB DI PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
Yesi Oktafarina1
1
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

INTISARI

Latar Belakang : Tuberkulosis pulmonari (TB paru) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan bisa juga disebabkan oleh bakteri-
bakteri lain yaitu Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum tetapi jarang.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB diantaranya, kemiskinan pada berbagai
kelompok masyarakat, kegagalan program TB, perubahan demografik yang disebabkan
meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur penduduk. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan TB diantaranya adalah kurangnya
pengetahuan pasien tentang penyakit TB, pelayanan kesehatan yang kurang baik,
penyuluhan kesehatan yang kurang, serta tidak adanya pengawasan dalam minum obat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien minum obat TB di Puskesmas Bandongan tahun 2015-2016.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor peyebab ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB
di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang tahun 2015-2016. Analisis data dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien minum obat TB
dengan dengan menggunakan software PSAW Statistic 18. Data dari hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk tabel. Rencana analisis yang akan digunakan adalah analisis
univariat untuk mengetahui deskripsi hasil temuan baik variabel terikat maupun bebas.
Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang
dapat disimpulkan bahwa penderita TB paru yang tidak patuh berobat ada 26 orang (61%)
dan yang patuh 16 orang (38%). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit TB, pengetahuan masih buruk ada 24 orang
(58%) dan tingkat pengetahuan baik ada 18 orang (42%). Faktor lain adalah penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB, menurut responden ada 12 orang (29%) penyuluhan masih
buruk dan penyuluhan baik ada 30 orang (71%). PMO masih buruk ada 6 orang (14%) dan
PMO baik ada 36 orang (86%).
Simpulan : Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien minum obat,
dan penyebab paling tinggi adalah pengetahuan pasien tentang penyakit TB masih rendah,
penyuluahan yang kurang dan Pengawas Minum Obat yang masih harus diperbaiki.
Kata Kunci : Penyakit TB, faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat

BAB 1
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis pulmonari (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan bisa juga disebabkan oleh bakteri-bakteri lain
yaitu Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum tetapi jarang. Antara tahun
1983-1993 telah dilakukan survei prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita
tiap 100.000 penduduk. Terdapat sekitar 1/3 penderita TB paru disekitar puskesmas, 1/3
ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahan swasta, praktek swasta dan
sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan (Kumar,2010).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB dan 3 juta kematian akibat
TB di dunia, terjadi pada Negara-negara berkembang.Indonesia masih menempati urutan
ke-3 di dunia untuk jumlah kasus TB paru setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat
250.000 kasus baru TB paru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB paru. Diseluruh dunia
tahun 2004, WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB paru dengan 49% kasus
terjadi di Asia Tenggara (WHO 2006).Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia
produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat
TB, maka akan kehilangan pendapat sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis,
TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara social stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat (Pedoman Penanggulangan TB, 2008).
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB diantaranya, kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat, kegagalan program TB, perubahan demografik yang
disebabkan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur penduduk.
(Pedoman Penanggulangan TB, 2008). Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam pengobatan TB diantaranya adalah kurangnya pengetahuan
pasien tentang penyakit TB, pelayanan kesehatan yang kurang baik, penyuluhan kesehatan
yang kurang, serta tidak adanya pengawasan dalam minum obat. Pengobatan tuberkulosis
dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut yaitu OAT harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan
(Elsevier,2007). Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti ingin
mengetahui faktor peyebab ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB.
BAB II
METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional.


Penelitian dilakukan di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang. Waktu penelitian
dilakukan selama 6 hari yaitu mulai tanggal 11 April 2016 hingga 16 April 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor peyebab ketidakpatuhan minum obat pada
penderita TB di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang tahun 2105-2016. Populasi
penelitian yaitu semua pasien TB yang datang ke Poli TB di Puskesmas Bandongan. Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah total sampling yaitu semua jumlah
sampel yang ada di Puskesmas Bandongan. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini yaitu
semua pasien yang menderita TBC berdomisili di Kecamatan Bandongan, Kabupaten
Magelang dan bersedia mengikuti penelitian dibuktikan dengan adanya informed consent
serta dapat berkomunikasi dengan baik.

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien minum obat TB, yaitu pengetahuan responden tentang penyakit TB,
faktor pelayanan kesehatan (ketersediaan OAT, penyuluhan kesehatan, sikap petugas
kesehatan, pengawasan menelan obat, dan kepatuhan pasien berobat. Variabel terikat pada
penelitian ini yaitu kepatuhan dan ketidakpatuhan pasien minum obat TB di Puskesmas
Bandongan, Kabupaten Magelang tahun 2015-2016.
Cara pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
pada penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara dengan dibantu kuesioner yang
terdiri dari identitas responden dan pertanyaan yang terkait dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ketidakpatuhan paseien minum obat TB. Kuisioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan kemudian di skor, untuk pengetahuan responden ada 9 pertanyaan
dikatakan baik jika skor 7 dan buruk jika 6. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB
ada 5 pertanyaan, dikatakan baik jika skor 3 dan buruk jika 2. Sikap petugas kesehatan
terhadap pasien TB ada 5 partanyaan, dikatakan baik jika skor 3 dan buruk jika 2.
Pengawas Minum Obat ada 5 pertanyaan, dikatakan baik jika skor 3 dan buruk jika 2.
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari berbagai pihak yang terkait yaitu data
pasien TB yang diperoleh dari Poli TB di Puskesmas Bandongan. Data yang telah
terkumpul kemudian dilakukan pengolah data serta analisis data. Analisis data dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan pasien minum
obat TB dengan menggunakan software PSAW Statistic 18. Data dari hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk tabel. Rencana analisis yang akan digunakan adalah analisis
univariat untuk mengetahui deskripsi hasil temuan baik variabel terikat maupun bebas.

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada subyek penelitian


tentang semua faktor yang terkait dengan penelitian ini dan subyek penelitian harus
menyetujui untuk menjadi responden. Peneliti harus menjaga kerahasiaan identitas subyek
penelitian sehingga hanya peneliti dan subyek penelitian yang mengetahui. Peneliti harus
menjaga kerahasiaan data sehingga hanya data-data tertentu yang berhubungan yang akan
dipaparkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandongan, Kabupaten Magelang.
Puskesmas Bandongan merupakan salah satu Puskesmas dari 29 Puskesmas yang
ada di Kabupaten Magelang yang letaknya dekat dengan Kota Magelang, tepatnya
di Dusun Kwancen Desa BandonganKecamatan Bandongan. Luas wilayah kerja
Puskesmas Bandongan 45,79 km2, beberapa wilayah Desa di wilayah Puskesmas
Bandongan merupakan daerah rawan bencana tanah longsor dan kekeringan.

2.Analisis Univariat
a) Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari kuesioner yang terdiri
dari usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, penghasilan tiap bulan dan jumlah anggota
keluarga (table1). Rentang usia responden terbanyak adalah >30 tahun sebanyak 25
orang (60%) dan yang paling sedikit usia 20-25 tahun sebanyak 5 orang (12%). Usia
<20 tahun 6 orang (14%), usia 26-30 tahun (14%).Pekerjaan pasien sebagai ibu
rumah tangga berjumlah 17 orang (40%), sedangkan yang tidak bekerja 7 orang
(17%), sebagai petani 8 orang (19%), wiraswasta 17 orang (40%) dan pensiun 1
orang (2%).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang belum sekolah 3
orang (7,1%),29 orang menempuh pendidikan SD (69,04), 8 orang menempuh
pendidikan SMP (19,04%), 4 orang menempuh pendidikan SMA (9,5%) dan tidak
ada orang menempuh pendidikan perguruan tinggi. Penghasilan keluarga dalam
kategori di bawah UMR Kabupaten Magelang sebesar Rp 1.255.000,00 sebanyak 27
orang (64%) dan berpenghasilan tinggi sebanyak 15 orang (36%).Jumlah anggota
keluarga responden kurang dari 2 orang sebanyak 2 orang (5%), 2-5 orang sebanyak
36 orang (86%) dan lebih dari 5 orang sebanyak 4 orang (9%).
Jumlah pasienTB yangberjenis kelamin laki-laki ada 24 orang (57%) dan
18orang (43%). Rerata usia responden pada penelitian ini yaitu 35 tahun 9 bulan.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Usia Responden
<20 tahun 6 14
20-25 tahun 5 12
26-30 tahun 6 14
>30 tahun 25 60
Total 42 100
Pekerjaan Responden
Tidak bekerja 7 17
Ibu Rumah Tangga 9 22
PNS 0 0
b) Wiraswasta 17 40 Faktor-faktor yang
Petani 8 19
Pensiun 1 2 dapat mempengaruhi
Total 42 100 ketidakpatuhan
Pendidikan Responden
Belum sekolah 3 7 responden minum obat
SD 29 69 Tabel 3.
SMP 7 17
SMA 3 7 Pengetahuan
Perguruan Tinggi 0 0 responden tentang
Total 42 100
penyakit TB
Penghasilan Keluarga
<1.255.000,00 27
Tingkat Pengetahuan Frekuensi 64
Presentase (%)
>1.255.00,00
Baik 1518 3642
Total Buruk 42 24 100 58
Jumlah Anggota
Total Keluarga 42 100
<2 orang 2 5
2-5 orang 36 86
>5 orang 4 9
Total 42 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 57
Perempuan 18 43
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.didapatkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit TB di Puskesmas Bandongan tahun 2015-2016 yang baik sebanyak 18
orang (42%), sedangkan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 24 orang (58%).
Tabel 4. Ketersediaan OAT di Puskesmas Bandongan
Ketersediaan OAT Frekuensi Presentase (%)
Baik 42 100
Buruk 0 0
Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.didapatkan bahwa ketersediaan OAT di Puskesmas


Bandongan semua dalam keadaan baik sebanyak 100%.

Tabel 5. Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyakit TB

Penyuluhan Kesehatan Freskuensi Presentase (%)


Baik 30 71
Buruk 12 29
Total 42 100

Berdasarkan tabel 5. didapatkan bahwa penyuluhan kesehatan tentang TB di


Puskesmas Bandongan adalah baik sebanyak 71%, sedangkan yang buruk 29%.

Tabel 6. Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien TB

Sikap Petugas Kesehatan Frekuensi Presentase(%)


Baik 40 95
Buruk 2 5
Total 42 100

Berdasarkan tabel 7. didapatkan bahwa sikap petugas kesehatan terhadap


pasien TB adalah baik sebanyak 95%, dan sikap petugas kesehatan yang buruk
5%.

Tabel 8. Pengawas Menelan Obat TB

Pengawas Menelan Obat Frekuensi Presentase (%)


Baik 36 86
Buruk 6 14
Total 42 100
Berdasarkan tabel 8.didapatkan bahwa tingkat pengawas menelan obat TB
adalah baik sebanyak 86%, sedangkan tingkat pengawas menelan obat buruk
adalah 6%.

Tabel 9. Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Frekuensi Presentase(


%)

Patuh 16 38

Tidak Patuh 26 61

Berdasarkan tabel 9. didapatkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat TB


yang patuh ada 16 orang (38%), dan yang tidak patuh 26 orang (61%).

B. PEMABAHASAN

Pada penelitian ini penderita TB paru yang tidak patuh berobat ada 26 orang
(61%)dan yang patuh 16 orang (38%) dari seluruh pasein TB yang berobat ke
Puskesmas Bandongan.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan pasein
minum obat TB, diantaranya kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB,
pelayanan kesehatan yang kurang baik, penyuluhan kesehatan yang kurang, serta tidak
adanya pengawasan dalam minum obat.Di Puskesmas Bandongan, faktor yang paling
tinggi menyebabkan ketidakpatuhan pasien minum obat adalah tingkat
pengetahuanpasien tentang TB masih kurang, ada 55%.Pengetahuan tentang penyakit
TB sangat berpengaruh terhadap kesembuhan dan kepatuhan pasien dalam minum obat
TB.
Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat kepatuhan
pasien melaksanakan pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas
kesehatan, karena pengobatan TB dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang,
sehingga kepatuhan minum obat (adherence) juga sering menjadi masalah yang harus
dipikirkan sejak awal pengobatan. Minum obat yang tidak rutin terbukti telah
menyebabkan kegagalan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, tentu perlu adanya
pengaturan prngguanaan obat sesuai tujuan dan sangat diperlukan pengawas minum
obat. PMO (Pengawas Minum Obat) adalah orang yang bertugas mengawasi secara
langsung terhadap penderita TB pada saaat minum obat setiap harinya dengan
menggunakan panduan obat. Tujuan diadakannya pengawasan minum obat pada
penderita TB adalah untuk menjamin kepatuhan dan keteraturan pengobatan sesuai
jadwal yang telah disepakati pada awal pengobatan, untuk menghindari penderita dari
putus minum obat sebelum waktunya dan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan
pengobatan dan kekebalan terhadap OAT. PMO kolaborasi dengan petugas kesehatan
dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga
faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat kepatuhan dan keberhasilan
pengobatan (Depkes, 2010).
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan
penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga
kesehatan yang meliputi jumlah tenaga kesehatan. Dari pihak PuskesmasBandongan
sudah melakukan berbagai upaya agar kasus tuberkulosis ini dapat ditemukan dan
diatasi. Upaya yang telah dilakukan antara lain penyuluhan ke desa-desa, pembentukan
kader tuberkulosis, dan pembagian poster atau media promosi tentang tuberkulosis.
Meskipun tentu saja masih ada kendala dari upaya-upaya tersebut, namun petugas
puskesmas tetap berusaha tanpa mengenal lelah agar semua pasein yang terdiagnosis TB
bisa patuh dalam mengikuti pengobatan TB.
Dalam sebuah jurnal kesehatan masyarakat, disebutkan bahwa peningkatan
determinan sosial (pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan) dapat menurunkan dari
angka kejadian (insidensi) dari tuberkulosis. Adapun solusi yang bisa dilakukan terkait
dengan masalah determinan sosial tersebut menurut Wardani (2014) adalah dengan
memberikan pendidikan non formal terkait wirausaha danpemberian pinjaman modal
usaha supaya determinan sosial seseorang dapat meningkat. Seiring dengan
meningkatnya pendidikan maka akan meningkatkan juga penghasilan dan kelas sosial
sehingga secara bersama-sama kan menurunkan dari kejadian tuberkulosis
(Wardani,2014).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bandongan, Kabupaten
Magelang dapat disimpulkan bahwa penderita TB paru yang tidak patuh berobat ada 26
orang (61%) dan yang patuh 16 orang (38%), hal tersebut disebabkan karena banyak
pasien yang belum tau tentang penyakit TB, hal itu dapat dilihat berasarkan
pengetahuan tentang penyakit TB, penyebab penyakit TB, cara penularan penyakit TB,
yaitu ada 55% pengetahuan pasien tetang TB masih kurang atau buruk. Hal tersebut
dapat menjadi faktor ketidakpatuhan pasien minum obat TB Karena penyakit yang
dideritadianggap sepele. Pendidikan masyarakat di Bandongan masih rendah ada 69%
berpendidikan SD, hal ini bisa menjadikan ketidakpatuhan pasien minum obat dan
kesadaran mereka yang kurang tentang perilaku hidup bersih dan sehat.Penyuluhan
kesehatan tentang TB di Puskesmas Bandongan juga masihkurang, ada sebanyak 47%
hal ini menyebabkan masyarakat sekitar kurang mengerti tentang penyakit TB dan
menyebabkan ketidakpatuhan minum obat TB.

B. SARAN
Dari hasil penelitian mengenai ketidakpatuhan pasien minum obat pasien TB di
Puskesmas Bandongan, masih tinggi. Diharapkan pihak terkait, khususnya Puskesmas
sering memberikan penyuluhan tentang penyakit TB serta memberikan edukasi setiap
kontrol. Selain itu petugas kesehatan harus sering mengontrol Pengawas Minum Obat di
rumah, dan sedini mungkin segera menjaring masyarakat yang beresiko terkena penyakit
TB agar penularannya dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia
Subagyo, Agus, 2007. Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit
TB paru di Kapupaten Banyumas, Program Magister Kesehatan Lingkungan,
UNDIP, Semarang
Wardani, D., 2014. Peningkatan Determinan Sosial dalam Menurunkan Kejadian
Tuberkulosis Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional: Vol. 9 No. 1
LAMPIRAN

Kuisioner

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU,


FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT DI PUSKESMAS BANDONGAN
KOTA MAGELANG TAHUN 2015

A. Identitas Responden
Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 4. SLTA

2. SD 5. Akademi/ Sarjana

3. SLTP

Pekerjaan : 1. Tidak bekerja 2. Bekerja (..............................)

B. Pengetahuan Responden

No Pertanyaan Jawaban
Iya Tidak

1. Menurut Anda apa itu penyakit TB


Paru?
- Penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman/bakteri

2. Anda tahu penyebab penyakit TB


Paru?
- Kuman Mycobacterium tuberculosis

3. Anda tahu apa tanda seseorang


terkena penyakit TB Paru?
- Batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih, batuk bercampur darah,
berkeringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik.

4. Anda tahu bagaimana cara penularan


penyakit TB Paru?
- Penularan penyakit TB Paru dapat
terjadi melalui batuk, bersin yang
mengandung kuman TB yang terhirup
orang lain.

5. Anda tahu kebiasaan yang


memperburuk kesehatan penderita TB
Paru?
- Merokok, lingkungan dan kurang
gizi.
6. Anda tahu bila tidak menelan obat sekali
saja pengobatan bisa gagal?

7. Anda tahu pemeriksaan apa yang


dilakukan untuk dapat menegakkan
seseorang menderita TB Paru?
- Pemeriksaan dahak, rontgen dan
laboratorium.

8. Anda tahu berapa lama seorang


penderita TB Paru harus minum obat?
- Minum obat selama 6 bulan dengan
tahap awal (2 bulan) obat diminum
setiap hari dan dilanjutkan dengan
minum obat 3x seminggu selama 4
bulan.

9. Anda tahu kemungkinan efek samping


yang dapat ditimbulkan OAT?
- Warrna kemerahan pada air seni
(urine), tidak ada nafsu makan, mual,
sakit perut, nyeri sendi dan kesemutan
sampai dengan rasa terbakar.
C. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan OAT

1. Apakah OAT selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di puskesmas?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah kualitas OAT yang Anda peroleh dari puskesmas dalam keadaan baik?
a. Ya
b. Tidak

Penyuluhan Kesehatan

Jawaban
No Pertanyaan Pernah Tidak Pernah

1. Apakah petugas kesehatan pernah


memberikan penyuluhan tentang penyakit
TB Paru selama dalam pengobatan?

2. Apakah petugas kesehatan pernah


menjelaskan tentang pengobatan TB Paru
harus teratur?

3. Apakah petugas kesehatan pernah


menjelaskan tentang jadwal minum obat?

4. Apakah petugas kesehatan pernah


menjelaskan tentang kemungkinan
adanya gejala efek samping dari OAT ?

5. Apakah petugas kesehatan pernah


menjelaskan tentang hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan penderita TB
Paru?
Sikap Petugas Kesehatan

No Jawaban
Pertanyaan
Iya Tidak
1. Apakah petugas kesehatan bersikap
ramah dalam memberikan pelayanan
kesehatan?

2. Apakah petugas kesehatan menanggapi


keluhan yang Anda sampaikan?

3. Apakah petugas kesehatan dalam


memberikan penjelasan mengenai
penyakit Anda dan cara memakan obat
sudah jelas?

4. Apakah petugas kesehatan selalu


mengingatkan Anda untuk periksa
ulang dan mengambil obat ?

5. Apakah petugas kesehatan menanyakan


kemajuan yang Anda peroleh selama
berobat ?

Pengawas Menelan Obat


1. Apakah ada yang mengawasi anda menelan obat?
a. Ada, siapa.......................................
b. Tidak ada
2. Apakah PMO selalu memberikan dorongan kepada Anda untuk berobat?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah PMO selalu mengingatkan Anda untuk mengambil obat dan memeriksakan
dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah PMO selalu mengawasi Anda dalam menelan obat?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah PMO selalu menegur Anda, bila Anda tidak mau atau lalai minum obat?
a. Ya
b. Tidak

C. Kepatuhan Berobat
No Pertanyaan Jawaban

Iya Tidak
1. Apakah anda selalu mematuhi petunjuk
petugas kesehatan dan PMO dalam
menelan obat?
2. Apakah anda sudah mengerti tentang
jadwal waktunya minum obat?
3. Apakah obat tuberkulosis yang
diberikan oleh dokter habis anda
minum secara teratur sesuai dengan
dosis dokter?
4. Apakah selama pengobatan tahap awal (2
bulan) anda meminum obat setiap hari?
5. Apakah selama pengobatan tahap
lanjutan (4 bulan) anda selalu meminum
obat 3x seminggu?
6. Apakah kadang-kadang anda tidak
menghabiskan obat yang dianjurkan
oleh dokter, karena merasa mual?
7. Apabila obat sudah habis saya tidak
segera datang buat mengambil obat
karena malas datangnya?
8. Selain obat tuberkulosis yang diberikan
oleh dokter, kadang-kadang saya
meminum jamu supaya penyakit saya
cepat sembuh?
9. Apakah Anda selalu mematuhi jadwal
pemeriksaan dahak dan pengambilan
obat yang telah ditetapkan?
Poster dan Dokumentasi
Rencana Kegiatan Elektif
Hari dan Tanggal Pukul Kegiatan
Senin, 11 April 2016 07.00-08.00 Apel pagi di Puskesmas Bandongan

08.30-09.00 Berdiskusi dengan dr.Evi dan


dr.Benyamin selaku dokter fungsional
Puskesmas Bandongan tentang tema
penelitian dan cara pengambilan data

09.00-11.00 Berdiskusi dengan Bapak Haryadi selaku


penanggung jawab Poli TBC Puskesmas
Bandongan,dan magang di Poli TB

11.00-12.00 Mengumpulkan dan merekap data


mengenai kegiatan di Poli TBC

12.00-12.30 ISHOMA

12.30-14.00 Merekap data mengenai penjelasan


kepala pemegang program TBC. Mencari
data dan bahan untuk menyusun kuisioner
penelitian.

Selasa, 12 April 2016 07.00-08.00 Apel pagi di Puskesmas Bandongan.

08.00-10.00 Membantu kegiatan di Poli TBC

10.00-12.00 Menghitung sampel, wawancara lanjutan


dengan pemegang program dan petugas
TBC sekaligus merekap penjelasan yang
didapat dari wawancara
12.00-12.30
ISHOMA

13.00-16.00
Mulai menyusun BAB I terkait tentang
penelitian program TBC

Rabu, 13April 2016 07.00-08.00 Apel pagi di Puskesmas Bandongan

08.00-10.00 Wawancara lanjut kepada pemegang


program TBC mengenai kepatuhan
minum obat TBC di wilayah Puskesmas
Bandongan.

Das könnte Ihnen auch gefallen