Sie sind auf Seite 1von 15

A.

Lansia
1. Definisi Lansia
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia
lanjut dan logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia.
Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan
eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu
kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang
timbul pada usia lanjut (Kushariyadi, 2010).
Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima
sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba,
2015). Menurut Hawari (2006) Usia lanjut merupakan seorang laki-laki
atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih
berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi
berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan
mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam
Juwita, 2013). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah
seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya
sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati, Harimurti, & R, 2009).
Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses
kehidupan 11 yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu (Prasetya, 2010). Tahap usia lanjut menurut teori Erik Erikson
tahun 1963 merupakan tahap integrity versus despair, yakni individu yang
sukses dalam melampauin tahap ini akan dapat mencapai integritas diri
(integrity), lanjut usia menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan
tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimilikinya,
bertambah bijak menyikapi proses kehidupan yang dialaminya. Sebaliknya
mereka yang gagal maka akan melewati tahap ini dengan keputusasaan
(despair), lanjut usia mengalami kondisi penuh stres, rasa penolakan,
marah dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya (Setiati et al.,
2009).
2. Batasan Lansia
Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU kesejahteraan lansia
No.13 tahun 1998 adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) 7590 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut
Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54
tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu 12 kelompok yang mulai
memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium)
usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok
yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Di
Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2004.
3. Perubahan-perubahan pada lansia
Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua
merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss).
Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel,
16 sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental
menyangkut perubahan ingatan atau memori (Setiati et al., 2009).

1. Perubahan Fisik
a) Sel
Jumlah sel otak menurun
Ukurannya lebih besar
b) Sistem Persyarafan
Berat otak menurun 10%-20%
Respon dan waktu untuk bereaksi menjadi lambat
Kurang sensitif terhadap sentuhan
c) Sisitem Pendengaran
Pendengaran bertambah menurun
d) Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram yang menyebabkan katarak
Hilangnya daya akomodasi mata
Lapang pandang menurun
e) Sisitem Kardiovaskuler
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
Tekanan darah cenderung tinggi
Kehilangan elastisitas pembuluh darah

f) Sistem Respirasi

Elastisitas paru berkurang

Otot-otot pernapasan menurun

g) Sistem Genitouria

Otot-otot vesika urinaria melemah

Prostat membesar

h) Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi

Indra pengecapan menurun

Daya absorbsi terganggu

i) Sistem Reproduksi
Mengecilnya ovari dan uterus
Atropi payudara
j) Sistem Endokrin
Produksi hormon menurun
Menurunnya aktivitas tiroid
k) Sistem Integumentum
Kulit keriput
Permukaan kulit kasar dan bersisik
Kulit kepala dan rambut menipis
Rambut dalam hidung dan telinga menebal
Kuku jari menjadi keras
Kelenjar keringat berkurang
l) Sistem Muskuloskeletal
Tulang telinga makin rapuh
Pergerakan pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
Persendian membesar dan kaku
Otot-otot kram dan tremor
m) Perubahan Psikososial
Pensiun. Akan lebih sering dialami oleh para lanjut usia dengan
masa habisnya akan bekerja yang dipengaruhi oleh perubahan
pada produktivitas dan identitas di lingkungannya.
Sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup
Penyakit kronis dan ketidakmampuan
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
2. Perubahan Mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Lingkungan

4. Penyakit pada lansia

Pada lansia terjadi berbagai perubahan pada sistem tubuh yang


memicu terjadinya penyakit. Penyakit yang biasanya timbul akibat
perubahan sistem tubuh pada lansia antra lain hipotermia dan hipertermia
akibat perubahan pada sistem pengaturan suhu (Setiati dan Nina, 2009).
Dehidarasi, hipernatremia dan hiponatremia terjadi akibat gangguan
keseimbangan cairan dan eloktrolit. Dizzines pada usia lanjut
meningkatkan risiko terjadinya depresi dan hilangnya kemandirian pada
lansia (Kuswardhani dan Nina, 2009). Penyakit Parkinson terjadi pada
lansia akibat dari kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh degeneratif
progresif (Rahayu, 2009).
Inkontinensia urin dan overactive bladder dapat disertai dengan
adanya masalah psikososial seperti depresi, marah dan rasa terisolasi.
Terdapat penyakit lain yang sering timbul pada usia lanjut seperti penyakit
kardiovaskular, hipertensi, stroke, serta diabetes miletus (Pramantara,
2009). Dan permasalahan lain terkait penyakit yang sering timbul pada
usia lanjut yaitu gangguan psikiatri. Neurosis sering berupa neurosis
cemas dan depresi. Diabetes, hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih
parah karena depresi. Insomnia, anorexia dan konstipasi sering timbul dan
tidak jarang gejala-gejala ini berhubungan dengan depresi. Depresi pada
masa usia lanjut sering disebabkan karena aterosklerosis otak, tetapi juga
tidak jarang psikogenik atau kedua-duanya (Maramis, 2009). Gangguan
depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling banyak dihadapi
oleh kelompok lansia (Depkes RI, 2004).

B. Masalah Kesehatan
1. COMMON COLD
a. Definisi
Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan
hidung yang sering mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak
dijumpai pada bayi dan anak. Common Cold adalah suatu infeksi
virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar.
Common cold dikenal juga dengan istilah"pilek" (Ambarwati,
2015).
Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common
cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit
ini pada orang dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi lebih
luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping
nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa
infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai
demam yang tinggi (Ngastiyah Dalam Pulomulo, 2014).
b. Etiologi
Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih
mudah tertular pilek. Berbagai virus yang menyebabkan
terjadinya common cold:
1) Rhinovirus
2) Virus influenza A, B, C
3) Virus Parainfluenza
4) Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan
atau dibersinkan oleh penderita lewat udara,yang kemudian masuk
melalui saluran pernapasan orang yang ditularkan lalu menginfeksi
pada bagian tubuh yang pertahanannya melemah. Common cold
biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. pada suatu saat dibandingkan waktu lain.
Dalam keadaaan dingin tidak menyebabkan common cold
akan tetapi karena menghirup udara dingin tingkat produksi lendir
naik secara signifikan, dan menyebabkan beberapa lendir atau
cairan keluar dari hidung anda. Ketika udara dingin, tubuh akan
memberi respon dengan meningkatkan suplai darah ke hidung anda
untuk menghangatkan area di sekitar hidung.Meningkatnya aliran
darah ke hidung ini tidak hanya membantu untuk menghangatkan
udara yang dingin, namun juga secara tidak langsung
menyebabkan efek samping dimana kelenjar yang menghasilkan
lendir di hidung anda mendapatkan suplai darah yang lebih banyak
dari biasanya.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar-kelenjar tersebut
memproduksi lendir atau cairan lebih banyak dari keadaan normal
dan sebagian cairan yang berlebihan tersebut akan meluber keluar
dari hidung.Setelah anda kembali ke lingkungan dengan udara
yang hangat, pembuluh darah kecil di hidung anda akan kembali
menyempit dan kelenjar yang menghasilkan lendir akan kembali
memproduksi lendir dalam tingkat normal.
Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan
resiko untuk tertular penyakit common cold, tetapi common cold
bisa tertular jika kondisi tubuh kurang sehat sehingga rentan
terhadap penyakit.
c. Manifestasi Klinik
Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit
otot, batu, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktui menelan
dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh peraasaan
malas dan rasa dingin.
d. Patofisiologi
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak
sifat mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet
mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini
menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran
napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan
epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa
sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung
virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan
nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan
exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal
ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan sel antigen
virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap
virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg
A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk
menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan
vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi
epithelium secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima.
Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari,
pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum
regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial
sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang
disebabkan oleh staphiloccocus Aureus. Penyakit pada umumnya
sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti oleh
periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting
karena sifatnya epidemik dan pandemik dan karena angka
kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua
dan orang yang berpenyakit kronik.

e. Pathway

f. Data Penunjang
1) Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung
selama lebih 10 hari atau dengan demam > 37,8C.
pemeriksaan darah ini dilakukan untuk melihat leukositis.
2) Sinar x dada: Dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru;
mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal;
penurunan tanda vaskularisasi/bula.
3) Tes fungsi paru: Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruks atau
restriksi.
4) Bronkogram; dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada
inspirasi
5) JDL dan Diferensial: Hemoglobin meningkat (emfisema luas),
peningkatan eosinophil
6) Sputum dan sekret: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui
keganasan atau gangguan alergi.
7) EKG: Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P; disritmia
atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF; aksis
vertikal QRS.
g. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan :
1) Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat
dan nyaman, serta diusakahan agar tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
2) Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita
harus menjalani tirah baring di rumah.
3) Minum banyak cairan guna membantu mengencerkan sekret
hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
4) Untuk meringankan nyeri atau demam dapat diberikan
asetaminofen atau ibuprofen.
5) Pada penderita dengan riwayat alergi, dapat diberikan
antihistamin.
6) Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu
mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada.
7) Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa
membantu mengeluarkan sekret yang kental
8) Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret
dan debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya
batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan
menyebabkan penderita susah tidur. Jika batuknya hebat, bisa
diberikan obat anti batuk
9) Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold,
antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.
h. Pengkajian
1) Data Subjektif
a) Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku / bangsa, alamat,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, diagnosa medik.
b) Keluhan utama
Keluhan Ibu dengan anak batuk pilek biasanya anak rewel,
susah makan, dan demam.
c) Riwayat penyakit sekarang
Anak mengalami batuk pilek sejak kapan, dan obat apa
yang telah di berikan.
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya anak pernah menderita sakit seperti
ini, berapa lama, selain itu sakit apa yang pernah di derita
anak.
e) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini,
atau menderita penyakit lain yang bisa menular, contohnya
TBC.

POLA KESEHATAN FUNSIONAL GORDON

a) Pola persepsi kesehatan / penanganan kesehatan


Biasanya sabagian orang tua kurang begitu peduli
terhadapnya bila terkena CC.
b) Pola nutrisi metabolism
Anak biasanya mengalami anoreksia
c) Pola eliminasi
Eliminasi urine / BAK
Terjadi penurunan
Eliminasi alvi / BAB
Terjadi penuruan
d) Pola aktivitas-latihan
Sebagian anak akan mengurangi aktivitasnya.
e) Pola istirahat tidur
Anak akan sering bangun saat tidur.
2) Data Objektif
a) PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : CM
TTV : TD : <120/80 mmHg
N : x/mnt
RR : x/mnt
S : >37,5oC
b) PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1) Kepala
Inspeksi : Lihat warna rambut berwarna, kulit
kepal
Palpasi : ada benjolan apa tidak
2) Mata Inspeksi : Berair, sclera putih, konjungtiva
pucat
3) Hidung
Inspeksi : Keluar cairan encer hingga purulen,
pernapasan cuping hidung.
4) Telinga
Inspeksi : Ada serumen apa tidak
Palpasi : Tekstur pina, helix kenyal.
5) Mulut
Inspeksi : Lidah putih, mukosa bibir kering,
6) Leher
Inspeksi : Simetris apa tidak
Palpasi : Kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tiroid tidak membesar.
7) Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronchi Basah +
8) Jantung
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : PMI teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 bunyi tunggal
9) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka bekas
operasi
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Suepel
Perkusi :Timpani
10) Ekstremitas
Inspeksi : Atas /bawah simetris, jari lengkap,
tidak ada gangguan pergerakan.
11) Integumen
Turgor kulit kurang, kulit terasa panas.

C. Proses Keprawatan
1. Diagnose keprawtan
a. Ketidakefektivan bersihan jalan nafas b.d peningkatan atau
akumulasi secret.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
muntah dan anoreksia.
c. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan peristaltic usus.
d. Keletihan b.d oksigen jaringan menurun.
e. Resiko infeksi b.d masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.
2. Perencanaan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan NOC NIC
- Respiratory status :
bersihan jalan nafas - Kaji status
Ventilation
b.d peningkatan atau pernapasan
Kriteria Hasil
- Observasi TTV
akumulasi sekret. - Suara nafas bersih
- Gunakan posisi
- Jalan napas yang
fowler
paten
- Sediakan tisu dan
- Irama nafas,
kantong kertas
frekuensi pernafasan
sebagai tempat
dalam rentang
pembuangan
normal
sputum yang
higienis
- Lakukan drainase
postural, perkusi
dan fibrasi setiap 4
jam atau sesuai
program
- Kolaborasi dengan
tenaga medis lain
dalam pemberian
medikasi
2 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari - Nutritional status : Nutrient Management
kebutuhan tubuh b.d Food and Fluid - Monitor jumlah
mual muntah dan intake kalori dan nutrisi
- Nutritional status : - Monitor mual
anoreksia.
nutrient intake muntah
- Weight control - Kaji adanya alergi
- Berat badan ideal
makanan
sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien /
badan keluarga untuk
- Tidak ada tanda-
meningkatkan
tanda malnutrisi
protein dan vit. C
- Tidak terjadi
- Monitor adanya
penurunan berat
BAB
badan yang berarti - Identifikasi
makanan yang
disukai/
dikehendaki sesuai
dengan program
diit
- Libatkan keluarga
pasien pada
perencanaan
makanan sesuai
indikasi
3 Kekurangan volume NOC NIC
cairan b.d peningkatan - Fluid balance Fluid management
peristaltik usus. Kriteria Hasil - Monitor tanda-
- Mempertahankan tanda vital
- Monitor status
urine output, sesuai
hidrasi
dengan usia dan BB,
(kelembapan
BJ urine normal, HT
membran mukosa
normal
- Tanda-tanda vital & nadi adekuat)
- Pertahankan
dalam batas normal
- Tidak ada tanda catatan intake dan
dehidrasi output yang akurat
- Elastisitas turgor - Kolaborasikan
kulit baik, membran pemberian cairan
mukosa lembab, & IV.
- Dorong masukan
tidak ada rasa haus
oral
berlebihan
- Tawarkan snack
( jus buah, buah
segar)

Daftar Pustaka
Ambarwati, D. (2015), Supebook for Supermom, Fmedia, Jakarta

Andareto, O.(2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda,Pustaka Ilmu Semesta,


Jakarta.
Ngastiyah. (2003). Perawatan Anak Sakit edisi 2. EGC, Jakarta.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, Med Action Publishing, Yogyakarta.
POLUMULO, S.Z. (2014), hubugan sanitasi rumah dengan kejadian penyakit
common cold pada balita di wilayah kerja puskesmas tamalate kota
gorontalo tahun 2012, thesis, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Das könnte Ihnen auch gefallen