Sie sind auf Seite 1von 3

1.

DUA INSTRUMEN HI, PENDAPAT PENYELESAIAN MELALUI


REGIONALISME,

2. Perspektif Hukum Nasional (PIDANA, UU HAM, UUD 45, Mekanisme


Penyelesaian),

Latar Belakang, Permasalahan, Pembahasan, Kesimpulan.

1000 kata maksimal masing-masing nomer

A4 Times New Roman 12pt 1,5 spacing, lembar pernyataan

1000 kata masing-masing nomer

3 buku

1 literatur asing

Footnotes daftar pustaka

Lembar anti plagiat

Masing-masing beda jauh gaya penulisan da template ini itu nya

Kumpulkan hari rabu tanggal 21 Desember maksimal pukul 10:00 WIB di


SBA lantai 4 gedung 4

DPNA ttd orangnya langsung

Bedakan masing-masing

Latar Belakang

Krisis kemanusiaan yang terjadi pada etnis Rohingya telah terjadi berdekade-
dekade lamanya. Di Myanmar, etnis muslim Rohingya telah banyak yang menjadi
korban diskriminasi maupun kekerasan yang mencapai puncaknya pada tahun
2015, di mana gelombang pengungsi yang meninggalkan negaranya telah
mencapai ratusan ribu jiwa. Mereka yang meninggalkan wilayah Rakhine kini telah
terdampar di teritori wilayah Negara lain ataupun terombang-ambing selama
beberapa hari di laut Andaman.1

Pelanggaran HAM berat

1 Emiko Jozuka & Manny Maung, "Malaysia: Myanmar's Rohingya Crisis a Threat to
Regional Stability", edition.cnn.com/2016/12/19/asia/rohingya-crisis-myanmar-
asean-amnesty/, diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul 14:21 WIB
Militer dari Myanmar diduga kuat telah terlibat dalam

KKR

Ditinjau dari ICCPR atau Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005

Menurut pasal 18 Undang-undang 12 Nomor 2005 yang merupakan Undang-undang


hasil ratifikasi dari Kovenan tentang hak-hak sipil dan politik 1976, setiap orang
berhak atas kebebasan beragama atau menganut suatu ajaran/aliran kepercayaan,
dan mengmalkan agama atau kepercayaannya secara berkelompok atau individu di
tempat umum ataupun tempat pribadi, begitupun dengna hak untuk mengajarkan,
mempraktikan ajaran, ataupun melakukan ritual ibadah (worship). 2

Dan dalam hal ini apabila aparat yang ada di tempat pada saat itu tidak hanya
membiarkan, namun juga ikut melindungi Ormas yang melakukan pembubaran
peribadatan jemaat dari Stephen Tong, aparat pun akan melanggar ketentuan pasal
20 angka 2 kovenan tersebut karena telah membiarkan (sehingga terjadi delik
omisionis) dan bersikap diskriminatif, setelah sebelumnya aksi protes 212 yang
dilanjutkan dengan agenda shala jumat bersama di Jakarta telah sukses
dilaksanakan dan dilindungi aparat di Jakarta. Padahal shalat jumat juga merupakan
salah satu bentuk peribadatan dari umat islam yang dapat dilaksanakan di fasilitas
umum dengan mekanisme perijinan tertentu. Berbeda dengan jemaat Stephen Tong
yang justru tidak memanfaatkan fasilitas umum atau badan jalan, jemaat tersebut
sebelumnya telah menyewa gedung Sasana Budaya Ganesha. Yang berarti tempat
tersebut bukanlah tempat umum, melainkan umat gereja melaksanakan
peribadatan secara private atau in private seperti yang diatur oleh ICCPR. 3

Begitupula dengan hak atas kebebasan berkumpul atau the right to peaceful
assembly.4 Karena berkumpulnya jemaat Stephen Tong bukanlah hal yang
mengganggu ketertiban umum atau ordre public. Apabila peraturan perundang-
undangan mengatakan lain (bahwa berkumpulnya jemaat sebuah gereja di tempat
public adalah dilarng) maka yang berwenang membubarkannya adalah aparat
berwajib dan bukan seuah Organisasi Kemasyarakatan.

2 Pasal 18 angka 1 Kovenan hak-hak sipil dan politik / Undang-undang Nomor 12


tahun 2005

3 Ibid ..... either individually or in community with others and in public or private

4 Loc cit pasal 21.


Sesuai dengan Undang-undan tersebut juga bahwa Undang-undang haruslah dapat
melindungi dan menjamin tidak terjadi disriminasi terhadap semua orang,
berdasarkan ras, agama, etnis, bahasa maupun perbedaan lainya.

Das könnte Ihnen auch gefallen