Sie sind auf Seite 1von 30

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

PT. MIFA BERSAUDARA MEULABOH


KABUPATEN ACEH BARAT

Proposal skripsi

Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG
PT. MIFA BERSAUDARA MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT

PROPOSAL SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan

Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


PT. MIFA BERSAUDARA MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT

PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Teknik Pertambangan Dosen Wali

Dr. Edy Nursanto, ST, MT Ir. Untung Sukamto, MT

NIK : 2.6601.96.0127.1 NIP : 030 211 995

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. JUDUL
KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PT. MIFA
BERSAUDARA MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT.

1.2. LATAR BELAKANG


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front
penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat
musim penghujan. Air yang menggenangi suatu daerah penambangan harus segera
dialirkan keluar dari daerah tersebut melalui saluran penyaliran menuju ke luar
daerah penambangan.
Sesuai dengan kondisi PT. Mifa Bersaudara yang menggunakan tambang
terbuka, maka sistem penyaliran tambang perlu diperhatikan dan direncanakan
dengan baik. Sehingga dengan adanya sistem penyaliran tambang yang
disesuaikan dengan metode penambangan yang diterapkan, operasi penambangan
dapat berjalan dengan lancar serta produksi tambang dapat terpenuhi.

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji apakah sistem penyaliran yang diterapkan pada daerah kerja
pertambangan telah berjalan dengan baik.
2. Membuat rancangan sistem penyaliran yang dapat menunjang operasi
penambangan batubara.

1.4. RUMUSAN MASALAH


Sistem penyaliran tambang memegang peranan yang sangat penting dalam
penambangan dengan sistem tambang terbuka. Aliran air yang masuk ke dalam
area penambangan lama kelamaan akan mengganggu kegiatan penambangan
apabila tidak ditangani dengan baik dan benar. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan yang baik mengenai sistem penyaliran tambang agar kegiatan
penambangan dapat berlangsung dengan lancar dan target produksi dapat
terpenuhi.

1.5. BATASAN MASALAH


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Perhitungan ekonomi tidak dibahas di penelitian ini.
2. Menggunakan data curah hujan selama 10 tahun (tahun 2005-2015).
3. Air tanah dianggap tidak berpengaruh signifikan terhadap debit air tambang.
4. Kajian sistem penyaliran hanya didasarkan pada pertimbangan aspek teknis.

1.6. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode penelitian yaitu
penelitian langsung dilapangan dan penelitian tidak langsung dengan pencarian,
pengumpulan, dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Yaitu mencari dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas dilapangan melalui buku ataupun literatur-literatur.
Selain itu juga dapat mempelajari penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, yang berupa skripsi atau laporan perusahaan.
2. Orientasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara menyeluruh dengan cara mengunjungi
tempat-tempat yang berada di PT. Mifa Bersaudara, seperti mengamati lokasi
kantor, lokasi kegiatan penambangan, dan lokasi disekitar kegiatan
penambangan.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang akan
dibahas didalam penelitian, yaitu pengamatan topografi daerah penelitian,
kondisi disekitar daerah penambangan, sistem penambangan yang digunakan,
kondisi penyaliran saat ini, dan pengamatan komponen sistem penyaliran. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh keakuratan data yang akan digunakan
dalam penelitian.
4. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur, orientasi lapangan, dan
observasi lapangan selesai dilaksanakan. Data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari
pengukuran atau pengamatan dilapangan, seperti gambar lokasi, kondisi
topografi lokasi, dan cathment area. Data sekunder adalah data yang diambil
dari literatur atau laporan perusahaan, seperti profil perusahaan, data curah
hujan tahun 2005-2015, peta topografi dan layout tambang, peta kesampaian
daerah, data stratigrafi, dan data spesifik pompa.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder, kemudian
dilakukan perhitungan dan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan
yaitu perhitungan intensitas hujan, perhitungan debit air limpasan,
perancangan saluran terbuka, perancangan sumuran (sump) dan volume sump,
perhitungan total head dan debit pompa. Setelah data diolah kemudian
dilakukan analisis data, untuk membandingkan perolehan data aktual dan data
dari hasil perhitungan, yang berguna bagi PT. Mifa Bersaudara.

1.7. MANFAAT PENELITIAN


Dari penelitian diharapkan dapat :
1. Dapat memberikan rekomendasi komponen-komponen sistem penyaliran
tambang yang akan diusulkan agar sistem penyaliran nantinya dapat
mendukung kegiatan penambangan.
2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan sistem penyaliran tambang.

BAB II
DASAR TEORI

2.1. DASAR TEORI

Sistem penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Mifa bersaudara


Tbk. menggunakan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan pola
berjenjang dan dilakukan dengan peralatan mekanis dan peledakan. Adapun
kegiatan penambangan secara garis besar meliputi :
1. Pembersihan lahan (clearing).
2. Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping).
3. Penggalian (loosening).
4. Pemuatan dan Pengangkutan (hauling).
5. Pemasaran (marketing).
6. Reklamasi.
7. Pasca tambang.

2.2. Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara
global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Air di
bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi + penguapan, presipitasi dan
pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut,
berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh
sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke
permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke
permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi
mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di
mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui
dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (inflitrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-
lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan
tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-
sungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
(disebut groundwater runnof = limpasan air tanah).
Gambar 2.1.
Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front
penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat
musim penghujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang
aman, sehingga alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama.

2.4. Tujuan dan Sasaran Penyaliran Tambang


Tujuan dari Penyaliran tambang adalah :
Mencegah masuknya air kedalam front penambangan.
Mengeluarkan air yang telah ada dalam front penambangan.
Memastikan air tidak mengganggu proses penambangan.

2.5. Sistem Penyaliran Tambang


Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi :
1. Mine drainage system, merupakan upaya untuk mencegah masuk atau
mengalirnya air front penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk
penanganan air tanah dan air yang berasal dari air permukaan.
Beberapa metode penyaliran mine drainage system adalah :
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa
tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan
akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya
dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.
b. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara
otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
c. Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-
elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda dinetralisir
menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
d. Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya
diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi
kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang
bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor
kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
e. Metode Pemotongan Air Tanah
Metode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah,
dimana lapisan tanah yang digali sampai sebatas akuifer. Dengan
terpotongnya aliran air tanah maka daerah hilir akan menjadi kering.
f. Metode Kombinasi Dengan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar di dalam tanah
guna menampuang aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat
menyalurkan air permukaan ke dalam terowongan bawah tanah tersebut. Cara
ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat pengaruh gravitasi
sehingga tidak memerlukan pompa.

2. Mine dewatering system, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke front penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering system adalah :
a. Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan
metode yang lainya. Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Beberapa lubang paritan dibuat pada lokasi
penambangan guna menampung sementara serta mengalirkan air limpasan
menuju kolam penampungan kemudian dialirkan ke sungai atau diarahkan ke
selokan. Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih
dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat
dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit
diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk saluran terbuka yang paling
sederhana dan umum digunakan saat ini adalah saluran dengan bentuk
trapesium.
b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang
terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari
tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan
air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini
biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut
dan shaft.
c. Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa
keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi
penambangan. Apabila kapasitas pompa lebih besar dari yang debit air yang
masuk, maka penggunaan pompa bisa secara periodik sehingga pompa tidak
mengalami kelelahan.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang

a. Curah hujan
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m 2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah
hujan harian maksimum dalam satu tahun selama 10-20 tahun. Pengolahan data
dilakukan dengan distribusi Gumbels yang didasarkan atas distribusi normal.
Distribusi ini beranggapan bahwa variabel-variabel hidrologi tidak terbatas
sehingga digunakan data-data distribusi dengan harga yang paling besar
(maksimum). Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi
langsung (direct frequency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan
curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Untuk
menghitung nilai hujan maksimum menggunakan persamaan Gumbels :

x
(Yr Yn )
n
Xr = x +
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum
x = curah hujan rata-rata
x = standar deviasi curah hujan
n = standar deviasi dari reduksi variat
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat

1. Periode Ulang Hujan (PUH)


Merupakan periode atau waktu dimana hujan dengan intensitas hujan
yang sama akan berulang dalam jangka waktu tertentu. Penetapan periode
ulang hujan dapat digunakan untuk rancangan intensitas curah hujan. Jika
angka tersebut dikorelasikan dengan durasi maka dapat dihitung intensitas
hujannya.

Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan


keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta
tetap memperhitungkan resiko hidrologi. Dapat pula dilakukan perhitungan
dengan metode distribusi normal menggunakan konsep peluang. Acuan untuk
menentukan PUH dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.
Periode Ulang Hujan Recana

Keterangan Periode ulang hujan


Daerah terbuka 05
Sarana tambang 25
Lerenglereng tambang dan
5 10
penimbunan
Sumuran utama 10 25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

2. Intensitas curah hujan


Intensitas curah hujan adalah curah hujan jangka pendek dinyatakan
dalam intensitas per jam (mm/jam). Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf I. Intensitas hujan digunakan dalam menentukan
debit air limpasan guna penentuan dimensi suatu penampang saluran terbuka.
Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam dinyatakan dengan rumus
Mononobe sebagai berikut :

2/3
R 24
I 24
24 t
Keterangan :
mm
I = intensitas curah hujan ( jam )
t = waktu (jam)
R24 = curah hujan maksimum (mm)

3. Resiko hidrologi
Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal
satu kali pada periode ulang tertentu.

1
P =
1 1( Tr ) TL

Keterangan :
P = resiko hidrologi
Tr = periode ulang
TL = umur tambang

b. Daerah tangkapan hujan (Catchment area)


Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan yang bila terjadi
hujan maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
menuju titik pengaliran. Daerah tangkapan hujan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, serta keadaan
geologi.
Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan pada peta daerah
yang akan diteliti, kemudian dilakukan pengukuran luasnya menggunakan
planimeter dengan memperhatikan daerah aliran air limpasan yang mengalir
sesuai dengan kontur masing-masing daerah. Hasil dari pembacaan
planimeter kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta
sehingga didapatkan luas tangkapan hujan dalam m2.

c. Air limpasan
Air limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah sedangkan ada sebagian air hujan yang
langsung mengalir diatas permukaan tanah dari tempat tinggi ke tempat yang
lebih rendah.
Besarnya limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan
besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan. Besarnya air limpasan
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jenis presipitasi,
intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah
penyaliran, arah pergerakan curah hujan, dan lain-lain. Faktor yang paling
berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau
perbedaan ketinggian.
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan Metode
Rasional sebagai berikut :

Q = 0,278 x C x I x A

Keterangan :
m3
Q = debit limpasan ( s )

C = koefisien limpasan
mm
I = intensitas curah hujan ( h)

A = luas daerah limpasan (km2)

- Koefisien limpasan
Koefisien air limpasan adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah dengan curah hujan. Koefisien limpasan dapat ditentukan
berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan
tanah, jenis tanaman, dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian
disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan (Tabel 2.2.).

Tabel 2.2.
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Koefisien
Kemiringan Lahan Kegunaan Lahan
Limpasan
Persawahan rawa-rawa 0,2
Datar
Hutan, perkebunan 0,3
Kemiringan < 3%
Pemukiman 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
Agak miring Pemukiman 0,5
(3-15%) Vegetasi ringan 0,6

Tanah gundul 0,7


Hutan
0,6
Pemukiman
Curam 0,7
Vegetasi ringan
Kemiringan > 15% 0,8
Tanah gundul, 0,9
penambangan
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan :

- Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan
akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan
memberi nilai C yang besar.

- Tata guna lahan


Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan
misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah,
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
- Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang
kecil, daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam
untuk keadaan yang sama.

d. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses merembesnya air ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi
air hujan bervariasi tergantung pada kondisi tanah pada saat itu. Disamping itu
infiltrasi dapat berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Kecepatan
infiltrasi disebut laju infiltrasi, sedangkan laju infiltrasi maksimum yang terjadi
pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Penentuan kapasitas infiltrasi
dapat dilakukan dengan pengukuran langsung dan dengan menggunakan analisis
hidrograf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi diantaranya, dalamnya genangan
diatas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh, kelembaban tanah,
pemampatan oleh curah hujan, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, penyumbatan
ruang antara padatan di dalam tanah, serta udara yang terdapat di dalam tanah.

2.6.1. Saluran Terbuka dan Sumuran (Sump)

a. Saluran Terbuka
Saluran terbuka berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air tambang
dari bukaan tambang menuju lokasi yang telah ditentukan. Pemilihan bentuk
penampang saluran didasarkan pada debit air, jenis tanah/batuan, serta kemudahan
dalam pembuatannya dan keekonomisannya. Tidak lupa juga memperhitungkan
kecepatan air sehingga tidak terjadi pengendapan pada dasar saluran dan tidak
terjadi erosi pada dinding saluran. Cara ini cukup banyak digunakan karena
mudah dan relatif murah, serta cukup efisien untuk mencegah masuknya air yang
berasal dari sekitar bukaan tambang. Berikut ini beberapa bentuk penampang
saluran terbuka yang biasa digunakan pada kegiatan penambangan, terlihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2.
Bentuk - Bentuk Penampang Saluran
Dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk penampang
saluran air adalah sebagai berikut :
1) Bentuk segi empat
B = 2d
Luas penampang basah (A) = 2d2
Keliling Basah (P) = 4d
Jari-jari hidrolik (R) = A/P = d/2
2) Bentuk segi tiga
Sudut tengah = 90o
Luas penampang basah (A) = d2
2d . 2
Keliling basah (P) =
d
Jari-jari hidrolik (R) = 2 2
3) Bentuk trapesium
A = b . d + m . d2
R = 0,5 . d
B = b + 2m . d
b/d = 2 {(1 + m2)0,5 - m)
a = d/sin
Dengan penambahan tinggi jagaan adalah 20 % dari d.

Kemiringan dinding saluran tergantung pada macam material atau bahan yang
membentuk tubuh saluran. Sedangkan kemiringan dasar saluran, ditentukan
dengan pertimbangan bahwa suatu aliran dapat memgalir secara alamiah tanpa
terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana kemiringan antara 0,25
0,5 % sudah cukup untuk mencegah adanya pengendapan lumpur. Dalam hal ini
maka harga S = (0,25 %). Besar nilai koefisien kekasaran dinding dapat dilihat
pada Tabel 2.3. dan perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran dapat dihitung
menggunakan rumus Manning, yaitu :

Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3


Keterangan :
Q = debit pengaliran maksimum (m3/detik)
A = luas penampang (m2)
S = kemiringan dasar saluran (%)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien kekerasan dinding saluran menurut Manning

Tabel 2.3
Beberapa Harga Koefisien Kekerasan
Tipe Dinding Saluran Harga n
Semen 0,010-0,014
Beton 0,011-0,016
Bata 0,012-0,020
Besi 0,013-0,017
Tanah 0,020-0,030
Gravel 0,022-0,035
Tanah yang ditanami 0,025-0,040

b. Sumuran
Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa ke luar tambang.
Dengan demikian, dimensi sumuran sangat tergantung dari jumlah air yang masuk
serta keluar dari sumuran.
Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran merupakan jumlah air yang dialirkan
oleh saluran-saluran, jumlah limpasan permukaan yang langsung mengalir ke
sumuran, dan curah hujan yang jatuh di sumuran. Sedangkan jumlah air yang
keluar dapat dianggap sebagai kapasitas pompa, karena penguapan dianggap tidak
berarti.
Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan grafik intensitas hujan yang
dihitung dengan teori Mononobe versus waktu, dan grafik debit pemompaan
versus waktu (Gambar 2.3).

Gambar 2.3.
Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang

2.6.2. Pompa dan Pipa

a. Pompa
Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan
pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan,
perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. Sesuai dengan prinsip kerjanya,
pompa dibedakan menjadi :
1) Reciprocating Pump
Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam
silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi.
Kerugiannya adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti.
Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan
cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di
tambang.
2) Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air
yang masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi
air akan dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa
jenis ini banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar dan perawatannya mudah.
3) Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros)
melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal.
Pompa ini dapat beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa
ini digunakan untuk julang yang rendah.

b. Perhitungan julang total pompa


Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai kondisi instalasi pompa
atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya dinyatakan
dalam satuan panjang. Head total pompa yang harus disediakan untuk
mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi
instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat dituliskan
sebagai berikut :
v2
H = h s + hp + hl + 2 g
Keterangan :
H = head total pompa (m)
hs = head statik total (m)
hp = beda head tekanan pada kedua permukaan air (m)
hl = berbagai kerugian di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m)
v2
2g = head kecepatan (m)

Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :

a) Head statis (hs)


hs = hs2 hs1
Keterangan :
hs1 = elevasi sisi isap (m)

hs2 = elevasi sisi keluar (m)

b) Head tekanan (hp)


hp = hp2 hp1
Keterangan :
hp1 = julang tekanan pada sisi isap

hp2 = julang tekanan pada sisi keluaran

c) Kerugian head (h1)


Berikut ini adalah macam-macam kerugian dalam instalasi pompa antara lain :

- Kerugian belokan, dirumuskan sebagai berikut :


v2
hf = f 2 g
3.5 0.5
D
f = (0,131 + 1,847 ( )
2R ) ( )
90

Keterangan :
hf = head kerugian belokan (m)
f = koefisien kerugian
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
D = diameter dalam pipa (m)
R = jari-jari lengkung sumbu belokan (m)
= sudut belokan ( )

- Kerugian gesekan dirumuskan sebagai berikut :


2
Lv
hf = f ( )
2 Dg

Nilai koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan :


1 3,7 D
2 log
f k

Keterangan :
hf = head kerugian gesekan (m)
f = koefisien gesek
k = koefisien kekasaran pipa
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
D = diameter dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Harga koefisien kekasaran pipa (k) dapat dilihat pada Tabel 2.4. berikut ini :
Tabel 2.4

Koefisien Kekasaran Beberapa Jenis Pipa

Bahan Koefisien kekasaran pipa (mm)

Baja: baru 0,01


lapisan plastik non poros 0,03

Besi tuang: baru 0,1 1,00


lapisan bituman 0,03 0,10
lapisan semen 0,03 0,10

Polyethylene 0,03 0,10

Kuningan, tembaga 0,10

Aluminium baru 0,15 0,16

Beton: baru centrifuge 0,03


baru rata 0,20 0,50
tanah yang telah diolah 1,00 2,00

Semen asbes baru 0,03 0,10


Bahan dari batu/kaca 0,10 1,00

- Kerugian karena pengecilan penampang pipa secara mendadak


2
v2
hf = f 2g
Keterangan :
hf = head kerugian (m)
v2 = kecepatan aliran pada pipa yang kecil
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
f = koefisien kerugian
Jika D1 dan D2 masing-masing adalah diameter pipa besar dan kecil, maka harga f
dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut ini :
Tabel 2.5.
Harga f

- Kerugian karena perbesaran penampang pipa secara mendadak


v 1v 2
hf = f 2g
Keterangan :
hf = head kerugian (m)
v1 = kecepatan aliran pada penampang kecil (m/detik)
v2 = kecepatan aliran pada penampang besar (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
f 1

- Kerugian katup isap dengan saringan


2
v2
hf = f 2 g

Keterangan :
hf = head kerugian (m)
f = koefisien kerugian pada katup isap
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Tabel 2.6

Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap

Diameter (mm)
Jenis katup 100 200
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900 0 0

0.1 0.1 0.1 0.0 0.0


Katup sorong 4 2 0 9 7 0.00

Katupkupukup
u 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup putar 0.09 - 0.026 (bervariasi menurut diameternya)

Katup cegah 1.2 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9
0.88
kipas ayun 0 5 0 0 8 4 2 0

Katup kepak - - - - - - - - - 0.9 - 0.5

Katup isap 1.9 1.9 1.8 1.7 1.7


(dsaringan) 7 1 4 8 2

c. Daya dan Efisiensi Pompa


- Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa per satuan
waktu. Daya air dirumuskan sebagai berikut :

Pw = QH

Keterangan :

Pw = daya air
= bobot isi air (kN/m3)

Q = kapasitas (m3/detik)
H = head total (m)
- Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan
daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya poros dirumuskan sebagai
berikut :

P = Pw / p

Keterangan :

Pw = daya air
= efisiensi pompa
p

- Efisiensi pompa
Efisiensi pompa didefinisikan sebagai nisbah antara tenaga yang dikeluarkan
(power output) dan tenaga masukan (power input). Efisiensi pompa dirumuskan
sebagai berikut :
= x x
tot mano v mek

Keterangan :

tot = efisiensi total pompa

= efisiensi manometrik
mano

v = efisiensi volumetrik

= efisiensi mekanis
mek

d. Pipa
Pipa berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan zat cair dari suatu tempat
menuju tempat lainnya. Zat cair yang mengalir dalam pipa akan mengalami
gesekan pada dinding sebelah dalam pipa. Besar kecilnya gesekan yang terjadi
dipengaruhi oleh jenis zat cair yang mengalir dan jenis pipa yang digunakan.

2.6.3. Kolam Pengendapan (Settling Pond)

Kolam pengendapan untuk daerah penambangan, adalah kolam yang


dibuat untuk menampung dan mengendapkan air limpasan yang berasal dari
daerah penambangan maupun daerah sekitar penambangan. Nantinya air tersebut
akan dibuang menuju tempat penampungan air umum seperti sungai maupun
danau.
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau
material padatan yang bercampur dengan air limpasan yang disebabkan adanya
aktivitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat pengendapan,
kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari
air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu kandungan
materialnya, tingkat keasaman ataupun kandungan material lain yang dapat
membahayakan lingkungan.

a. Bentuk kolam pengendapan


Bentuk kolam pengendapan biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu
berupa kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya bentuk tersebut
dapat bermacam-macam, disesuaikan dengan keperluan dan keadaan lapangannya.
Ada 4 zona penting pada kolam pengendapan yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan, dapat dilihat pada Gambar 2.4. Keempat zona
tersebut adalah :
1. Zona masukan (Inlet), adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam
kolam pengendapan.
2. Zona pengendapan (Settlement zone), adalah tempat partikel akan mengendap,
material padatan di sini akan mengalami proses pengendapan di sepanjang
saluran masing-masing cek dam.
3. Zona endapan lumpur (Sediment zone), adalah tempat dimana partikel padatan
dalam cairan mengalami sedimentasi dan terkumpul pada bagian bawah
saluran pengendap.
4. Zona keluaran (Outlet), adalah tempat keluarnya buangan cairan yang relatif
bersih, zona ini terletak pada akhir saluran.

Gambar 2.4.

Zona Zona pada Kolam Pengendapan

b. Perhitungan prosentase pengendapan


Untuk menentukan luas kolam pengendapan dapat dihitung berdasarkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak boleh
lebih dari 9 x 10-6 m, karena akan menyebabkan pendangkalan dan kekeruhan
sungai.
2. Kekentalan air.
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis.
4. Kecepatan pengendapan material.
5. Perbandingan cairan padatan diketahui.
Gambar 2.5.
Aliran Air pada Kolam Pengendapan
Keterangan pada gambar :
b = lebar kolam pengendapan (m)
Vh = kecepatan mendatar partikel (m/s)
Vt = kecepatan pengendapan (m/s)
H = kedalaman kolam pengendapan (m)

P = panjang kolam pengendapan (m)

Debit padatan yang terkandung dalam lumpur pada kolam pengendapan :

Qsolid (Qs) = Qair x %TSS

Keterangan :
Qs = debit padatan (m/detik)
Qair = debit air (m/detik)
%TSS = nilai Total Suspended Solid (%), (1% TSS = 10.000 mg/liter)

Waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap adalah :

h
tv = vt

Keterangan :
tv = waktu pengendapan partikel (menit)
vt = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = kedalaman saluran (m)

Kecepatan air dalam kolam :

Qtotal
vh = A

Keterangan :
vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Qtotal = debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan (m/detik)
A = luas permukaan kolam pengendapan (m2)

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan
kecepatan vh adalah :

P
th = vh

Keterangan :
th = waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan
(menit)
vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)

P = panjang kolam pengendapan (m)

Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika tv
tidak lebih besar dari th. Sebab, jika waktu yang diperlukan untuk mengendap
lebih kecil dari waktu yang diperlukan untuk mengalir ke luar kolam atau dengan
kata lain proses pengendapan lebih cepat dari aliran air maka proses pengendapan
dapat terjadi.
Prosentase pengendapan dirumuskan sebagai berikut :

waktu yang dibutuhkan air keluar


x100%
= waktu yang dibutuhkan air keluar waktu pengendapa n
Dari perumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran partikel
maka semakin cepat proses pengendapan serta semakin besar pula persentase
partikel yang berhasil diendapkan.

c. Penentuan letak kolam pengendapan


Dalam menentukan letak kolam pengendapan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Diluar area penambangan.
2. Dekat dengan sarana penyaliran.
3. Tidak mengganggu kegiatan penambangan.
4. Terdapat pada daerah yang rendah, dengan memperhatikan keadaan topografi
daerah penambangan.
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN

3.1. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


3.2. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

Robert J. Kodoatie, 1996, Pengantar Hidrogeologi, Andi Offset, Yogyakarta.

Rudy S. Gautama, 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.

Sosrosudarsono S. dan Takeda K, 1987, Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya


Paramita, Jakarta.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset,


Yogyakarta.

3.3. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB.
I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
2 Tujuan Penelitian
3 Permasalahan
4 Batasan Masalah
5 Metode Penelitian
6 Manfaat Penelitian
II TINJAUAN UMUM DAERAH PENAMBANGAN
1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2 Keadaan Geologi
3 Iklim dan Curah Hujan
4 Kegiatan Penambangan
III DASAR TEORI
1 Analisis Data Klimatologi
2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran
3 Sistem Penyaliran Tambang
4 Pompa
5 Kolam Pengendapan
IV HASIL PENGAMATAN DAN RANCANGAN SISTEM PENYALIRAN
1 Kondisi Daerah Penambangan
2 Sistem Penyaliran Saat Ini
3 Penentuan Pompa
4 Kolam Pengendapan
VI PEMBAHASAN
1 Kondisi Hidrologi Daerah Penelitian
2 Sumber Air Pada Bukaan Tambang
3 Daerah Tangkapan Hujan
4 Rancangan Sistem Penyaliran
5 Penggunaan Pompa
6 Kolam Pengendapan
VII KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Das könnte Ihnen auch gefallen