Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran aliran yang muncul
sebelumnya. Penamaannya di nisbahkan kepada abu hasan ali al asyari yang
semula adalah seorang pengikut mutazilah. Asyari percaya bahwa fungsi akal
adalah sebatas mengetahui hal hal yang empiri(konkrit), sedangkan wahyu
memberi informasi tentang hal hal yang lebih luas termasuk soal metafisika. Ia
menerima keabsahan khabar ahad sebagai hujjah dalam bidang akidah. Tidak
seperti mutazilah, aspek ketuhanan asyariyah meyakini bahwa Tuhan
mempunyai sifat. Kalam Allah yang menurut mutazilah adalah makhluk
menurut Asyariyah perlu di bedakan pengertiannya manjadi kalam majasi dan
kalamnafsi, kalam majasi adalah Al-Quran dalam bentukk tertulis yang di
pegang manusia dan bersifat baru. Sedangkan kalam nafsi bersifat abadi
bersamaan dengan wujudAllah. Asariyah juga percaya bahwa Tuhan itu maujud
dan karenanya dapat di lihat diakhirat dengan mata telanjang oleh penghuni
surga. Mereka cenderung menolak takwildan menerima penafsiran harfiah
sekalipun tidak menerima tasybih (penyarupaanbentuk) dan taksyif
(penyerupaan cara).
Maturidiyah
Aliran ini di nisbahkan kepada imam al Huda abu mansur Muhammad bin
Muhammad al maturidi dari Samarkand. Dari segi pemikirannya, al Maturidi
banyakmemiliki kesamaan dengan al Asyari, sekalipun ada perbedaan cukup
signifikanantara keduanya. Misalnya terkait persoalan marifah (mengetahui
Allah), Asyariyah menganggapnya wajib berdasarkan syara, sedangkan
maturidiyah melihat kewajiban ini melalui penalaran akal, demikian pula
perihal kebaikan, asyariyah tyidakmengakui penalaran atas hal itu
dapat di capai melalui penalaran akal atassubstansinya. Dari sini dapat di
ketahiu bahwa maturidiyah memberikan otoritas lebihbesar kepada akal manusia
di bandingkan dengan asyariyah.
Maturidi dalam persoalan iman melihatnya sebagai suatu kepercayaan
dalamhati, jadi sejauh orang meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad,
sekalipuntidak melaksanakan ibadah, dia masih masuk kategori beriman. Tetapi
ini tidak perssissama dengan murjiah karena dia meyakini secara tegas bahwa
pelaku dosa besaradalah fasik dan masih berhak masuk surga (atau tidak kekal
ddi neraka) setelah dosadosanya di ampuni Tuhan.
Salafiyah
Mutazilah
Secara harfiah berarti yang memisahkan diri, pelopor aliran ini adalah
WasilBin Atha yang memplokamirkan pemisahan dirinya dari gurunya
karena tidaksependapat dalam persoalan pelaku dosa besar, Wasil
berpandangan bahwa pelakudosa besar adalah fasik yang kelak di akhirat akan
di ketakkan oleh Allah di suatuposisi antara surga dan neraka (al manzilah bayn
al manziliyatyn). Faham ini lantasmenjadi salah satu doktrin sentral mutazilah
yang di kenal dengan istilah al mabadi alkhamsah (asas lima). Kelima asas ini
adalah hasilserangkaian perdebatan. prinsiptauhid misalnya adalah bentuk
penolakan mereka thd faham mujassimah danmusyabbihah. Sementara
prinsip keadilan untuk menolak faham jasmiyah, prinsipjanji dan ancaman
untuk menolak faham murjiah, serta prinsip manzilah untukmenolak
faham murjiah san khawarij sekaligus.
2. Al salah wa Al-aslah
Imam adalah ikrar dengan lisan dan tashdiq di dalam hati, serta ikrar itu
adalah rukun dari iman itu atau bagian dari iman
Almaturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran ini terpisah
menjadi dua, yaitu maturidiyah Samarkand dan maturidiyah Bukhara. Pemisahan
ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal
dan pemberian batas terhadap jkekuasaan mutlak Tuhan. Karena menganut
paham Free will dan Free act serta adanyabatasan bagi kekuasaan mutlak Tuhan,
kaum maturidiyah Samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat kepada
Mutazilah, tetapi kekuatan akal dan batasan yang dberikan kepada kekuasaan
mutlak Tuhan lebih kecil dari pada yang diberikan aliran Mutazilah.
3. Sifat-Sifat Tuhan
4. Melihat Tuhan
5. Kalam Tuhan
Aliran Maturidiyah Bukhara dan Maturidiyah Samarkand berpendapat
bahwa Al-quran itu adalah kekal tidak diciptakan. Maturidiyah Bukhara
berpendapat, sebagaimana dijelaskan oleh Bazdawi, kalamullah (Al-Quran)
adalah sesuatu yang berdiri dengan dzatnya, sedangkan yang tersusun dalam
bentuk surat yang mempunyai akhir dan awal, jumlah dan bagian, bukanlah
kalamullah secara hakikat, tetapi disebut Al-Quran dalam pengertian kiasan
(majaz).
6. Perbuatan manusia
Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini,
kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau
membatasi kehendak Tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang
ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, Tuhan tidak wajib berbuat
ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia). Setiap perbuatan
Tuhan tang bersifat mencipta dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada
manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya. Kewajiban-
kewajiban tersebut antara lain:
7. Pengutusan Rasul
Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan
tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena
Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai
dengan perbuatannya. Kekal didalam neraka adalah balasan untuk orang yang
berbuat dosa syirik. Dengan demikian, berbuat dosa besar selain syirik tidak
akan menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Oleh karena itu, perbuatan
dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad.
Menurut Al-Maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal
adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau
mengurangi esensi iman, kecuali hanya menambah atau mengurangi sifatnya
saja.[7]
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.[8]